ARAH KEBIJAKAN KELAUTAN PASCA PEMILU 2009 DAN WOC

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

[Type the document subtitle]

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia

BAB I PENDAHULUAN. kedua didunia. Wilayah pesisir Indonesia yang luas memiliki garis pantai

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

-1- LAPORAN SINGKAT KOMISI IV DPR RI (BIDANG PERTANIAN, LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN, SERTA PANGAN)

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

Paparan Walikota Bengkulu

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

4/3/2017 PEMBANGUNAN PERIKANAN & KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

luas. Secara geografis Indonesia memiliki km 2 daratan dan

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PERENCANAAN KINERJA

DAMPAK KEGIATAN IUU-FISHING DI INDONESIA

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PENUTUP. bahwa upaya Indonesia dalam menangani masalah illegal fishing di zona

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah Illegal unreported and unregulated (IUU) fishing merupakan masalah global yang

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

Dengan luas laut mencapai 2/3 dari total wilayah, Indonesia dikaruniai sumber daya alam kelautan dan perikanan yang melimpah.


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. iii KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

PENDAHULUAN. Latar Belakang

POTRET KEBIJAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Oleh: Rony Megawanto

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 5 Maret 2015; disetujui: 20 Maret 2015

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET

BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.38/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Pembagian Kewenangan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Di Perairan Indonesia

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

4.2.5 URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PETUNJUK TEKNIS KOMPETISI INOVASI ALAT PENANGKAP IKAN YANG RAMAH LINGKUNGAN

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

PENDAHULUAN Latar Belakang

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

Transkripsi:

PUSAT KAJIAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERADABAN MARITIM ARAH KEBIJAKAN KELAUTAN PASCA PEMILU 2009 DAN WOC LAPORAN HASIL SEMENTARA SURVEY Suhana (Kepala Riset dan Kebijakan) 5/2/2009 LAUT UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN MASA DEPAN PERADABAN BANGSA

LAPORAN HASIL SEMENTARA SURVEY ARAH KEBIJAKAN KELAUTAN PASCA PEMILU 2009 DAN WOC A. Pendahuluan Pembangunan kelautan di Indonesia selama tiga dasawarsa terakhir belum memberikan dampak yang signifikan terhadap upaya pengentasan kemiskinan yang secara makro ekonomi ditandai oleh penciptaan pertumbuhan ekonomi yang adil. Bidang kelautan selama periode waktu tersebut seolah-olah hanya menjadi pelengkap dalam konfigurasi pembangunan nasional. Oleh karena itu pendapat yang mengatakan bahwa saat itu telah terjadi marjinalisasi bidang kelautan menjadi tak terbantahkan. Mengapa hal ini terjadi? Karena, jika mereview kondisi perjalanan bangsa sejak kemerdekaan maka kita sebagai bangsa belum memiliki sebuah visi bersama untuk membangunan kelautan ini dalam bentuk Ocean Policy, ocean economic maupun Ocean Governance. Pemilu 2009 merupakan momentum untuk menuju pembangunan kelautan dan perikanan yang bertanggugjawab. Berdasarkan hal tersebut maka Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim (PK2PM) bermaksud mengadakan survey arah kebijakan pembangunan kelautan pasca pemilu 2009 dan WOC. B. Tujuan Survey 1. Mengetahui pendapat dan harapan para pemangku kepentingan kelautan atas arah kebijakan kelautan pasca pemilu 2009; 2. Mengetahui harapan para pemangku kepentingan terhadap kegiatan WOC 2009; C. Sasaran Sasaran survey ini dikhususkan bagi para pemangku kepentingan sektor kelautan yang memiliki akses terhadap internet. D. Penyelenggara Survey PK2PM mulai akhir April 2009 secara rutin akan mengadakan survey berkala dengan topik-topik tertentu bidang kelautan kepada para pemerhati kelautan yang memiliki akses terhadap internet. Hasil survey ini setiap minggunya akan kami sampaikan kepada publik melalui blog ini. Namun demikian hasil dari survey ini belum dapat dijadikan suatu kesimpulan dalam memandang suatu permasalahan. Hasil survey ini hanya sebagai bahan renungan kita semua dalam menentukan arah kebijakan pembangunan kelautan nasional di masa kini dan yang akan datang. Dalam edisi pertama ini kami mengambil tema tentang Arah Kebijakan Kelautan Pasca Pemilu 2009 dan WOC. Berdasarkan hal tersebut kami sangat mengharapkan

partisipasi aktif para pemangku kepentingan kelautan untuk senantiasa mengisi kuisioner survey yang telah kami sediakan di blog PK2PM dengan alamat http://pk2pm.wordpress.com. E. Karakteristik Responden Responden yang mengisi form survey berjumlah 5 orang dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Artinya bahwa responden yang mengisi form kuisioner tersebut merupakan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sementara itu berdasarkan jenis pekerjaannya, responden yang mengisi form survey tersebut semuanya bekerja di sektor swasta. F. Pendapat Responden Atas Kebijakan Kelautan Nasional Berdasarkan hasil survey, semua responden berpendapat bahwa pembangunan kelautan dan perikanan saat ini belum sesuai dengan kepentingan masyarakat. Para responden memandang bahwa hal ini disebabkan : 1. Tidak adanya kebijakan yang melindungi nelayan tradisional, padahal merekalah yang memberikan kontribusi untuk konsumsi dalam negeri. Ketimbang Nelayan Modern yang berorientasi eksport; 2. Pembangunan kelautan saat ini masih berpihak kepada kepentingan pengusaha, hal ini dapat dilihat dari kebijakan privatisasi di sektor kelautan dan perikanan sebagaimana diatur dalam UU No 27 tahun 2007 tentang wilayah pesisir dan pulaupulau kecil; 3. Saat ini, arah kebijakan kelautan lebih kepada komoditas politik. Artinya dominan menangani isu-isu politik dan bersifat "show". Belum menyentuk dasar-dasar kebutuhan masyarakat pesisir mandiri. Contoh kasus penanganan illegalfishing ; dengan pengejaran kapal-kapal asing, namun disisi lain, pemerintah kurang mendorong/memberdayakan nelayan untuk mandiri dan memiliki kapasitas untuk mengarungi samudra sehingga secara langsung meningkatkan hasil tangkapan dan berarti pula meningkatkan tingkat pendapatan atau kesejahteraan. Jika masyarakat pesisir, memiliki kapabilitas (pengetahuan) dan kapasitas (permodalan). Maka, masyarakat pesisir berpeluang untuk maju dan berkembang, serta menghalau pelaku illegalfishing. 4. Karena belum mengena pasa substansi dan hanya mengurusi pencurian ikan sehingga kesannya parsial. UU yang diproduksi oleh DPR dan pemerintah lebih untuk kepentingan pihak asing. Jadi masih banyak yang terabaikan, misalnya nelayan tradisional

Sementara itu kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan yang disarakan oleh para respoden dalam lima tahun kedepan adalah : 1. Perlindungan terhadap nelayan kecil, mengingat nelayan kita mayoritas adalah nelayan yang bermodalkan kecil; 2. Moratorium perikanan tangkap di beberapa wilayah 3. Pembangunan perikanan budidaya yang ramah lingkungan 4. Perbaikan mutu produk perikanan nasional agar lebih memiliki daya saing di pasar internasional 5. Meningkatkan taraf pendidikan dan pengetahuan generasi muda masyarakat pesisir. 6. Memberdayakan generasi "tua" melalui berbagai pelatihan 7. Mendirikan ribuan unit-unit percontohan cara menangkap, berbudidaya hingga proses pengolahan ikan yang baik, dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif dan didampingi oleh tenaga ahli - sebagai tindak lanjut, menjalin kerjasama tripartet (pemerintah-kelompok masyarakat-pengusaha swasta) - kebijakan pendukung, meliputi penangganan illegal fishing, dan kebijakan-kebijakan politis yang lain. 8. Kebijakan dan politik fiskal dan anggaran untuk pengembangan dan pengelolaan sektor perikanan dan kelautan 9. Kebijakan pengembangan ekonomi nelayan tradisional bertumpu pada "ekonomi ganda" (perikanan/kelautan & pertanian tanaman pangan atau perikanan/kelautan & perkebunan atau perikanan/kelautan & ekowisata bahari 10. Kebijakan pengelolaan perikanan lepas pantai terutama ZEE untuk menunjang perikanan nasional sehingga tak dikuasai dan dimonopoli asing sehingga sekaligus mencegah unregulated, unreported fishing. 11. Kebijakan pengelolaan wilayan perbatasan berbasiskan sumberdaya alam dan budaya lokal 12. Kebijakan konservasi yang bersifat otonom dan tak menyerahkan pada kepentingan asing maupun lembaga internasional 13. Kebijakan pemastian stokc sumberdaya kelautan Indonesia (ikan, barang tambang, dll) G. Pendapat Responden Atas Kegiatan WOC 1. Mendorong adanya komitmen di antara negara-negara Asia, untuk bersama-sama dan konsisten menindak para pelaku Ilegal Fishing, khususnya yang terjadi di Indonesia. Dan meminta Uni-Eropa dan Amerika, lebih ketat lagi untuk tidak menerima/membeli hasil tangkapan secara ilegal. 2. Penghentian pembuangan sampah ke laut 3. "Save our ocean"

4. Konservasi yang tak meminggirkan dan memiskinkan nelayan tradisional 5. Penolakan perdagangan karbon dari laut dan terumbu karang yang sampai kini masih dalam perdebatan ilmiah 6. Penolakan utang dari negara maju untuk pengusaan sumberdaya kelautan 7. Pencemaran laut yang disebabkan perusahaan multinasional yang membuang limbahnya ke laut 8. Nelayan pelintas batas yang sering mendapatkan perlakukan tidak adil dari negara tetangga, misalnya Australia H. Penutup Demikian hasil sementara survey kebijakan kelautan dengan tema Arah Kebijakan Pembangunan Kelautan Pasca Pemilu 2009 dan WOC. Kami ucapkan terima kasih kepada para pengunjung blog kami yang telah menyempatkan waktu dalam mengisi sorm survey ini. Hasil ini akan terus diperbaharui setiap minggunya sesuai dengan isian form survey yang telah diisi oleh para responden. Oleh sebab itu kami mengaharapkan kepada para pengunjung blog http://pk2pm.wordpress.com untuk dapat mengisi form survey yang sudah kami sediakan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim (PK2PM), dengan kontak : Muhamad Karim (Direktur) No HP : 08121888291 Email : karim_mmi@yahoo.com Blog : http://pk2pm.wordpress.com Suhana (Kepala Riset dan Kebijakan Kelautan) No HP : 081310858708 Email : suhanaipb@gmail.com Blog : http://pk2pm.wordpress.com