BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknik dinas

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 gambar Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun Sumber: Buku Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 AKI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Hospital Association dalam Rustiyanto (2010),

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kepmenkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Puskesmas. adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran dan kedokteran gigi. Salah satu fasilitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya. pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktek

BAB I PENDAHULUAN. adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

penyimpanan, (c) mudah pengambilannya, (d) melindungi berkas rekam medis dari bahaya pencurian, bahaya kerusakan fisik, kimiawi dan biologi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

suplemen Informasi Jampersal

BAB I PENDAHULUAN. serta Milenium Development Goals (MDGs), pada tahun 2011 Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 ayat 3 adalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ayat 3 adalah

Kesehatan (BPJS Kesehatan) dibentuk untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Permenkes RI No

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. pasien yang berkaitan dengan medis. Salah satu kewajiban yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS BAGI PASIEN TIDAK MAMPU PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rekam medis harus dijaga kerahasiaannya. (1) c. Rekam medis dalam arti sempit dimaksud kasus-kasus yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN. tahun Penurunan angka kematian ibu per kelahiran bayi. Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan No 36 tahun 2009 adalah tercapainya derajat kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Sistem Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dengan Sistem Manajemen. Pelayanan yang baik, harus memperhatikan keselamatan pasien, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah. sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, disebutkan bahwa

Kebijakan Pemerintah di Bidang Kesehatan dalam Menanggapi Angka Kematian Ibu di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian, serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin, agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang teknis medis maupun administrasi kesehatan (Rustiyanto, 2010). Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan, salah satunya adalah rekam medis yang bermutu. Berdasarkan Permenkes no. 269 tahun 2008, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dalam menunjang rekam medis yang bermutu, diperlukan sistem pengolahan yang baik. Salah satunya ialah sistem penyimpanan yang dapat menunjang fungsi rekam medis serta menjaga kerahasiaannya. Ditinjau dari lokasinya, cara penyimpanan berkas rekam medis dibagi menjadi dua cara yaitu 1

2 sentralisasi dan desentralisasi. Pada studi pendahuluan yang dilaksanakan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tanggal 28 Desember 2012, berdasarkan wawancara dengan salah satu petugas rekam medis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten serta observasi langsung, cara penyimpanan berkas rekam medis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menggunakan sistem desentralisasi. Tidak hanya berkas rawat jalan dan rawat inap yang dipisah, namun ada bagian dari berkas rawat inap yang disimpan terpisah yaitu lembar INA- CBG s. Sehingga catatan riwayat kesehatan pasien tidak tersusun secara kronologis. Menurut Permenkes No. 2562 tahun 2011 tentang Juknis Jampersal, angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi baru lahir (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDG s 2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-

3 tersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan. Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang didalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Besaran biaya untuk pelayanan Jaminan persalinan, komplikasi kehamilan, komplikasi nifas dan komplikasi bayi baru lahir, maupun pelayanan rujukan terencana tingkat lanjutan menggunakan tarif paket Indonesia Case Base Group (INA-CBGs). Menurut Permenkes No. 903 tahun 2011, untuk memenuhi kesesuaian INA-CBGs, dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosis yang tepat dan jelas sesuai ICD-10 dan ICD-9 CM. Dalam hal tertentu, coder dapat membantu proses penulisan diagnosis sesuai ICD-10 dan ICD-9 CM. Ketepatan pengodean untuk kasus persalinan masih tergolong rendah. Pada penelitian Sriepuspita (2007), untuk ketepatan kode diagnosis utama sebesar 21,08%. Pada penelitian Lisnawati (2010) ketepatan pada lembar ringkasan masuk dan keluar ibu sebesar 41,94%, ringkasan masuk dan keluar bayi sebesar 35,48% dan pada ringkasan masuk dan keluar anak sebesar 22,58%. Pada penelitian Riantini (2010) tentang alasan tidak digunakannya kode Z37 tentang

4 outcome delivery ialah kurangnya pemahaman petugas coding mengenai kode rangkap pada pengodean kasus persalinan, pendidikan dan pelatihan serta kurangnya pengawasan pada berkas rekam medis. Oleh karena itu, penulis tertarik membahas tentang kesesuaian data diagnosis pada sistem penyimpanan desentralisasi serta ketepatan kode dengan mengangkat tema analisis ketepatan kode yang mengambil salah satu kasus yaitu kasus persalinan dengan penyulit pada tahun 2012 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana kesesuaian dan ketepatan kode kasus persalinan dengan penyulit di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?. C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mengetahui prosentase kesesuaian dan ketepatan kode kasus persalinan dengan penyulit. 2. Tujuan Khusus a) Mengetahui prosentase kesesuaian data diagnosis antara berkas rawat jalan dengan rawat inap kasus persalinan dengan penyulit

5 b) Mengetahui cara pengodean kasus persalinan dengan penyulit c) Mengetahui prosentase ketepatan kode kasus persalinan dengan penyulit d) Mengetahui prosentase kesesuaian kode antara berkas rawat inap dengan lembar INA-CBG s kasus persalinan dengan penyulit D. MANFAAT 1. Manfaat Praktis a) Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan. b) Bagi Peneliti (1) Mengetahui gambaran tentang pengodean kasus persalinan dengan penyulit pada sistem penyimpanan secara desentralisasi. (2) Dapat menerapkan secara langsung ilmu yang didapat selama masa perkuliahan.

6 2. Manfaat Teoritis a) Bagi Institusi Pendidikan (1) Dapat membandingkan teori dengan kenyataan di lapangan. (2) Menjalin kerja sama yang harmonis, terpadu, dan berkesinambungan antara pihak rumah sakit dengan institusi pendidikan. (3) Mengetahui sejauh mana mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang didapatnya saat kegiatan perkuliahan b) Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan oleh peneliti lain. E. KEASLIAN PENELITIAN Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian dengan topik Analisis Kode Diagnosis dan Tindakan Kasus Persalinan dengan Penyulit Pasien Jampersal belum dilakukan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Namun, ada beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini, diantaranya : 1. Sriepuspita (2007) dengan judul Ketepatan Kode Diagnosis pada Lembar Ringkasan Masuk Keluar Obstetri di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

7 Penelitian Sriepuspita (2007) ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengkodean diagnosis utama dan mengetahui ketepatan kode diagnosis utama pada lembar RMK Obstetri. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional. Objek penelitian ini yaitu pelaksanaan pengkodean diagnosis utama, sedangkan subjek penelitian ini yaitu petugas pengkodean (responden) dan lembar ringkasan masuk dan keluar obstetri triwulan III tahun 2006 sebanyak 229 lembar. Hasil penelitian Sriepuspita (2007) adalah petugas pengkodean mengalami kesulitan dalam pencarian kode diagnosis utama menggunakan ICD-10. Pedoman utama dalam penentuan kode diagnosis utama adalah buku pintar. Petugas tidak memeriksa (review) lembaran-lembaran yang lain yang ada di rekam medis. Ketepatan kode diagnosis utama (tunggal) sebesar 84,13% dan ketepatan kode diagnosis utama (rangkap) sebesar 21,08%. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Sriepuspita (2007) terletak pada topik yang diangkat yaitu tentang ketepatan kode, sedangkan perbedaannya terletak pada tujuan penelitian serta objek penelitian. Penelitian Sriepuspita (2007)

8 hanya meneliti proses pengkodean sampai ketepatannya saja. Sedangkan pada penelitian ini, selain meneliti proses pengodean juga meneliti kesesuaian diagnosis antara rawat jalan dengan rawat inap guna melihat kesinambungan data pasien pada sistem penyimpanan desentralisasi. Objek penelitian ini dengan penelitian Sriepuspita (2007) pun berbeda. Pada penelitian Sriepuspita (2007), kasus obstetri secara keseluruhan menjadi objek penelitiannya, sedangkan pada penelitian ini lebih difokuskan pada kasus persalinan dengan adanya penyulit. Rancangan penelitiannya pun berbeda. Penelitian Sriepuspita (2007) menggunakan cross sectional, sedangkan penelitian ini menggunakan rancangan fenomenologis. 2. Riantini (2010) dengan judul Penyebab Tidak Digunakannya Kode Z37 pada Kasus Persalinan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Penelitian Riantini (2010) ini bertujuan mengkaji pengodean Z37 pada kasus persalinan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang petugas rekam medis rawat inap

9 yaitu petugas coding dan koordinator ruang rawat inap. Dan objek penelitian ini adalah berkas rekam medis rawat inap pada kasus persalinan yang berjumlah 113 berkas. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah observasi, studi dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian Riantini (2010) adalah kode Z37 tidak disertakan dalam pengodean persalinan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan penyebab antara lain perbedaan tingkat pengetahuan masing-masing petugas rekam medis tentang kode kasus persalinan, petugas rekam medis yang tidak memanfaatkan adanya pelatihan dan kurangnya kontrol dari Kepala Instalasi Rekam Medis. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Riantini (2010) adalah kasus persalinan sebagai objek penelitian, jenis dan rancangan penelitian, serta teknik pengambilan data yang digunakan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Riantini (2010) terletak pada tujuan penelitian. Penelitian Riantini (2010) bertujuan mengkaji penggunaan kode Z37 pada kasus persalinan sebagai outcome delivery, sedangkan penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian dan ketepatan kode diagnosis dan tindakan pada kasus persalinan dengan penyulit. Penelitian Riantini (2010) menggunakan cross

10 sectional, sedangkan penelitian ini menggunakan rancangan fenomenologis. 3. Agustina (2012) dengan judul Pemanfaatan Data Rekam Medis untuk Perencanaan Penyediaan Obat Pasien Rawat Inap (Asuransi Jampersal) periode Triwulan I tahun 2012 di RSUD Ajibarang Penelitian Agustina (2012) ini bertujuan untuk mengetahui obat jenis apa yang banyak digunakan oleh pasien rawat inap yang menggunakan asuransi jampersal, mengetahui diagnosis terbanyak pasien jampersal dan penggunaan data rekam medis yang digunakan bagian farmasi dalam perencanaan kebutuhan obat. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Objek penelitian ini adalah lembar catatan pemberian obat rawat inap dan ringkasan keluar masuk pada berkas rekam medis. Subjek penelitian ini adalah satu petugas rekam medis dan dua petugas farmasi. Hasil penelitian Agustina (2012) adalah penggunaan obat di RSUD Ajibarang kasus pasien jampersal golongan antibiotik terbanyak adalah amoksisilin tablet sejumlah 850

11 tablet, penggunaan obat analgesik yang terbanyak pemakaiannya adalah asam mefenamat tablet sejumlah 920 tablet, penggunaan obat golongan vitamin terbanyak adalah vitamin C sejumlah 90 tablet, penggunaan obat untuk mengurangi dan menghentikan perdarahan terlitat penggunaan keterolac sejumlah 74, penggunaan obat jenis urotonik terlihat penggunaan metalergometrin tablet sejumlah 521 tablet lebih, penggunaan obat penambah darah sejumlah 760 tablet menggunakan sulfa feros, penggunaan obat jenis antasida terlihat lebih banyak penggunaan gastrul tablet sejumlah 45 tablet. Diagnosis utama terbanyak di RSUD Ajibarang kasus pasien jampersal yaitu prolonged pregnancy atau lama kehamilan. Sementara itu penggunaan data rekam medis baru dijadikan cross check oleh bagian farmasi, pemanfaatannya belum secara optimal. Perencanaan penyediaan obat di RSUD Ajibarang masih menggunakan metode konsumsi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Agustina (2012) terletak pada jenis pasien yaitu pasien bersalin rawat inap, jenis dan rancangan penelitian serta teknik pengambilan data. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Agustina (2012) terletak pada tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

12 kesesuaian dan ketepatan kode diagnosis dan tindakan pada kasus persalinan dengan penyulit sedangkan penelitian Agustina (2012) bertujuan mengetahui diagnosis dan jenis obat terbanyak serta penggunaan data rekam medis dalam perencanaan kebutuhan obat. Penelitian Agustina (2012) menggunakan cross sectional, sedangkan penelitian ini menggunakan rancangan fenomenologis. 4. Lisnawati (2012) dengan judul Ketepatan Kode Diagnosis Utama dengan ICD-10 pada Lembar RMK Ibu, Bayi dan Anak RSKIA Sadewa Yogyakarta Tujuan penelitian Lisnawati (2012) untuk mengetahui pelaksanaan pengkodeannya, prosentase ketepatannya, faktor penyebab ketidak tepatan, dampaknya serta upaya dalam mengatasi ketidak tepatan pengkodean. Jenis penelitian ini adalah penetian deskriptif kualitatif dengan rancangan penelitian fenomenologis. Teknik pengambilan data penelitian ini menggunakan observasi, studi dokumentasi serta wawancara. Hasil penelitian Lisnawati (2012) adalah pelaksanaan pengkodean di RSKIA Sadewa Yogyakarta dilakukan oleh petugas rekam medis dengan fasilitas menggunakan buku pintar dan ICD-10. Tingkat ketepatan yaitu pada lembar

13 ringkasan masuk dan keluar ibu sebesar 41,94%, ringkasan masuk dan keluar bayi sebesar 35,48% dan pada ringkasan masuk dan keluar anak sebesar 22,58%. Faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan kode diagnosis utama antara lain prosedur tetap yang belum dibuat oleh petugas rekam medis, cara menentukan kode tidak sesuai dengan ICD-10 volume 2, tulisan dokter yang kurang jelas serta petugas rekam medis yang kurang terampil. Dampak dari ketidaktepatan kode ini yaitu menghasilkan laporan morbiditas pasien rawat inap yang tidak tepat dan dapat menambah kasus baru. Upaya yang dilakukan petugas rekam medis untuk meminimalisir ketidaktepatan yaitu dengan cara membuat prosedur tetap, langkah-langkah penentuan kode sesuai dengan aturan, dokter diberi surat pemberitahan yang berisi diagnosis utama berdasarkan kasus yang sering muncul, dan mengajukan anggaran dana ke direktur untuk mengikuti pelatihan rekam medis khususnya pelatihan ICD- 10, tetapi upaya yang dilakukan belum maksimal. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Lisnawati (2012) terletak pada topik yang diangkat yaitu tentang ketepatan kode, jenis dan rancangan penelitian serta teknik pengambilan data. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

14 Lisnawati (2012) terletak pada objek penelitian. Pada penelitian ini objek penelitian difokuskan pada kesesuaian dan ketepatan kode diagnosis dan tindakan pada kasus persalinan dengan penyulit, sedangkan pada penelitian Lisnawati (2012) objek penelitiannya mengenai ketepatan kode diagnosis utama pada rekam medis ibu, bayi dan anak.