BAB I PENDAHULUAN. undang undang ini adalah besaran alokasi dana desa yang sebelumnya hanya. cukup besar mulai Tahun 2015 yang akan datang.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF BANJAR. Presiden Republik Indonesia,

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARI JADI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG BATAS DAERAH KOTA BANJAR DENGAN KABUPATEN CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.

KATA PENGANTAR Drs. Helmizar Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

BAB I PENDAHULUAN. daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Satu Data Pembangunan Jawa Barat

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Anzar, tangan dari pemerintah pusat (Fitriyanti & Pratolo, 2009).

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dilandasi oleh Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN JAMKESDA DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI PUSKESMAS YANG BERADA DALAM LINGKUP PEMBINAAN DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2006 /02/2005 TENTANG

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah)

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

Yth. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota se-jawa Barat. Disampaikan dengan hormat, terima kasih. T April 2017 antor Wilayaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan perubahan peraturan perundangan yang mendasari pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DALAM RANGKA SINERGITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

Ringkasan Laporan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan UU di Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat

CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BERITA RESMI STATISTIK

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. terus dilakukan, antara lain, melalui pengajaran secara formal di sekolahsekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya rezim orde baru pada tahun 1998 terjadi perubahan di

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. UU RI No.20 pasal 51 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

1. COOPERATIVE FAIR KE-1

B A B III AKUNTABILITAS KINERJA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang telah disahkan awal tahun 2014 memberikan jaminan otonomi kepada pemerintah desa lebih besar dari yang sebelumnya. Salah satu hal yang menonjol dalam undang undang ini adalah besaran alokasi dana desa yang sebelumnya hanya rata-rata 100-200 juta per desa akan mengalami peningkatan sebesar 800-1 Milyar per desa per tahunnya. Hal ini tentu saja menjadikan pemerintah desa harus memiliki kesiapan dalam pengelolaan anggaran dengan jumlah yang cukup besar mulai Tahun 2015 yang akan datang. Jauh sebelum Undang-Undang Desa disahkan, pemerintah Kota Banjar telah memberikan alokasi dana desa yang lebih besar daripada pemerintah kabupaten/kota lainnya di Jawa Barat. Hal ini telah dimulai sejak Tahun 2007 yang lalu dimana Pemerintah Kota Banjar memulai program bantuan keuangan desa yakni operasional satu desa satu milyar. Menurut Kristianto, Kasi pemerintahan desa pada Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Desa, Kesatuan Bangsa dan politik Kota Banjar menyebutkan: 1

Alokasi Bantuan Operasional untuk desa sebesar satu desa satu milyar sudah dimulai sejak tahun 2007 di Kota Banjar, waktu itu bentuknya masih bantuan keuangan desa, lalu diganti mekanismenya dengan alokasi dana desa ditambah bantuan desa tapi totalnya untuk APBDes tidak boleh kurang dari satu milyar satu desa, mulai 2013 Alokasi Dana Desa nya sendiri jumlahnya sudah mulai berjumlah 1 Milyar secara bertahap dan di 2014 besar alokasi dana desa di semua desa sudah lebih dari 1 Milyar per desa, kalau dijumlah dengan bantuan keuangan desa, dan dana yang lain lain ya operasional desa yang masuk ke APBDes mencapai sekitar 1,7 M per desanya (Kasi Pemerintahan Desa Kantor PMPDKPol, 5 Agustus 2014) Hal tersebut merupakan hal yang relatif baru yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah khususnya Provinsi Jawa Barat. Walikota Banjar Periode (2004-2009, 2009-2013) menyampaikan bahwa desa adalah tempat masyarakat berada oleh karena itu desa harus mendapat perhatian khusus karena desa adalah dasar pembangunan masyarakat di kota Banjar (Dokumen Bag Humas, Setda Kota Banjar tanggal 23 Juni 2010). Program tersebutlah yang membedakan Kota Banjar dari daerah lain di wilayah Provinsi Jawa Barat. Perbandingan transfer bantuan untuk pemerintah desa di wilayah Jawa Barat pada Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini: 2

Tabel 1.1 Besaran Transfer Pemerintah Desa di Wilayah Jawa Barat (Dalam jutaan) NO Kabupaten/Kota Rata-rata Besaran per desa 1 Kab. Bandung 518, 787 2 Kab. Bekasi 210,278 3 Kab. Bogor 672,949 4 Kab. Ciamis 345,270 5 Kab. Cianjur 189,288 6 Kab. Cirebon 194,029 7 Kab. Garut 167,913 8 Kab. Indramayu 227,689 9 Kab. Karawang 311,649 10 Kab. Kuningan 121,019 11 Kab. Majalengka 158,546 12 Kab. Purwakarta 33,854 13 Kab. Subang 314,929 14 Kab. Sukabumi 250,807 15 Kab. Sumedang 179,207 16 Kab. Tasikmalaya 257,237 17 Kab. Bandung Barat 759,261 18 Kab. Pangandaran 396,658 19 Kota Banjar 1.256, 117 (Sumber: DJPK dan BPS data diolah ) 3

Dari data di atas dapat dilihat bahwa besaran alokasi anggaran pemerintah yang diberikan kepada pemerintah desa di Kota Banjar jauh lebih besar dari yang diterima oleh wilayah lain di Jawa Barat. Alokasi Dana Desa di Kota Banjar sendiri mengalami perkembangan setiap tahunnya bergantung pada APBD Kota Banjar. Perkembangan alokasi dana desa yang ada di Kota Banjar mulai tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 1.2 Selain itu desa adalah salah satu strong point dalam percepatan pembangunan untuk berbagai tujuan pembangunan maupun penganggulangan kemiskinan. Untuk itu desa perlu menjadi mandiri agar dapat memenuhi tujuan pembangunan, dan pengembangan anggaran desa merupakan salah satu program untuk menjadikan desa dapat membangun secara mandiri. Pembangunan Desa adalah dasar bagi pembangunan kota secara umum, setidaknya hal tersebut yang diyakini oleh pemerintah Kota Banjar sehingga salah satu visi yang ada pada pemerintah Kota banjar adalah Desa yang kuat merupakan dasar Kota yang kuat. Hal ini menyebabkan pemerintah mengalokasikan transfer dana yang cukup besar untuk alokasi dana desa. Kristianto, Kasi pemerintahan desa pada Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Desa, Kesatuan Bangsa dan politik Kota Banjar menyebutkan: 4

ADD Kota Banjar sebelum adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 besarnya 10 % dari APBD setelah dikurangan DAK dan Belanja pegawai, Tahun ini masih menggunakan rumus seperti tahun sebelumnya yakni dana perimbangan dengan dikurangi belanja pegawai yang nilainya 30% besarnya dana transfer ke pemerintah desa mencapai 18 Milyar sementara jumlah desa di Kota hanya 16 jadi masing-masing desa rata-rata mendapat 1,12 Milyar tergantung kriteria desa, Jika Tahun depan berarti besarnya akan lebih dari jumlah tersebut karena besaran transfernya tidak lagi di kurangi oleh belanja pegawai melainkan langsung 10 % dana perimbangan, asumsinya dana perimbangan tahun ini sekitar 320 Milyar berarti besaran transfer untuk desa bisa mencapai 32 Milyar dibagi 16 desa berarti tiap desa ADD bisa naik sampai 2 M (Kantor PMPDKPol, 5 Agustus 2014) Sehingga dapat dipastikan bahwa alokasi dana desa pada 2015 akan mengalami peningkatan signifikan sampai lebih dari 2 Milyar, sehingga perlu dilakukan persiapan yang matang untuk pengelolaan alokasi dana desa. Namun demikian banyak hal juga yang telah dicapai selama program tersebut berjalan. Dilihat dari infrastruktur desa, sudah lebih baik daripada sebelum desa nmenjadi pusat kebijakan pembangunan pemerintah Kota Banjar diantaranya jalan desa yang menjadi lebih bagus, malah susah untuk mencari jalan desa yang berlubang dikota ini, juga pembangunan fasilitas kesehatan masyarakat desa (polindes) yang meningkat dari tahun ke tahun (Sumber: Bappeda Kota Banjar, data diolah) 5

Tabel 1.2 Alokasi Dana Desa Pemerintah Kota Banjar Tahun 2010-2014 NO KECAMATAN DESA BESARAN ALOKASI DANA DESA 2010 2011 2012 2013 2014 1 BANJAR BALOKANG 932,582,270 577,759,920 720,604,052 1,013,570,943 1,318,740,822 CIBEUREUM 777,536,691 426,011,662 497,338,282 690,635,509 1,015,646,290 NEGLASARI 855,298,703 503,225,174 641,217,706 909,906,729 1,085,851,939 SITUBATU 872,511,359 477,934,369 630,187,591 Menjadi Kelurahan Menjadi Kelurahan JAJAWAR 784,671,446 444,086,258 543,483,053 694,673,594 1,055,104,204 2 PURWAHARJA RAHARJA 786,289,919 452,787,080 548,362,124 794,602,163 1,050,955,944 MEKARHARJA 789,961,086 472,707,281 550,166,298 764,337,516 1,119,048,858 3 PATARUMAN MULYASARI 901,193,814 519,474,745 689,259,205 852,347,194 1,140,369,984 BATULAWANG 852,058,804 563,778,656 646,339,291 871,266,675 1,090,082,496 KARYAMUKTI 948,106,421 530,800,756 655,015,409 881,553,120 1,119,764,577 BINANGUN 893,532,985 572,477,914 616,562,357 854,103,283 1,120,650,242 SUKAMUKTI 851,982,204 490,842,283 588,046,360 791,250,088 1,083,994,721 SINARTANJUNG 819,525,642 486,138,341 620,117,516 823,065,073 1,117,653,800 4 LANGENSARI LANGENSARI 927,712,412 574,425,938 680,409,291 880,409,981 1,211,865,955 REJASARI 962,741,944 625,979,851 730,645,500 1,036,064,837 1,206,902,107 WARINGINSARI 920,364,117 610,456,717 678,194,791 941,943,755 1,284,139,172 KUJANGSARI 923,930,183 648,652,973 738,204,398 1,012,296,245 1,278,600,477 JUMLAH 14,800,000,000 8,977,639,920 10,774,153,225 13,812,026,704 18,099,371,588 Sumber : Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Desa, Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjar (Data diolah) 6

Dengan demikian pemerintah desa di Kota Banjar telah mengelola ADD yang nilainya sangat signifikan 4 tahun lebih dahulu dibanding daerah lain, seharusnya pemerintah desa di Kota Banjar memiliki persiapan yang lebih baik dalam pengelolaan besaran ADD yang akan meningkat pada Tahun 2015. Namun apakah peningkatan anggaran tersebut memberikan perubahan yang besar terhadap pembangunan desa yang ada di Kota Banjar. Hal ini dikarenakan ada beberapa permasalahan yang timbul dari pengelolaan Alokasi Dana Desa yang berjumlah besar tersebut. Beberapa penyelewengan terkait ADD yang muncul ke permukaan antara lain penyelewengan ADD pada Desa Situbatu Tahun 2009 terkait alokasi dana pembangunan yang dialokasikan kepada pembelian aset kendaraan bermotor untuk Kepala Desa dan Perangkat Desa kemudian penyelewengan ADD pada Desa Batulawang Tahun 2010 yang sedang dalam proses penyelidikan pihak kejaksaan dan beberapa masalah yang muncul mengenai pengelolaan dana pembangunan dari ADD pada Desa Rejasari, Kujangsari, Neglasari yang baru mulai diproses pihak kepolisian (Sumber : Kantor PMDKPol, 5 Agustus 2014) Namun demikian banyak hal juga yang telah dicapai selama program tersebut berjalan. Dilihat dari infrastruktur desa, sudah lebih baik daripada sebelum desa nmenjadi pusat kebijakan pembangunan pemerintah Kota Banjar diantaranya jalan desa yang menjadi lebih bagus, malah susah untuk mencari jalan desa yang berlubang dikota ini, juga pembangunan fasilitas kesehatan masyarakat desa (polindes) yang meningkat dari tahun ke tahun (Sumber: Bappeda Kota Banjar, data diolah) 7

Oleh karena itu kami ingin mengetahui selama pelaksanaan program Alokasi Dana Desa bagaimana tingkatan ketercapaian program ADD dimaksud terhadap tujuan ADD yang dirumuskan dalam Peraturan Walikota Nomor 6 Tahun 2010 tersebut. Hal ini dilakukan karena pemerintah desa telah diberikan tanggung jawab untuk membangun desa dengan otonomi desa, sehingga perlu dilihat apakah alokasi dan desa yang selama ini dilaksanakan telah efektif mencapai tujuan pembangunan desa atau belum. Selain itu evaluasi adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi yakni pemerintah desa dan secara luas nantinya dapat berpengaruh pada pemerintah daerah yang bersangkutan. Jika kebijakan alokasi dana desa efektif dalam menggerakan pembangunan di desa, maka secara makro pembangunan daerah juga akan meningkat. Dari hal-hal di atas kami ingin mengetahui bagaimana efektifitas alokasi dana desa yang telah dilaksanakan pada pemerintah Kota Banjar. 1.2. Rumusan Masalah Memperhatikan latar belakang sebagaimana disebutkan diatas, maka rumusan masalah yang kami ajukan adalah: Bagaimana efektivitas pelaksanaan Alokasi Dana Desa yang telah dilaksanakan di Kota Banjar? 8

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan pokok dari penelitian ini adalah mengevaluasi pelaksanaan alokasi dana desa yang mencakup gambaran umum pelaksanaan kegiatan, ketercapaian tujuan kegiatan kegiatan yang didanai oleh ADD serta dampaknya terhadap masyarakat. 1.4. Manfaat penelitian a. Manfaat Akademis Sebagai masukan dalam kajian administrasi publik yakni kajian mengenai evaluasi pelaksanaan Alokasi Dana Desa yang telah dilaksanakan di Kota Banjar. b. Manfaat Praktis Dengan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan alokasi dana desa yang telah dilakukan di Kota Banjar, dapat diperoleh gambaran mengenai program tersebut seberapa efektif digunakan dalam pembangunan desa. 9