PEMBESARAN IKAN PATIN PASUPATI PADA LAHAN TAMBAK BERSALINITAS RENDAH DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

I PENDAHULUAN Latar Belakang

158 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH

PENGGUNAAN KOMBINASI BERAGAM PAKAN HIJAUAN DAN PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac.)

Ika Nurlaela, Evi Tahapari, dan Sularto

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

INOVASI TEKNOLOGI PADAT TEBAR AWAL TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH PATIN HIBRID PASUPATI DALAM SISTEM RESIRKULASI.

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

PENGARUH PERBEDAAN SALINITAS PADA PEMELIHARAAN BENIH PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) DALAM AKUARIUM

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH PATIN JAMBAL (Pangasius djambal)

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

EVALUASI LAJU PERTUMBUHAN, KERAGAMAN GENETIK DAN ESTIMASI HETEROSIS PADA PERSILANGAN ANTAR SPESIES IKAN PATIN (Pangasius sp.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

PERTUMBUHAN BEBERAPA STRAIN IKAN MAS YANG DIPELIHARA PADA TAMBAK BERSALINITAS RENDAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

Pusat Riset Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan **)

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

DAMPAK PENETAPAN TARGET PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA TERHADAP KEBUTUHAN PAKAN DAN AKTIVITAS BUDIDAYA IKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE

PEREMAJAAN IKAN YANG TERLEPAS DARI BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI WADUK IR. H. DJUANDA

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

MANAJEMEN KUALITAS AIR

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH IKAN PATIN PASUPATI PADA TINGKAT KEPADATAN TEBAR YANG BERBEDA. (Skripsi) Oleh. Sri Esti Suciati

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDEDERAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus, PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH MAKAN UNTUK PAKAN IKAN LELE DI UPR MITRA CAMBAI PRABUMULIH

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pematangan Gonad di kolam tanah

Bab VI. Biologi larva. Slembrouck J. (a), W. Pamungkas (b), J. Subagja (c), Wartono H. (c) dan M. Legendre (d)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN MUTU GENETIK INDUK IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus) DARI BEBERAPA SENTRA PRODUKSI BENIH BERDASARKAN KERAGAAN ANAKANNYA

Transkripsi:

101 Pembesaran ikan patin pasupati... (Ongko Praseno) PEMBESARAN IKAN PATIN PASUPATI PADA LAHAN TAMBAK BERSALINITAS RENDAH DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH Ongko Praseno *), Zafril Imran Azwar **), Evi Tahapari ***), dan Sularto ***) Pusat Riset Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540 E-mail: info@cria.indosat.net.id Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar ABSTRAK Budidaya pembesaran patin pasupati di lahan tambak dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai keragaan pertumbuhan ikan patin pasupati yang dibudidayakan di lahan tambak atau air yang bersalinitas tidak lebih tinggi dari 10 ppt. Lokasi tambak dipilih daerah yang dekat dengan sumber air tawar. Luas tambak 600 m 2 atau ukuran 40 m x 15 m yang disekat dengan kerai bambu agar di peroleh 2 unit petakan percobaan. Petak pertama ditebar benih ukuran rata-rata 30 g/ekor sebanyak 3.000 ekor atau kepadatan 10 ekor/m 2, sedangkan petakan kedua ditebar sebanyak 2.000 ekor atau kepadatan 7,5 ekor/m 2. Selama percobaan ikan diberi pakan komersial dengan kandungan protein 32% dan lemak 5%, dengan dosis diberikan secara bertahap yaitu sebanyak 5 % hingga usia 1 bulan pertama kemudian sebanyak 3% bulan berikutnya. Percobaan dilakukan selama 100 hari pemeliharaan. Hasil pengamatan terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan dengan kepadatan 10 ekor/m 2 mencapai 3,17%/hari sedangkan kepadatan 7,5 ekor/m 2 mencapai 3,10%/ hari. Tingkat sintasan untuk kepadatan 10 ekor/m 2 mencapai 99,60% sedangkan untuk kepadatan 7,5 ekor/ m 2 mencapai 97,80%. Pertumbuhan ikan patin yang baik ini karena di tambak ditemukan pakan alami yang berlimpah, di samping itu, salinitas air tambak yang berfluktuasi 1 6 ppt dapat mencegah timbulnya penyakit yang menyerang ikan patin. KATA KUNCI: patin pasupati, salinitas, pertumbuhan, pakan alami PENDAHULUAN Ikan patin sudah cukup lama dikenal masyarakat sebagai jenis ikan air tawar yang digemari karena rasanya enak. Jenis ikan patin yang telah diproduksi melalui kegiatan budidaya diantaranya adalah ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) yang saat ini mendominasi produk patin di pasaran. Semenjak ikan patin siam ini didatangkan dari Thailand pada tahun 1972, dan dapat dipijahkan pada tahun 1980, perkembangannya sangat pesat (Wardoyo et al., 2006). Berbagai keunggulan komparatif telah ditunjukkan ikan patin siam antara lain pertumbuhan cepat, tahan terhadap penyakit dan lingkungan yang kurang optimal, serta proses pembudidayaannya mudah. Satu kelemahan yang dimiliki patin siam adalah dagingnya berwarna kekuning-kuningan sehingga kurang sesuai dengan permintaan konsumen negara maju yang menghendaki daging ikan berwarna putih (Ditjen Perikanan Budidaya, 2005). Ikan patin jambal (Pangasius djambal) merupakan salah satu jenis ikan patin yang banyak ditemukan di perairan umum terutama di Sumatera. Setelah berhasil dikembangkan dengan cara pemijahan buatan tahun 1998 (Legendre et al., 1998) ikan patin jambal dikukuhkan oleh pemerintah sebagai ikan budidaya pada tahun 2000. Keistimewaan dari ikan patin jambal selain ukurannya relatif besar juga mempunyai daging berwarna putih, serta rasanya tidak kalah dengan daging ikan patin jenis lain. Upaya untuk memproduksi ikan patin berdaging putih guna keperluan sebagai komoditas ekspor terus dilakukan, di antaranya adalah dengan melakukan persilangan antar jenis ikan patin. Ikan patin Pasupati merupakan ikan hasil silangan antara betina patin siam dengan jantan patin jambal dan telah dirilis ke publik pada Agustus 2006. Nilai lebih dari ikan patin pasupati antara lain karakter daging berwarna putih, pertumbuhan cepat, daya toleransi terhadap kualitas air tinggi dan resistensi patologis serta memungkinkan untuk diproduksi secara massal dan kontinu sehingga menjadikan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 102 komoditas ikan air tawar yang sangat menjanjikan di masa mendatang. Issue sementara yang beredar bahwa sambutan masyarakat pembudidaya di wilayah Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan tampak antusias terhadap ikan patin ini sehingga permintaan benih cukup banyak. Namun demikian hasil pantauan sementara yang telah dilakukan ternyata budidaya pembesaran ikan patin pasupati belum banyak dilakukan di masyarakat, baik yang dilakukan di kolam maupun di keramba jaring apung. Beberapa pembudidaya ikan patin melakukan pemeliharaan kurang sesuai dengan teknik yang dianjurkan sehingga tidak mendapatkan hasil panen seperti yang diharapkan. Lahan tambak idle yang banyak didapatkan di daerah khususnya wilayah pantura merupakan lahan potensial untuk dimanfaatkan guna produksi komoditas ikan. Hasil uji coba dari Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar Sukamandi terhadap pembesaran ikan patin pasupati menunjukkan hasil yang menjanjikan. Namun kendala pengaturan salinitas tambak merupakan hal penting untuk pembesaran ikan pasupati. Untuk lebih memantapkan teknik pembesaran ikan patin pasupati akan dilakukan uji coba di lapang yaitu di lahan pertambakan yang bersalinitas rendah. Diharapkan dengan dilakukan pengkajian pembesaran ikan patin pasupati akan didapatkan hasil produksi ikan patin berdaging putih sesuai dengan yang direncanakan dan menambah keyakinan masyarakat untuk mengembangkan dengan menerapkan teknologi sesuai yang dianjurkan. BAHAN DAN METODE Lokasi Lokasi untuk pengkajian pembesaran ikan patin pasupati dilaksanakan di lahan masyarakat pembudidaya yang berskala komersial di daerah pertambakan di Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah. Metodologi Percobaan dilaksanakan di lahan pembudidaya di Brebes dalam skala komersial. Ekosistem yang di uji coba dalam kegiatan ini yaitu pada lahan tambak dengan kadar salinitas tidak lebih tinggi dari 10 ppt. Lokasi tambak yang digunakan dipilih daerah yang dekat dengan sumber air tawar/sungai agar dapat mengatur salinitas yang diinginkan. Luas tambak adalah 600 m 2 atau ukuran 40 m x 15 m. Tambak disekat dengan kerai bambu, agar diperoleh 2 unit petakan percobaan, dan masingmasing petakan memiliki luas 300 m 2 Kedalaman tambak 1,5 m dan ketinggian air dalam tambak 1,2 m. Air dapat diatur dibuang dan dimasukan lagi melalui saluran pembuangan yang terbuat dari pipa. Pemasukan air ke tambak dilakukan dengan pemompaan air dari sungai yang berada di tepi tambak, atau dari sumur bor. Managemen air dilakukan dengan mengamati kepadatan fitoplankton (ukuran kedalaman sechi disk). Jika kepadatan plankton tinggi dilakukan pergantian air, juga didasarkan kondisi salinitas air di tambak. Kedalaman petakan ditebar benih berat 30 g/ekor dengan kepadatan pada masing-masing petak adalah 3.000 (petak A) atau 10 ekor/m 2 dan 2.000 (petak B) atau 7,5 ekor/ m 2. Selama percobaan ikan diberi pakan komersial kandungan protein 32% dan lemak 5%, dengan dosis diturunkan secara bertingkat yaitu sebanyak 5% hingga usia 1 bulan pertama, kemudian sebanyak 3% bulan berikutnya. Ikan diberikan pakan dengan frekuensi 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore hari. Setiap 2 minggu dilakukan pengamatan atau sampling untuk melihat pola tumbuh ikan sekaligus menduga jumlah pakan yang akan diberikan. Pengukuran panjang dan bobot dilakukan dengan mengambil 100 ekor contoh setiap petakan. Selama percobaan dilakukan pengamatan mutu air meliputi suhu, oksigen, salinitas, ph, turbiditi, dan konduktivitas. Data yang dikoleksi meliputi pertumbuhan, produksi, persentase sintasan, dan kualitas air tambak. Evaluasi data dilakukan secara deskriptif dan grafis. HASIL DAN BAHASAN Pertumbuhan dan Produksi Ikan Patin Pasupati di Tambak Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan ikan patin pasupati yang diuji di tambak memperlihatkan laju pertumbuhan spesifik ikan mencapai 3,17%/hari untuk petakan dengan kepadatan 10 ekor/m 2,

103 Pembesaran ikan patin pasupati... (Ongko Praseno) dan 3,10%/hari untuk petakan dengan kepadatan 7,5 ekor/m 2. Terlihat bahwa laju pertumbuhan spesifik tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti antara perlakuan padat penebaran. Laju pertumbuhan harian mutlak ikan patin uji untuk perlakuan padat penebaran 10 ekor/m 2 adalah 4,27 g/hari dan 4,20 g/hari untuk padat penebaran 5 ekor/m 2 selama masa pemeliharaan 100 hari. Beberapa data laju pertumbuhan spesifik ikan-ikan budidaya lainnya adalah sebagai berikut: 3% 4%/hari untuk ikan lele dumbo (Azwar & Melati, 2009), 2,07%/hari untuk ikan nila (Krismono, 1994), 0,85%/hari untuk ikan gurame (Hatimah, 1979; Hatimah et al., 1992) 2,21 %/hari untuk ikan mas, 1,95%/hari untuk ikan tawes; dan 0,96%/hari untuk ikan tambakan (Krismono, 1994), dan 2,32% 2,75%/hari untuk ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) yang dipelihara dalam bak sistem intensif (Ahmad et al., 2004). Laju pertumbuhan spesifik ikan sangat dipengaruhi oleh kondisi atau sistem dan teknologi pemeliharaan, kondisi lingkungan dan kualitas pakan. Dari data laju pertumbuhan spesifik ini pertumbuhan ikan patin mendekati atau sama dengan laju pertumbuhan spesifik ikan lele dumbo. Dari data yang disajikan terlihat bahwa ikan pasupati memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi sebagai kandidat ikan budidaya. Bobot rata-rata individu ikan patin jambal pada perlakuan padat tebar 10 ekor/m 2 mencapai 500,0 g; juga dengan kepadatan 7,5 ekor/m 2 mencapai bobot rata-rata individu 465,4 g dari bobot awal tebar 30,0 g selama masa percobaan 100 hari (Tabel 1). Di tambak dalam kondisi salinitas terkontrol juga memperlihatkan bahwa sintasan ikan patin pasupati uji sangat tinggi, artinya dalam kondisi managemen air dan sistem budidaya yang baik ikan ini memiliki ketahanan hidup yang baik. Persentase sintasan ikan pasupati pada perlakuan kepadatan 10 ekor/m 2 mencapai 99,60%, sedangkan kepadatan 5 ekor/m 2 mencapai 97,80%. Selama ini ada pandangan masyarakat bahwa ikan patin pasupati ketahanan hidupnya rentan terhadap kondisi lingkungan. Dari uji coba ini tidak terbukti bahwa banyak terjadi kematian ikan selama masa pemeliharan di tambak. Di tambak kondisi lingkungan mudah mengalami perubahan, terutama perubahan salinitas akibat pengaruh musim hujan dan musim kemarau, namun dengan pengontrolan dan pengelolaan mutu air kendala tidak di temui. Laju tumbuh ikan patin pasupati uji yang dicoba di tambak Brebes, sedikit berbeda dengan laju tumbuh ikan yang dipelihara di tambak Pekalongan, yang memiliki laju pertumbuhan spesifik 2,17% dan 3,24% masing-masing untuk padat tebar 5 dan 10 ekor/m 2. Dari data pada Tabel 1 terlihat bahwa ukuran tebar sangat mempengaruhi laju pertumbuhan spesifik. Ikan patin yang ditebar pada ukuran 100 g mempunyai laju pertumbuhan spesifik lebih rendah dibandingkan ikan-ikan patin pasupati yang ukurannya lebih kecil. Indikasi ini menggambarkan bahwa semakin besar ukuran ikan patin pasupati maka pertumbuhannya semakin lambat. Ini merupakan indikasi umum untuk ikan-ikan budidaya. Data di atas sangat bermanfaat kaitannya dalam menentukan ukuran tebar awal, dan masa pemeliharaan dalam produksi ikan patin pasupati. Jika dilihat dari data pada Tabel 1, untuk mencapai ukuran ikan yang umum diperdagangkan untuk fillet yaitu ukuran 500 g ke atas maka untuk penebaran ikan di tambak sebaiknya ukuran 30 50 g, dengan masa tanam minimal 100 hari. Penebaran ukuran lebih kecil akan memperlama masa tanam di samping tingkat kematiannya lebih Tabel 1. Laju pertumbuhan spesifik bobot rata-rata awal dan akhir sintasan ikan patin pasupati yang dipelihara di tambak percobaan Brebes Petakan (padat tebar/m 2 ) Bobot rataan (g) Awal Akhir Laju pertumbuhan spesifik (%/hari) Sintasan (%) 5 30,00 500,00 3,17 99,60 10 30,00 465,40 3,10 97,80 5 *) 100,00 710,00 2,17 98,00 10 *) 11,00 205,70 3,24 95,00 15 **) 2,50 250,00 3,80 91,00 Keterangan: *) Tambak Pekalongan: lama pemeliharaan 90 hari (Tahapari & Sularto, 2007) **) Tambak di Karawang: lama pemeliharaan 120 hari (Tahapari & Sularto, 2007)

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 104 tinggi (Tabel 1). Untuk usaha, petani ikan lebih menyukai masa pemeliharaan yang relatif singkat berkaitan dengan siklus pendapatan. Pemeliharaan ikan patin di tambak dapat juga dilakukan untuk tujuan pendederan mulai dari ukuran 2,50 g hingga ukuran 30 50 g, karena terlihat dari beberapa penelitian (Tabel 1), laju tumbuh ikan-ikan yang dipelihara di tambak jauh lebih baik, dari benih ukuran 2,5 g diharapkan dalam waktu 45 hari sudah diperoleh benih-benih siap tebar ukuran pembesaran 30 50 g. Dengan strategi demikian, juga dapat membantu efisiensi biaya dalam transportasi, sekaligus mengurangi kematian akibat stres selama pengangkutan menuju kolam/tambak pembesaran, yang umum ditemui jika pengangkutan ikan dilakukan jarak jauh. Strategi pengembangan untuk peningkatan produksi patin pasupati harus berwawasan hamparan mulai dari pendederan II (benih ukuran 2,5 5,0 g), pembesaran dan pasca panen agar efisiensi biaya dapat dicapai. Strategi pengembangan tersebut sangat tepat jika dilakukan di wilayah pertambakan, yang saat ini banyak tidak dimanfaatkan di Wilayah Brebes. Berdasarkan sintasan ikan dan bobot yang dicapai pada akhir percobaan di produksi ikan patin di tambak pada unit A sebesar 2.046 kg dengan tebar awal sebanyak 90 kg dan unit B sebesar 1.010 kg dengan tebar awal pada areal seluas 300 m 2 adalah 40 kg, dengan konversi pakan 1,37 dan 1,11. Tingginya laju pertumbuhan spesifik ikan patin pasupati di tambak dibandingkan di kolam air tawar dalam percobaan ini sangat berkaitan dengan ketersediaan pakan alami. Selama percobaan ketersediaan pakan alami di tambak lebih berlimpah dibandingkan dengan di kolam. Tercermin dari ukuran turbiditi yang relatif lebih tinggi di tambak dibandingkan dengan di kolam. Nilai turbiditi menggambarkan kekeruhan dalam air yang disebabkan oleh kelimpahan plankton ataupun partikel anorganik. Dalam percobaan ini turbiditi lebih cenderung mengambarkan kelimpahan plankton karena warna air menunjukkan warna hijau ataupun kuning kecoklatan (banyak plankton kelompok diatom). Di tambak umumnya air berwarna kehijauan hingga coklat kekuningan dengan nilai turbiditi berkisar 19 65 NTU. Nilai turbiditi air di tambak cenderung meningkat hingga akhir penelitian, namun demikian di tambak relatif stabil. Hasil pengamatan Tahapari & Sularto (2007) di tambak Pekalongan dan Karawang terhadap Index of Preponderence terhadap keberadaan pakan alami dalam sistem pencernaan baik secara kualitatif maupun kuantitatif memperlihatkan cukup tingginya pakan alami dalam sistem pecernaan dan dalam medium kultur. Index of prepondence dalam sistem pencernaan pakan ikan pasupati yang dipelihara di tambak tertinggi adalah kelompok fitoplankton dan zooplankton dengan nilai IP 70,26., sedangkan yang dipelihara dalam perairan air tawar di KJA nilai IP hanya 1,46. Hasil pengamatan fitoplakton dan zooplankton di tambak yang dilakukan oleh Tahapari & Sularto (2007) menggambarkan bahwa di perairan tambak didominasi oleh fitoplankton dan zooplankton yang terdapat dalam sistem pencernaan pakan ikan pasupati yang diamati. Keragaman dan jumlah fitoplankton dan zooplankton di tambak jauh lebih tinggi dibandingkan di perairan tawar. Faktor kedalaman perairan tambak juga sangat berperanan dalam mendukung keberhasilan produksi di petakan tambak. Beberapa pengamatan pada kolam-kolam bekas galian pasir di wilayah Cikarang Jabar, dengan kedalaman sekitar 3 m ternyata dapat mendukung pertumbuhan dan produksi ikan patin pasupati (Praseno et al., 2008), dan produksinya lebih tinggi dibandingkan ikan yang dipelihara di kolam dangkal. Kualitas Lingkungan Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan makanan yang dikonsumsi yaitu temperatur, oksigen terlarut, dan salinitas (Peter, 1979). Menurut Stickney (1979), bahwa ikan yang dipelihara pada salinitas yang mendekati konsentrasi ion dalam darah, energi lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan dan lebih sedikit untuk proses metabolisme. Kemudian Holiday (1969) menyatakan bahwa pemeliharaan ikan pada kondisi yang isoosmotik mempunyai efek yang menguntungkan, karena adanya penyimpanan energi yang disebabkan menurunnya energi untuk proses osmosa dan efek ionik, dengan demikian pertumbuhan akan meningkat. Belum ada penelitian hubungan kadar garam dengan laju pertumbuhan ikan pasupati. Namun hasil penelitian yang dilakukan Djumeralda (1989) dalam Tahapari & Sularto (2007), bahwa laju pertumbuhan harian maksimum pada benih ikan patin siam terjadi pada tingkat salinitas 4,17 ppt, dengan demikian dapat diduga bahwa isoosmotik pada patin siam ini berada pada salinitas sekitar 4,17 ppt.

105 Pembesaran ikan patin pasupati... (Ongko Praseno) Selama pemeliharaan ikan patin pasupati di tambak terlihat bahwa salinitas air tambak berfluktuasi antara 1 6 ppt. Kecilnya fluktuasi salinitas air tersebut akibat adanya pasokan air tawar jika salinitas meningkat (Gambar 1). 7.00 6.00 5.00 Bulan 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 April Mei Juni Juli Agustus September Salinitas (ppt) Gambar 1. Fluktuasi salinitas di tambak percobaan Salinitas yang tinggi akan mengganggu terhadap kenyamanan dan sintasan ikan. Terbukti bahwa pada saat salinitas air mencapai salinitas di atas 10 ppt terlihat selera makan ikan menurun dan pada saat salinitas air di atas 12 ppt ikan memperlihatkan gerakan-gerakan yang tidak stabil (Tahapari & Sularto, 2007). Hasil penelitian Hardjamulia et al. (1986) menunjukkan bahwa pada kadar garam lingkungan yang berbeda yaitu; 0,00; 0,05; 0,20; 0,80; 3,20; dan 12,8 ppt memberi pengaruh yang berbeda terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan jambal siam. Sintasan dan pertumbuhannya meningkat sampai kadar garam 3,2% ppt dan larva mati semua pada kadar garam 12,8 ppt dalam 2 hari pemeliharaan. Kisaran suhu air pada petakan tambak adalah 28,0 C 32,0 C, dan suhu cenderung menurun sejak bulan Agustus hingga September 2009. Tidak ada perbedaan berarti kondisi suhu di petakan tambak dan kolam air tawar yan dapat menyebabkan perbedaan laju tumbuh. Kisaran suhu tersebut masih dalam batas toleransi untuk kehidupan patin pasupati. Kisaran ph air juga tidak memperlihatkan perbedaan berarti di tambak (kisaran ph 8,9 9,1, dan kondisi ph selalu di atas nilai 8). Kisaran ph yang lebih sempit pada petakan tambak sangat berkaitan dengan kemampuan kapasitas buffer dari air payau. Belum ada data kisaran yang layak untuk kehidupan ikan patin pasupati, namun pada kisaran ph tersebut masih tidak terlihat gangguan stres, ataupun gangguan pertumbuhan terhadap ikan uji. Hasil observasi di lapangan di wilayah Sumatera Selatan, dilaporkan bahwa banyak terjadinya stres ikan hingga kematian ikan patin pasupati yan dipelihara di hampang aliran Sungai Ogan jika terjadi perubahan ph hingga di bawah 7 (Praseno et al., 2008). Ada kemungkinan patin pasupati lebih menyukai ph air di atas netral higga netral (ph 7). Kelarutan oksigen di tambak pada kisaran 1,54 hingga 14,2 mg/l. Kondisi oksigen yang tinggi kurang menguntungkan bagi kehidupan ikan dapat mengakibatkan gangguan gas emboli pada sistem pernafasan (Boyd, 1982). Nilai oksigen yang rendah juga kurang baik untuk kehidupan ikan. Kandungan oksigen 1,54 mg/l pada tambak belum mengkhawatirkan. Menurut Legendre dalam Akhmad (2004), ikan patin hypop patin siam memiliki breathing apparatus sehingga tahan terhadap oksigen rendah. Menurut Pescod (1975), oksigen terlarut yang rendah dalam waktu yang berkepanjangan dapat membahayakan kehidupan ikan, oksigen terlarut minimal yang direkomendasikan adalah 2 mg/l. Menurut Boyd (1982), ikan dapat bertahan hidup dalam waktu yang singkat pada kisaran konsumsi oksigen terlarut 0,3 mg/l jika dibiarkan lama pada kisaran oksigen 0,3 1,0 mg/l ikan bertahan hidup, tapi pertumbuhan terganggu. Oksigen yang rendah 1,54 mg/l di tambak juga masih menguntungkan karena kondisi tambak yang dalam sehingga kapasitas oksigen yang dapat ditahan dalam volume air ditambak akan lebih besar. Fluktuasi yang lebar kelarutan oksigen dan ph air lebih disebabkan dinamika

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 106 fitoplankton maupun alga benang yang ada dalam tambak. Adanya fitoplankton dalam tambak dapat diketahui berdasarkan nilai turbiditi. Kisaran turbiditi air di tambak sangat berfluktuasi antara 7 65 NTU, dan turbiditi di tambak terus meningkat sejalan dengan masa pemeliharaan ikan di tambak. KESIMPULAN Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Ikan patin pasupati memiliki potensi yang tinggi dilihat dari aspek pertumbuhan sebagai kandidat ikan budidaya 2. Ikan pasupati yang dipelihara di tambak memiliki laju pertumbuhan, sintasan, dan produksi yang lebih tinggi dibandingkan yang dipelihara di kolam air tawar, sehingga pengembangan budidaya ikan patin pasupati lebih berprospek jika dilakukan di tambak 3. Secara teknis budidaya ikan patin pasupati tidak sulit namun harus diikuti dengan pengelolaan air yang baik dan terkontrol karena sangat menentukan keberhasilan produksi. DAFTAR ACUAN Achmad, T., Sofiarsih, L., & Rusman. 2004. Pertumbuhan patin Hypop, Pangasius hyppopthalmus pada Sistim Budidaya Intensif. Laporan Penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor, hlm. 75 88. Azwar, Z.I. & Melati, I. 2009. Upaya perbaikan kualitas tepung maggot dan penggunaanya dalam formulasi pakan ikan lele dumbo. Laporan Hasil Penelitian kerjasama BRKP dan DIKTI, 15 hlm. Boyd, C.E. 1982. Water quality management for pond fish culture. Auburn University. Elsivier Scientific. Publishing Company. New York. USA, p. 286. Ditjen Perikanan Budidaya. 2005. Kebijakan dan program prioritas tahun 2006 pembangunan perikanan budidaya. Rakernas Dept. Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 31 hlm. Hardjamulia, A., Prihadi, T.H., & Subagyo. 1987. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan jambal siam (Pangasius sutchi). Bul. Pen. Per. Darat, 5(1): 111 117. Hatimah, S. 1979. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lack) di kolam. Bul. Pen. Per. Darat, 10(1). Hatimah, S., Noveny, W., & Insan, I. 1992. Penggunaan pakan buatan dalam usaha produksi benih ikan gurame ukuran 50 g di kolam. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar, hlm. 106 111. Holliday, F.G.T. 1969. The Effect of Salinity on The Eggs and Larvae of Teleosts. In Hoar,W.S. & Randall, D.J. (Eds.) Fish Physiology. Academic Press. New York, 1: 293 309. Krismono. 1994. Penelitian pertumbuhan ikan nila, tawes, tambakang, dan ikan mas di KJA waduk Jatiluhur. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar, hlm. 158 182. Legendre, M., Slembrouck, J., & Subagja, J. 1998. First results on growth and artificial propagation of Pangasius djambal (Siluriformes, Pangasiidae) in Indonesia. In: Legendre, M., & Parisele, A. (Eds.) The biological Diversity and Aquaculture of Clariid and Pangasiid in South-East Asia. Proceedings of the mid-term workshop of the Catfish Asia Project Cantho, Vietnam, 11 15 May 1998, p. 97 102. Peter, R.E. 1979. The Brain and Feeding Behavior. In Hoar, W.S., Randall, D.J., & Brett, J.R. (Eds.) Fish Physiology, Academic Press, London, VIII: 121 153. Prescod, M.B. 1975. Investigation of pollution effluent and stream standars for tropical countries. A.T. Bangkok. Praseno, O., Azwar, Z.I., Sularto, & Tahapari, E. 2008. Analisis Kebijakan Pengembangan Budidaya Ikan Patin Pasupati. Buku Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan Budidaya. Pusat Riset Perikanan Budidaya, DKP, 23 33. Sticney, R.R. 1979. Principles of Warm water Aquaculture. Wiley and Sons Inc., New York, 375 pp. Tahapari, E. & Sularto. 2007. Evaluasi patin pasupati di beberapa sentra pembesaran. Laporan Hasil Kegiatan Tahun anggaran 2007. Loka Riset Pemulian dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi, 17 pp.