PENGARUH TIPE GRADASI AGREGAT TERHADAP SIFAT BETON ASPAL DENGAN BAHAN PENGIKAT ASPAL PERTAMINA PEN 60/70 DAN ASPAL STARBIT E-55 CAMPURAN AC-WC

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PENGARUH PENGGUNAAN POLIMER ELVALOY TERHADAP NILAI INDEX KEKUATAN SISA PADA CAMPURAN MATERIAL PERKERASAN DAUR ULANG

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH AIR TERHADAP DURABILITAS BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN MENGGUNAKAN ASPAL EMULSI TESIS MAGISTER. Oleh : CAKRA NAGARA NIM :

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PEMANFAATAN ASPAL STARBIT E-55 UNTUK MENAHAN PENURUNAN KINERJA AKIBAT RENDAMAN AIR HUJAN PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE MENGGUNAKAN PENGIKAT SEMARBUT TIPE II

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK CAMPURAN BETON ASPAL DENGAN LIMBAH PLTU SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT SEBAGIAN TESIS ROBBY TRIAWAN NIM :

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

KARAKTERISTIK ASPAL DENGAN BAHAN TAMBAH PLASTIK DAN IONERJANYA DALAM CAMPURAN HRA OLEH YOLLY DETRA ASRAR NIM :

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

konstruksi lapisan perkerasan dimaksudkan agar tegangan yang terjadi sebagai

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

PERKERASAN CAMPURAN ASPAL BETON (AC- BASE) DENGAN MATERIAL LOKAL KUTAI KARTANEGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspal dapat digunakan sebagai wearing course, binder course, base course dan

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

NASKAH SEMINAR. PENGARUH LIMBAH PADAT STYROFOAM DENGAN VARIASI 0%, 2%, 4% dan 6% PADA CAMPURAN AC-WC DI TINJAUH DARI KARAKTERISTIK MARSHALL 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

PENGARUH GETAH PINUS PADA STABILITAS, PELELEHAN, DAN DURABILITAS LAPIS PENGIKAT BETON ASPAL (ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE/AC-BC) ABSTRAK

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PENGARUH PEMADATAN DENGAN GYRATORY TESTING MACHINE (GTM) TERHADAP KINERJA LABORATORIUM DARI CAMPURAN ASBUTON BERGRADASI SUPERPAVE TESIS

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

PENGARUH VARIASI SUHU PENCAMPURAN DAN PEMADATAN CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Karakteristik Campuran AC-WC dengan Penambahan Limbah Plastik Low Density Polyethylene (LDPE)

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (AC-BC)

Pengaruh Subtitusi Asbuton Butir 20/25 pada Aspal pen. 60/70 Terhadap Karakteristik Campuran Beton Aspal AC-WC

Transkripsi:

PENGARUH TIPE GRADASI AGREGAT TERHADAP SIFAT BETON ASPAL DENGAN BAHAN PENGIKAT ASPAL PERTAMINA PEN 60/70 DAN ASPAL STARBIT E-55 CAMPURAN AC-WC Subarkah 1 dan Wisnu Romadhona 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia Email :subarkah@uii.ac.id 2 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia Email :wisnuroman@gmail.com ABSTRACT Pavement earlier damage in Indonesia was generally due to overloading, repetition of traffic loading, and climatic change. To overcome these main factors, the quality of asphaltic concrete need to be improved properly. This research was to know the effect of difference aggregate gradation types on pavement performance using modification bitumen of E-55 and bitumen Penetration 60/70. Research was conducted in four stages: 1) to determine optimum bitumen content of four mixture types, 2) Marshall standard and immersion tests at each bitumen content of the mixtures, 3) indirect tensile strength test, and 4) analyzing and comparing the results. The research result shows that bitumen starbit E-55 can be used as an alternative binder for asphaltic concrete. The optimum bitumen content of bitumen E-55 in AC-WC was 5.75% for dense graded and 6.2 % for gap graded. The mixture with bitumen E-55 was weaker than that of bitumen penetration 60/70 for both dense and gap graded. Immersion test result shows that the index of retained strength of specimen using bitumen E-55 was more sensitive than that of using bitumen. Whereas, in term of indirect tensile strength, specimens using bitumen Penetration 60/70 was more sensitive than that of specimens using E-55. Key words: Pertamina, E-55, Karakteristik Marshall,Immersion, Indirect Tensile Strength, dan Indek of Retained Strength. PENDAHULUAN Konstruksi lapis keras aspal yang banyak dipergunakan di Indonesia saat ini adalah beton aspal. Beton aspal bekualitas tinggi, yang digunakan untuk lapis permukaan jalan berlalulintas padat sangat ditentukan salah satunya adalah oleh pemilihan gradasi agregatnya. dari agregat diketahui mempengaruhi densiti, kukuatan dan ekonomi dari suatu struktur perkerasan. Agregat memberikan dukungan yang besar bagi beton aspal karena agregat memiliki proporsi terbesar yaitu 90-95% dari berat campuran. Setiap jenis campuran aspal untuk lapisan perkerasan jalan mempunyai variasi ukuran agregat tertentu. Untuk pemilihan tipe gradasi suatu beton aspal, masing-masing negara berbeda bergantung pada situasi dan kondisi tempatnya. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor seperti lalu lintas yang ada, iklim pada daerah tersebut, geografi suatu daerah, material yang digunakan, ketersediaan tenaga ahli, ketersediaan peralatan, dan faktor ekonomi. Selain gradasi agregat, stabilitas beton aspal bergantung juga pada salah satunya oleh kualitas aspal sebagai bahan ikat antar agregat. Pada umumnya digunakan aspal minyak yang berasal dari Pertamina, berupa aspal Penetrasi. Dalam beberapa, untuk meningkatkan kinerja campuran, digunakan aspal yang dimodifikasi. 78 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015

Aspal minyak adalah kumpulan dari bahanbahan sisa proses destilasi minyak bumi di pabrik kilang minyak, dibuat dalam empat kelas, yaitu kelas Penetrasi (Pen 45/60, Pen 60/70, Pen 80/100 dan Pen 120/150). Aspal modifikasi adalah aspal minyak ditambah dengan bahan tambah/additive dengan tujuan meningkatkan kinerja dari aspal. Bahan tambah yang digunakan bisa dari asbuton yang diproses, elastomer alam (latex) maupun elastomer sintetis. adalah aspal modifikasi berbasis elastomer yang telah dikembangkan oleh PT Bintang Jaya dan mulai dipasarkan pertengahan tahun 2005. E-55 diproduksi untuk memenuhi persyaratan spesifikasi baru Bina Marga. Bedanya dengan aspal modifikasi lain, merupakan aspal yang dimodifikasi dengan polimer jenis elastomer, peningkatan kualitas aspal yang didapat tidak hanya berupa peningkatan titik lembek, namun juga elastic recovery (sangat penting untuk daerah dengan lalu lintas berat), kelekatan terhadap agregat, ketahanan terhadap oksidasi, ketahanan terhadap fatigue (kerekatan), dan ketahanan terhadap deformasi. Ketahanan terhadap air dan cuaca juga merupakan nilai tersendiri yang ditawarkan oleh produk ini. (Sumber: PT Bintang Jaya, 2013) Pada umumnya proyek pembangunan jalan di Indonesia menggunakan bahan ikat aspal dan untuk konstruksi lapis permukaan disyaratkan menggunakan aspal Pertamina. Akan tetapi banyak terjadi kasus kerusakan-kerusakan dini sebelum umur rencana tercapai. Berdasarkan kejadian tersebut, maka dibuatlah modified bitumen. Berdasarkan fenomena tersebut di atas, perlu diteliti lebih lanjut apakah keunggulan tersebut di atas akan sama untuk tipe gradasi yang berbeda, khusunya sifat Marshall dan nilai-nilai campuran lainnya yang menggunakan bahan ikat Aspal Pertamina dan Aspal E- 55. Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh penggunaan Aspal E-55 dengan variasi tipe gradasi (gradasi senjang dan gradasi rapat) campuran beraspal panas dan menemukan kadar aspal optimumnya. Dari penelitian tersebut, diharapkan dapat diketahui seberapa jauh perbedaan sifat Marshall dan Nilai Struktural Campuran Beton Aspal yang menggunakan kedua jenis aspal tersebut. Selanjutnya untuk mengetahui layak atau tidaknya kedua jenis aspal tersebut sebagai bahan ikat beton aspal dengan variasi tipe gradasi yang dipilih, berdasakan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bina Marga 2010. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut ini. 1. Mengetahui kelayakan Aspal E- 55 sebagai bahan ikat pengganti pada campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) dengan Marshall Test. 2. Mendapatkan proporsi kadar aspal optimum penggunaan Aspal - E55 sebagai bahan ikat pengganti dan jenis gradasi agregat yang paling baik pada campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC). 3. Mengetahui sifat-sifat dan karateristik Marshall Test campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) yang menggunakan campuran Aspal E-55 sebagai bahan ikat pengganti pada gradasi rapat dan timpang. 4. Mengetahui sifat-sifat dan karateristik Immersion Test campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) yang menggunakan Aspal Stabit E-55 sebagai bahan ikat pengganti. 5. Mengetahui sifat-sifat dan karateristik Indirect Tensile Strenght Test campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) yang menggunakan Aspal E-55 sebagai bahan ikat pengganti. 6. Mengetahui pengaruh variasi tipe gradasi terhadap kualitas campuran beton aspal dan menyimpulkan tipe gradasi yang paling baik untuk jenis Subarkah, Romadhona - Pengaruh Tipe Agregat Terhadap Sifat Beton Aspal Dengan Bahan... 79

bahan ikat aspal, antara Aspal Pertamina dan Aspal E-55. METODE PENELITIAN Jenis beton aspal yang digunakan adalah Lapis Beton Aspal Wearing Course (AC- WC) Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri atas agregat dan aspal dengan rincian sebagai berikut ini. 1. Jenis campuran yang digunakan adalah Laston Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) 2. Agregat batu pecah diperoleh dari hasil mesin pemecah batu, berasal dari Clereng, Jogjakarta. 3. agregat yang digunakan dalam campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) adalah jenis Laston dan Senjang yang tersusun dari agregat kasar dan agregat halus berdasarkan spesifikasi umum Bina Marga 2010, 4. Bahan ikat aspal yang digunakan 2 macam yaitu Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Aspal Modifikasi E- 55. Pencampuran dan Pengujian Benda uji Marshall dibuat dengan variasi gradasi rapat dan senjang, sedangkan bahan ikatnya dibuat dengan variasi dua tipe aspal, yaitu aspal pen 60/70 dan aspal modifikasi -55. Untuk mencari kadar aspal optimum dilakukan pengujian Marshall dengan rentang kadar aspal 4,5% sampai dengan 6,5% untuk masing-masing jenis gradasi rapat dan senjang serta bahan ikat aspal penetrasi dan aspal modifikasi starbit-55. Selanjutnya dilakukan pengujian rendaman (immersion test) yang menghasilkan Index of Retained Strength, dan pengujian kuat tarik taklangsung (Indirect Tensile Test) yang menghasilkan Indirect Tensile Strength, pada masing-masing kadar aspal optimumnya. HASIL PENELITIAN Dari pengujian material penyusun diperoleh hasil untuk semua parameter agregat memenuhi persyaratan sesuai spesifikasi Bina Marga (2010). Demikian pula untuk kedua jenis aspal yang digunakan. Titik lembek aspal sebesar 48,5 C, sedangkan aspal starbit E-55 sebesar 52 C. Hal ini berpengaruh terhadap kepekaan bitumen terhadap perubahan temperatur dari kedua jenis aspal. Nilai Penetration Indeks untuk aspal dan starbit E- 55 berturut-turut sebesar -0,48 dan -1,3. Aspal lebih sensitif terhadap temperature dibandingkan dengan aspal E-55. Hasil pengujian keempat kombinasi campuran, yaitu agregat gradasi rapat dan gradasi timpang yang dicampur dengan bahan ikat aspal dan aspal E-55, termasuk besarnya Kadar Aspal Optimum (KAO) dari masing-masing jenis campuran, selengkapnya seperti pada Tabel 1. Persentase rasio parameter hasil uji antara keempat jenis campuran dikelompokkan menurut jenis bahan ikat dan jenis gradasi. Rasio parameter jenis aspal merupakan perbandingan antara parameter hasil uji campuran yang menggunakan bahan ikat terhadap parameter hasil uji campuran yang menggunakan bahan ikat aspal, sedangkan rasio parameter hasil uji berdasarkan jenis gradasi dilakukan antara hasil uji campuran yang menggunakan gradasi timpang terhadap campuran yang menggunakan gradasi rapat. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Nilai parameter pengujian dari Tabel 1 kemudian diplot ke dalam Gambar 1 sampai dengan Gambar 8 berikut ini. 80 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015

Tabel 1 Hasil Pengujian Marshall, Indeks rendaman, dan Indirect Tensile Strength Parameter Uji Uji Marshall Aspal Penetrasi 60/70 Aspal Modifkasi E-55 Spesifika si Hasil Uji Timpan g Spesifika si Hasil Uji Timpan g Kadar Aspal Optimum (%) 5,62 6,15 5,76 6,2 Stabilitas (kg) 800 2239,23 8 1819,48 1000 2153,76 1 1717,30 2 Flow (mm) > 3 3,367 3,21 > 3 3,217 3 VITM (%) 3,5-5 3,504 4,533 3-5,5 3,745 4,651 VFWA (%) > 65 78,874 75,669 > 65 78,407 75,614 Densitas (gr/cc) - 2,397 2,361-2,38 2,349 VMA (%) > 15 16,584 18,629 > 15 17,316 19,071 MQ (kg/mm) > 250 665,76 567,182 > 300 670,091 573,691 Index of Retained Strength 94% (%) 75 80% 75 94% 79% Indirect Tensile Strength - 25,07 17,63-19,89 15,60 Tabel 2 Rasio parameter hasil uji jenis Aspal dan Parameter Uji Rasio Jenis Aspal (Star/Pen) pada (%) Rasio (/) pada Jenis aspal (%) Pen Stabilitas 96 94 81 80 Flow 96 93% 95 93 VITM 107 103 129 124 VFWA 99 100 96 96 Densitas 99 99 98 99 VMA 104 102 112 110 MQ 101 101 85 86 Index of Retained Strength 100 99 85 84 Indirect Tensile Strength 79 88 70 78 Subarkah, Romadhona - Pengaruh Tipe Agregat Terhadap Sifat Beton Aspal Dengan Bahan... 81

VITM (%) MQ (kg/mm) Flow (mm) VMA (%) Stabilitas (kg) VFWA (%) ISSN 0853-8557 2500 2000 1500 1000 500 0 Gambar 1 Stabilitas pada berbagai variasi Stabilitas 2239 1819 2154 1717 80 79 78 77 76 75 74 73 Series1 78.87 75.67 78.41 75.61 Gambar 4 VFWA pada berbagai variasi 3.40 3.30 3.20 3.10 3.00 2.90 2.80 Series1 3.37 3.21 3.22 3.00 19.5 19.0 18.5 18.0 17.5 17.0 16.5 16.0 15.5 15.0 Series1 16.58 18.63 17.32 19.07 Gambar 2 Flow pada berbagai variasi 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 Gambar 3 VITM pada berbagai variasi Series1 3.50 4.53 3.75 4.65 Gambar 5 VMA pada berbagai variasi 680 660 640 620 600 580 560 540 520 500 Series1 665.76 567.18 670.09 573.69 Gambar 6 Marshall Quotient pada berbagai variasi 82 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015

Indirect Tensile Strength (kg/cm2) Indeks Rendaman (%) ISSN 0853-8557 1.00 0.95 0.90 0.85 0.80 0.75 0.70 Gambar 7. Indeks Rendaman pada berbagai variasi Gambar 8 Indirect Tensile Strength pada berbagai variasi PEMBAHASAN Parameter Marshall Series1 0.94 0.80 0.94 0.79 30 25 20 15 10 5 0 Series1 25.07 17.63 19.89 15.60 Hasil pengujian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perbedaan hasil antara keempat kombinasi campuran yang dinyatakan dalam rasio penggunaan aspal E-55 terhadap aspal Penetrasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, baik pada gradasi rapat maupun pada gradasi timpang, kecuali untuk parameter VITM. Penggunaan aspal E-55 menghasilkan rongga yang sedikit lebih besar dibandingkan campuran yang menggunakan aspal Penetrasi 60/70, utamanya pada jenis gradasi rapat (107%). Besarnya nilai rongga dalam campuran menunjukkan workability pada proses pemadatan dan ditentukan oleh gradasi dan karakteristik bahan aspal. Pada gradasi yang sama perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pengaruh bahan ikat, utamanya perbedaan sensitivitas aspal terhadap temperatut. Berkaitan dengan itu dapat diindikasikan bahwa penggunaan aspal starbit yang kurang sensitif terhadap temperature memerlukan temperature pemadatan yang sedikit lebih tinggi dibandingakan dengan penggunaan aspal Penetrasi. Ditinjau dari bahan ikat aspalnya, parameter Marshall yang lainnya menunjukkan nilai yang mendekati sama. Namun demikian, bila dilihat dari jenis gradasi yang digunakan, perbedaan lebih menonjol terjadi bila menggunakan aspal starbit pada gradasi rapat. Hal ini dapat dimengerti karena pada gradasi yang rapat intrusi aspal ke dalam rongga akan lebih sulit lagi dalam proses pemadatan dibandingkan dengan gradasi timpang; nilai rasio penggunaan aspal starbit/penetrasi yang terjadi pada gradasi rapat sebesar 129%, sedangkan pada gradasi timpang sebesar 124% (lihat Tabel 2). Secara keseluruhan, ditinjau dari parameter Marshall, kinerja perkerasan yang menggunakan starbit dan aspal penetrasi tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti. Sementara itu, perbedaan penggunaan gradasi menunjukkan perbedaan hasil yang lebih besar. Index of Ratained Strength Penggunaan aspal starbit, dilihat dari ketahahannya terhadap rendaman, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan penggunaan aspal penetrasi. Table 2 memperlihatkan nilai rasio starbit/penetrasi pada Index Retained Strength untuk gradasi rapat dan timpang, masing-masing sebesar 100% dan 99%. Sementara itu, perbedaan gradasi berpengaruh cukup besar, yaitu 88% dan 84% pada aspal starbit dan aspal penetrasi. Pebedaan ini lebih besar lagi bila dilihat dari gradasi yang digunakan yang ditunjukkan dengan rasio gradasi timpang/rapat, yaitu sebesar 70% pada aspal penetrasi dan 78% pada aspat. Dengan demikian, penggunaan aspal starbit lebih rentan terhadap rendaman pada gradasi timpang dibandingkan dengan Subarkah, Romadhona - Pengaruh Tipe Agregat Terhadap Sifat Beton Aspal Dengan Bahan... 83

gradasi rapat, sehingga penggunaan starbit lebih cocok digunakan pada gradasi rapat. Indirect Tensile Strength Tidak seperti halnya pada ketahahan terhadap rendaman, kuat tarik taklangsung (indirect tensile strength) pada campuran yang menggunakan aspal starbit berbeda cukup signifikan bila dibandingkan dengan campuran yang menggunakan aspal penetrasi. Nilai rasio starbit/penetrasi pada Tabel 2 menunjukkan nilai sebesar 79% dan 88% pada gradasi rapat dan gradasi timpang. Demikian pula halnya jika dilihat dari perbedaan gradasi dengan nilai rasio gradasi timpang/rapat sebesar 70% dan 78%. Hasil ini memperlihatkan bahwa perbedaan gradasi lebih menonjol dibandingkan perbedaan bahan ikat aspal. KESIMPULAN Dari hasil pengujian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut ini. 1. Aspal E-55 dapat digunakan sebagai bahan ikat, dilihat dari keterpenuhan persyaratan kinerja Marshall (Stabiliy, Flow, VITM, VMA, dan MQ) berdasarkan spesifikasi Bina Marga (2010) 2. Kadar Aspal Optimum (KAO) pada keempat variasi campuran: Aspal penetrasi gradasi rapat dan timpang, aspal gradasi rapat dan timpang, masing-masing sebesar 5,62; 6,15; 5,76; dan 6,2. 3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan aspal penetrasi dan starbit pada gradasi rapat dan timpang, kecuali nilai VITM. 4. Penggunaan aspal starbit lebih lemah dibandingkan dengan penggunaan aspal penetrasi baik pada gradasi rapat maupun pada gradasi timpang ditinjau dari ketahanan terhadap rendaman. Perbedaan ini lebih terlihat pada gradasi timpang, sehingga penggunaan aspal starbit lebih cocok digunakan untuk tipe gradasi rapat dibandingkan dengan gradasi timpang. 5. Kuat tarik taklangsung pada campuran yang menggunakan starbit lebih rendah dari pada campuran yang menggunakan aspal penetrasi. Hal ini lebih terlihat meonjol pada gradasi timpang dibandingkan dengan gradasi rapat. 6. Pengaruh perbedaan tipe gradasi tidak signifikan terhadap hampir semua parameter Marshall, kecuali sedikit pada nilai VITM. Pengaruh yang agak signifikan terjadi pada parameter ketahanan terhadap rendaman. Sedangkan untuk parameter kuat tarik taklangsung perbedaan gradasi ini cukup signifikan. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Bina Marga, (2010), Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (LASTON), Yayasan Penerbit PU, Jakarta. Kementerian Pekerjaan Umum, (2010), Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan) Untuk Kontrak Harga Satuan Bab VII Spesifikasi Umum Divisi 6 Perkerasan Aspal, Direktorat Jenderal Bina Marga, Republik Indonesia, Menggunakan Bahan Ikat Aspal Pertamina dan Aspal Esso 60/70, (Tidak Diterbitkan), Jurnal, Universitas Diponegoro, Semarang. Pfeiffer, J., and Van Doormall, P., (2003), The Shell Bitumen Handbook. Shell Bitumen, U.K. PT Bintang Jaya, (2013), Latar Belakang Pengembangan Aspal Modifikasi E-55, PT Bintang Djaja, Semarang. Yulianto, (2008), Aspal Modifikasi Polimer, Diakses 12 Agustus 2013 dari http://www.scribd.com keyword: yulianto 2008 aspal modifikasi polimer 84 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015