[::IJ PADAPUSATPENGEMBANGAN PEN G ELO LAAN LIMBAH RAD IOAKTIF. Sabat M. Panggabean PENGELOLAANLIMBAH

dokumen-dokumen yang mirip
Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

Kuliah Pencegahan Pencemaran (CHA )

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

BENARKAH BIA Y A PENYIMP ANAN LIMBAH RADIOAKTIF MAHAL DAN BAGAIMANA SOLUSINY A?

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

Pengelolaan Lingkungan

PENGGUNAAN PERALATAN DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN

Bahan Baku. Aktivitas Produksi. Limbah

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

PRODUKSI BERSIH (Cleaner Production) HA Latief Burhan Universitas Airlangga

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA

CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH)

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan. Teknologi Bersih. (Clean Technology)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pendekatan Pengelolaan Lingkungan. Investigasi Kerusakan Lingkungan. PengelolaanLingkunganHidup:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

KONSEP PRODUKSI BERSIH DAN PENERAPANNYA PADA SEKTOR INDUSTRI HMMCJ WIRTJES IV ( YANCE )

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

PRODUKSI BERSIH. Definisi PB berdasarkan UNEP (1992)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia)

SISTEM PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT, CAIR DAN GAS. Arifin Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

No Penghasil Limbah Radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang mempunyai kewajiban mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah sebelum diser

BAB I PENDAHULUAN. negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan

KAJIAN PENGELOLAAN LlMBAH PLTN. Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN

PENYERAPANLOGAM DEN GAN TANNIN

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

4. Melakukan identifikasi kegiatan kegiatan pada pekerjaan pembuatan kusen, pintu, dan kanopi dari UPVC.

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

PENGELOLAAN SAMPAHPADATPERKOTAAN SECARATERPADU ARTIKEL. PENDAHULUAN maupun sumber penyakit bagi

EV ALUASI PENERIMAAN DOSIS EKSTERNA 0 LED PEKERJA IPLR -P2PLR -BA T AN

BAB VI AUDIT LINGKUNGAN

MINIMISASI LIMBAH PADA INDUSTRI PULP DAN KERTAS

ecofirm ANALISIS KELAYAKAN LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI PERTANIAN ELIDA NOVITA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF

II. TINJAUAN PUSTAKA

2 secarakimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal. Daur ulang (recycle) Limbah B3 merupakan kegiatan mendaur ulang yangbermanfaat melalui proses

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Penerapan Konsep Bersih Pada Sektor Industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INVENTARISASI PAKET LIMBAH OLAHAN UNTUK PENYIMPANAN AKHIR DALAM DISPOSAL DEMO PLANT

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN

Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

REVIEW BIDANG TEKNIK LINGKUNGAN. TL 4001 Rekayasa Lingkungan 2009 Program Studi Teknik Lingkungan ITB

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG

PENANGGULANGANTANTANGAN SEKARANG DAN MASA DEPAN DALAM PENGELOLAAN LIMBAH NUKLIR AKTIVITAS TINGGI DAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TEKNOLOGI BERSIH (CLEANER PRODUCTION)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 339 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. alam dalam prosesnya menjadi produk. Kegiatan tersebut dapat menimbulkan

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH

PELATIHAN DOSEN-DOSEN PTN DAN PTS SE JAWA-BALI DALAM BIDANG AUDIT LINGKUNGAN Bogor, September 2006

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1990 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi

PENYIMPANAN LlMBAH RADIOAKTIF DIINTERM STORAGE I, INTERM STORAGE II DAN PSLAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KARAKTERISASI LlMBAH HASIL SEMENTASI. Siswanto Hadi, Mardini, Suparno Pusat Teknologi Umbah Radioa~,tif, BATAN

Transkripsi:

[::IJ MINIMISASI LIMBAH PADAPUSATPENGEMBANGAN PEN G ELO LAAN LIMBAH RAD IOAKTIF Sabat M. Panggabean Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif, BAT AN PENDAHULUAN Banyaknya kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri dewasa ini telah mendorong terjadinya pergeseran paradigma di dalam penanganan limbah industri tersebut. Pergeseran paradigma yang dimaksud adalah perubahan dati end of pipe treatment menjadi pollution prevention principle. Hal ini berarti penanganan limbah dilakukan bukan setelah limbah tersebut terbentuk, tetapi pengelolaannya diupayakan sedemikian rupa mulai dati bahan baku sampai akhir pemakaian produk agar dihasilkan limbah seminimal mungkin. Upaya ini lebih bersifat proaktif dengan melibatkan berbagai disiplin kuasainya paket teknologi minimisasi limbah radioaktif dan pemanfaatan ulang material berbahaya dalam limbah". PENGELOLAANLIMBAH Pengelolaan limbah pada dasarnya bertujuan untuk mengendalikan pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan industri. Secara hirarki, upaya pengelolaan limbah tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat upaya pengelolaan limbah yang pertama sekali diupayakan adalah meminimisasi limbah dengan cara reduksi pada sumbemya dan diikuti dengan pemanfaatan limbah baik di dalam pabrik (on-site), maupun di 1uar pabrik (off-site) tersebut. Reduksi limbah pada sumbemya adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang akan ilmu (Panggabean, [1]). Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif (P2PLR) juga merespons pergeseran paradigma tersebut. Hal ini ter1ihat dari Tolok Ukur Penguasaan dan Pengembanganmenyebar di lingkungan, secara Teknologi Proses Pengolahan Limbah preventif langsung pada sumber dengan Sasaran Repe1ita VII tahun pencemar. Pemanfaatan limbah adalah 2000/2001 yang berbunyi "Di- upaya mengurangi volume, kon- PvldInL./I1t'AI1 Va' ~ Na /.zaxj

sentrasi, toksisitas, clan tingkat bahaya yang menyebar di lingkungan, dengan cara memanfaatkannya melalui cara penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle), perolehan kembali (recovery). Setelah upaya minimisasi limbah dilakukan dengan maksimal, kemudian limbah yang terbentuk selanjutnya diolah dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku. Setiap upaya pengolahan limbah umumnya akan menghasilkan sisa akhir, misalnya lumpur (sludge). Sisa akhir proses pengolahan limbah tersebut sebelum dibuang ke lingkungan, harus diolah terlebih dahulu, misalnya menggunakan matriks semen. teknologi bersih (clean technology atau low and no waste technology) yang akan melandasi program produksi bersih. Suatu pendekatan penting pada proses produksi bersih dalam suatu proses adalah menggunakan upaya minimisasi limbah (Bapedal [4]). Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, clan tingkat bahaya limbah yang berasal dati proses produksi, dengan jalan reduksi pada sumbemya dan/atau pemanfaatan limbah, Seperti yang terlihat pada Gambar 2. UP A Y A MINIMISASI LIMBAH DI P2PLR MINIMISASI LIMBAH Berdasarkan sumbemya, limbah yang terdapat di P2PLR dapat dibagi Idealnya, suatu kegiatan industri dua yaitu limbah yang berasal dari berusaha untuk mencegah pencemaran kegiatan P2PLR dan limbah yang sebelum pencemaran itu terjadi. berasal dari luar kegiatan P2PLR. Konsep pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan [::LJ Gambar 1. Hirarki Pengelolaan Limbah di Indonesia (Soemantojo, [2]) t'liid/nl./ttt'/1/1 va: ~ No. / 2(XX)

Gambar 2. Teknik Minimisasi Limbah (Bapedal,[3]) Limbah dari P2PLR Upaya minimisasi limbah yang berasal dari kegiatan P2PLR dapat dilakukan baik dengan cara reduksi pada sumbemya maupun dengan pemanfaatan limbah. Upaya reduksi limbah pada sumbemya dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti yang terlihat pada Gambar 2 di atas. Pada dasamya upaya reduksi limbah di P2PLR telah dilaksanakan, namun masih terlihat beberapa upaya yang masih bisa ditingkatkan atau disempurnakan, misalnya pada house keeping. House keeping adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan instalasi dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan, atau bocoran bahan, serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin. Upaya lainnya dapat dilakukan dengan pengaturan kondisi operasi clan proses, misalnya ketika pengoperasian evaporator untuk mengolah limbah cair dan diikuti dengan pengoperasian unit foundry. Meskipun upaya tersebut telah dilaksanakan, temyata masih terdapat sisa steam yang dibuang percuma ketika pengoperasian selesai t'1./1d/ijlli1t'/1/1 Va' ~ Na / 2000 QJ

[:: ARTIKEL dilaksanakan. Untuk itu perlu dikaji lebih lanjut agar steam tersebut tidak dibuang begitu saja. Di dalarn proses pengolahan limbah, upaya minimisasi limbah dapat juga diterapkan dengan cara memodifikasi proses pengolahan, misalnya mengkaji kembali konsep imobilisasi dengan menggunakan matriks semen. Konsep imobilisasi tersebut pada dasarnya menyebabkan volume limbah menjadi semakin besar, umumnya dalarn bentuk shell 950L. Misalnya limbah resin bekas tidak perlu diimobilisasi, tetapi cukup disimpan dalarn wadah yang sesuai, asal terlebih dahulu dikeringkan. Dengan demikian diharapkan kondisi resin bekas tersebut harnpir sarna dengan kondisi resin sebelum digunakan. Untuk mengeringkannya mungkin bisa menggunakan sisa steam dari proses pengoperasian evaporator di atas. Upaya minimisasi lainnya adalah dengan memanfaatkan resin bekas tersebut sebagai bahan pengisi dalarn proses imobilisasi limbah padat tak terkompaksi. Sedangkan upaya terakhir adalah mengolah limbah resin bekas menggunakan insenerator sehingga diperoleh volume limbah yang sangat sedikit. Upaya minimisasi limbah lainnya adalah dengan memanfaatkan distilat yang dihasilkan oleh unit evaporator untuk digunakan kembali. Hal ini dapat dilakukan dengan syarat distilat tersebut tidak terkontaminasi atau terjadi carry over ketika proses berlangsung. Untuk meyakinkan kualitas distilat tersebut, sebelum digunakan kembali dapat dilewatkan kolom resin terlebih dahulu. Penggunaan kembali (reuse) tersebut antara lain dengan cara menggembalikannya ke unit evaporator tersebut, atau untuk keperluan lain di luar unit tersebut. Upaya tersebut dimungkinkan karena berdasarkan hasil analisis terhadap kualitas distilat selama ini nilai konduktivitasnya selalu di bawah IOJ.l.Sm/cm. Limbah yang Berasal Dari Luar P2PLR Upaya minimisasi limbah yang berasal dari luar P2PLR omumnya dapat dilakukan dengan cara pemanfaatannya. Pemanfaatan tersebut bisa dengan cara penggunaan kembali (reuse off-site) khususnya untuk limbah radioaktif padat, dengan menggunakan konsep pertukaran limbah (waste exchange) clan P2PLR bertindak sebagai waste exchanger. Pertukaran limbah adalah suatu organisasi formal yang memberikan informasi, publikasi, atau layanan kepada industri pembuang limbah atau yang membutuhkan limbah sebagai bahan baku. Upaya pertukaran limbah tersebut akan mendorong pemanfaatan limbah dengan jalan tukar menukar atau jual-beli limbah serta memberikan layanan informasi yang dibutuhkan dan juga bantuan teknis (Bapedal,[3]). Misalnya ada "limbah" radioaktif dati pemsahaan A. "Limbah" tersebut jangan langsung dilimbahkan (diolah sebagai limbah), tetapi disimpan dahulu untuk selanjutnya ditawarkan ke pemsahaan lain yang mungkin membutuhkannya. Jika temyata tidak ada pemsahaan yang ingin menggunakan kembali, langkah terakhir adalah me-recovery radionuklida tersebut untuk dijadikan somber radiasi yang pemanfaatannya sangat banyak akhir-akhir ini. Untuk itu P2PLR dituntut proaktif di dalam ij ~vid/nti/1~/1i1 Vd:J Na 2a:xJ

menginventarisasi perusahaan yang menggunakan bahan radioaktif sekaligus menawarkan sumber radiasi yang bisa dihasilkan. Dengan demikian limbah dari suatu perusahaan bisa menjadi bahan baku pada perusahan lain. Untuk itu, tabel berikut ini menyajikan beberapa kegunaan radionuklida. Tabell. Jenis Radionuklida daft Kegunaannya Menurut Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup [6], pendekatan konsep minimisasi limbah tersebut mempunyai keunggulan jika dibandingkan dengan pendekatan pengendalian pencemaran menggunakan konsep end-of-pipe. Hal ini disebabkan konsep end-of-pipe mempunyai masalah sebagai berikut: I. Pengolahan limbah cair, padat, atau gas memiliki fisiko pindalmya polutan dati satu media ke media lingkungan lainnya, dimana dapat menimbulkan masalah lingkungan yang sarna gawatnya, atau berakhir sebagai sumber pencemar secara tak langsung pada media yang sarna. 2. Walaupun tidak setinggi biaya pemulihan kerusakan lingkungan, pengolahan limbah memerlukan biaya tambahan pada proses produksi, sehingga biaya per satuan produk naik. 3. Pendekatan pengendalian pencemaran memerlukan berbagai perangkat peraturan, selain t'u/d//jut1t'/1/1 Vd ~ Na / ~ menuntut tersedianya biaya clan sumberdaya manusia yang handal dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan pemantauan, pengawasan, clan penegakan hukum. Lemahnya kontrol sosial, terbatasnya sarana dan prasarana, serta kurangnya jumlah kemampuan tenaga pengawas menyebabkan hukum tidak bisa ditegakkan. 4. Pengembangan teknologi pengolahan limbah tidak mendorong upaya ke arab pengurangan limbah pada sumbernya serta kurang menjanjikan pemanfaatan limbah lebihjauh. 5. Teknologi pengolahan limbah yang ada saat ini dapat gagal berfungsi atau sangat bertluktuasi dalam efisiensinya. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan upaya minimisasi limbah adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan sumberdaya alam lebih efektif dan efisien. 2. Efisiensi produksi meningkat. [[]

3. Mencegah atau mengurangi terbentuknya limbah dan bahan pencemar pada umumnya. 4. Mencegah atau mengurangi berpindahnya pencemar antar media. s. Mengurangi terjadinya fisiko kesehatan manusia dan lingkungan. 6. Mendorong dikembangkan dan dilaksanakannya teknologi bersih dan produk akrab lingkungan. 7. Mengurangi biaya pentaatan hukum. 8. Mengurangi atau terhindar dati biaya pembersihan lingkungan. 9. Meningkatkan daya saing di pasar intemasional. 10. Pendekatan pengaturan bersifat fleksibel dan sukarela. Konsep minimisasi limbah sepintas terlihat sangat mudah dilaksanakan, tetapi di dalam penerapannya relatif sukar karena adanya faktor tak langsung yang terkait seperti Peraturan Pemerintah, SDM yang berkualitas dan dari berbagai disiplin ilmu, dan yang utama adalah komitrnen yang kuat dari pimpinan untuk melaksanakannya. PENUTUP Upaya minimisasi limbah di P2PLR pada dasamya telah dilaksanakan, namum akhir-akhir ini dirasakan upaya tersebut masih dapat dimaksimalkan mengingat P2PLR mempunyai SDM yang berkualitas dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Mengingat posisi P2PLR yang sangat strategis di dalam pengelolaan limbah radioaktif di Indonesia, besar kemungkinan peluang upaya minimisasi limbah dengan cara memanfaatkan limbah dapat diterapkan dengan tidak tertutup kemungkinan mengarah atau bersifat komersil. DAFTARPUSTAKA [1] Panggabean, S.M., Minimisasi Limbah Pada Industri Pelapisan Logam, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta, (1999). [2] Soemantojo, R. W., Minimisasi Limbah dan Produksi Bersih, PPSMLill, [3] Jakarta, (1996). Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL), Penjajagan Kemungkinan Pengembangan Pertukaran Limbah (Waste Exchange) Di Indonesia, Jakarta, (1992). [4] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL), Produksi Bersih Di Indonesia, Jakarta, (1997). [5] International Atomic Energy Agency (IAEA), Practical Radiation Safety Manual; Manual on Nuclear Gauges, Vienna, (1992). [6] Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Agenda 21 Indonesia: Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta, (1997). [::EJ ---0000000. PvId/n f./11t'/1/1 Va( ~ Na / 2OCXJ