BAB IV STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATAN INVESTASI ASING

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATAN INVESTASI ASING Oleh: Mulia Nur Oktaviani.

9. URUSAN PENANAMAN MODAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang dapat di manfaatkan dalam

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DATA DAN INFORMASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN (BPMP) KABUPATEN SUBANG TAHUN 2016

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 7 TAHUN 2008

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

Diterbitkan di Manajemen Pembangunan No. 59/III/Tahun XVI, 2007

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun

SISTEM PELAYANAN TERPADU: STRATEGI PERBAIKAN IKLIM INVESTASI DI DAERAH (Oleh : Asropi )

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

URAIAN sebelum perubahan

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

KATA PENGANTAR. Rengat, Oktober 2016 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAERAH DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN INDRAGIRI HULU

LOGO PROFIL. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP)

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

RENJA TAHUN 2017 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2018

Bab V PENUTUP A. Kesimpulan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA SURAKARTA PERATURANDAERAHKOTASURAKARTA NOMOR 8 TAHUN2012 TENTANG PENANAMANMODAL DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESA WALIKOTASURAKARTA,

WALIKOTA BUKITTINGGI

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal atau investasi menurut undang-undang nomor 25 tahun 2007 adalah

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2012, No Mengingat Peraturan Pemerintah tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja As

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LAPORAN PERCEPATAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG PENANAMAN MODAL TAHUN 2013 (SEMESTER II)

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KATA PENGANTAR. Kediri, Januari Kepala DPM-PTSP Kabupaten Kediri. Drs. INDRA TARUNA. ttd.

DAFTAR ISI. Sampul Depan. 1. Daftar Isi Bab I : Pendahuluan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Pengertian...

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

Perkembangan Penanaman Modal dan Sektor-sektor I Nyoman Karyawan 63

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

PROGRAM DPM KABUPATEN BENGKULU UTARA TANGGAL 01 PEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KOTA TANGERANG SELATAN

Transkripsi:

BAB IV STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATAN INVESTASI ASING Pada bab ini akan menjelaskan mengenai bagaimana strategi Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing. Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara khususnya dalam bidang Penanaman Modal yang berada di bawah suatu lembaga pemerintahan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T) yang mempunyai wewenang meningkatkan investasi asing di era otonomi daerah agar pendapatan daerah dan pembangunan daerah bisa meningkat sehingga tercipta masyarakat yang mandiri dan berdaya saing, menuju masyarakat sejahtera yang berakhlak mulia sesuai dengan visi Kabupaten Banjarnegara. Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi dijadikan salah satu rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah. Rumusan strategi merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan. Sehingga strategi juga dapat diartikan sebagai usaha-usaha untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Strategi dalam meningkatkan investasi di daerah Kabupaten Banjarnegara bukan hanya tanggung jawab dari pemerintah daerah namun sekaligus ini merupakan tanggung jawab dari pemerintah pusat. Konsep ini timbul didasarkan pada konsep Negara kesatuan. Oleh karena itu, dengan adanya visi dan misi yang sejalan antara 53

pemernitah pusat dan pemerintah daerah dengan tetap mengedepankan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat keseluruhan hendaknya menjadi dasar pijakan pokok dalam merealisasi kebijakan dalam investasi. Dengan diberlakukannya otonomi daerah dan desentralisasi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2001 telah memberikan peranan yang lebih besar kepada pemerintah daerah di tingkat kabupaten dan kota untuk melayani konstituennya yang sesuai dengan prakarsa sendiri termasuk masalah investasi di daerah asalkan tidak melanggar undang-undang yang lebih tinggi. Dalam rangka meningkatkan investasi yang ada di Kabupaten Banjarnegara, pemerintah daerah tidak hanya bertopang pada faktor pendorong yang dapat menarik investor melakukan penanaman modalnya saja. Hal yang mendasar diperlukan oleh pemerintah daerah untuk dilakukan berbagai strategi yang dapat meningkatkan investasi di Kabupaten Banjarnegara antara lain: A. Strategi eksternal Kabupaten Banjarnegra Strategi eksternal yang dilakukan Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing ialah dengan melakukan peningkatan sarana promosi investasi. Mempromosikan kerjasama internasional khususnya dengan perusahaan Korea Selatan dengan mengikuti agenda promosi Pemerintah Kabupaten Banjarnegara terus berupaya melakukan promosi kerjasama internasional. Hal tersebut sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten 54

Banjarnegara Nomor 3 tahun 20013 tentang promosi penanaman modal daerah pada bab 4 pasal 8: (1) Promosi Penanaman Modal daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dilakukan dengan : a. mengkaji, merumuskan dan menyusun kebijakan teknis pelaksanaan pemberian bimbingan dan pembinaan promosi Penanaman Modal daerah; b. mengkoordinasikan dan melaksanakan promosi Penanaman Modal daerah provinsi baik di dalam negeri maupun keluar negeri yang melibatkan lebih dari satu kabupaten/kota; dan c. mengkoordinasikan, mengkaji, merumuskan dan menyusun materi promosi Penanaman Modal daerah. (2) Pelaksanaan promosi Penanaman Modal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD, secara mandiri dan/atau bekerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah lainnya, dan lembaga non pemerintah. Promosi yang dilakukan ialah dengan ikut serta agenda promosi investasi baik dalam negeri maupun luar negeri. Promosi memiliki peran penting dalam strategi pemasaran. Dalam meningkatkan upaya promosi Kabupaten Banjarnegara melaksanaan program promosi yang difokuskan melalui kegiatan peningkatan koordinasi dan kerjasama di bidang penanaman modal dengan instansi pemerintah dan dunia usaha serta penyelenggaraan pameran investasi. Kabupaten Banjarnegara memiliki materi promosi yang selalu dibawa dalam kegiatan promosi seperti: banner 55

dan poster potensi daerah kabupaten banjarnegara, buku profil dan potensi investasi kabupaten banjarnegara, book let pesona wisata Banjarnegara, dan produk produk unggulan Banjarnegara seperti kerajinan batik gumelem, carica, keripik kentang, dan sebagainya. Informasi tentang potensi sumber daya alam dan peluang investasi kepada calon penanam modal dapat dilakukan oleh berbagai cara, diantaranya dengan media center Kabupaten Banjarnegara website milik Pemerintah Kabupaten Banjarnegara www.banjarnegarakab.go.id dan www.kp2t.banjarnegarakab.go.id. Adapun agenda promosi yang sudah diikuti oleh Kabupaten Banjarnegara antara lain: 22 Tabel 4. 1 Data Pameran/ Expo Tahun 2012 No Pameran / Ekspo yang diikuti Waktu Pelaksanaan Tempat Penyelenggara Ket 1 Trade Indonesia Investment dan Trade Expo 2012 13-16 Nop Gramedia Expo Surabaya AIRA / PT. FERACO 22 Data Pameran / Expo Tahun 2012 2015, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T) Kabupaten Banjarnegara. 56

Tabel 4. 2 Data Pameran/ Expo Tahun 2013 Pameran / Ekspo Waktu Tempat Penyelenggara Ket No yang diikuti Pelaksanaan 1 APKASI AITIS 2013 2 Invesda Expo 2013 3 Central Java Bussines Expo 13-15 mei Internasional Expo 28-31 mei Jogja Expo Center 20-21 okt Hotel Sunan Surakarta PT. Pro Fajar PT. FERACO BPMP Prop Jawa Tengah Tabel 4. 3 Data Pameran/ Expo Tahun 2014 No Pameran / Ekspo Waktu Tempat Penyelenggara Ket yang diikuti Pelaksanaan 1 APKASI AITIS April PT. Pro Fajar 2014 Internasional Expo 2 Invesda Expo Mei Jogja Expo PT. FERACO 2014 Center 3 Batam Expo dan Juni Komplek CV. Gerindo MTQ Nasional Masjid Media Tama Engku Putri 57

Batam 4 INAFACT 2014 September Mall Festival Citylink PT.Aira Mitra Media Bandung 5 Central Java Oktober Hotel Sahid BPMD Prop Jawa Invesment Tengah Business Forum Tabel 4. 4 Data Pameran/ Expo Tahun 2015 No Pameran / Ekspo Waktu Tempat Penyelenggara Ket yang diikuti Pelaksanaan 1 APKASI AITIS 2015 13-15 Mei Internasional Expo PT. Pro Fajar 2 Invesda Expo 28-31Mei Jogja Expo PT. FERACO 2015 Center 3 Java Expo 10-14 Juni Komplek Masjid Engku Putri CV. Gerindo Media Tama 4 Bali TTI Expo 2015 Batam 01-04 Okt Mall Festival Citylink PT.Aira Mitra Media 58

5 Central Java Invesment Business Forum Bandung 20-21 Okt Hotel Sahid BPMD Prop Jawa Tengah Dengan adanya kegiatan promosi rutin yang telah diikuti oleh Kabupaten Banjarnegara, pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara berharap agar tingkat investasi di Kabupaten Banjarnegara terus meningkat. Kegiatan promosi yang diikuti oleh Kabupaten Banjarnegara pun termasuk dalam kegiatan besar tahunan yang ada di Indonesia. Sehingga diharapkan perusahaan perusahan besar tertarik untuk melakukan penanaman modal (investasi) di Kabupaten Banjarnegara, dengan begitu secara otomatis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjarnegara pun dapat meningkat. B. Strategi internal Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara melakukan strategi internal untuk meningkatkan investasi asing. Strategi yang dimaksud adalah dengan melakukan kemudahan investasi (debriokratisasi) dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pelayanan publik memiliki peranan penting dalam menunjang investasi karena pelayanan publik merupakan sesuatu yang diperlukan oleh investor. 59

1. Melakukan kemudahan investasi (debriokratisasi) Dari segi pemerintahan, kebijakan investasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau tuan rumah tidak mempersulit investor dalam menjalankan usahanya. Proses birokrasi perijinan usaha yang tidak berbeli-belit serta rendahnya pajak bagi investor asing dan tidak adanya diskriminasi terhadap investor asing dengan pengusaha local. Pemerintah daerah seharusnya tidak membedakan pelayanan dan pemungutan pajak bagi perusahaan asing dan perusahaan local, maka upaya ini akan menarik minat para investor asing untuk menanamkan modalnya. Di era otonomi daerah sekarang ini, tidak dipungkiri terdapat Daerah kabupaten / kota memfokuskan energinya pada pemanfaatan potensi unggulan dan penggarapan peningkatan pendapatan daerah (PAD) melalui pengembangan kebijakan pajak, retribusi dan pungutan lainnya guna meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Apabila hal ini dilakukan secara meningkat, maka akan kontra produktif dengan upaya peningkatan ekonomi daerah itu sendiri. Menurut Kamar Dagang Dan Industri (KADIN) pusat yang pernah mengindikasikan banyaknya peraturan daerah yang membebani dunia usaha dan investasi daerah. 23 Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melakukan kemudahan investasi dengan memperhatikan faktor faktor yang dapat menarik investor asing untuk berinvestasi 23 Suhendra, Hukum Investasi di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Nita Nagari, 2005, hal 84 60

di Banjarnegara. Kemudahan investasi yang dilakukan pemerintah Kabupaten Banjarnegara yaitu: 24 a. Menyediakan lokasi / tempat usaha untuk pembangunan diberbagai sektor baik industri maupun non industri b. Menyediakan tenaga kerja dengan kondisi ketenagakerjaan yang kondusif c. Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang cukup rendah dibandingkan dengan Kabupaten / Kota lain di Jawa Tengah d. Hubungan Industrial yang harmonis dan unsur tripartit antara lain pemerintah, pekeija / Serikat Pekerja dan Pengusaha / APINDO e. Kemudahan perizinan melalui perizinan satu atap di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T) Kabupaten Banjarnegara f. Dapat mengajukan keringanan pajak / restribusi ke Bupati Banjarnegara g. Melaksanakan Bintek Penanaman Modal dan SPIPISE (Sistem Pelayanan Informasi Perizinan Investasi Secara Elektronik). Sesuai dengan peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 tahun 2004. SPIPISE dilakukan agar pemerintah daerah kabupaten / kota dalam menentukan segala keputusannya mengenai penanaman modal baik PMA maupun PMDN harus diketahui oleh pemerintah pusat yang 24 Wawancara dengan Siti Zubaedah (Kasi II Perizinan) KP2T Kabupaten Banjarnegara pada tanggal 27 Juli 2016 pukul 10.00 WIB 61

memiliki wewenang penuh atas hal tersebut. Hal ini dilakukan agar kedua belah pihak sebagai pihak yang bertanggung jawab dapat bekerja sama dalam program pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat khususnya dalam bidang peningkatan investasi h. Memberikan informasi kepada calon investor tentang potensi Kabupaten Banjarnegara berupa: pembuatan pamflet, pembuatan buku mengenai potensi dan peluang Kabupaten Banjarnegara, pembuatan brosur, menerbitkan artikel di surat kabar mengenai Kabupaten Banjarnegara, serta membuat alamat website resmi yang mudah dikunjungi dan diakses oleh para investor. Karena informasi merupakan sumber yang sangat dibutuhkan oleh para investor, agar dalam transaksi berinvestasi para investor mengetahui potensi dan keuntungan apa saja yang akan didapatkan oleh para investor. Apabila tidak adanya informasi yang kurang memadai akan menyulitkan investor untuk tertarik berinvestasi. i. Mengikuti dalam pelaksanaan event - event tahunan seperti Central Java Investment Business Forum. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan pameran budaya, pengenalan dan promosi sumber daya alam yang ada di daerah Kabupaten Banjarnegara. 62

2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik Peningkatan pelayanan publik tidak hanya ditujukan untuk memberikan iklim kondusif bagi dunia usaha internasional tetapi juga sebagai daya tarik investasi ke Kabupaten Banjarnegara. Pemerintah daerah terus berupaya memberikan pelayanan yang lebih berkualitas, dalam arti lebih berorientasi kepada aspirasi masyarakat / investor, yang lebih efisien, efektif dan bertanggung jawab terhadap investor. Pentingnya faktor penunjang kualitas pelayanan publik serta pentingnya dilakukan perbaikan dan melengkapi sarana dan prasarana umum sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau investor salah satu contohnya: 25 1. Sarana Umum a. Hotel dan Pariwisata Jumlah hotel di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 12 hotel, 10 hotel merupakan hotel melati, 1 losmen dan 1 hotel merupakan hotel bintang satu. Jumlah kamar yang tersedia sebanyak 251 dan tempat tidur sebanyak 408. Dari berbagai objek wisata yang ada di Kabupaten Banjarnegara, pada tahun 2014 mampu menyerap jumlah pengunjung sebanyak 822.881 orang atau mengalami peningkatan sekitar 15,66 persen dari tahun sebelumnya yang menyedot jumlah pengunjung sebanyak 711.491 orang 25 Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka Tahun 2015, Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara, 2015, hal. 248 63

2. Prasarana Umum a. Jalan Panjang jalan di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2014 secara total dari jalan kabupaten, jalan propinsi dan jalan negara adalah 143.091,41 km tidak ada perbedaan dibanding tahun 2013. Dilihat jenis jalan permukaan, jalan di Kabupaten Banjarnegara dapat dibagi menjadi tiga, yaitu jalan aspal, jalan kerikil/batu dan jalan tanah. Khusus untuk jalan Propinsi dan jalan Negara hanya terdiri dari jenis jalan yang diaspal. Pada tahun 2014 jalan kabupaten jenis aspal meningkat menjadi sepanjang 791.718 km, jalan kerikil juga meningkat menjadi 88.043 km dan jalan tanah juga berkurang menjadi 8.650 km dibanding tahun 2013. Sedangkan jalan Propinsi jenis permukaan aspal meningkat menjadi 84,49 km.. Apabila jalan kabupaten dilihat dari kondisi jalan pada tahun 2014, terdapat 66,145 km dalam kondisi baik, 17,465 km dalam kondisi sedang. b. Angkutan Darat Kendaraan bermotor merupakan salah satu sarana angkutan/transportasi darat yang memungkinkan arus lalu lintas orang dan barang antar daerah menjadi lebih cepat. 64

Jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Banjarnegara dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan. Untuk kendaraan roda dua, pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 2,25 persen apabila dibandingkan tahun 2013. Tahun 2014 tercatat jumlah kendaraan roda dua sebanyak 213.423 kendaraan, sementara pada tahun 2013 berjumlah 205.711 kendaraan. Sebanyak 2.125 merupakan kendaraan dengan plat merah dan sebanyak 211.298 merupakan kendaraan dengan plat hitam. Untuk kendaraan roda empat pada tahun 2014 terdaftar sebanyak 21.465 kendaraan atau meningkat sekitar 4,30 persen dari tahun 2013 yang berjumlah 20.581 kendaraan. Dari jumlah kendaraan yang ada tersebut, sebanyak 368 merupakan kendaraan berplat merah, 17.723 merupakan kendaraan berplat hitam, dan 3.374 merupakan kendaraan berplat kuning. Rekapitulasi Penanaman Modal di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012 2015 Kabupaten Banjarnegara melakukan berbagai strategi untuk meningkatkan investasi asing. Strategi yang dilakukan adalah dengan melakukan strategi eksternal dan internal. Dengan adanya strategi yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2012 2015 menghasilkan dampak terhadap 65

jumlah investasi yang di Kabupaten Banjarnegara yang kemudian dibuktikan dengan adanya rekapitulasi: 26 Tabel 4. 5 Rekapitulasi Penanaman Modal di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012 2015 Tahun Jumlah tenaga Jumlah Investasi Jumlah usaha kerja 2012 5,518 674,020,194,985 624 2013 3, 292 752,040,554,496 641 2014 2,224 485,486,525,901 330 2015 1,425 333,692,115,480 457 Sumber: Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Banajrnegara Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penanamam modal (investasi) di Kabupaten Banjarengara mengalamai fluktuasi dari tahun ketahun. Kenaikan investasi terlihat pada tahun 2013 dengan jumlah investasi sebesar Rp. 752,040,554,496. Namun pada tahun berikutnya yaitu tahun 2013 dan sampai tahun 2015, investasi di Kabupaten Banjarnegara menurun dengan jumlah investasi sebesar Rp. 333,692,115,480. Sehingga dengan strategi yang telah dilakukan Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing bisa dikatakan dapat mendorong tingkat investasi namun kurang efektif karena masih terjadi fluktuasi. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara perlu melakukan inovasi dalam strategi meningkatkan investasi asingnya. 26 Rekapitulasi Penanaman Modal Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012 2015, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Banjarnegara 66