BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang ditanamkan untuk siswa tidak hanya untuk mencapai nilai akademik yang tinggi saja. Tetapi perlu juga pendidikan untuk meningkatkan nilai-nilai karakter pada siswa. Pendidikan karakter sangat penting bagi kaum pelajar, karena merekalah yang akan menggantikan generasi tua sekarang untuk memimpin dan meneruskan cita-cita pendahulu untuk memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan karakter perlu ditanamkan sejak dini. Khususnya siswa sekolah dasar (SD), karena pola pikir mereka masih sederhana dan mudah dibentuk. Siswa SD tidak akan mudah melupakan pendidikan yang diberikan sejak dini. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam beserta isinya. Secara sederhana IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam. IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting (Powler dalam Winaputra, 1992:122) Karakter merupakan proses perkembangan yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir selama manusia hidup. Pendidikan karakter menjadi bagian dari pendidikan alih generasi. Proses pendidikan karakter akan melibatkan ragam aspek perkembangan siswa, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hal tersebut harus disadari oleh guru sebagai tujuan pendidikan, dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang transaksional dan bukan instruksional serta dilandasi dengan pemahaman secara mendalam terhadap perkembangan siswa. Semua orang tua pasti menginginkan putra-putrinya pandai dan sukses. Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwa kesuksesan tanpa adanya karakter akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, karakter sangat perlu ditanamkan pada siswa sejak dini. Nilai-nilai karakter yang meliputi: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, 1
2 (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, serta (18) tanggung jawab perlu ditanamkan seiring dengan pengembangan potensi akademik maupun bakat yang dimiliki siswa. Sehingga siswa diharapkan mampu mencapai kesuksesan dengan berlandaskan karakter yang kuat. Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) yang dilakukan pada kelas IV SD Negeri 02 Paseban pada hari Jumat tanggal 4 Januari 2013, diperoleh fakta bahwa sudah banyak siswa yang memiliki nilai-nilai karakter yang kuat. Karena ada faktor tempat tinggal yang termasuk pedesaan, sehingga karakter siswa masih tergolong lugu (apa adanya). Tetapi masih ada beberapa nilai karakter yang masih kurang dimiliki oleh siswa. Sebagian besar siswa kurang memiliki nilai-nilai karakter rasa ingin tahu, mandiri dan peduli lingkungan. Hal ini terbukti ketika proses belajar IPA, siswa hanya duduk dan diam. Padahal belum tentu mereka duduk dan diam itu karena memperhatikan dan sudah paham, atau karena takut. Mereka hanya menggantungkan bantuan dan pengarahan dari guru. Sebagian siswa sering membuang sampah sembarangan tanpa mempedulikan lingkungan alam disekitarnya. Dari hasil pengamatan, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 41,18% atau 7 siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Terdapat 35,29% atau 6 siswa memiliki nilai kemandirian tinggi. Terdapat 47,06% atau 8 siswa memiliki nilai peduli lingkungan tinggi. Terdapat 47,06% atau 8 siswa memiliki nilai peduli sosial tinggi. Terdapat 41,18% atau 7 siswa memiliki nilai disiplin tinggi. Terdapat 35,29% atau 6 siswa memiliki nilai komunikatif tinggi (lampiran 11 hlm. 177-182). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa masih banyak siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban yang kurang memiliki rasa ingin tahu, kemandirian dan peduli lingkungan belajar IPA. Hal ini berarti nilai rasa ingin tahu, kemandirian, peduli lingkungan, peduli sosial, disiplin serta komunikatif siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban masih tergolong rendah. Rendahnya nilai karakter rasa ingin tahu, kemandirian, peduli lingkungan, peduli sosial, disiplin serta komunikatif siswa karena beberapa faktor antara lain:
3 (1) proses pembelajaran berpusat pada guru dan didominasi oleh guru, (2) Siswa belum dilibatkan untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang diperoleh, (3) kurangnya pengalaman yang diberikan kepada siswa melalui suatu percobaan atau penelitian, (4) guru masih menggunakan cara mengajar yang konvensional dengan metode ceramah, (5) guru kurang mampu menciptakan suasana belajar yang menarik dan memancing keaktifan siswa, (6) belum digunakannya model pembelajaran yang bervarisasi, (7) kurangnya pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga yang dapat memperjelas pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif dalam pembelajaran, materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru mudah dilupakan oleh siswa, pembelajaran kurang berkesan dan menarik bagi siswa, siswa mudah merasa bosan dan jenuh, siswa kurang antusias dalam pembelajaran dan perhatian serta keaktifan siswa berkurang sehingga nilai-nilai karakter seperti rasa ingin tahu, kemandirian, peduli lingkungan, peduli sosial, disiplin serta komunikatif kurang tertanam pada diri anak khususnya pada mata pelajaran IPA. Setelah mengadakan observasi dan wawancara dengan guru kelas pada tanggal 4 Januari 2013, dalam pembelajaran IPA saat itu materi yang perlu diajarkan sampai pada kompetensi dasar Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. Dalam kompetensi tersebut siswa diharapkan mampu memahami berbagai konsep energi panas dan bunyi, salah satunya melalui kegiatan praktikum. Sehingga peneliti telah melakukan persetujuan dengan guru kelas untuk menyampaikan materi energi panas dan bunyi dalam proses penelitian. Dalam kehidupan sehari-hari, makhluk hidup sangat membutuhkan energi untuk melakukan setiap kegiatan. Oleh karena itu, siswa sangat perlu untuk mendapatkan materi energi. Agar lebih paham, guru mengajak siswa untuk membuktikan bahwa setiap kegiatan memerlukan energi melalui kegiatan- kegiatan praktikum. Nilai karakter dalam pembelajaran IPA meliputi: 1) rasa ingin tahu, 2) jujur, 3) disiplin, 4) kerja keras, 5) mandiri, 6) komunikatif, 7) peduli lingkungan, serta 8) tanggung jawab.
4 Dalam kegiatan ini siswa diharapkan mampu menemukan sendiri tujuan dari kegiatan praktikum tersebut. Kenyataan yang dijumpai oleh guru pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban Jumapolo Karanganyar ternyata dalam melakukan kegiatan praktikum siswa masih cenderung pasif. Siswa masih menggantungkan bantuan dari guru tentang melakukan praktikum. Ketika siswa di ajak belajar di luar kelas, mereka masih kurang peduli terhadap lingkungan. Mereka juga sering berkelahi sesama teman. Oleh karena itu, berdasarkan penilaian afektif siswa khususnya karakter rasa ingin tahu, kemandirian peduli lingkungan, peduli sosial, disiplin dan komunikatif siswa masih rendah. Berdasarkan ulasan di atas, maka perlu dilakukannya upaya perbaikan untuk meningkatkan pencapaian nilai-nilai karakter siswa khususnya nilai-nilai karakter rasa ingin tahu, kemandirian, peduli lingkungan, peduli sosial, disiplin serta komunikatif siswa kelas IV pada pelajaran IPA dalam materi energi panas dan bunyi. Rasa ingin tahu siswa perlu ditingkatkan agar siswa lebih mendalami materi lebih dari yang disampaikan oleh guru. Kemandirian siswa perlu juga ditingkatkan agar mereka tidak selalu menggantungkan bantuan dan pengarahan dari guru. Siswa dapat berpartisispasi secara aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat tanpa melalaikan lingkungan yang ada. Untuk menunjang upaya peningkatan pencapaian nilai-nilai karakter khusunya rasa ingin tahu, kemandirian, peduli lingkungan, peduli sosial, disiplin serta komunikatif, maka penulis mencoba menggunakan model inquiry. Strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri ( W. Gulo, 2002: 84-85). Sehingga dengan model ini siswa dilibatkan secara langsung dan keseluruhan dalam proses belajar dan mereka dapat menemukan sendiri penemuanya untuk dijadikan kesimpulan materi tersebut. Melalui strategi inquiry siswa diharapkan lebih percaya diri tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry. Model inquiry merupakan model yang mengedepankan penemuan siswa itu sendiri dan guru tetap membimbing penuh setiap langkah pembelajaran menuju
5 kesimpulan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah tujuan yang diharapkan oleh guru. Di dalam kelas model inquiry dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Berdasarkan ulasan di atas, model inquiry yang akan digunakan adalah model inquiry terbimbing. Pendekatan inquiry terbimbing merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan yang terarah pada tujuan. Setiap cara memiliki karakteristik yaitu: (1) situasi yang menyediakan stimulasi inquiry, (2) masalah yang akan dicari pemecahannya, (3) perumusan masalah, (4) pencarian pemecahan masalah, (5) kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil penyelidikan. Sehingga diasumsikan bahwa dengan penerapan model inquiry terbimbing siswa dapat aktif dan terlibat dalam menemukan sendiri suatu pengetahuan yang diperoleh. Dengan begitu, siswa diharapkan dapat ditanamkan nilai-nilai karakter rasa ingin tahu, kemandirian, peduli lingkungan, peduli sosial, disiplin serta komunikatif belajar IPA dalam materi energi panas dan bunyi. Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan pencapaian nilai-nilai karakter pada mata pelajaran IPA melalui model inquiry terbimbing, maka penulis mengadakan penelitian dengan materi energi panas dan bunyi berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Pencapaian Nilai-Nilai Karakter Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas IV SD Negeri 02 Paseban Jumapolo Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : Apakah model inquiry dapat meningkatkan pencapaian nilai-nilai karakter pada mata pelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 02 Paseban Jumapolo karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013?
6 C. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan pencapaian nilai-nilai karakter pada pelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 02 Paseban Jumapolo Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013 melalui model inquiry. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, maka diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat bagi ilmu pendidikan mengenai penerapan model inquiry untuk meningkatkan pencapaian nilai-nilai karakter pada mata pelajaran IPA. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Dapat melaksanakan model inquiry sehingga mereka tidak bosan dan tidak jenuh dalam pembelajaran IPA. 2) Dapat meningkatkan nilai-nilai karakter pada siswa, khususnya pada mata pelajaran IPA 3) Dapat memotivasi siswa untuk mengikuti setiap proses pembelajaran berlangsung b. Bagi Guru 1) Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi maslaah yang berhubungan dengan nilai-nilai karakter pada siswa. 2) Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru memiliki pengetahuan tentang model inquiry sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran di SD 3) Sebagai acuan atau masukan dalam mengajarkan materi IPA. 4) Terampil mendesain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model inquiry untuk mencapai nilai-nilai karakter.
7 c. Bagi Sekolah 1) Sebagai bahan untuk pengembangan kurikulum sekolah khusnya kelas. 2) Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk perbaikan pada proses pembelajaran IPA.