Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Seluruh masyarakat Kota Tebing Tinggi. Hasil yang diharapkan 1 unit IPLT dibangun dan dapat beroperasi mulai tahun 2018 Rincian Kegiatan

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui anus dan merupakan sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang

Sabua Vol.7, No.1: Maret 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

PENDAHULUAN. Limbah domestik merupakan jumlah pencemar terbesar yang masuk ke perairan

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Pengelolaan Air Limbah Domestik

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

DESAIN IPAL KOMUNAL UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN SANITASI DI DESA LUENGBARO, KABUPATEN NAGAN RAYA, ACEH

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

Tata cara Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah

2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI

EVALUASI LAYANAN SANITASI DI RUSUNAWA SEMANGGI KOTA SURAKARTA

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

PERENCANAAN PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU ABSTRACT

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Tugas Akhir RE

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

2.1 Visi Misi Sanitasi

W ALIKOTA M AKASSAR PROVINSI SULAW ESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

: Petunjuk Praktis Pemilihan Teknologi dan Estimasi Biaya : Nusa Tenggara Timur

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

PROFIL KABUPATEN / KOTA

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

A. Karim Fatchan 1); Prillia Rahmawati 2)

1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Urusan sanitasi dan air minum menjadi hal yang penting dalam mendukung Gerakan Masyarakat (Germas) Hidup Sehat, jelas Puan Maharani.

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

Perencanaan SPAL dan IPAL Komunal di Kabupaten Ngawi (Studi Kasus Perumahan Karangtengah Prandon, Perumahan Karangasri dan Kelurahan Karangtengah)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah

Transkripsi:

Sabua Vol.7, No.2: 437-445 Oktober 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO Brilsya Moningka 1, Veronica A. Kumurur 2, & Ingerid L. Moniaga 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi Manado 2&3 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak. Pengelolaan lumpur tinja dimaksudkan sebagai upaya untuk mencapai salah satu tujuan penataan ruang, yakni mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan melalui perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang (Pasal 3 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang). Oleh sebab itu,pengelolaan lumpur tinja yang memadai dan terpadu secara menyeluruh sangat diperlukan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan peningkatan timbulan lumpur tinja akibat tingginya jumlah dan kepadatan penduduk di kawasan perkotaan. Dalam hal ini, khususnya untuk kawasan padat penduduk memerlukan komunalisasi pengelolaan lumpur tinja, dan penyediaan fasilitas pengolah yang bersifat lanjutan dari tangki septic. Maka dari itu peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang analisis pengelolaan lumpur tinja di Kecamatan Sario Kota Manado. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui cara mengelola lumpur tinja pada pemukiman padat penduduk di Kecamatan Sario dan Menentukan kebutuhan pengelolaan dan lokasi sarana pengelolaan lumpur tinja pada pemukiman padat penduduk di Kecamatan Sario. Tahapan analisis untuk mencapai tujuan penelitian terdiri atas 4 tahap yakni : identifikasi permukiman padat padat penduduk di Kecamatan Sario atau penentuan lokasi penelitian; deskripsi kondisi eksisting pengelolaan lumpur tinja pada lokasi penelitian; proyeksi jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan timbulan lumpur tinja tahun 2014-2034; dan penentuan kebutuhan dan lokasi sarana pengelolaan lumpur tinja tahun 2014-2034. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : Pengelolaan lumpur tinja yang saat ini diterapkan masyarakat pada Kecamatan Sario adalah system setempat dan Kebutuhan pengelolaan lumpur tinja yang cocok untuk diterapkan pada Kecamatan Sario hingga tahun 2034 adalah system setempat dilengkapi dengan pengolahan tambahan berupa anaerobic baffled reactor sebanyak 23 unit. Kata Kunci : Pengelolaan Lumpur Tinja, Kecamatan Sario, Kota Manado PENDAHULUAN Pengelolaan lumpur tinja dimaksudkan sebagai upaya untuk mencapai salah satu tujuan penataan ruang, yakni mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan (Pasal 3 Undangundang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang). Kecamatan Sario merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi di kota Manado. Di kecamatan Sario, sungai Sario tidak lepas dari kontaminasi lumpur tinja terhadap sungai, sehingga menyebabkan status air sungai tercemar bakteri coli. bakteri Coli pada sungai Sario sendiri adalah 4840 e coli/100ml dan 12.100 total coli/100ml (SLHD SULUT, 2012). tersebut sudah jauh melebihi bakumutu yang ditetapkan yakni 100-2.000 e @Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado Oktober 2015

438 BRILSYA MONINGKA, VERONICA A. KUMURUR & INGERID L. MONIAGA coli/100ml, dan 1.000-10.000 total coli/100ml (PP No. 82 Tahun 2001). Kontaminasi bakteri coli pada air sungai Sario sering disebabkan oleh pembuangan efluen tangki septic warga ke saluran drainase, tanpa mengalami pengolahan lebih lanjut. Saluran drainase yang berujung ke sungai kemudian membawa air buangan atau efluen tangki septic yang masih mengandung bakteri coli, dan mengakibatkan air sungai pun terkontaminasi. Dalam hal ini, khususnya untuk kawasan padat penduduk memerlukan komunalisasi pengelolaan lumpur tinja, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengelola lumpur tinja pada pemukiman padat penduduk di Kecamatan Sario, dan menentukan kebutuhan pengelolaan dan lokasi sarana pengelolaan lumpur tinja pada pemukiman padat penduduk di Kecamatan Sario. BLACK WATER Pada dasarnya black water merupakan buangan yang berasal dari WC. Terdapat pula istilah ekskreta manusia yang berarti kotoran manusia baik yang berbentuk padat (tinja) maupun cair (air kemih) (Kusnoputranto,1997). Lumpur tinja juga dikenal sebagai istilah lain dari black water. Lumpur tinja dapat diartikan sebagai seluruh isi septik tank, cubluk tunggal atau endapan lumpur dari underflow unit pengolah air limbah lainnya yang pembersihannya dilakukan dengan mobil (Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan IPLT sistem Kolam). Tabel 1. Kuantitas Air Limbah Hitam (Black Water) Per Orang Per Hari No Limbah/Prod Q/Laju Timbulan uk (Liter/orang/hari 1 Tinja 0,15 2 Urine 1,25 3 Pembersih 10,5 Anus 4 Air Guyur 12-48 5 Total 24-60 Rata-rata 42 Liter/orang/hari Sumber: TTPS, 2010 Sistem Pengelolaan Lumpur Tinja Aspek-aspek yang mempengaruhi pengelolaan air limbah (Materi Bidang Air Limbah I, Dirjen Cipta Karya 2013): Demografi Ekonomi Sosial Lingkungan Beberapa arahan yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan sistem pengelolaan limbah domestic, yang didalamnya termasuk pengelolaan lumpur tinja (Materi Bidang Air Limbah I, Dirjen Cipta Karya, 2013): a) Mengoptimalkan sistem setempat yang sudah berjalan; b) Mengembangkan sistem off-site pada kawasan tertentu; c) Mengembangkan sistem off-site skala kota; d) Mengembangkan sistem off-site dengan teknologi maju; e) Transformasi sistem setempat ke terpusat dengan menentukan zona prioritas. Sistem Setempat (On-site system) Cocok diterapkan di daerah dengan kriteria (Dirjen Cipta Karya, 2013): Kepadatan penduduk < 100 jiwa/ha (rendah) Kepadatan penduduk > 100 jiwa/ha, dilengkapi pengolahan tambahan Tangki Septik Tangki septik adalah bak kedap air yang terbuat dari beton, fiberglass, PVC atau plastic, untuk penampungan dan pengolahan black water dan grey water. Merupakan tangki pengendapan dan proses anaerobic untuk mengurangi padatan material organic (TTPS, 2010). Kelebihan: Dapat dibangun dan diperbaiki dengan tersedianya material local. Umur pelayanan panjang.

ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO 439 Bila digunakan dengan benar, tidak ada masalah dengan lalat dan bau. Biaya investasi rendah, biaya operasional tergantung harga satuan air dan pengurasan. Kpeperluan lahan tanah kecil. Tidak perlu energy listrik. Kekurangan: Pengurangan bakteri pathogen, padatan dan Zat organic rendah. Tidak boleh terkena banjir, sehingga permukaan bangunan/ lubang pemeriksaan harus di atas muka air banjir. Efluen dan lumpur tinja masih perlu pengolahan sekunder dan atau pembuangan yang cocok. Memerlukan sukber air yang konstan. Kelebihan: Tabel 2. Kapasitas Volume Tangki Septik Berdasarkan Kamar Tidur Ekuivalensi Kapasitas Kamar Kapasitas per (gallons) Tidur Kamar Tidur < 2 750 375 3 900 300 4*) 1.000 250 Keterangan: *) untuk setiap tambahan kamar tidur, tambahlah 250 gallons. 1 gallons = 3,785 liter (Amerika) Sumber: Kusnoputranto, 1997. Gambar 1. Penampang Tangki Septik Tahan terhadap beban kejutan hidrolis dan zat organic. Tidak memerlukan energy listrik. Grey water dapat dikelola secara bersama. Dapat dibangun dan diperbaiki dengan merial local yang tersedia. Umur pelayanan panjang. Penurunan zat organik tinggi. Biaya investasi dan operasi moderat. Luas lahan yang dibutuhkan sedikit karena dibangun di bawah tanah. Biaya pembangunan kecil. Biaya pengoperasian dan perawatan mudah dan murah. Efluen dapat langsung dibuang ke badan air penerima. Kekurangan: Memerlukan sumber air yang konstan. Efluen memerlukan pengolahan sekunder atau dibuang ke tempat yang cocok. Penurunan zat pathogen rendah. Diperlukan tenaga ahli untuk desain dan pengawasan pembangunan. Diperlukan tukang ahli untuk pekerjaan plester berkualitas tinggi untuk konstruksi beton. Tidak boleh terkena banjir. Memerlukan sumber air yang konstan. Perlu dilakukan pengurasan berkala setiap 2-3 tahun. Sistem Terpusat (Off-site system) Cocok diterapkan di daerah dengan kriteria: Kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha Kawasan berpenghasilan rendah, dgn sistem decentralized water treatment (septik tank komunal), dan konsep perpipaan shallow sewer. METODOLOGI PENELITIAN Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan survey langsung ke lokasi penelitian, yakni kelurahan Sario Utara, Kelurahan Sario

440 BRILSYA MONINGKA, VERONICA A. KUMURUR & INGERID L. MONIAGA Kota Baru, dan Kelurahan Ranotana. Data sekunder untuk penelitian diperoleh dengan cara melakukan survey ke instansiinstansi pemerintah seperti Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Utara, penyedia layanan pengangkutan lumpur tinja yakni PT. KUD Wenang, dan pengambilan data dari publikasi resmi situs-situs tertentu berupa jurnal-jurnal dan buku online. Proses analisis data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan analisa, yakni: Identifikasi Permukiman Padat Penduduk di Kecamatan Sario, atau penentuan lokasi penelitian. Deskripsi Kondisi Eksisting Pengelolaan Lumpur Tinja pada lokasi penelitian; Proyeksi jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan timbulan lumpur tinja tahun 2014-2034. Penentuan kebutuhan dan lokasi sarana pengelolaan lumpur tinja tahun 2014-2034. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kriteria lokasi penelitian merupakan lingkungan-lingkungan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk di atas 100 jiwa/ha, dan memiliki pengaruh besar terhadap Sungai Sario dalam hal pembuangan limbah atau terletak di tepi Sungai Sario. Tingkat kepadatan penduduk di atas 100 jiwa/ha terpilih karena angka tersebut memberikan dampak pencemaran yang cukup tinggi terhadap air maupun tanah (Materi Bidang Air Limbah I, Dirjen Cipta Karya, 2013). Jarak lingkungan terhadap Sungai Sario serta arah aliran drainase juga diperhatikan. Secara keseluruhan, terdapat 15 lingkungan yang tersebar pada 3 kelurahan pada sepanjang tepi Sungai Sario. Terdapat 8 di antara 15 lingkungan tersebut yang memiliki tingkat kepadatan penduduk di atas 100 jiwa/ha. Namun, untuk kepentingan penelitian hanya dipilih 7 lingkungan. Karena salah satu di antaranya, yaitu lingkungan 1 Kelurahan Ranotana terletak cukup jauh dari Sungai Sario, dan arah aliran drainase pada lingkungan ini tidak mengarah secara langsung ke Sungai Sario. Tabel 3. Tingkat Kepadatan Penduduk Per Lingkungan di Tepi Sungai Sario Tahun 2014 Kepadatan Kelurahan Lingkungan Penduduk Sario Utara Sario Kota Baru Ranotana Sumber: Hasil Analisis, 2015. (Jiwa/Ha) 1 60 2 140 3 16 4 73 1 22 2 165 3 114 4 4 5 140 1 140 2 95 3 193 4 229 5 170 6 53 Dengan demikian, lokasi penelitian yang terpilih terdiri atas 7 lingkungan yang tersebar pada 3 kelurahan, yakni lingkungan 2 kelurahan Sario Utara, lingkungan 5, 3, dan 2 kelurahan Sario Kota Baru, dan lingkungan 3, 4, serta 5 kelurahan Ranotana. Tabel 4. Tabulasi Luas Wilayah dan Penduduk Lokasi Penelitian Tahun 2014 Luas Wilayah Lingk. Penduduk Ha % Jiwa % Kelurahan Sario Utara 10% 18% 20% Lingk. 2 Kel. Sario Utara Lingk. 2 Kel. 19% Sario Kota Baru Lingk. 3 Kel. Sario Kota Baru Lingk. 5 Kel. Sario Kota Baru 14% 9% 10% Gambar 3. Komposisi Penduduk Lokasi Penelitian 2 6,202 21,83 870 18,88

ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO 441 Sario 2 2,705 9,52 447 9,70 Kota 3 3,715 13,08 425 9,22 Baru 5 4,620 16,26 646 14,02 Subtotal Zona 1 17,242 60,69 2.388 51,82 3 4,748 16,71 918 19,92 Ranotana 4 3,571 12,57 818 17,75 5 2,850 10,03 485 10,52 Subtotal Zona 2 11,16 39,31 2.221 48,18 TOTAL 28,4 100% 4.609 Kepadatan 162 jiwa/ha Penduduk Keseluruhan Sumber: Data Demografi, 2014 dan Hasil Analisis, 2015. Kondisi Eksisting Pengelolaan Lumpur Tinja Pengumpulan Lumpur Tinja Pengelolaan lumpur tinja di lokasi penelitian secara umum menerapkan system setempat. Pada tahap pengumpulan, fasilitas yang digunakan adalah jamban dan tangki septik pribadi. Setiap persil memiliki jamban dan tangki septic pribadi. Angka kepemilikan jamban dan tangki septic di lokasi penelitian adalah 100%. 100 % Gambar 6. Distribusi Jangka Waktu Pengurasan Tangki Septik Warga Jangka waktu penyedotan atau pengurasan tangki septic pada umumnya 3-4 tahun. Bahkan, ada banyak pula rumah tangga yang tidak pernah melakukan penyedotan atau pengurasan lumpur tinja. Warga-warga yang memiliki tangki septik berukuran kecil cenderung lebih sering melakukan pengurasan lumpur tinja, karena keluhan-keluhan seperti tangki penuh dan meluap lebih sering dialami oleh mereka. 75% 25% Manual Dengan Truk Tinja Gambar 7. Distribusi Metode Pengurasan Tangki Septik Warga Gambar 4. Jamban Pribadi Warga Gambar 5. Tangki Septik Pribadi Warga Pengurasan & Pengangkutan Lumpur Tinja 75% 19% 6% < 3 Tahun Sekali > 3 Tahun Sekali Tidak Pernah Pengangkutan lumpur tinja di lokasi penelitian umumnya dilakukan dengan menggunakan truk tinja, dan pengangkutan secara manual. Distribusi metode pengangkutan berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar (75%) warga yang pernah melakukan pengurasan tangki septik menggunakan layanan truk tinja sebagai fasilitas pengangkut. Sedangkan 25% lainnya menggunakan metode manual seperti alkon, mesin pompa, sekop, dan lain-lain. Pengolahan Lumpur Tinja Berdasarkan hasil observasi dan pengumpulan data-data lainnya, tidak ditemukan adanya fasilitas pengolahan lumpur tinja di lokasi penelitian. Pengolahan hanya terjadi pada tahap awal yakni di tangki septic. Namun efisiensi

442 BRILSYA MONINGKA, VERONICA A. KUMURUR & INGERID L. MONIAGA pengolahan yang terjadi di tangki septic cenderung tidak efisien, karena pada efluen maupun lumpur tinja dari tangki septic masih mengandung bakteri pathogen. Tidak terdapat pula sarana pengolahan limbah skala komunal maupun skala rumah tangga yang bersifat pengolahan lanjutan setelah tangki septic, misalnya biofilter, ABR, dan lain-lain. Pembuangan Lumpur Tinja Bagi masyarakat yang melakukan pengurasan tangki septic secara manual, pembuangan hasil kurasan lumpur tinja diaplikasikan ke beberapa tempat, yakni sungai Sario (yang bertempat tinggal di pinggir sungai), tanah, bahkan ada yang membuang di tempat sampah dan selanjutnya diangkut oleh truk pengangkut sampah. Untuk pembuangan efluen tangki septic, umumnya masyarakat mengalirkan efluen ke saluran drainase, dan selanjutnya mengarah ke sungai Sario. Namun bagi masyarakat yang rumahnya terletak persis di pinggir sungai, efluen tangki septic langsung dialirkan ke badan sungai Sario. 0% 11% 75% 14% Sungai Tanah Gambar 8. Distribusi Pembuangan Hasil Kurasan Lumpur Tinja Warga Mengenai pembuangan efluen tangki septik warga, tempat yang paling banyak dijadikan tempat pembuangan adalah saluran drainase. Distribusi warga yang membuang efluen tangki septik ke drainase adalah sebesar 85%, sedangkan 15% lainnya membuang efluen tangki septik ke sungai. Seperti yang telah dibahas pada kajian pustaka, efluen tangki septik belum sepenuhnya terbebas dari kandungan bakteri pathogen. 85% 0% 15% 0% Sungai Tanah Drainase Lainnya Gambar 9. Distribusi Pembuangan Efluen Tangki Septik Warga Proyeksi Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Timbulan Lumpur Tinja Tahun 2014-2034 Proyeksi penduduk dilakukan untuk mendapatkan perkiraan jumlah penduduk di masa yang akan datang, sehingga tingkat kepadatan penduduk dan laju timbulan lumpur tinja di masa yang akan datang pun dapat diketahui. Jangka waktu proyeksi yang dilakukan adalah selama 20 tahun (table 5). Tabel 5. Hasil Proyeksi Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Timbulan Lumpur Tinja 2014-2034 Thn Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) Timbulan (Liter) 2014 4609 162 193578 2019 5174 182 217309,238 2024 5718 201 240154,472 2029 6261 220 262943,34 2034 6802 239 285676,119 Sumber: Hasil Analisis, 2015. Berdasarkan hasil proyeksi tersebut, selama tahun 2014-2034 akan terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar 2.193 jiwa. Maka rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk setiap tahun diperkirakan sebanyak 110 jiwa. Untuk kepadatan penduduk akan terjadi peningkatan menjadi 239 jiwa/ha. Berdasarkan klasifikasi kepadatan penduduk menurut dirjen Cipta Karya Tahun 2013, kategori kepadatan penduduk pada tahun 2034 masih tergolong kepadatan penduduk sedang, sama halnya

ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO 443 dengan kepadatan pada kondisi eksisting yakni 162 jiwa/ha. Namun tentunya setiap peningkatan jumlah ataupun kepadatan penduduk berbanding lurus dengan peningkatan jumlah timbulan lumpur tinja. Maka potensi pencemaran akibat polutan lumpur tinja pun semakin besar sehingga penanganan tetap saja diperlukan. Peningkatan jumlah timbulan lumpur tinja yang diperkirakan selama tahun 2014-2034 adalah sebesar 92.098 liter. Maka rata-rata peningkatan volume lumpur tinja setiap tahun adalah 4.605 liter. Apabila tidak ditangani, volume polutan yang sangat besar tersebut akan terus mengkontaminasi badan air sungai Sario dan mengakibatka kondisi pencemaran yang semakin parah bagi lingkungan kota. Kebutuhan Pengelolaan Lumpur Tinja Tahun 2014-2034 Berdasarkan hasil proyeksi yang telah dilakukan sebelumnya, tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2034 adalah 239 jiwa/ha. Berdasarkan kkriteria kepadatan penduduk untuk penerapan teknologi lumpur tinja yang ditetapkan olehdirjen Cipta Karya tahun 2013, tingkat system pengelolaan yang cocok untuk kepadatan penduduk 239 jiwa/ha adalah system setempat dilengkapi dengaan pengolahan tambahan. Gambar 10. Kriteria Kepadatan Penduduk Untuk Penerapan Sistem Setempat, Terpusat, Atau Hibrida Dalam sistem ini, kepemilikan jamban pribadi yang telah ada pada masyarakat tetap dipertahankan, namun disediakan fasilitas pengolah yang penerapannya lebih sederhana dibanding pada system terpusat. Skala pelayanan pun lebih sederhana, misalnya pengolah skala komunal yang pengoperasian serta pemeliharaannya melibatkan peran masyarakat. Kebutuhan Pengumpulan Berkaitan dengan kebutuhan pengolahan tambahan yang diperlukan pada kawasan pada penduduk seperti pada kecamatan Sario, tangki septic individual perlu diimprovisasi. Anaerobic Baffled reactor (ABR) merupakan te3knologi pengumpul yang cocok diaplikasikan pada Kecamatan Sario. Setiap unit diatur untuk melayani sebanyak 300 jiwa penduduk (Dirjen Cipta Karya, 2013). Dengan demikian, kebutuhan pengumpulan lumpur tinja melalui teknologi ABR untuk Kecamatan Sario hingga tahun 2034 adalah: 6802 : 300 jiwa = 23 unit (ABR) Persebaran titik lokasi ABR dianalisa berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada setiap lingkungan pada tahun 2034, berdasarkan proporsi jumlah penduduk pada tahun 2014. Tabel 6. Kebutuhan Anaerobic Baffled reactor (ABR) Pada Permukiman Padat Penduduk di Kecamatan sario Tahun 2014-2034 Keluraha n Sario Utara Sario Kota Baru Ranotana Lingkunga n Pendudu k 2034 (Jiwa) Jumla h ABR (unit) 2 1.292 4 2 680 2 3 612 2 5 952 3 3 1.361 5 4 1.225 4 5 680 2 Total 6802 23 Sumber: Hasil Analisis, 2015

444 BRILSYA MONINGKA, VERONICA A. KUMURUR & INGERID L. MONIAGA Selanjutnya, penentuan titik lokasi harus melihat kondisi topografi di lokasi penelitian. ABR harus diletakkan pada lokasi yang lebih rendah, agar aliran lumpur tinja dari permukiman warga dapat mengalir menuju lokasi ABR. Namun, akibat kondisi topografi di Kecamatan Sario yang seluruhnya merupakan dataran landai (Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado 2014-2034), maka ABR dapat diletakkan pada lokasi manapun, dengan ketentuan lokasi tersebut dapat dijangkau oleh truk tinja. Kebutuhan Pengurasan dan Pengangkutan 4 Kebutuhan pengurasan dan pengangkutan lumpur tinja pada setiap fasilitas komunal yang disediakan pada setiap lingkungan akan dilayani oleh layanan jasa truk tinja. Melihat kondisi eksisting di Kecamatan Sario dimana telah tersedia penyedia layanan jasa truk tinja, maka kebutuhan pengurasan dan pengangkutan akan tetap diayani oleh penyedia layanan yang telah ada. Namun, kegiatan pengangkutan lumpur tinja oleh truk tinja tidak lagi melayani permintaan warga secara pribadi, namun pengangkutan hanya dilakukan pada unit pengumpul lumpur tinja komunal yang telah disediakan. Dengan demikian pengurasan dan pengangkutan dapat berjalan secara teratur. Kebutuhan Pengolahan Lumpur tinja yang telah diangkut oleh truk dari setiap unit pengumpul komunal, selanjutnya dibawa menuju lokasi pengolahan, dan diolah menjadi produk-produk baru seperti kompos, biogas, dan lain-lain. Pemerintah ataupun pihak yang berkapasitas dapat mengembangkan lokasi penampungan lumpur tinja yang telah ada dengan menyediakan peralatan-peralatan maupun teknologi tertentu yang lebih mutakhir, seperti digester, alat pengering lumpur mekanik, dan lain-lain. Pemilihan teknologi pengolahan akhir dapat dikembangkan dengan penelitianpenelitian tertentu yang lebih kompleks dan memperhatikan karakteristik seluruh wilayah kota Manado. Skala pelayanan lokasi pengolahan lumpur tinja dapat dikembangkan lebih meluas, tidak hanya melayani kecamatan sario saja, tetapi melayani seluruh wilayah Kota manado. Kebutuhan Pembuangan Akhir dan Penggunaan Kembali Hasil akhir dari pengolahan akhir lumpur tinja dapat berupa kompos, lumpur kering yang siap dibuang kembali ke tanah, dan juga efluen buangan yang dapat dikembalikan ke badan air secara aman. Penggunaan kembali melalui produk pupuk kompos dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan seperti petani dan pengolah perkebunan, sedangkan pembuangan akhir dari efluen hasil pengolahan dapat diaplikasikan pada sungai atau saluran drainase yang tersedia pada lokasi pengolahan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, didapat kesimpulan bahwa: Pengelolaan lumpur tinja yang saat ini diterapkan masyarakat pada Kecamatan Sario adalah system setempat. Kebutuhan pengelolaan lumpur tinja yang cocok untuk diterapkan pada Kecamatan Sario hingga tahun 2034 adalah system setempat dilengkapi dengan pengolahan tambahan berupa anaerobic baffled reactor sebanyak 23 unit.

ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO 445 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka berikut disampaikan usulan-usulan yang dibutuhkan untuk pengelolaan lumpur tinja pada Kecamatan Sario: Mengoptimalkan system setempat yang saat ini sedang berjalan, atau mentransformasi system setempat ke terpusat secara bertahap. Komunalisasi pengelolaan lumpur tinja, mengganti tangki septic individual dengan anaerobic baffled reactor (ABR) secara komunal. DAFTAR PUSTAKA Kimsan, Novi Yanti. 2007. Evaluasi dan Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum Kota Kendali Sulawesi Tenggara. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Bandung. Kusnoputranto, Haryoto. 1997. Air Limbah dan Ekskreta Manusia; Aspek Kesehatan Masyarakat dan Pengelolaannya. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud. Materi Bidang Air Limbah I; Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP. 2013. Dirjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. Petunjuk Teknis CT/AL/Ba-TC/002/98 Tentang Tata Cara Pembangunan IPLT Sistem Kolam Petunjuk Teknis Pembangunan Infrastruktur: Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) PNPM MP. 2013. Dirjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2012. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Sulawesi Utara 2012. TTPS. 2010. Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi. Jakarta: Tim Teknis Pembangunan Sanitasi. [Online] Dapat Diunduh pada: http://www.ampl.or.id/pdf/buku_pandu an_ppsp/4.opsi_sistem_dan_teknolo gi_sanitasi(2010).pdf. Diakses pada tanggal 1 November 2014.