BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. gambaran mengenai identitas responden yang telah melakukan pengambilan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

BAB IV HASIL PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

VI ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRIMA FRESH MART

METODOLOGI PENELITIAN

KUESIONER ANALISIS PENGARUH KUALITAS JASA DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS (Studi kasus pada Makro Cash & Carry Wholesale di Semarang)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk mengetahui

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion.

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendapatan usahatani per musim. Petani yang menjadi objek penelitian adalah

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

Uji kualitas. - - (plastik besar, isi 35 kg) - - (plastik besar, isi 35 kg) - - (plastik besar, isi 35 kg) - - (plastik besar, isi 35 kg)

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KUESIONER ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KOPI INSTAN KOPIKO BROWN COFFEE DI KOTA DEPOK

Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut:

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Untuk mempermudah bagi mereka mereka yang berminat untuk mendirikan industri rumah tangga yang mengspesialisasikan pembuatan tempe. C.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan identitas

BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA

Bab IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini, banyak sekali perusahaan melakukan inovasi produk.

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin - Tempat tinggal -

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENJUAL OBAT TRADISIONAL (JAMU)

V. PROFIL INDUSTRI TEMPE. responden yang diambil adalah 31 pengrajin yang semuanya termasuk dalam

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Evaluasi Aktivitas Promosi


V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran yang tepat merupakan kekuatan bagi. perusahaan dalam berhadapan langsung dengan konsumen untuk

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sayuran organik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi produsen dan super market

Kuesioner. Sebelumnya, saya mohon maaf telah menggangu waktu anda untuk mengisi. untuk memenuhi syarat kelulusan program studi S-1.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gamping Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kuesioner Penelitian. Pengaruh Bauran Eceran Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Butik Batik Tasik di Bandung

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Identitas Pengrajin Tahu Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum tentang

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Fokus utama penelitian ini yaitu mengenai strategi kelangsungan industri kripik tempe yang ada di Desa Karangtengah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa

HASIL. Faktor Internal

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah peran bauran pemasaran terhadap perilaku

KUESIONER PENDAHULUAN. Dalam suatu perusahaan yang memproduksi barang konsumsi yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

PERILAKU KONSUMEN. Keluarga. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Jenis Kelamin Tahun

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

4. HASIL PENELITIAN. Pengetahuan ibu..., Niluh A., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Syarat Rumah Sehat secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Teori-teori tersebut berkaitan dengan penjualan.

Transkripsi:

50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu responden pertama yang merupakan penjual lanting ubi kayu (responden penjual) dan responden kedua yang merupakan pembeli lanting ubi kayu (responden pembeli). Total seluruh responden penjual adalah 30 orang yang terdiri dari tujuh tempat produksi yang masih aktif memproduksi lanting ubi kayu. Karakteristik individu terdiri dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, waktu produktif, lama bekerja, dan motivasi bekerja. 5.1.1 Jenis Kelamin Responden pada penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berjumlah 30 orang. Jumlah dan persentase responden penjual berdasarkan jenis kelamin terlihat pada Tabel 18. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Penjual Berdasarkan Jenis Kelamin Faktor Internal Kategori Jumlah Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki 9 30 Perempuan 21 70 Berdasarakan Tabel 18 diketahui bahwa jumlah responden laki-laki dalam penelitian lebih sedikit daripada responden perempuan. Jenis kelamin perempuan mendominasi yaitu sebanyak 70 persen adalah ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan sambilan untuk menambah penghasilan keluarga. Responden laki-laki sebanyak 30 persen bekerja diluar rumah, sedangkan responden perempuan bekerja disektor industri karena berada di lingkungan sekitar sehingga tidak harus pergi jauh dari rumah. Selain itu, responden perempuan juga memiliki keterampilan tertentu dalam pengolahan produk pertanian lokal terutama pembuatan lanting ubi kayu sehingga proses produksi dapat terus berjalan.

51 5.1.2 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal responden penjual saat penelitian dilaksanakan yang dikategorikan dalam empat kelompok, yaitu Tidak Sekolah, SD, SMP, dan SMA. Pendidikan SD, SMP dan SMA yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu responden yang telah menempuh pendidikan tersebut minimal satu tahun meskipun belum atau tidak lulus. Jumlah dan persentase responden penjual berdasarkan tingkat pendidikan terlihat pada Tabel 19. Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Penjual Berdasarkan Tingkat Pendidikan Faktor Internal Kategori Jumlah Persentase (%) Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah 9 30 SD 12 40 SMP 5 16,7 SMA/SMK 4 13,3 Pendidikan responden penjual sebanyak 40 persen yaitu sekolah dasar baik lulus maupun tidak lulus yang minimal telah menempuh pendidikan di sekolah dasar selama satu tahun. Bagi responden penjual yang hanya bekerja sebagai produsen lanting ubi kayu menyebutkan bahwa mereka cukup dapat membaca dan menghitung tanpa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya yang dimiliki. 5.1.3 Waktu Produktif Waktu produktif adalah jumlah jam yang digunakan responden penjual untuk memproduksi lanting ubi kayu dalam sehari. Jumlah dan persentase responden penjual berdasarkan waktu produktif terlihat pada Tabel 20. Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Penjual Berdasarkan Waktu Produktif Faktor Internal Kategori Jumlah Persentase (%) Waktu produktif Rendah (2-3 jam perhari) 11 36,7 (dalam jam) Sedang (4-7 jam perhari) 9 30 Tinggi (8-12 jam perhari) 10 33,3

52 Responden penjual yang memiliki waktu produktif tinggi sebanyak 36,7 persen biasanya merupakan pemilik produksi lanting ubi kayu yang mengolah ubi kayu menjadi lanting ubi kayu. Hal ini dikarenakan pemilik tempat produksi merupakan orang yang mencari langsung ubi kayu kepada petani, mengupasnya, dan mengolah menjadi lanting ubi kayu serta memasarkannya. Responden yang memiliki waktu produktif sedang sebanyak 30 persen merupakan pekerja yang dibayar tetap oleh pemilik produksi untuk pembuatan lanting ubi kayu. Produsen yang memiliki waktu produktif rendah sebanyak 33,3 persen merupakan ibu rumah tangga yang membantu hanya sekedar untuk mengisi waktu luang. Waktu produktif responden dalam mengolah dan memasarkan lanting ubi kayu dapat dijelaskan secara rinci berdasarkan tahapan kerja yang ditunjukkan pada Tabel 21. Tabel 21. Pembagian Kerja dan Waktu Produktif Sesuai Tahapan Kerja No Macam Pekerjaan Perkiraan Waktu (jam) Jenis Kelamin 1. Mencari ubi kayu 2 Laki-laki 2. Mengupas ubi kayu 2 Perempuan 3. Merebus ubi kayu 4 Perempuan 4. Membersihkan ubi kayu rebus 2 Laki-laki 5. Menggiling Alat tradisional 6 Laki-laki perempuan Alat modern 1 Laki-laki 6. Mencetak menjadi lanting 6 Perempuan 7. Menggoreng 3 Perempuan 8. Mengemas 2 Perempuan 9. Menjual 4 Laki-laki perempuan Total waktu pembuatan lanting 15 Proses pencarian ubi kayu yang membutuhkan waktu dua jam terkadang dilakukan dengan mengambil dari kebun sendiri. Produksi lanting ubi kayu yang dilakukan setiap hari akan membutuhkan ubi kayu dalam jumlah yang banyak sehingga responden bekerja sama dengan petani ubi kayu dari bagian utara untuk menyediakan ubi kayu setiap hari minimal satu kuintal dan dibeli dengan sistem borongan. Proses pengupasan dan mencuci dilakukan dalam waktu dua jam oleh perempuan karena lebih terampil dan telaten. Proses merebus dan memberi bumbu

53 dilakukan dalam waktu empat jam oleh perempuan karena lebih tahu dalam hal rasa. Proses merebus dilakukan dua kali jika ubi kayu yang dibuat sebanyak satu kuintal dan dapat sambil membersihkan ubi kayu rebus. Proses membersihkan ubi kayu setelah direbus dari serat dan menggiling biasanya dilakukan oleh laki-laki karena pada proses ini membutuhkan tenaga yang kuat baik untuk menjalankan mesin atau untuk menggiling dengan menggunakan tangan. Proses pencetakan menjadi lanting dengan bentuk angka delapan membutuhkan waktu yang paling banyak, sehingga dilakukan oleh perempuan karena mempunyai banyak waktu luang. Proses penggorengan dan pengemasan dilakukan oleh perempuan dalam waktu lima jam karena membutuhkan kesabaran dan kerapian. Proses menjual baik langsung kepada pembeli atau mendistribusikan melalui toko-toko eceran dilakukan dalam waktu empat jam oleh laki-laki dan perempuan. 5.1.4 Lama Bekerja Lama bekerja adalah jumlah tahun yang telah digunakan responden untuk memproduksi lanting ubi kayu. Jumlah dan persentase responden penjual berdasarkan lama bekerja dapat terlihat pada Tabel 22. Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lama Bekerja Faktor Internal Kategori Jumlah Persentase (%) Lama bekerja (dalam Rendah (2-5 tahun) 11 36,7 tahun) Sedang (6-15 tahun) 13 43,3 Tinggi (16-45 tahun) 6 20 Responden dalam penelitian sebanyak 36,7 berada dalam kategori lama bekerja rendah karena salah satu tempat produksi yang menjadi objek penelitian merupakan tempat produksi yang baru berdiri dua tahun dan memiliki banyak karyawan. Responden yang memiliki lama bekerja dalam kategori tinggi yaitu mereka yang meneruskan bisnis keluarga yang telah turun menurun sehingga dari kecil memang sudah memproduksi lanting ubi kayu.

54 5.1.5 Motivasi Bekerja Motivasi bekerja dihitung berdasarkan skor dari penjumlahan jawaban responden. Pertanyaan motivasi berisi tentang alasan responden memilih bekerja sebagai produsen lanting ubi kayu. Jumlah dan persentase responden penjual berdasarkan motivasi kerja dapat terlihat pada Tabel 23. Tabel 23. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Motivasi Bekerja Faktor Internal Kategori Jumlah Persentase (%) Motivasi Bekerja Rendah (jumlah skor 6) 11 36,7 Sedang (jumlah skor 7-9) 16 53,3 Tinggi (jumlah skor 10) 3 10 Jawaban responden yang memiliki banyak motivasi yang mengatakan bahwa motivasi bekerja untuk menambah penghasilan keluarga tergolong kategori responden yang memiliki motivasi tinggi. Akan tetapi, motivasi bekerja responden sebanyak 53,3 persen dalam kategori sedang karena responden yang bekerja hanya untuk mengisi waktu luang bukan untuk menambah penghasilan kelurga atau untuk memperoleh status. 5.2 Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor luar yang mempengaruhi efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu. Faktor eksternal dalam penelitian ini terdiri dari penggunaan media komunikasi yaitu televisi, radio, pameran, dan penyuluhan. Faktor eksternal lain yaitu jumlah tenaga kerja dan modal usaha. 5.2.1 Penggunaan Media informasi 1. Media Televisi Media informasi yang digunakan petani untuk menambah pengetahuan tentang pembuatan dan pemasaran produk pertanian lokal terutama lanting ubi kayu yaitu televisi. Penggunaan media televisi dibagi antara responden penjual yang pernah menonton acara berkaitan dengan pemasaran produk pertanian lokal terutama ubi kayu dan responden yang tidak pernah menonton. Jumlah dan

55 persentase responden berdasarkan penggunaan media televisi terlihat pada Tabel 24. Tabel 24. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Penggunaan Media Televisi Faktor eksternal Kategori Jumlah Persentase (%) Media Televisi Tidak pernah menonton 25 83,3 Pernah menonton 5 16,7 Responden yang pernah menonton televisi berkaitan dengan komunikasi pemasaran produk pertanian lokal hanya berjumlah 5 orang. Berdasarkan wawancara dengan responden diketahui bahwa acara yang pernah ditonton oleh responden tidak murni merupakan pengolahan atau pemasaran lanting ubi kayu, tetapi pengolahan atau pemasaran produk pertanian lokal lain seperti pembuatan tempe dari kedelai oleh masyarakat desa dan pemasaran produk gula merah yang telah terjual secara luas. Kegiatan menonton televisi yang dilakukan responden juga hanya pada lima tahun terakhir karena tahun-tahun sebelumnya responden belum memiliki pesawat televisi. 2. Media Radio Penggunaan media radio jarang digunakan oleh petani untuk menambah pengetahuan mengenai pemasaran lanting ubi kayu. Responden yang mendengarkan radio mengenai pemasaran lanting ubi kayu, kurang lebih lima tahun yang lalu sebelum ada televisi. Jumlah dan persentase responden penjual berdasarkan penggunaan media radio terlihat pada Tabel 25. Tabel 25. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Penggunaan Media Radio Faktor eksternal Kategori Jumlah Persentase (%) Media Radio Tidak pernah mendengarkan 26 86,7 Pernah mendengarkan 4 13,3 Responden yang hingga sekarang masih sering mendengarkan radio yang terkadang terdapat informasi mengenai pengolahan maupun pemasaran produk pertanian lokal hanya satu orang. Acara yang pernah didengar oleh responden tidak secara khusus menyebutkan cara-cara pengolahan lanting ubi kayu tetapi

56 pengolahan dan pemasaran produk pertanian lokal lain seperti pembuatan tempe, tahu, dan gula merah. 3. Media Koran Responden dalam penelitian ini tidak pernah membaca koran yang berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu karena mereka belum pernah melihat informasi tersebut dalam koran. Koran yang berkaitan dengan pertanian sangat sedikit di jual di Kecamatan Pituruh dikarenakan peminatnya yang sedikit. Selain keinginan responden untuk belajar tentang pengolahan dan pemasaran produk pertanian lokal yang masih kurang, pendidikan responden juga berpengaruh dalam hal membaca karena sebagian besar responden hanya mengenyam bangku sekolah dasar sehingga terdapat kesulitan dalam mencerna setiap kata-kata dalam koran. 4. Pameran Media lain yang pernah digunakan responden mengenai pemasaran lanting ubi kayu yaitu pameran yang diadakan oleh kecamatan dalam acara tujuh belas agustus. Jumlah dan persentase responden penjual berdasarkan penggunaan pameran sebagai media informasi ditunjukkan pada Tabel 26. Tabel 26. Jumlah dan Persentase Responden dalam Pameran Faktor eksternal Kategori Jumlah Persentase (%) Pameran Tidak pernah melihat 13 43,3 Pernah melihat 17 57,7 Responden yang baru memulai usaha pembuatan lanting ubi kayu bisa mendapat informasi awal tentang pengolahan dan pemasaran dari pameran yang diadakan di Kecamatan Pituruh setiap tahun. Responden yang telah lama menekuni usaha ini mendapatkan kesempatan untuk mengisi stand acara tujuh belas agustus dimana acara tersebut merupakan penginformasian kepada masyarakat luas mengenai hasil produk masyarakat, hasil produk pertanian, kesenian, dan kreativitas masyarakat seluruh Kecamatan Pituruh. Acara ini diadakan setiap tahun sehingga dapat memberikan informasi tentang pengolahan dan pemasaran lanting ubi kayu dan dapat digunakan sebagai sarana promosi.

57 5. Penyuluhan Pengetahuan responden yang pada awalnya hanya dari pengamatan sendiri baik melalui usaha pembuatan lanting yang lebih dulu, informasi dari televisi, dari radio, maupun dari produsen yang mengikuti pameran, secara langsung diimplementasikan sendiri oleh produsen yang masih baru. Responden melakukan inovasi agar produknya berbeda dan mempunyai ciri khas dibandingkan produk yang telah ada. Responden tidak ada yang mendapatkan penyuluhan berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu maupun pembuatan lanting ubi kayu. Produksi lanting ubi kayu merupakan kreativitas responden sendiri baik dalam hal pembuatan maupun pemasaran produk lanting ubi kayu 5.2.2 Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh setiap produsen lanting ubi kayu berbeda-beda. Jumlah dan persentase responden penjual berdasarkan tenaga kerja dapat terlihat pada Tabel 27. Tabel 27. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tenaga Kerja Faktor Eksternal Kategori Jumlah Persentase (%) Tenaga kerja Rendah (2-5 orang) 14 46,7 Sedang (6 orang) 7 23,3 Tinggi (7-8 orang) 9 30 Produsen yang memiliki tenaga kerja dalam kategori rendah adalah produsen yang menjalankan usaha lanting ubi kayu hanya menggunakan tenaga keluarga sendiri yaitu suami dan istri serta terkadang dibantu oleh anaknya baik dalam mengolah maupun memasarkan. Produsen mengelola usaha ini sesuai kemampuan mengingat keterbatasan tenaga kerja, bahkan terkadang tidak memproduksi dalam waktu beberapa hari jika salah satu tidak bisa membantu. Produsen yang memiliki tenaga kerja dalam kategori sedang yaitu responden yang memiliki tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri tetapi lebih luas dari keluarga inti. Produsen ini mengajak keluarga besar yang masih memiliki hubungan keluarga untuk membantu dalam mengelola usaha pembuatan lanting ubi kayu. Tenaga kerja sebagian besar merupakan ibu rumah tangga yang

58 tidak memiliki ikatan kerja karena mereka merasa bekerja untuk saudara sendiri. Sistem pengupahan dalam usaha ini dengan cara memberikan sebagian hasil penjualan untuk tenaga kerja yang membantu baik dalam bentuk uang maupun barang belanjaan. Penentuan upah berbeda-beda tergantung waktu mereka dalam membantu usaha ini dan mereka menerima karena merasa membantu keluarga. Produsen yang memiliki tenaga kerja dalam kategori tinggi adalah produsen yang merekrut tenaga kerja sehingga memiliki tenaga kerja pasti dan membayarnya sesuai standar yang ditetapkan baik menurut waktu kerja maupun hasil produk yang dihasilkan. Biaya upah yang setiap tempat produksi berbedabeda, terdapat produsen yang telah menetapkan setiap produksi membayar Rp. 20.000 berapapun besarnya bahan mentah. Terdapat pula produsen yang membayar tenaga kerja berdasarkan jumlah bahan mentah per kuintal. Produsen lain menentukan upah berdasarkan produk jadi yang dihasilkan misalnya Rp. 900/kilogram. Pembagian tenaga kerja berdasarkan tahapan kerja secara rinci dapat dijelaskan pada Tabel 28. Tabel 28. Pembagian Tenaga Kerja Berdasarkan Tahapan Kerja No Macam Pekerjaan Jumlah Tenaga Jenis Kelamin Kerja 1. Mencari ubi kayu 1 Laki-laki 2. Mengupas ubi kayu 1-3 Perempuan 3. Merebus ubi kayu 1 Perempuan 4. Membersihkan ubi kayu rebus 1 Laki-laki 5. Menggiling Alat tradisional 2 Laki-laki Perempuan Alat modern 1 Laki-laki 6. Mencetak menjadi lanting 2-6 Perempuan 7. Menggoreng 1 Perempuan 8. Mengemas 1 Perempuan 9. Menjual 2 Laki-laki perempuan

59 Tenaga kerja yang paling banyak adalah dalam proses mencetak dan mengupas ubi kayu. Proses mencetak lanting ubi kayu dengan bentuk angka delapan membutuhkan waktu yang lama, keterampilan, dan kesabaran. Tenaga kerja baik keluarga maupun tenaga yang dibayar tetap, biasanya membantu dalam proses pencetakan. Proses mengupas ubi kayu juga membutuhkan tenaga kerja lebih dari satu agar proses cepat selesai. 5.2.3 Modal Usaha Jumlah modal awal usaha yang digunakan responden dalam pembuatan lanting ubi kayu berbeda-beda. Jumlah dan persentase responden penjual berdasarkan modal awal yang digunakan dalam usaha lanting ubi kayu dapat terlihat pada Tabel 29. Tabel 29. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Modal Awal Usaha Faktor eksternal Kategori Jumlah Persentase (%) Modal usaha Rendah (Rp.150.000-Rp. 175.000) 12 40 Sedang (Rp. 176.000-Rp.730.000) 8 26,7 Tinggi (Rp.740.000-Rp. 1.800.000) 10 33,3 Produsen yang menggunakan modal awal dalam kategori rendah merupakan produsen yang memproduksi menggunakan alat tradisional yang digiling sendiri dengan menggunakan tangan. Responden yang menggunakan alat tradisional merupakan responden yang meneruskan usaha keluarga yang telah berdiri sejak lama dan menghasilkan produk yang memiliki ciri khas sendiri. Alat tradisional yang digunakan dibeli responden dengan harga Rp. 40.000, sedangkan bahan mentah untuk pembuatan lanting ubi kayu sebanyak satu kuintal kurang lebih memerlukan biaya sebesar Rp. 130.000. Produsen yang menggunakan modal awal dengan kategori sedang yaitu produsen yang menggunakan alat tradisional tetapi memproduksi dalam jumlah yang banyak setiap hari dengan tenaga kerja yang lumayan banyak pula. Produsen yang menggunakan modal dengan kategori tinggi yaitu produsen yang menggunakan alat mesin yang kurang lebih harganya Rp. 1.600.000, dan memproduksi sebanyak

60 minimal satu kuintal setiap hari dengan harga bahan mentah kurang lebih Rp. 200.000 perhari. 5.3 Aktivitas Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu Setiap tempat produksi melakukan proses pembuatan dan pemasaran lanting ubi kayu serta melakukan aktivitas komunikasi dalam setiap prosesnya. Aktivitas komunikasi dilakukan pada saat responden melakukan proses pembuatan maupun pemasaran lanting ubi kayu. Pada saat pembuatan lanting ubi kayu, aktivitas komunikasi dilakukan pada sembilan tahap pembuatan. Aktivitas komunikasi paling banyak dilakukan pada saat responden melakukan proses pencetakan lanting. Hal ini dikarenakan, waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap ini paling banyak, sehingga mereka dapat berkomunikasi dan bertukar pendapat baik berkaitan dengan produksi dan pemasaran lanting ubi kayu maupun dalam hal yang lain. Komunikasi yang dilakukan dalam pembuatan, menyebabkan responden mendapatkan informasi baik mengenai pembuatan maupun pemasaran lanting ubi kayu. Pertemuan tersebut juga terkadang dimanfaatkan masing-masing responden untuk mengajukan ide mengenai inovasi atau saran lain berkaitan dengan produksi atau pemasaran lanting ubi kayu. Aktivitas komunikasi mudah dilakukan karena responden memiliki umur dan pendidikan yang hampir homogen, sehingga memiliki kesamaan pemahaman dan topik pembicaraan. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam kesehariannya yaitu Bahasa Jawa dan semua responden menguasai bahasa tersebut sehingga memudahkan dalam komunikasi. Tahap pencetakan lanting ubi kayu memberikan peluang kepada responden untuk berkomunikasi satu sama lain sehingga mereka berhak mengemukakan pendapat baik kepada pemilik maupun keluhan kepada sesama pekerja. Hal ini diperkuat dengan pernyataan responden yang menyatakan perlu melakukan perluasan pemasaran agar usaha dapat berkembang secara luas. Seharusnya kita perlu melakukan perluasan penjualan untuk semakin mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatan kita, masa cuma mau di pasar lokal terus, bosenlah (AM, 53 tahun )

61 Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki keinginan untuk meningkatkan produksi dan memperluas pemasaran, tetapi banyak kendala yang dihadapi antara lain jumlah modal yang terbatas, tenaga kerja dalam pembuatan sedikit, dan tenaga kerja dalam bidang pemasaran yang sangat diperlukan untuk memperluas penjualan diluar pasar lokal. Efek komunikasi penjual dilihat berdasarkan aktivitas komunikasi yang dilakukan sesama penjual dalam pembuatan maupun pemasaran lanting ubi kayu. Aktivitas komunikasi dilakukan oleh sesama penjual sebagai sumber dan penerima agar memperoleh kesamaan makna dalam memasarkan lanting ubi kayu baik dalam hal cara memasarkan maupun sikap dalam memasarkan lanting ubi kayu. Efek konatif yaitu perilaku penjual dalam memasarkan lanting ubi kayu kepada pembeli. Penjual menggunakan strategi komunikasi pemasaran langsung (personal selling) kepada pembeli baik dilakukan di pasar lokal maupun di toko grosir. Komunikasi pemasaran yang efektif dapat mendukung kelancaran pemasaran dan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima tahap dan terdapat tahap proses pembelian yang didalamnya termasuk menentukan jumlah pembelian dan motivasi pembelian. Aktivitas komunikasi pemasaran yang telah dilakukan oleh produsen dalam memasarkan produk lanting ubi kayu kepada pembeli yaitu melakukan penjualan langsung (personal selling). Hal ini dilakukan dengan penjualan lanting ubi kayu dari penjual langsung kepada pembeli melalui tatap muka yang terjadi di pasar lokal atau toko grosir. Penjualan langsung yang dilakukan di pasar lokal menggunakan sistem diskon yaitu bagi pembeli yang membeli dalam jumlah banyak mendapatkan harga yang lebih murah daripada yang membeli dalam jumlah sedikit. Responden melakukan komunikasi dengan sesama penjual setiap hari karena mereka melakukan produksi setiap hari. Responden penjual melakukan komunikasi pemasaran kepada pembeli biasanya satu minggu dua kali yaitu hari Selasa dan Jumat yang dilakukan di pasar lokal. Jumlah lanting ubi kayu yang tidak laku terjual ke pasar akan dijual kepada toko grosir yang dilakukan langsung oleh penjual.

62 Bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan yaitu penjual lanting ubi kayu sebagai sumber komunikasi dan pembeli lanting ubi kayu sebagai penerima. Saluran yang digunakan yaitu penjualan langsung (personal selling) yang merupakan cara pemasaran yang dilakukan oleh penjual untuk memasarkan lanting ubi kayu kepada pembeli. Umpan balik dari komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh penjual adalah pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan pembeli karena komunikasi pemasaran yang dilakukan. Komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh penjual kepada pembeli yaitu dengan melakukan penjualan langsung seperti yang telah disebutkan pada kuesioner pada aspek konatif atau tindakan pemasaran. 5.4 Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu Efek komunikasi dalam pemasaran dilihat berdasarkan tiga indikator yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif dalam pemasaran lanting ubi kayu. Jumlah dan persentase responden penjual berkaitan dengan efek komunikasi dapat dijelaskan pada Tabel 30. Tabel 30. Jumlah dan Persentase Responden Pertama (Penjual) Berkaitan dengan Efek Komunikasi Efek Komunikasi Kategori Jumlah Persentase (%) Aspek Kognitif Rendah (skor 18-33) 13 43,3 Sedang (skor 34-41) 7 23,3 Tinggi (skor 42) 10 33,3 Aspek Afektif Rendah (skor 21-29) 13 43,3 Sedang (skor 30-3) 8 26,7 Tinggi (skor 39-48) 9 30 Aspek Konatif Rendah (skor 14-17) 10 33,3 5.4.1 Aspek Kognitif Sedang (skor 18-26) 10 33,3 Tinggi (skor 27-35) 10 33,3 Aspek kognitif adalah seberapa besar tingkat pengetahuan responden tentang pemasaran lanting ubi kayu. Aspek kognitif yang berupa pengetahuan dapat diperoleh responden dari pengamatan pembuatan dan pemasaran lanting ubi kayu

63 yang telah lebih dulu ada, dari televisi dan radio berkaitan dengan pengolahan dan pemasaran produk pertanian lokal, dari pameran yang berkaitan dengan produk pertanian lokal dan informasi yang didapat dari sumber manapun. Aspek kognitif responden sebagian besar dalam kategori rendah karena responden membuat lanting ubi kayu berdasarkan kreativitas masing-masing sesuai pengamatan dan belajar dari tempat produksi yang lebih besar serta tanpa informasi dari orang yang berpengalaman tentang pemasaran. Responden sebanyak 43,3 persen hanya mengetahui tentang pembuatan lanting ubi kayu, tetapi tidak mengetahui cara pemasaran yang dilakukan. 5.4.2 Aspek Afektif Aspek afektif adalah sikap responden terhadap kemauan dalam usaha lanting ubi kayu. Aspek afektif disini dilihat terutama kemauan responden dalam hal pemasaran lanting ubi kayu. Aspek afektif responden sebanyak 43,3 persen dalam kategori rendah karena responden yang membuat lanting ubi kayu hanya untuk mengisi waktu luang sehingga hanya mau membuat apabila mempunyai waktu luang. Pemasaran lanting ubi kayu sebagian besar responden tidak mau memasarkan karena pemasaran hanya dilakukan oleh seorang yang biasanya merupakan pemilik ubi kayu yang menjual langsung baik ke pasar lokal maupun menitipkan ke toko grosir. 5.4.3 Aspek Konatif Aspek konatif adalah perilaku konkrit responden berkaitan dengan pelaksanaan pemasaran lanting ubi kayu. Tindakan konkrit responden berkaitan dengan pembuatan dan pemasaran berada pada jumlah yang merata setiap kategori. Aspek konatif dalam kategori rendah yaitu responden yang hanya berkontribusi dalam waktu rendah dan tidak memasarkan lanting ubi kayu kepada pembeli. Responden yang memiliki aspek konatif dalam kategori sedang yaitu responden yang selalu membuat lanting ubi kayu atau termasuk dalam pekerja tetap tetapi tidak ikut dalam memasarkan lanting ubi kayu. Responden yang memiliki kategori tinggi yaitu responden yang mengolah lanting ubi kayu dalam waktu produktif yang lama dan memasarkannya kepada konsumen baik melalui pasar lokal maupun menitipkan pada toko grosir.

64 5.5 Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen Proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Tahapan yang diteliti pada penelitian ini yaitu tahap proses pembelian yang dapat dilihat berdasarkan motivasi pembelian dan rata-rata jumlah pembelian selama satu minggu yang dilakukan responden kedua yang merupakan pembeli lanting ubi kayu (responden pembeli). Berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh pembeli yang berjumlah 30 orang dapat dilihat deskripsi berdasarkan jenis kelamin, jenis pekerjaan, jumlah pembelian, frekuensi pembelian, cara pembayaran, dan motivasi pembelian. 1. Jumlah Responden Pembeli Berdasarkan Jenis Kelamin Responden pembeli pada penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berjumlah 30 orang. Jumlah dan persentase responden pembeli berdasarkan jenis kelamin terlihat pada Tabel 31. Tabel 31. Jumlah dan Persentase Responden Pembeli Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik responden Kategori Jumlah Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki 5 16,7 Perempuan 25 83,3 Berdasarkan Tabel 31 diketahui bahwa jumlah responden laki-laki dalam penelitian lebih sedikit daripada responden perempuan. Jenis kelamin perempuan mendominasi yaitu sebanyak 83,3 persen adalah ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan sambilan untuk menambah penghasilan keluarga. Perempuan sebagai ibu rumah tangga sering melakukan pembelian ke pasar sehingga sering berinteraksi dengan penjual maupun pembeli. 2. Jumlah Responden Pembeli Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pembelian lanting ubi kayu yang dilakukan di pasar lokal maupun di toko grosir dilakukan oleh banyak orang. Jenis pekerjaan responden pembeli lanting ubi kayu antara lain sebagai pedagang, PNS, karyawan, perawat, ibu rumah tangga, dan wiraswasta yang mengkonsumsi lanting ubi kayu baik untuk sendiri maupun di jual kembali. Jumlah dan persentase responden pembeli berdasarkan jenis pekerjaan terlihat pada Tabel 32.

65 Tabel 32. Jumlah dan Persentase Responden Pembeli Berdasarkan Jenis Pekerjaan Karakteristik responden Kategori Jumlah Persentase (%) Pekerjaan Pedagang 20 66,7 Guru/PNS 5 16,7 Karyawan 1 3,3 Perawat 1 3,3 Ibu RT 2 6,7 Wiraswasta 1 3,3 Pembeli lanting ubi kayu sebanyak 66,7 persen merupakan pedagang baik pedagang yang ditemui di pasar lokal untuk dijual kembali maupun pedagang lain untuk dikonsumsi sendiri. Intensitas interaksi antara pembeli dan penjual di pasar menyebabkan keinginan untuk membeli lanting ubi kayu. Pembeli yang sebagian berprofesi sebagai pedagang menyebabkan mereka sering berinteraksi dengan pedagang lain di pasar sehingga mengetahui keberadaan produk lanting ubi kayu. Selain itu, sebagian pembeli juga mengetahui produk ini dari pedagang keliling, dari teman, maupun dari pameran yang sering diadakan pada saat tujuh belas agustus. 3. Jumlah Responden Pembeli Berdasarkan Jumlah Pembelian Pembeli lanting ubi kayu membeli dalam jumlah yang berbeda-beda tergantung motivasi pembelian apakah untuk konsumsi sendiri atau dijual kembali. Jumlah dan persentase responden pembeli berdasarkan jumlah pembelian dapat terlihat pada Tabel 33. Tabel 33. Karakteristik responden Jumlah dan Persentase Responden Pembeli Berdasarkan Jumlah Pembelian Kategori Jumlah Persentase (%) Jumlah pembelian Rendah (1-1,3 kg perminggu) 10 33,3 Sedang (1,4-10 kg perminggu) 17 56,7 Tinggi (11-20 kg perminggu) 3 10 Pembeli yang membeli dalam jumlah banyak termasuk dalam kategori tinggi yaitu pembeli yang membeli minimal dua kali seminggu dalam jumlah banyak dan biasanya membeli di pasar lokal yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Pembeli biasanya merupakan pedagang setoran yang membeli dalam jumlah banyak untuk dijual kembali baik pada tokonya sendiri maupun menjadi pedagang

66 keliling yang menitipkan kepada penjual grosir. Pembeli dalam kategori sedang yaitu konsumen yang membeli dua kali seminggu untuk dijual kembali hanya untuk tokonya sendiri secara eceran tanpa menjual ke toko lain. Responden yang membeli dalam kategori rendah yaitu pembeli yang membeli untuk dikonsumsi sendiri dan akan membeli kembali jika menginginkan dan biasanya mereka membeli sekali dalam seminggu. 4. Jumlah Responden Pembeli Berdasarkan Frekuensi Pembelian Frekuensi pembelian yang dilakukan pembeli dibagi menjadi satu kali seminggu, dua kali seminggu, dan tiga kali seminggu. Jumlah dan persentase responden pembeli berdasarkan frekuensi pembelian dapat terlihat pada Tabel 34. Tabel 34. Karakteristik responden Jumlah dan Persentase Responden Pembeli Berdasarkan Frekuensi Pembelian Kategori Jumlah Persentase (%) Frekuensi pembelian 1 kali seminggu 18 60 2 kali seminggu 11 36,7 3 kali seminggu 1 3,3 Responden pembeli yang melakukan pembelian satu kali seminggu sebanyak 60 persen dan untuk dikonsumsi sendiri atau untuk dijual kembali. Responden pembeli yang melakukan pembelian dua kali seminggu sebanyak 36,7 persen yang dilakukan pada hari Selasa dan Jumat di pasar lokal. 5. Jumlah Responden Pembeli Berdasarkan Cara Pembayaran Cara pembayaran yang dilakukan oleh pembeli secara tunai maupun kredit. Secara tunai berarti pembeli melakukan pembelian dan langsung membayar kepada penjual, sedangkan secara kredit berarti pembeli mengambil sejumlah lanting ubi kayu dan akan membayarnya ketika telah laku terjual. Jumlah dan persentase responden pembeli berdasarkan cara pembayaran terlihat pada Tabel 35. Tabel 35. Jumlah dan Persentase Responden Pembeli Berdasarkan Cara Pembayaran Karakteristik responden Kategori Jumlah Persentase (%) Cara pembayaran Tunai 28 93,3 Kredit 2 6,7

67 Pembeli yang membeli dengan cara tunai atau langsung menbayarnya sebanyak 28 orang. Hal ini lebih sering dilakukan untuk menghindari resiko yang terjadi jika dilakukan secara kredit atau sistem titip menyebabkan lanting ubi kayu yang tidak laku akan dikembalikan kepada penjual. 6. Jumlah Responden Pembeli Berdasarkan Motivasi Pembelian Pembeli lanting ubi kayu yang memiliki motivasi dalam pembelian yaitu mereka yang membeli untuk dijual kembali dan dikonsumsi sendiri. Motivasi itu berasal dari ketertarikan mereka terhadap produk lanting ubi kayu baik dari segi rasa maupun kemasan. Jumlah dan persentase pembeli berdasarkan motivasi pembelian dapat terlihat pada Tabel 36. Tabel 36. Karakteristik responden Jumlah dan Persentase Responden Pembeli Berdasarkan Motivasi Pembelian Kategori Jumlah Persentase (%) Motivasi pembelian Rendah (skor 37-43) 12 40 Sedang (skor 44-46) 10 33,3 Tinggi (skor 47-54) 8 26,7 Motivasi pembelian yang tinggi yaitu pembeli membeli karena tertarik dengan keunggulan produk lanting ubi kayu dan strategi pemasaran yang dilakukan. Motivasi pembelian yang yang sedang yaitu pembeli yang membeli karena tertarik hanya karena keunggulan produk, sedangkan motivasi pembelian yang rendah yaitu pembeli yang membeli untuk dikonsumsi sendiri dan akan membeli kembali ketika menginginkannya tanpa memperhatikan pemasaran yang dilakukan oleh penjual.