BAB I PENDAHULUAN. Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm 3.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER Disajikan kepada Para Pembina Penggalang Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat pada Lomba Tingkat IV

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Sebelum diturunkannya al-quran perempuan kedudukannya

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Perspektif jender hak pekerja wanita untuk menyusui anaknya saat

BAB I PENDAHULUAN. dengan pria di depan hukum dalam hal memperoleh kehidupan yang. yang dinginkanya dengan catatan wanita tersebut melakukan pekerjaan

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

HAM DAN DEMOKRASI DASAR DASAR POLITIK

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 7 TAHUN 2017

PEREMPUAN DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Agustus 2016; disetujui: 14 Oktober 2016

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

LPF 1 MEMAHAMI KONSEP PERENCANAAN BERBASIS HAK (90 MENIT)

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tulisan-tulisan yang berkaitan dengan kesetaraan gender dalam bidang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional dalam melakukan measure

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

BAB I PENDAHULUAN. sudah memberikan perlindungan yang dimasukkan dalam peraturan-peraturan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. negara yang diinginkan serta tujuan pembentukan pemerintahan. Negara

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kota layak anak. Mewujudkan Kota Layak Anak merupakan hak

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

1 LATAR 3 TEMUAN 7 KETIDAKMAMPUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sekarang, yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perempuan terhadap HAM di Indonesia dengan maksud untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan

Pengantar Penerbit. iii

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada

K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesetaraan dapat diartikan sebagai keadilan. Keadilan secara umum didefinisikan sebagai menempatkan sesuatu secara proporsional dan memberikan hak kepada pemiliknya. Definisi ini memperlihatkan, bahwa kata ini selalu berkaitan dengan pemenuhan hak seseorang atas orang lain yang seharusnya dia terima tanpa diminta karena hak itu ada dan menjadi miliknya. Kesetaraan gender sendiri dapat diartikan sebagai keadilan atau persamaan antara hak kaum perempuan dengan laki-laki, baik di bidang pendidikan, sosial dan agama. Kesetaraan gender ini timbul karena adanya ketidakpuasan oleh pihak perempuan. Para perempuan merasa ditindas dan termarjinalisasi oleh kaum laki-laki. Mereka tidak diberi tempat atau kesempatan di area publik. Perempuan ingin mengapresiasi hak-haknya dengan jalan menempuh pendidikan yang tinggi. 1 Memperbincangkan masalah gender yang telah menjadi isu popular tersebut, dalam kenyataan memang tidak dapat dilepaskan dari fakta empiris yang ada di masyarakat. Secara umum kesetaraan (gender) berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (DUHAM) diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 ditulis dalam butir 3 yang berbunyi Menegaskan kembali kepercayaan pada hak 1 Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm 3. 1

2 dasar manusia pada martabat dan nilai seorang manusia, dan persamaan hak laki-laki dan perempuan 2. Hal ini menyatakan kesetaraan sangat ditegaskan oleh dunia dalam menciptakan kehidupan yang berkeadilan dalam bermasyarakat. Dalam dunia yang serba maju ini laki-laki tak bisa memungkiri bahwa mereka membutuhkan bantuan dan sumbangsih perempuan, baik bantuan dalam keluarga maupun di luar keluarga dalam artian bantuan pada laki-laki dalam mengurus anak-anaknya dan mengarahkannya atau bantuan berupa bantuan ekonomi dalam keluarga. Di zaman modernisasi ini tidak dapat dipungkiri perempuan banyak berjasa dalam lingkungan masyarakat baik mereka yang berjasa dijajaran pemerintahan, baik mereka yang duduk diperkantoran dan mereka yang hanya dirumah saja, mereka secara langsung berjasa didalam lingkungan masyarakat. Artinya perempuan bukanlah hanya menjadi pelengkap laki-laki yang hanya bisa mengurus urusan keluarga semata. Perempuan yang dapat berperan penting dalam hal tersebut adalah perempuan yang benar-benar terdidik dan memiliki intelektual yang mumpuni sehingga pemikirannya dan kinerjanya dapat membantu bangsa secara umum dan keluarga secara umumnya. Bila mungkin masih adanya batasan untuk perempuan dalam bidang pendidikan dan perempuan hanya bisa hidup di dapur dan mengurus keluarga saja maka bukan hal yag tidak mungkin kehidupan diserba maju ini akan mengalami ketimpangan dan kaum laki-laki akan mengalami kesulitan dalam menghadapi zaman. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk 2 Luhulima Achie Sudiarti, Bahan Ajar Tentang Hak Perempuan, Yayasan Obor Indonesia, anggota IKAPI DKI jaya, Yogyakarta, 2007, hlm, 11.

3 mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. 3 Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pendidikan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari segi pendidikan dilingkuan masyarakat sehingga menjadikan suatu bangsa yang berkeadilan dan berbudaya. Menurut Syeikh Musthofa al-gholayini dalam kitab Idhotun Nasyi in, posisi perempuan sangat menentukan akan bagaimana karakter bangsanya ke depan. Sebab perempuan merupakan sekolah pertama bagi putri-putrinya. Sehingga, perempuan memiliki peran penting dalam mendidik generasi bangsa. Maka ketika kualitas keimanan dan intelektualitas keagamaan si perempuan tadi cemerlang, maka cemerlang pula generasi bangsa ke depan. Namun jika sebuah negara bermilik para ibu dengan kualitas iman dan 3 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat, Gema Insani Press, Jakarta, 2005, hlm, 187.

4 intelektualitas keagamaan yang rendah, maka hal ini bisa membahayakan kualitas generasi bangsa ke depan. 4 Hal demikian meniscayakan agar setiap perempuan harus mengalami pendidikan sedalam mungkin. Sebab kualitas generasi bangsa ada di tangan mereka. Syeikh Musthofa al-gholayini pun selanjutnya menghimbau langsung, agar setiap orangtua mendidik anaknya, baik laki-laki maupun perempuan, dengan pendidikan yang benar-benar baik dan melalui garis yang ditetapkan oleh agama. Persoalan pendidikan adalah harga mati, melebihi persoalan sandang dan pangan yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya. Atas dasar diatas maka dalam penelitian ini akan dibahas tentang Konsep Kesetaraan Pendidikan bagi Perempuan dalam Kitab Terjemahan Idhotun Nasyi in Karya Syeikh Musthofa al-gholayini. B. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian pertama adalah menemukan nilai-nilai kesetaraan pendidikan bagi perempuan dalam terjemahan kitab Idhotun Nasyi in karya Syeikh Musthofa al-gholayini dan kaitannya dengan maraknya perkembangan zaman saat ini. C. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah dan kerangka pemikiran diatas, dapatlah dibuat rumusan sub-sub masalah antara lain : 1. Bagaimana urgensi kesetaraan pendidikan perempuan menurut terjemahan kitab Idhotun Nasyi in karya Syeikh Musthofa al-gholayini? 2. Bagaimana relevansi pemikiran Syeikh Musthofa al-gholayini dengan pendidikan perempuan di Indonesia pada saat ini? 4 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat, Gema Insani Press, Jakarta, 2005, hlm, 188.

5 D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana urgensi kesetaraan pendidikan perempuan menurut terjemahan kitab Idhotun Nasyi in karya Syeikh Musthofa al-gholayini 2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Syeikh Musthofa al-gholayini pendidikan perempuan di Indonesia pada saat ini E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil pembahasan secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti berupa informasi, khususnya bagi pengembangan model pendidikan perempuan dalam keluarga muslim. Selain itu, dapat pula sebagai rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi: a. Peneliti Bermanfaat untuk menemukan solusi dalam meningkatkan pemahaman tentang urgensi pendidikan bagi seorang perempuan. Penelitian ini juga dapat penulis gunakan sebagai masukan dan wawasan tentang bagaimana suatu karakter sebuah bangsa itu dapat terbentuk melalui pendidikan perempuan. b. Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan uswah terhadap implementasi model pendidikan untuk perempuan muslimah dalam kehidupan nyata.