FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

ABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional study. Metode analitik korelasi ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN IBU TENTANGPIJAT BAYI DI BPS JAUNIWATI INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III METODE PENELITIAN

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA KELAS IBU HAMIL TAHUN 2013

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

HUBUNGAN PENGETAHUAN MAHASISWA KEBIDANAN TINGKAT III TENTANG SADARI DENGAN FREKUENSI MELAKUKAN SADARI. Nanik Nur Rosyidah

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

Oleh : Suyanti ABSTRAK

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Eka Fauzia Laila ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Nisa khoiriah INTISARI

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross sectional, yaitu penelitian untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu rancangan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah di Kelurahan Rowosari Kota

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN KECEMASAN PROSES PERSALINAN DI BPM HJ. MARIA OLFAH, SST BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik ( menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Tunggulo wilayah kerja. Puskesmas Limboto barat Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang

Oleh : Desi Evitasari, Selvia Septiani ABSTRAK. : Pengetahuan, Ibu Hamil, Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan...

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini merupakan studi belah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

FIFI AZISYAH NIM : S

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan status ekonomi dengan

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN KADER DALAM REVITALISASI POSYANDU DI DESA SUKAMURNI KABUPATEN BEKASI TAHUN Andri Salman ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

III. METODE PENELITIAN

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 Hj. Norlena 1, Vonny Khresna Dewi 2, Suhrawardi 3 ABSTRAK Program pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sebagai program yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Salah satu keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan para kader. Kader dianggap paling dekat dengan masyarakat itu sendiri. Data Desa Siaga/Kelurahan Siaga yang ada di dari 26 Puskesmas terdapat 52 Desa/Kelurahan dan hanya terdapat 7 Desa Siaga Aktif yang terdiri dari 5 Desa Siaga Pratama dan 2 Desa Siaga Madya sedangkan untuk Desa Siaga yang lebih tinggi tingkatannya yaitu Purnama dan Mandiri belum ada/ berjalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader dalam pelaksanaan Kelurahan Siaga di tahun 2013?. Desain penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh kader Desa/Kel;urahan Siaga di kota Banjarmasin Tahun 2013 berjumlah 104 kader. Sampel penelitian ini adalah seluruh kader Desa/Kel;urahan Siaga di kota Banjarmasin Tahun 2013 berjumlah 52 kader (menggunakan rumus). Teknik pengambilan sampel secara simple random Sampling. Analisa yang dilakukan adalah analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan Kader yang aktif dalam pelaksanaan Kelurahan Siaga sebanyak 37 orang (71,2%), sebagian besar berpendidikan menengah yaitu 30 orang (57,7 %), sebagian besar berpengetahuan baik yaitu 26 orang (50,0 %), sebagian besar berumur dibawah 40 tahun yaitu 34 orang (65,4%), sebagian besar mengikuti pelatihan yaitu 32 orang (61,5 %), sebagian besar sudah menjadi kader diatas 5 tahun yaitu 35 orang (67,3 %), sebagian besar tidak bekerja yaitu 34 orang (65,4 %). Ada hubungan antara pendidikan kader dengan Keaktifan Kader (p = 0,005), ada hubungan antara pengetahuan kader dengan Keaktifan Kader (p = 0,000), tidak ada hubungan antara umur kader dengan Keaktifan Kader (p = 0,400), tidak ada hubungan antara pelatihan kader dengan Keaktifan Kader (p = 0,646), Ada hubungan antara lama menjadi kader dengan Keaktifan Kader (p = 0,020), Ada hubungan antara pekerjaan kader dengan Keaktifan Kader (p = 0,000), Kesimpulan penelitian ini adalah pendidikan, pengetahuan, lama menjadi kader, serta pekerjaan berhubungan dengan Pelaksanaan Kelurahan Siaga. Umur dan pelatihan tidak berhubungan dengan. Kata Kunci : Keaktifan Kader, Kelurahan Siaga PENDAHULUAN Desa Siaga merupakan salah satu sasaran dari tiga sasaran Grand Strategy Departemen Kesehatan, yang menyebutkan bahwa pada akhir tahun 2008, seluruh desa telah menjadi Desa siaga, yaitu desa yang memiliki kesiapan sumber daya serta kemauan dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri 1. Sejak dikembangkannya Desa atau Kelurahan Siaga pada tahun 2006 sampai tahun 2009 telah terbentuk 42.295 (56,1) DAN 75.410 Desa atau

Kelurahan yang ada. Namun diantaranya masih belum berhasil menciptakan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga Aktif yang sesungguhnya 2. Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan para kader. Kader dianggap paling dekat dengan masyarakat itu sendiri, Depertemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk kader kesehatan agar kader-kader kesehatan desa siaga nantinya mempunyai pengetahuan yang lebih. Dengan harapan kader dapat menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar tercipta masyarakat yang mandiri untuk hidup terutama pada kesehatan ibu dan anak guna mencapai penurunan AKI dan AKB di Indonesia 3. Kinerja kader dalam penampilan hasil kerja personal baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personal. Kinerja pada desa siaga dapat dihubungkan dengan beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan serta pengalaman dari personal masing-masing (Anwar, 2003). Data Desa Siaga/Kelurahan Siaga yang ada di dari 26 Puskesmas terdapat 52 Desa/Kelurahan dan hanya terdapat 7 Desa Siaga Aktif yang terdiri dari 5 Desa Siaga Pratama dan 2 Desa Siaga Madya sedangkan untuk Desa Siaga yang lebih tinggi tingkatannya yaitu Purnama dan Mandiri belum ada/ berjalan. Jumlah kader seluruhnya ada 104 kader (Data Dinas Kesehatan Provinsi Kal-Sel, 2012). Berdasarkan data tersebut penelti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader dalam Kota Banjarmasin Tahun 2013? BAHAN DAN METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen Penelitian dengan menggunakan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh kader Desa/Kel;urahan Siaga di kota Banjarmasin Tahun 2013 berjumlah 104 kader. Sampel penelitian ini adalah seluruh kader Desa/Kelurahan Siaga di kota Banjarmasin Tahun 2013 berjumlah 52 kader (menggunakan rumus). Teknik pengambilan sampel secara simple random Sampling. Variabel bebas: pendidikan, pengetahuan, Umur, Pelatihan, Lama dan Pekerjaan. Variabel terikat: Keaktifan kader dalam. Analisis data kuantitatif dlakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1) Analisis univariat yaitu untuk memberikan gambaran karakteristik subyek penelitian dengan menghitung distribusi frekuensi dan persentase dari tiap-tiap variabel dan penyajian hasil penelitian secara deskriptif. 2) Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Uji statistik dengan Chi Square. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Univariat a. Keaktifan Kader Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Keaktifan Kader Di Kelurahan Siaga Kota Banjarmasin Tahun 2013 Keaktifan Kader Jumlah % Aktif 37 71,2 Tidak Aktif 15 28,8 Berdasarkan tabel 4.1 dari 52 Kader kelurahan Siaga terdapat 37 orang (71,2 %) yang aktif dalam pelaksanaan Kelurahan Siaga. b. Pendidikan Kader Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Kader Di Kelurahan Siaga Kota Banjarmasin Tahun 2013

Pendidikan Kader Jumlah % Tinggi 7 13,5 Menengah 30 57,7 Dasar 15 28,8 Berdasarkan tabel 4.2 dari 52 Kader kelurahan Siaga sebagian besar berpendidikan menengah yaitu 30 orang (57,7 %). c. Pengetahuan Kader Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kader Di Kelurahan Siaga Tahun 2013 Pengetahuan Kader Jumlah % Baik 26 50,0 Cukup 16 30,8 Kurang 10 19,2 Berdasarkan tabel 4.3 sebagian besar berpengetahuan baik yaitu 26 orang (50,0 %). d. Umur Kader Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Umur Kader Di Kelurahan Siaga Kota Banjarmasin Tahun 2013 Umur Kader Jumlah % Di bawah 40 tahun 34 65,4 Di atas 40 tahun 18 34,6 Berdasarkan tabel 4.4 sebagian besar berumur dibawah 40 tahun yaitu 34 orang (65,4%). Berdasarkan tabel 4.5 sebagian besar mengikuti pelatihan yaitu 32 orang (61,5 %). f. Lama Menjadi Kader Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Lama Menjadi Kader Di kelurahan Siaga Kota Banjarmasin Tahun 2013 Lama Menjadi Kader Jumlah % Di atas 5 tahun 35 67,3 Di bawah 5 Tahun 17 32,7 Berdasarkan tabel 4.6 sebagian besar sudah menjadi kader diatas 5 tahun yaitu 35 orang (67,3 %). g. Pekerjaan Kader Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Kader Di Kelurahan Siaga Tahun 2013 Pekerjaan Kader Jumlah % Tidak Bekerja 34 65,4 Bekerja 18 34,6 Berdasarkan tabel 4.7 sebagian besar tidak bekerja yaitu 34 orang (65,4 %). e. Pelatihan Kader Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pelatihan Kader Di Kelurahan Siaga Kota Banjarmasin Tahun 2013 Pelatihan Kader Jumlah % Ikut pelatihan 32 61,5 Tidak ikut pelatihan 20 38,5

2. Bivariat a. Hubungan Pendidikan Kader dengan Pelaksanaan Kelurahan Siaga Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan Kader dengan Pelaksanaan Keaktifan Kader Total Pendidikan Aktif Tidak Jumlah % Pendidikan Tinggi 31 83,8 6 16,2 37 100 Pendidikan Dasar 6 40,0 9 60,0 15 100 Uji Fisher s Exact ρ = 0,005 Berdasarkan tabel 4.8 dari 37 kader dengan Pendidikan Tinggi sebanyak 6 kader (16,2 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga, dan dari 15 kader dengan Pendidikan Dasar didapatkan 9 kader (60,0 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga. uji Fisher s Exact dengan nilai α = 0,05 didapatkan nilai ρ = 0,005 berarti ada hubungan yang bermakna antara pendidikan kader dengan. b. Hubungan Pengetahuan Kader dengan Pelaksanaan Kelurahan Siaga Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan Kader dengan Pelaksanaan Keaktifan Kader Total Pengetahuan Aktif Tidak Jumlah % Baik 36 85,7 6 14,3 42 100 Kurang 1 10,0 9 90,0 10 100 Uji Fisher s Exact ρ = 0,000 Berdasarkan tabel 4.9 dari 42 kader dengan Pengetahuan baik sebanyak 6 kader (14,3 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga, dan dari 10 kader dengan Pengetahuan kurang didapatkan 9 kader (90,0 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga. uji Fisher s Exact dengan nilai α = 0,05 didapatkan nilai ρ = 0,000 berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan kader dengan. c. Hubungan Umur Kader dengan Pelaksanaan Kelurahan Siaga Tabel 4.10 Hubungan Umur Kader dengan Pelaksanaan

Keaktifan Kader Total Umur Aktif Tidak Jumlah % Di bawah 40 tahun 26 76,5 8 23,5 34 100 Di atas 40 tahun 11 61,1 7 38,9 18 100 Uji Chi Square ρ = 0,400 Berdasarkan tabel 4.10 dari 34 kader dengan umur di bawah 40 tahun sebanyak 8 kader (23,5 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga, dan dari 18 kader dengan umur di atas 40 tahun didapatkan 7 kader (38,9 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga. 0,400 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara umur kader dengan Keaktifan Kader dalam Pelaksanaan Kelurahan Siaga di Kota Banjarmasin. d. Hubungan Pelatihan Kader dengan Pelaksanaan Kelurahan Siaga Tabel 4.11 Hubungan Pelatihan Kader dengan Pelaksanaan Keaktifan Kader Total Pelatihan Aktif Tidak Jumlah % Ikut pelatihan 24 75,0 8 25,0 32 100 Tidak ikut pelatihan 13 65,0 7 35,0 20 100 Uji Chi Square ρ = 0,646 Berdasarkan tabel 4.11 dari 32 kader yang ikut pelatihan sebanyak 8 kader (25,0 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga, dan dari 20 kader yang tidak ikut pelatihan didapatkan 7 kader (35,0 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga. 0,646 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pelatihan kader dengan Keaktifan Kader dalam Pelaksanaan Kelurahan Siaga di. e. Hubungan Lama Menjadi Kader dengan Pelaksanaan Kelurahan Siaga Tabel 4.12 Hubungan Lama Menjadi Kader dengan Pelaksanaan Keaktifan Kader Total Lama Menjadi Aktif Tidak Kader Jumlah % Di atas 5 tahun 29 82,9 6 17,1 35 100 Di bawah 5 tahun 8 47,1 9 52,9 17 100 Uji Fisher s Exact ρ = 0,020

Berdasarkan tabel 4.12 dari 35 kader yang lama menjadi kader di atas 5 tahun sebanyak 6 kader (17,1 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga, dan dari 17 kader yang lama menjadi kader di bawah 5 tahun didapatkan 9 kader (52,9 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga. uji Fisher s Exact dengan nilai α = 0,05 didapatkan nilai ρ = 0,020 berarti ada hubungan yang bermakna antara lama menjadi kader dengan. f. Hubungan Pekerjaan Kader dengan Pelaksanaan Kelurahan Siaga Tabel 4.13 Hubungan Pekerjaan Kader dengan Pelaksanaan Keaktifan Kader Total Pekerjaan Aktif Tidak Jumlah % Tidak bekerja 31 91,2 3 8,8 34 100 Bekerja 6 33,3 12 66,7 18 100 Uji Chi Square ρ = 0,000 Berdasarkan tabel 4.13 dari 34 kader yang tidak bekerja sebanyak 3 kader (8,8 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga, dan dari 18 kader yang bekerja didapatkan 12 kader (66,7 %) tidak aktif dalam pelaksanaan kelurahan siaga. 0,000 berarti ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan kader dengan Keaktifan Kader dalam Pelaksanaan Kelurahan Siaga di.

PEMBAHASAN 1. Univariat a. Keaktifan Kader Berdasarkan tabel 4.1 dari 52 Kader kelurahan Siaga terdapat 37 orang (71,2 %) yang aktif dalam pelaksanaan Kelurahan Siaga. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi seperti tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan serta pengalaman dari personal masing-masing (Anwar, 2003). b. Pendidikan Kader Berdasarkan tabel 4.2 dari 52 Kader kelurahan Siaga sebagian besar berpendidikan menengah yaitu 30 orang (57,7 %). Hal ini dikarenakan fasilitas atau sarana pendidikan cukup banyak tersedia dan mudah dijangkau. c. Pengetahuan Kader Berdasarkan tabel 4.3 sebagian besar berpengetahuan baik yaitu 26 orang (50,0 %). Hal ini dikarenakan selain pendidikan yang mudah diakses juga para kader lebih terpapar media elektronik ataupun media cetak sehingga menambah wawasan bagi kader tersebut. d. Umur Kader Berdasarkan tabel 4.4 sebagian besar berumur dibawah 40 tahun yaitu 34 orang (65,4%). Hal ini diarenakan mereka pada waktu menjadi kader dalam usia relative muda. e. Pelatihan Kader Berdasarkan tabel 4.5 sebagian besar mengikuti pelatihan yaitu 32 orang (61,5 %). Hal ini dikarenakan pemerintah memang mempunyai program pelatihan untuk menambah pengetahuan kader dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan kelurahan siaga. Desa Siaga merupakan salah satu sasaran dari tiga sasaran grand strategy Departemen Kesehatan, menyebutkan bahwa akhir tahun 2008, seluruh desa telah menjadi Desa Siaga. f. Lama Menjadi Kader Berdasarkan tabel 4.6 sebagian besar sudah menjadi kader diatas 5 tahun yaitu 35 orang (67,3 %). Hal ini dikarenakan karena umur mereka pada saat menjadi kader masih muda dan program kelurahan siaga ini sudah lama dilaksanakan. g. Pekerjaan Kader Berdasarkan tabel 4.7 sebagian besar tidak bekerja yaitu 34 orang (65,4 %). Hal ini dikarenakan dengan pendidikan yang hanya ditingkat menengah kemungkinan untuk bisa bekerja peluangnya sedikit /terbatas 2. Bivariat a. Hubungan Pendidikan Kader dengan 0,005 berarti ada hubungan yang bermakna antara pendidikan kader dengan Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014

. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan 4. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, pengetahuan sangat erat kaitanya dengan pendidikan 5. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. b. Hubungan Pengetahuan Kader dengan 0,000 berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan kader dengan. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap semakin positif terhadap obyek tersebut 5. c. Hubungan Umur Kader dengan 0,400 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara umur kader dengan Keaktifan Kader dalam Pelaksanaan Kelurahan Siaga di Kota Banjarmasin. Menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih baik banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Walaupun umur berpengaruh terhadap keaktifan kader tetapi bila kondisi kesehatan fisik dan mental seseorang pada umur tersebut terganggu bisa saja mempengaruhi keaktifan karena ketidakmampuan melaksanakan aktivitas atau kegiatan pada pelaksanaan kelurahan siaga. Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014

d. Hubungan Pelatihan Kader dengan 0,646 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pelatihan kader dengan Keaktifan Kader dalam Pelaksanaan Kelurahan Siaga di. Depertemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk kader kesehatan agar kader-kader kesehatan desa siaga nantinya mempunyai pengetahuan yang lebih. Dengan harapan kader dapat menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar tercipta masyarakat yang mandiri untuk hidup terutama pada kesehatan ibu dan anak guna mencapai penurunan AKI dan AKB di Indonesia 3. Keaktifan kader tidak hanya tergantung pada pelatihan yang pernah di ikuti tetapi bisa juga tergantung dengan daya tangkap dan pola pikirnya saat mengikuti pelatihan tersebut e. Hubungan Lama Menjadi Kader dengan uji Fisher s Exact dengan nilai α = 0,05 didapatkan nilai ρ = 0,020 berarti ada hubungan yang bermakna antara lama menjadi kader dengan. Kinerja kader dalam penampilan adalah hasil kerja personal baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personal. Kinerja pada desa siaga dapat dihubungkan dengan beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan serta pengalaman dari personal masing-masing (Anwar, 2003). f. Hubungan Pekerjaan Kader dengan 0,000 berarti ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan kader dengan Keaktifan Kader dalam Pelaksanaan Kelurahan Siaga di. Kader yang tidak bekerja memungkinkan untuk bisa meluangkan waktunya lebih banyak untuk melaksanakan kegiatan kelurahan siaga. KESIMPULAN 1. Kader yang aktif dalam pelaksanaan Kelurahan Siaga sebanyak 37 orang (71,2 %) 2. Kader kelurahan Siaga sebagian besar berpendidikan menengah yaitu 30 orang (57,7 %) 2. Kader Kelurahan Siaga sebagian besar berpengetahuan baik yaitu 26 orang (50,0 %). 3. Kader Kelurahan Siaga sebagian besar berumur dibawah 40 tahun yaitu 34 orang (65,4%). 4. Kader Kelurahan Siaga sebagian besar mengikuti pelatihan yaitu 32 orang (61,5 %). 5. Kader Kelurahan Siaga sebagian besar sudah menjadi kader diatas 5 tahun yaitu 35 orang (67,3 %). Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014

6. Kader Kelurahan Siaga sebagian besar tidak bekerja yaitu 34 orang (65,4 %). 7. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan kader dengan 8. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan kader dengan 9. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur kader dengan 10. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pelatihan kader dengan 11. Ada hubungan yang bermakna antara lama menjadi kader dengan 12. Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan kader dengan 4. Notoatmodjo, S.,2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta 5. Nursalam.,2003,Konsep Penerapan Metodologi penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan RI., 2008, Petunjuk Teknis Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta. 2. Departemen Kesehatan RI., 2010, Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta 3. Syafrudin & Hamidah, 2007. Kebidanan Komunitas, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014