Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor

dokumen-dokumen yang mirip
Pemodelan Sistem Dinamik Pengelolaan Populasi Rusa Totol Di Kebun Istana Bogor

PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR DENGAN METODE CONTENTRATION COUNT. Oleh :

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

Pemanfaatan Dedak Padi sebagai Pakan Tambahan Rusa

POTENSI VEGETASI PAKAN DAN EFEKTIVITAS PERBAIKAN HABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis, de Blainville 1822) DI TANJUNG PASIR TAMAN NASIONAL BALI BARAT

Ketersediaan Tumbuhan Pakan dan Daya Dukung Habitat Rusa timorensis de Blainville, 1822 di Kawasan Hutan Penelitian Dramaga

DAYA DUKUNG LAHAN SEMI ARID UNTUK PENGEMBANGBIAKAN RUSA TIMOR (Rusa timorensis timorensis BLAINVILLE 1822) DENGAN SISTEM MINI RANCH

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS POPULASI DAN HABITAT SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN RUSA TOTOL (Axis axis) DI TAMAN MONAS JAKARTA

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN

Daya Cerna Jagung dan Rumput sebagai Pakan Rusa (Cervus Timorensis)

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN

*)Diterima : 15 Agustus 2007; Disetujui : 20 November 2007

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

POTENSI LIMBAH KULIT BUAH PISANG (Musa paradisiaca L.) DARI PEDAGANG GORENGAN DI KOTA MANOKWARI

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

IV. METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGELOLAAN RUSA TOTOL (Axis axis Erxl 1788) DI TAMAN MONUMEN NASIONAL JAKARTA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

SILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

Suhadi Department of Biology, State University of Malang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Jl. Gunung Batu No. 5 PO Box 165; Telp ; Fax Bogor

METODE Waktu dan Tempat Metode Penelitian Analisis Vegetasi

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

PENENTUAN KUOTA PEMANENAN LESTARI RUSA TIMOR (Rusa timorensis, de Blainville, 1822) RIZKI KURNIA TOHIR E

*Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

Fakultas Kehutanan IPB 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

5/10/2014. Mariana Takandjandji. KEMENTERIAN KEHUTANAN Badan Litbang Kehutanan Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Bogor,, 12 Mei 2014

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENGARUH PEMBERIAN FESES DAN URIN KERBAU LUMPUR TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH MINI

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Transkripsi:

Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor R. Garsetiasih 1 dan Nina Herlina 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor 2 Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan, Jakarta 34 ABSTRACT The experiment was done to evaluate the supporting capacity of Bogor Palace yard on the population of deer (Axis axis), and conducted in September to October 2001. Observation of vegetation was done through vegetation analysis to evaluate the vegetation composition, productivity, and palatability of grass. Vegetation analysis of grass used sistematic sample plot 1 x 1 m, first plot determined with purposive random sampling. The result showed that the domination of grass respectively by Axonopus compressus, Chrysopogon aciculatus, Zoysia matrella, Kyllinga monochepala, Euleusin indica, and Centella asiatica. Productivity of grass in Bogor Palace yard was 36,13 kg/ha/day in fresh weight or 12,94 kg/ha/day in dry weight. Based in the grass productivity carrying capacity of deer in Bogor Palace yard are 169 individu until 286 individu or 8-13 individu per ha. Finally grass palatability respectively A. compressus, C. aciculatus, and Z. matrella. Key words: Axis axis, carrying capacity, Bogor Palace yard, productivity. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung halaman Istana Bogor terhadap populasi rusa totol (Axis axis), yang dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2001. Parameter yang diamati/diukur adalah komposisi vegetasi, produktivitas rumput, palatabilitas, dan nilai gizi rumput serta daya dukung bagi rusa. Pengamatan vegetasi dilakukan melalui analisis vegetasi untuk mengetahui komposisi vegetasi, produktivitas, dan palatabilitas rumput. Analisis vegetasi tumbuhan bawah dilakukan pada petak contoh ukuran 1 x 1 m. Penetapan petak pertama dilakukan secara purposive random sampling. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tumbuhan bawah di halaman Istana Bogor didominasi secara berturut-turut oleh Axonopus compressus (rumput pait), Chrysopogon aciculatus (dom-doman), Zoysia matrella (rumput raja), Kyllinga monochepala (rumput teki), Euleusin indica (rumput jampang), dan Centella asiatica (antanan). Produktivitas hijauan rumput di halaman Istana Bogor adalah 36,13 kg/ha/hari bobot segar atau 12,94 kg/ha/hari bobot kering. Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas rumput tersebut diketahui bahwa daya dukung halaman Istana Bogor berkisar antara 169-286 ekor atau 8-13 ekor/ha. Hasil pengamatan terhadap palatabilitas rumput menunjukkan bahwa rumput yang paling disukai oleh rusa totol secara berurutan adalah A. compressus, C. aciculatus, dan Z. matrella. Kata kunci: Rusa totol, daya dukung, halaman Istana Bogor, produktivitas. PENDAHULUAN Satwa liar merupakan komponen ekosistem yang berperan dalam memelihara keberlangsungan siklus energi. Kemusnahan suatu jenis (flora/fauna) akan berdampak terhadap keseimbangan ekosistem, yang pada akhirnya akan mempengaruhi komponen ekosistem lainnya, karena elemen-elemen pembentuk sistem selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk melindungi dan sekaligus memanfaatkan satwa liar tersebut. Salah satu jenis satwa liar yang berpotensi adalah rusa totol (Axis axis). Pemanfaatan rusa tersebut terutama daging, tanduk, dan kulitnya. Pengelola Istana Bogor memelihara rusa totol dengan maksud untuk memperindah halaman istana, rusa totol tersebut bukan rusa asli Indonesia, melainkan dari India dan didatangkan ke Indonesia oleh Pemerintah Inggris pada tahun 1811. Jumlah awal rusa totol di halaman Istana Bogor adalah enam pasang dan berfungsi sebagai sarana keindahan istana (Trubus 1996). Karena perkembangbiakan rusa totol di Istana Bogor sangat pesat, maka pengelola istana melakukan penyaluran rusa tersebut ke berbagai penangkaran seperti kebun binatang, instansi pemerintah maupun badan swasta lainnya yang berniat menangkarkannya. Hal ini dilakukan karena untuk menghindari terjadinya kelebihan populasi yang akan berpengaruh terhadap perkembangan rusa, baik fisik maupun genetik. Dari hasil penelitian Fajri (2000) diketahui bahwa pertumbuhan populasi rusa totol di halaman Istana Bogor mengalami peningkatan. Rata-rata

pertumbuhan populasi tahun 1991/92 sampai 1999/ 2000 adalah 59 ekor per tahun (105%) dengan peningkatan kepadatan populasi 2,95 ekor/ha. Dengan makin bertambahnya populasi rusa totol di halaman Istana Bogor yang tidak diimbangi oleh peningkatan kuantitas dan kualitas habitatnya, maka dimungkinkan sudah terjadi kelebihan populasi dari rusa yang ada di Istana Bogor tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian mengenai daya dukung halaman Istana Bogor terhadap rusa perlu dilakukan dalam rangka pengelolaan dan pengembangan di masa yang akan datang. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di halaman Istana Bogor selama 2 bulan, mulai 3 September sampai 31 Oktober 2001. Obyek yang dijadikan bahan penelitian adalah populasi rusa totol dan habitatnya di halaman Istana Bogor. Parameter yang diukur meliputi aspek vegetasi, produktivitas rumput, daya dukung, palatabilitas, dan nilai gizi pakan rusa. Untuk mengetahui komposisi vegetasi tumbuhan bawah dilakukan analisis vegetasi dengan petak contoh berukuran 1 x 1 m (Alikodra 1979). Penetapan petak pertama dilakukan secara purposive random sampling, dengan jumlah petak 20 jarak antarpetak 10 m. Produktivitas hijauan rumput diketahui dengan cara pemotongan dan penimbangan rumput pada petak yang dipagar. Interval waktu pemotongan selama 20 hari dengan dua kali ulangan (pemotongan). Untuk mengetahui tingkat palatabilitas pakan, dilakukan pengamatan terhadap bekas gigitan rusa pada rumput dalam 20 petak contoh pengamatan, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel rumput untuk dianalisis kandungan gizinya. Data vegetasi dianalisis dengan indeks nilai penting (INP) = KR + DR + FR (Alikodra 1990). Nilai palatabilitas suatu jenis pakan ditentukan dengan menggunakan rumus (Garsetiasih 1990): X P = Y di mana: P = palatabilitas dari suatu jenis hijauan X = jumlah petak contoh ditemukannya suatu jenis yang mengandung gigitan rusa Y = jumlah seluruh petak contoh ditemukannya jenis tersebut Daya dukung halaman Istana Bogor dihitung dengan menggunakan rumus (Susetyo 1980): P X p.u X A Daya dukung = C di mana: P = produktivitas hijauan (kg/ha/hari) p.u = 0,70 A = luas permukaan yang ditumbuhi rumput (ha) C = kebutuhan makan rusa (kg/ekor/hari) Kebutuhan makan rusa totol per hari digunakan data kebutuhan pakan sebanyak 3 kg/hari (Ikawidjaya 1987). Kepadatan populasi dihitung dengan menggunakan rumus (Fitriyanti 1998): Jumlah populasi rusa terhitung Kepadatan populasi = Luas areal padang rumput HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian Istana Bogor terletak di tengah Kota Bogor, pada posisi antara 160 43 BT, 106 51 LS sampai dengan 6 40 LS. Istana Bogor berada pada ketinggian 260 m dari permukaan laut, dengan luas areal 28 ha, sisanya berupa bangunan istana, jalan, dan taman berpagar. Curah hujan selama penelitian adalah 512,5 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 13 hari diperoleh dari hasil komunikasi Badan Meteorologi dan Geofisika. Di halaman Istana Bogor terdapat berbagai jenis pohon dan rumput yang ditanam sejak zaman Belanda dan berfungsi sebagai sarana keindahan. Pohon tersebut juga berfungsi sebagai naungan bagi rusa. Jenis pohon yang mendominasi Istana Bogor, adalah beringin (Ficus benjamina), mahagoni (Swietenia mahagoni), dan cengkeh (Syzygium aromaticum). Vegetasi Tumbuhan Bawah Dari hasil analisis terhadap vegetasi tumbuhan bawah diketahui bahwa halaman Istana Bogor 35

didominasi oleh rumput pait (Axonopus compressus) diikuti secara berturut-turut oleh domdoman (Chrysopogon aciculatus), rumput raja (Zoysia matrella), teki (Kyllinga monochepala), rumput jampang (Euleusin indica), dan antanan (Centella asiatica). Hasil analisis vegetasi tumbuh-an bawah dapat dilihat pada Tabel 1. Axonopus compressus merupakan spesies yang lebih dominan. Hal ini disebabkan karena spesies tersebut memiliki nilai kerapatan relatif lebih tinggi atau jumlah individu per satuan luas areal lebih banyak dari jenis lainnya. Chrysopogon aciculatus mempunyai keparatan yang relatif hampir sama dengan Z. matrella. Produktivitas Rumput dan Daya Dukung Daya dukung halaman Istana Bogor untuk menampung rusa totol bergantung pada jumlah hijauan yang tersedia. Produksi rumput di halaman Istana Bogor dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai produktivitas pakan/hijauan pokok di halaman Istana Bogor rata-rata 36,13 kg/ha/hari bobot segar atau 12,94 kg/ha/hari bobot kering untuk pemotongan kesatu, dan 57,37 kg/ha/hari bobot segar atau 20,54 kg/ha/hari bobot kering untuk pemotongan kedua. Peningkatan produktivitas hijauan pakan pada pemotongan kedua dimungkinkan oleh adanya pemotongan yang dapat mempercepat pertumbuhan rumput. Secara lengkap produksi pakan rusa di halaman Istana Bogor dapat dilihat pada Lampiran 1. Jumlah hijauan yang tersedia akan mempengaruhi daya dukung rusa di halaman Istana Bogor. Populasi yang berlebihan akan mengakibatkan hijauan yang dimakan terbatas, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup optimal rusa. Berdasarkan perhitungan produktivitas hijauan pakan di atas maka daya dukung halaman Istana Bogor untuk menampung rusa totol berkisar antara 169-286 ekor atau 8-13 ekor/ha. Berdasarkan hasil penelitian Susetyo (1980) yang menghubungkan antara curah hujan, interval pemotongan dan produksi hijauan menyatakan bahwa interval pemotongan 20 hari produksi menjadi bertambah dengan meningkatnya curah hujan. Tabel 1. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di halaman Istana Bogor, ukuran petak 1 x 1 m. Jenis K KR F FR D DR INP Axonopus compressus 9.872 79,517 1 25,641 15,795 79,520 184,678 Zoysia matrella 1.127 9,078 0,80 20,513 1,803 9,077 38,668 Chrysopogon 1.249 10,060 0,80 20,513 1,998 10,059 40,632 aciculatus Kyllinga 88 0,709 0,70 17,949 0,141 0,710 19,368 monocephala Eleusin indica 42 0,338 0,45 11,538 0,067 0,337 12,213 Centella asiatica 37 0,298 0,15 3,846 0,059 0,297 4,441 Jumlah 12.415 100,000 3,90 100,00 19,863 100,00 300,000 K = kerapatan, KR = kerapatan relatif, F = frekuensi, FR = frekuensi relatif, D = dominansi, DR = diminansi relatif, INP = indeks nilai penting. Tabel 2. Hasil pengukuran produktivitas hijauan di halaman Istana Bogor pada petak berukuran 1 x 1 m dengan interval pemotongan selama 20 hari. Spesies Produktivitas rumput pada pemotongan I (kg/ha/hari) Produktivitas rumput pada pemotongan II (kg/ha/hari) Axonopus compressus 2,60 43,10 Zoysia matrella 4,75 6,46 Chrysopogon aciculatus 5,38 7,81 Total 36,13 57,37 36

Populasi yang melebihi daya dukung mengakibatkan kondisi fisik rusa totol mengalami penurunan sampai pada kondisi fisik sedang hingga kurus, tetapi tidak mengakibatkan kematian yang tinggi. Hal ini dimungkinkan oleh rendahnya produktivitas hijauan pakan. Susetyo (1980) menyatakan bahwa peningkatan jumlah ternak yang digembalakan di padang penggembalaan menyebabkan penurunan produksi per ekor, tetapi menaikkan produksi satwa per satuan luas. Menurut penelitian Witjaksono (1984), Ikawidjaya (1987), dan Fajri (2000), daya dukung halaman Istana Bogor berturut-turut adalah 313, 125, dan 450 ekor. Adanya fluktuasi daya dukung tersebut disebabkan oleh produktivitas hijauan yang dihasilkan, pola pengelolaan, baik terhadap populasi maupun habitatnya, dan faktor-faktor kesejahteraan yang menyangkut kualitas dan kuantitas lingkungan hidup satwa. Palatabilitas dan Nilai Gizi Hijauan Hasil penghitungan bekas gigitan rusa pada petak pengamatan menunjukkan bahwa yang paling banyak bekas gigitannya adalah pada rumput pait (37,1%), dom-doman (27,8%), dan rumput raja (24,8%). Ketiga jenis hijauan tersebut memiliki jumlah bekas gigitan yang lebih banyak dari ketiga jenis lainnya dan hasil penghitungan dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai gizi hijauan bagi satwa ruminansia adalah nilai kualitas maupun kuantitas hijauan tersebut yang mengendalikan proses kehidupan yang komplek serta sangat vital bagi kesehatan, reproduksi, pertumbuhan, dan daya dukung satwa (Basuni 1981). Dari hasil analisis gizi hijauan yang dilakukan pada ketiga jenis hijauan, maka yang mempunyai nilai penting lebih tinggi dan disukai rusa adalah rumput pait, dom-doman, dan rumput raja. Menurut Susetyo (1980), hijauan yang kaya akan protein, kalsium, dan fosfor adalah hijauan yang bergizi baik. Protein, kalsium, dan posfor adalah zat pakan yang dapat digunakan sebagai indikator penentu tinggi rendahnya kualitas suatu bahan pakan. Untuk hidup, rusa membutuhkan protein 6- Tabel 3. Jenis rumput yang dimakan rusa totol dan tingkat palatabitasnya di halaman Istana Bogor. Spesies X Y P Axonopus compressus 20 20 1 Zoysia matrella 10 15 0,667 Chrysopogon aciculatus 12 16 0,750 Kyllinga monocephala 2 12 0,167 Eleusina indica 1 9 0,111 Centella asiatica - 7 - P = palatabilitas dari suatu jenis hijauan, X = jumlah petak contoh ditemukannya suatu jenis yang mengandung gigitan rusa, Y = jumlah seluruh petak contoh ditemukannya jenis tersebut. Tabel 4. Nilai gizi tiga jenis hijauan yang biasa dimakan rusa totol (Axis axis) di halaman Istana Bogor. Jenis hijauan K A (%) Kadar zat makanan (%) Abu P a SK b L c BETN Ca d P e Axonopus compressus 64,33 20,40 13,53 34,00 0,39 20,85 0,26 0,23 Zoysia matrella 64,20 8,12 14,38 32,11 0,40 34,48 0,34 0,69 Chrysopogon aciculatus 64,06 11,04 15,80 25,32 0,59 37,11 0,35 0,61 KA = kadar air, P a = protein, SK b = serat kasar, L c = lemak, BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen, P e = fosfor. 37

7%, sedangkan untuk pertumbuhan optimal membutuhkan protein, kalsium, dan fosfor masingmasing 13-16%, 0,45%, dan 0,35% dari bahan kering pakannya (Garsetiasih 1990). Hasil analisis laboratorium dari ketiga jenis hijauan tersebut disajikan pada Tabel 4. Kadar protein hijauan mulai dari yang tertinggi adalah dom-doman (15,80%), rumput raja (14,38%), dan rumput pait (13,53%). Untuk kalsium, urutan kadarnya dari yang tertinggi adalah dom-doman (0,35%), rumput raja (0,34%), dan rumput pait (0,26%). Untuk fosfor, urutan kadarnya dari yang tertinggi adalah hijauan rumput raja (0,69%), dom-doman (0,61%), dan rumput pait (0,23%). Berdasarkan hasil analisis gizi tersebut diketahui bahwa kadar fosfor dan protein hijauan secara keseluruhan dapat memenuhi persyaratan gizi bagi rusa untuk dapat tumbuh optimal, sedangkan kadar kalsium kurang memenuhi persyaratan gizi bagi rusa. Hijauan yang diteliti nilai gizinya, menurut urutan palatabilitasnya dari yang tertinggi adalah rumput raja, dom-doman, dan rumput pait. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, jenis hijauan rumput pait bila dibandingkan dengan kedua jenis lainnya mempunyai kandungan gizi yang lebih rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Basuni (1981) yang menyatakan bahwa pakan dengan tingkat palatabilitas yang tinggi belum dapat menjamin kehidupan satwa secara baik. KESIMPULAN DAN SARAN Hijauan di halaman Istana Bogor didominasi oleh rumput pait, dom-doman, rumput raja, rumput teki, rumput jampang, dan antanan. Berdasarkan tiga jenis hijauan yang paling disukai rusa A. compressus, C. aciculatus, dan Z. matrella diketahui bahwa produktivitas hijauan pakan rusa pada pemotongan pertama adalah 36,13 kg/ha/hari dan pemotongan kedua 57,37 kg/ ha/hari. Berdasarkan produktivitas tersebut, halaman Istana Bogor hanya mampu mendukung 169-286 ekor atau 8-13 ekor/ ha, sedangkan populasi yang ada mencapai 759 ekor. Untuk menyeimbangkan populasi rusa totol di halaman Istana Bogor, dapat dilakukan dengan jalan mengurangi kepadatan dan melakukan perbaikan ruang hidup terutama pakan guna meningkatkan daya dukung areal tersebut. DAFTAR PUSTAKA Alikodra, H.S. 1979. Dasar-dasar pembinaan margasatwa. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan satwa liar jilid 1. Departemen Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Basuni, S. 1981. Nilai gizi beberapa jenis hijauan makanan rusa Timorensis de Blainville yang tumbuh di bawah tegakan hutan Agathis loranthifolia Salisb dan Pinus spp di gunung Walat. Skripsi Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Fajri, S. 2000. Perilaku rusa totol (Axis axis) yang dikembangkan di halaman Istana Bogor. Skripsi Jurusan Ilmu Peternakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Fitriyanti, B. 1998. Daya dukung penangkaran rusa Timor (Cervus timorensis) dilihat dari dinamika populasi dan kebiasaan makannya di bumi perkemahan Ranca Upas KPH Bandung Selatan. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan, Universitas Nusa Bangsa, Bogor. Garsetiasih. 1990. Potensi lapangan perumputan rusa di Pulau Menipo pada musim kemarau. Laporan Teknis. Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Ikawidjaya, N. 1987. Dinamika populasi dan kebiasaan makan rusa totol (Axis axis) di halaman Istana Bogor. Skripsi Jurusan Biologi. Universitas Pakuan, Bogor. Susetyo, S. 1980. Padang penggembalaan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Trubus. 1996. Rusa Istana Negara Bogor. Trubus. No. 321 Th XXVII. 1 Agustus 1996. Jakarta. Witjaksono, D.H. 1984. Studi tentang karakteristik populasi rusa totol (Axis axis) dan cara pemeliharaannya di halaman Istana Bogor. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 38

Lampiran 1. Produksi rumput selama 20 hari pemotongan di halaman Istana Bogor tahun 2001. Petak Nama lokal Nama latin Pemotongan I Bobot segar (g) Pemotongan II 1 Rumput pait Axonopus compressus 5 41,3 Rumput raja Zoysia matrella 35 67,4 40 108,7 2 Rumput pait Axonopus compressus 40 31,3 Rumput raja Zoysia matrella 10 6,7 50 37,8 3 Rumput pait Axonopus compressus 100 263,8 Rumput raja Zoysia matrella 20 19,1 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 10 12,3 130 295,2 4 Rumput pait Axonopus compressus 80 17,4 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 10 8,1 90 25,5 5 Rumput pait Axonopus compressus 50 161,5 Rumput raja Zoysia matrella 20 30,7 70 192,2 6 Rumput pait Axonopus compressus 80 169,5 Rumput raja Zoysia matrella 10 16,1 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 5 11,3 95 196,9 7 Rumput pait Axonopus compressus 25 67,8 Rumput raja Zoysia matrella 5 8,5 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 10 28,9 40 105,2 8 Rumput pait Axonopus compressus 30 40,1 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 20 35,9 50 76 9 Rumput pait Axonopus compressus 25 78,2 Rumput raja Zoysia matrella 5 9,3 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 65 90,4 95 177,9 10 Rumput pait Axonopus compressus 40 70,6 Rumput raja Zoysia matrella 20 26,7 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 5 9,1 65 106,4 11 Rumput pait Axonopus compressus 40 79,3 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 10 13,6 50 92,9 12 Rumput pait Axonopus compressus 50 87,9 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 10 19,7 60 106,8 13 Rumput pait Axonopus compressus 60 104,4 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 15 18,3 75 122,7 14 Rumput pait Axonopus compressus 50 75,2 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 10 12,3 60 87,5 39

Lampiran 1. Lanjutan. Petak Nama lokal Nama latin Pemotongan I Bobot segar (g) Pemotongan II 15 Rumput pait Axonopus compressus 20 32,3 Rumput raja Zoysia matrella 10 12,8 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 5 8,1 35 53,2 16 Rumput pait Axonopus compressus 35 45,3 Rumput raja Zoysia matrella 10 14,4 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 5 7,5 50 67,2 17 Rumput pait Axonopus compressus 90 113,3 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 15 15,5 105 128,8 18 Rumput pait Axonopus compressus 85 56,1 Rumput raja Zoysia matrella 15 9,1 100 65,2 19 Rumput pait Axonopus compressus 50 84,5 Rumput raja Zoysia matrella 15 12,5 65 97 20 Rumput pait Axonopus compressus 85 104,2 Rumput raja Zoysia matrella 15 25,1 Dom-doman Chrysopogon aciculatus 20 21,3 40