Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol. No. Desember 008 DAYA ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA In Vitro DAN PROFIL KLTNYA Riyanta Aribawa*, Anis Wihdayati*, Mustofa** *Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang **Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT People used noni leaf (Morinda citrifolia L.)for medication many kinds disease, one of as anthelmintic. Worm infection most generally in the world, especially in growing countries including indonesia. To prove the truth were efficacious noni leaf as anthelmintic has been research anthelmintic capability ethanol extract of noni leaf on the worm Ascaridia galli on in vitro. This research has done by using Lamson and Brown method submerges that has been modified. Research using 70 of worms A. galli female, that devided into 9 groups, that s groups treatment with ethanol extract of noni leaf in consentration of 0, 0, 0 and 0, groups positive control (citrate piperazin) consentration,, dan 8 and I group negative control (NaCl 9 ) each group consist of petri disc (each petri disc contain of worms and ml solution). Anthelmintic capability showed with worm mortality time that s observed every hours and LC 0 that needed consentration to wipe out 0% of worm. The result of this research shown rates worm mortality time after submerges with ethanol extract of noni leaf consentration 0, 0, 0 and 0 as hight as 8,00 ±,79 ;, ±,; 0, ±,;,00 ±, (hours). But after submerges with citrate piperazin is, ±, (hours). LC 0 after submerges ethanol axtract of noni leaf is 0, and after submerges,7. The result of the observed Thin Layer Chromatography (TLC) shown ethanol extract of noni leaf containes compounds from flavonoid and fenol. Based on result of the reseach would be concluded that ethanol extract of noni leaf contain compounds that calculate have anthelmintic activity, possibilty that s compounds is flavonoid and fenol. Keyword : Morinda citifolia L., anthelmintic, submerges of Lamson and Brown. PENDAHULUAN Infeksi cacing merupakan salah satu infeksi yang paling umu m tersebar di dunia, terutama di negaranegara berkembang termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 0% anakanak di Indonesia menderita penyakit infeksi cacing. Penyakit ini disebabkan oleh keadaan lingkungan yang kotor dan kurangnya pengetahuan tentang kebersihan dan kesehatan diri dan lingkungan. Kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan atau kebersihan ini menyebabkan masih tingginya berbagai penyakit infeksi diantaranya infeksi cacing (Tan dan Rahardja, 99). Cacing Ascaridia galli merupakan cacing gelang yang biasa hidup di usus ayam dan burung, mempunyai sifat yang hampir sama dengan Ascaris lumbricoides pada manusia (Tan dan Rahardja, 99, Noble and Noble, 989). Berbagai obat cacing tersedia di pasaran, diantaranya mebendazol, tiabendazol, pirantel pamoat, albendazol, levamisol, niklosamid, praziquantel dan piperazin. Obat cacing ini umumnya memiliki efek samping berupa gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare) dan reaksi alergi. Berbagai obat cacing seperti mebendazol, albendazol dan pirantel memiliki sifat teratogen yang petensial sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil (Thay dan Rahardja, 00). Untuk mengantisipasi efek samping tersebut, obat tradisional merupakan alternatif pengobatan.. Adanya kecenderungan masyarakat untuk memanfaatkan tanaman obat melalui gerakan Taman Obat Keluarga (TOGA) semakin memudahkan pengembangan obat tradisional (Mursito, 000). Buah mengkudu banyak dimanfatkan masyarakat untuk obat cacing, sariawan, pelembut kulit, peluruh dahak, peluruh haid, pencahar, cacar, radang ginjal dan radang amandel. Putiknya untuk mengobati radang usus dan radang lambung, sedangkan daunnya dimanfaatkan sebagai penurun panas, penghenti perdarahan, kejang perut, masuk angin, beriberi dan obat cacing (Sudarsono, et al., 00). Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji aktivitas ekstrak etanol daun mengkudu terhadap cacing A. galli secara in vitro dan profil KLTnya.
Analisis Biaya dan Gambaran Penggunaan Antibiotik Hal. : (Muhammad Djatmiko, dkk.) METODOLOGI Uji kelangsungan hidup cacing Ascaridia galli. Uji ini dilakukan menggunakan 8 ekor cacing jantan dan 8 ekor cacing betina yang dibagi kelompok. Kelompok, terdiri dari 9 ekor cacing jantan dan 9 ekor cacing betina. Kelompok ini dibagi bagian, yaitu bagian pertama terdiri dari cawan petri yang masingmasing beri ekor cacing jantan dan bagian kedua terdiri dari cawan petri yang masingmasing berisi ekor cacing betina. Pada masingmasing cawan berisi ml larutan garam fisiologis. Kelompok, terdiri dari 9 ekor cacing jantan dan 9 ekor cacing betina yang dibagi dalam cawan petri yang masingmasing berisi ekor cacing jantan dan cawan petri masingmasing berisi cacing betina. Media yang digunakan larutan garam fisiologis dan dalam 00 ml larutan media tersebut dilarutkan g glukosa (larutan glukosa salin 0 ). Tiap cawan berisi ml larutan glukosa salin. Pengamatan kematian cacing dilakukan setiap jam sekali, yaitu jika cacing sudah tidak menimbulkan gerakan lagi dianggap sudah mati dan diyakinkan dengan cara cacing diambil dan dipindahkan ke dalam cawan petri kosong dan kemudian diberi HCl pekat tetes, jika cacing tidak menimbulkan gerakan lagi maka cacing dianggap sudah mati. Uji daya antelmintik ekstrak etanol daun mengkudu dan piperazin sitrat terhadap cacing Ascaridia galli. Perlakuan pada ekstrak etanol daun mengkudu Uji daya antelmintik dilakukan dengan metode rendaman dari Lamson dan Brown yang dimodifikasi. Perlakuan perendaman ini menggunakan 80 ekor cacing A. galli yang dibagi dalam kelompok dan masingmasing kelompok terdiri dari cawan petri yang berisi ml media dengan ekor cacing. Kelompok, direndam dalam larutan Piperazin Sitrat. Kelompok, direndam dalam larutan NaCl 9. Kelompok, direndam dalam larutan ekstrak etanol daun mengkudu konsentrasi 0. Kelompok, direndam dalam larutan ekstrak etanol daun mengkudu konsentrasi 0. Kelompok, direndam dalam larutan ekstrak etanol daun mengkudu konsentrasi 0. Kelompok, direndam dalam larutan ekstrak etanol daun mengkudu konsentrasi 0 Pengamatan kematian cacing dilakukan setiap jam sekali, sama seperti pada uji kelangsungan hidup cacing. Perlakuan pada piperazin sitrat Perlakuan dilakukan dengan menggunakan 90 ekor cacing A. galli yang dibagi dalam kelompok dan masingmasing kelompok terdiri dari cawan petri yang berisi ml media dengan ekor cacing Kelompok, direndam dalam larutan Piperazin sitrat.. Kelompok, direndam dalam larutan Piperazin sitrat. Kelompok, direndam dalam larutan Piperazin sitrat 8 Pengamatan kematian cacing dilakukan setiap jam sekali sampai cacing mati, sama seperti pada uji kelangsungan hidup cacing. Analisis Data Data diolah dengan menggunakan ANAVA satu arah, bila memberikan perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan test Least Significant Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan 9%, dilanjutkan analisis probit untuk mengetahui LC 0 piperazin sitrat dan ekstrak etanol daun mengkudu. Kemudian dilakukan uji t untuk membandingkan nilai LC 0 akstrak etanol daun mengkudu dengan piperazin sitrat. Kromatografi lapis tipis dianalisis dengan cara mengamati noda atau bercak yang tampak pada kromatogram dengan pereaksi semprot yang sesuai dan dideteksi dengan lampu UV nm dan UV nm serta diamati secara visual. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kelangsungan Hidup Cacing Tabel I. Hasil Uji Kelangsungan Hidup Cacing Ascaridia galli Jantan dan Betina Kelompok Media Jenis Cacing I II III IV Garam fisiolgis Garam fisiologis Glukosa salin 0 Glukosa salin 0 Jantan Betina Jantan Betina Ratarata waktu kematian semua cacing SD (jam),,0 0,7,,, 7,, Cacing A. galli betina mempunyai ratarata waktu kelangsungan hidup yang lebih lama dibanding cacing jantan. Media garam fisiologis memberikan daya kelangsungan hidup cacing lebih lama dibanding media glukosa salin 0
Ratarata waktu kematian (jam) Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol. No. Desember 008 Uji Daya Antelmintik Ekstrak Etanol Daun Mengkudu Parameter ratarata waktu kematian cacing Ascaridia galli Tabel II. Hasil Uji Daya Antelmintik Cacing Ascaridia galli Betina Klp. Media Ratarata waktu kematian semua cacing SD (jam) I II Piperazina sitrat NaCl 9,, 9,00,0 III Ekstrak konsentrasi 0 8,00,79 IV Ekstrak konsentrasi 0,, V Ekstrak konsentrasi 0 0,, VI Ekstrak konsentrasi 0,00, Keterangan : Kelompok I : Piperazin sitrat Kelompok II : NaCl 9 Kelompok III : Ekstrak etanol daun mengkudu konsetrasi 0 Kelompok IV : Ekstrak etanol daun mengkudu konsetrasi 0 Kelompok V : Ekstrak etanol daun mengkudu konsetrasi 0 Kelompok VI : Ekstrak etanol daun mengkudu konsetrasi 0 Uji daya antelminik ini dilakukan dengan menggunakan metode rendaman dari Lamson dan Brown yang dimodifikasi. Ekstrak etanol daun mengkudu konsentrasi 0 mempunyai ratarata waktu kematian semua cacing paling cepat dibandingkan dengan konsetrasi 0, 0, 0. Uji statistik dengan ANAVA satu arah dari data ratarata waktu kematian semua cacing dalam tiap kelompok perlakuan menunjukan perbedaan yang bermakna / signifikan (F =,87 ; p < 0,0). Ada kelompok perlakuan yang tidak menunjukan perbedaan bermakna (p > 0,0), yaitu kelompok perlakuan rendaman ekstrak etanol daun mengkudu konsentrasi 0 dan kelompok piperazin sitrat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol daun mengkudu dalam konsetrasi 0 mempunyai daya antelmintik hampir sama efektifnya dengan piperazin sitrat. Ekstrak etanol daun mengkudu konsentrasi 0 dan piperazin sitrat, paling efektif membunuh cacing kemudian konsentrasi 0, 0, 0. Parameter nilai LC 0 Uji ini dilakukan untuk membandingkan nilai LC 0 antara ekstrak etanol daun mengkudu dengan piperazin sitrat. Ekstrak etanol daun mengkudu konsentrasi 0 mempunyai persentase jumlah kematian yang paling besar dibandingkan dengan konsentrasi 0, 0, 0. 70 0 0 0 0 0 0 0, Piperazin sitrat 9 NaCL 9 8 Ekstrak 0, Ekstrak 0 Konsentrasi () 0, Ekstrak 0 Ekstrak 0 Gambar. Grafik ratarata waktu kematian semua cacing setelah direndam dalam larutan piperazin sitrat, NaCl dan ekstrak etanol daun mengkudu. Tabel III. Jumlah Cacing A. galli yang Mati pada Jam ke Perlakuan Ekstrak Etanol Daun Mengkudu Replikasi Ekstrak 0 Ekstrak 0 Ekstrak 0 Ekstrak 0 % % % % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80 0 0 0 0 0 0 0 0,7, 0, 0 0,8,7,7 0,00 SD 0, 8, 0,8,7 0,98 9,,7 7,7 Keterangan : Jumlah awal cacing percawan = jumlah cacing yang mati % = persentase cacing yang mati
Ratarata respon kematian (%) Ratarata respon kematian (%) Analisis Biaya dan Gambaran Penggunaan Antibiotik Hal. : (Muhammad Djatmiko, dkk.) 90 80 70 0 0 0 0 0 0 0 0,7 0, Ekstrak 0 Ekstrak 0 Ekstrak 0 Ekstrak 0 Konsentrasi () Gambar. Grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak etanol daun mengkudu dengan persentase res pon kematian cacing Ekstrak etanol daun mengkudu konsentrasi 0 paling efektif membunuh cacing A. galli, kemudian konsentrasi 0, 0 dan 0. Tabel IV. Jumlah Cacing A. galli yang Mati pada Jam ke pada Perlakuan Piperazin Sitrat Replikasi Piperazin sitrat mg/ml Piperazin sitrat Piperazin sitrat Piperazin sitrat 8 % % % % 0 0 0 80 00 0 0 0 0 0 00 0 0 80 00 0 0 00 00 0 0 0 0 80 00 0 0 0 00 00 0, 0,0 0,0 70,0 00 SD 0,8,7 0,89 7,89,0,9 0,00 0,00 Keterangan : Jumlah awal cacing percawan = jumlah cacing yang mati % = persentase cacing yang mati Piperazin sitrat konsentrasi 8 mempunyai persentase jumlah kematian yang paling besar dibandingkan dengan konsentrasi,,. 0 00 00 80 0 70 0 0 0 0 Piperazin sitrat 0 Piperazin sitrat Piperazin sitrat Konsentrasi () Piperazin sitrat 8 Gambar. Grafik hubungan antara konsentrasi piperazin sitrat dengan persentase respon kematian cacing
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol. No. Desember 008 7 Piperazin sitrat 8 dibandingkan dengan konsentrasi, dan paling efektif dalam membunuh cacing Ascaridia galli. Tabel V. Hasil Nilai LC 0 pada Perlakuan Ekstrak Etanol Daun Mengkudu Nilai LC Replikasi 0 ekstrak etanol daun mengkudu () 9,9, 0, 9,9,0,8 0, SD 9,0 Bahwa ratarata nilai LC 0 ekstrak etanol daun mengkudu pada jam ke adalah 0,, yang berarti bahwa ekstrak etanol daun mengkudu pada konsentrasi 0, mampu menyebabkan kematian cacing A. galli sebesar 0%. Ratarata nilai LC 0 piperazin sitrat pada jam ke adalah,7, yang berarti bahwa piperazin sitrat pada konsentrasi 0,7 dapat menyebabkan kematian cacing A. galli sebesar 0%.Dari hasil uji t diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai LC 0 ekstrak etanol daun mengkudu dengan nilai LC 0 piperazin sitrat, yaitu t hitung (8,0) > t tabel (,8). Sehingga dapat dikatakan bahwa piperazin sitrat lebih poten dalam membunuh cacing A. galli dibanding ekstrak etanol daun mengkudu. Tabel VI. Hasil Nilai LC 0 pada Perlakuan Piperazin Sitrat Replikasi Nilai LC 0 piperazin sitrat (),,0,,8,9,, SD 0, Kromatografi lapis tipis (KLT) Kandungan senyawa kimia dalam daun mengkudu memang sangat banyak, tetapi dengan adanya proses ekstraksi maka hanya senyawa yang larut dalam larutan penyari saja yang ada dalam ekstrak. Uji KLT dilakukan terhadap alkaloid, flavonoid dan fenol. Tabel VII. Data Hasil Pengamatan Kromatogram Alkaloid No bercak Rf Deteksi setelah disemprot dragendorff UV nm UV nm Visual 0,0 0, 0, 0,7 0,79 0,80 Kelabu Merah tua Merah Putih kelabu Merah hijau hijau Tidak ada kandungan senyawa alkaloid dalam ektrak etanol daun mengkudu. Seharusnya warna bercak yang terlihat di bawah sinar UV nm adalah biru dan warna bercak yang terlihat di visual adalah jingga sampai merah tua. Hasil pengamatan pada UV nm warna mengalami pean, pada UV nm bercak yang terlihat banyak dan berwarna biru. Ini menunjukan adanya kandungan senyawa flavonoid pada ekstrak etanol daun mengkudu. Adanya kandungan senyawa flavonoid ditunjukan juga pada pengamatan secara visual. Warna bercak di bawah UV nm sedangkan warna bercak di bawah sinar UV nm adalah kelabu (bercak nomor ) dan warna bercak di visual hijau kelabu (bercak no mor dan 8). Ini menunjukkan adanya senyawa fenol dalam ekstrak etanol daun mengkudu.
Analisis Biaya dan Gambaran Penggunaan Antibiotik Hal. : (Muhammad Djatmiko, dkk.) Tabel VIII. Data Hasil Pengamatan Kromatogram Flovonoid Deteksi setelah disemprot aluminium klorida No bercak Rf UV nm UV nm Visual P E P E P E 7 8 9 0 0,8 0, 0,9 0, 0,8 0,0 0, 0,8 0, 0,7 0, 0,7 0,8 0,8 biru muda merah kuning kuning hijau Keterangan : P = Pembanding E = Ekstrak Tabel I. Data Hasil Pengamatan Kkromotogram Fenol No bercak Rf Deteksi setelah disemprot ferri klorida UV nm UV nm Visual 7 8 0,0 0, 0, 0,9 0,8 0,9 0,7 0,7 putih kelabu putih kelabu kelabu merah kelabu merah kelabu hitam kelabu hijau kelabu hijau kelabu 8 KESIMPULAN Ekstrak etanol daun mengkudu (M. citrifolia L.) mempunyai daya antelmintik terhadap cacing A. galli secara in vitro dengan ratarata waktu kematian,00 ±, jam pada konsentrasi optimal (0 ) dan LC 0 sebesar 0,. Profil uji KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun mengkudu mengandung senyawa dari golongan flavonoid dan fenol. Golongan senyawasenyawa tersebut yang kemungkinan dicurigai sebagai antelmintik. DAFTAR PUSTAKA Becker, C. A., and Bakhuizen van den Brink, R. E., 9, Flora of Java, volume, N. V. P Noordhof Groningen The Netherlands. 7, 9. Harborne J. P.,987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, Cetakan ke, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwan Soediro, Institut Teknologi Bandung, Bandung,, 7,. Lamson and Brown, 9, cit Suyamti, T., 00, Daya Anthelmintika Infus Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.) Terhadap Cacing Ascaridia galli Secara in vitro dan Skrining Fitokimianya, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Darma, Yogyakarta. Markham,K.R., 988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Penerbit ITB, Bandung. Mustofa,00, Pengembangan Obat Alami dalam Tinjauan Farmakologi, Seminar Nasional Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA UII, Yogyakarta Noble, E. R., and Noble, G. A., 989, Parasitologi Biologi Parasitologi Hewan, Edisi V, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 09. Sastromiharjo, H., 98, Kromatografi, Cetakan I, Liberty, Yogyakarta,. Siswando dan Soekarjo, B, 000, Kimia Medisinal, Edisi, Airlangga University Press, Surabaya, 9. Sudarsono, et al, 00, Tumbuhan Obat II (Hasil Penelitian, SifatSifat dan Penggunaan), Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada, 9.