BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit.

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI YOGYAKARTA

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI SKPD TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

REKAPITULASI USULAN PROGRAM/KEGIATAN TAHUN Fungsi, Urusan, Program dan Kegiatan Indikatif. Pagu Indikatif (Rp) 01 FUNGSI : PELAYANAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KESEHATAN DINAS KESEHATAN Halaman 7

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org)

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang akan datang serta merupakan pengejawantahan diri.

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA. 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

Perancangan Rumah Susun Sederhana di Kota Kediri BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kepadatan penduduk sekaligus berpengaruh pada kebutuhan

KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 363 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB IV ANALISA TAPAK

LAMPIRAN. Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013?

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI PROYEK

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI KECAMATAN PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA. Wahyu Endy Pratista Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita ST

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Umum Tabel 1.1. Luas Lahan dan Kepadatan Penduduk Tiap Kabupaten / Kota di DIY

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

BAB II: STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan suatu proses perencanaan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Yogyakarta terletak antara 110⁰ ⁰28 53 bujur Timur

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dibawah ini adalah peta prakiraan cuaca di Indonesia pada awal musim

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Dari tahun ke tahun tidak dapat dipungkiri bahwa pertambahan penduduk pada suatu Negara tidak dapat dikurangi atau dihentikan. Begitu juga pada di Indonesia pada umumnya, dan di Yogyakarta pada khususnya. Meningkatnya jumlah penduduk pada umunya pasti juga diikuti dengan meningkatnya jumlah permintaan kebutuhan akan tempat tinggal atau yang biasa disebut dengan rumah. Selain itu, juga terbatasnya jumlah lahan yang akan diikuti dengan meningkatnya nilai jual akan lahan tersebut. Sehingga hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan penyediaan akan sarana tempat tinggal. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Pertumbuhan Penduduk (%) 1. 1971 340,908 10,489 0,90 2. 1980 398,192 12,252 1,72 3. 1990 412,059 12,679 0,35 4. 1995 418,944 12,891 0,33 5. 2000 397,398 12,228 0,37 6. 2005 435,236 13,392 1,87 Sumber : Yogyakarta Dalam Angka 2009 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu propinsi terpadat di Indonesia. Secara administratif propinsi D.I.Yogyakarta mempunyai luas 3.185,8 km 2. Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, sedangkan kota Yogyakarta adalah wilayah yang paling padat dengan kepadatan lebih dari 12.000 jiwa/km 2. Angka pertumbuhan penduduk di propinsi Yogyakarta berkisar antara 0.72 % tiap tahunnya. Selain disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, hal ini juga dipengaruhi oleh banyaknya para pendatang dari luar yang datang ke Yogyakarta. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, penduduk kota Yogyakarta pada tahun 2004 adalah sebesar 398.004 jiwa, sedangkan pada tahun 2007 adalah sebesar 406.602 jiwa 1. 1 Badan Pusat Statistik Yogyakarta 07 01 12748 Bab I. Pendahuluan Hal. 1

Tabel 1.2. Kependudukan Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan No. Jenis Pendidikan Laki laki Perempuan Jumlah 1. Tidak / Belum Tamat SD 9,84 11,50 10,67 2. Sekolah Dasar 14,86 17,94 16,40 3. SLTP 14,06 17,23 15,65 4. SLTA 35,76 26,49 31,12 5. SMK 9,58 10,27 9,93 6. Diploma I/II 0,75 1,79 1,27 7. Akademi / D III 3,20 5,78 4,49 8. PT / D IV 10,84 8.23 9,53 9. S2 / S3 1,11 0,77 0,94 10. Jumlah / Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : Yogyakarta Dalam Angka 2009 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa banyaknya penduduk di kota Yogyakarta yang sebagian besar hanya mampu menamatkan sekolah hingga sampai dengan bangku SLTA saja dan tidak melanutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Hal itu dapat terjadi oleh beberapa faktor, sebagian besar adalah karena faktor ekonomi. Oleh sebab itu, penduduk yang termasuk dalam kalangan ekonomi menengah ke bawah dari hari ke hari terus bertambah. Tabel 1.3. Tabel Kesejahteraan Keluarga 2008 No. Kecamatan Jumlah KK Pra Sejahtera KS I Jumlah % Jumlah % 1. Mantrijeron 8,167 737 9.02 1.702 20.84 2. Kraton 5,196 359 6.91 1.416 27.25 3. Mergangsan 7,280 724 9.95 1.869 25.67 4. Umbulharjo 14,478 1003 6.93 2.867 19.80 5. Katogede 7,409 857 11.57 1.528 20.62 6. Gondokusuma 8,931 579 6.48 2.102 23.54 7. Danurejan 4,714 505 10.71 1.186 25.16 8. Pakualam 2,268 123 5.42 492 21.69 9. Gondomanan 3,550 337 9.49 1.277 35.97 10. Ngampilan 4,078 311 7.63 791 19.40 11. Wirobrajan 5,911 570 9.64 1.405 23.77 12. Gedongtengen 4,751 557 11.72 1.672 35.19 13. Jetis 6,197 898 14.49 1.79 28.88 14. Tegalrejo 8,379 922 11 2.422 28.91 15. Jumlah 91,309 8,482 9.29 22.519 24.66 16. 2007 88,464 9,547 10.79 21.992 24.86 17. 2006 86,629 8,920 10.3 19.713 10.30 Sumber : Yogyakarta Dalam Angka 2009 07 01 12748 Bab I. Pendahuluan Hal. 2

Persentase Keluarga Menurut Tingkat Kesejahteraan 2008 36% 9% 11% 19% 25% PRASEJAHTERA SEJAHTERA I SEJAHTERA II SEJAHTERA III SEJAHTERA III PLUS Grafik 1.1. Persentase Keluarga Menurut Tingkat Kesejahteraan 2008 Sumber : Yogyakarta Dalam Angka 2009 Dari tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa warga masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah dari tahun ke tahun terus bertambah. Dan hal itu menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin bertambah dari tahun ke tahun. Selain itu, hingga saat ini di Yogyakarta sendiri baru terdapat tiga rusunawa yang terbangun yaitu di Jogoyudan (Jetis), Juminahan, dan Cokrodirjan (Danurejan). Dan pemerintah kota Yogyakarta sendiri pada awalnya berencana membangun rusunawa yang berjumlah tujuh bangunan dengan memakai dana APBN, yang artinya masih kurang empat buah bangunan rusunawa yang belum terbangun. Kepala Bidang Permukiman dan Sarana Air Limbah Pemkot Yogyakarta Hendra Tantular mengatakan, keempat lokasi itu di daerah Prawirodirjan, Kecamatan Gondokusuman; Rejowinangun, Kotagede; Giwangan; dan Sorosutan, Umbulharjo. "Namun, semua itu baru pada tahap identifikasi dan belum ada proses kelanjutan seperti berembuk dengan warga," ujar Hendra, Senin (12/4) 2. Maka pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di Negara berkembang dan di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya terus meningkat. Karena pembangunan rumah susun dapat mengurangi penggunan tanah, membuat ruangruang terbuka kota yang lebih luas dan dapat digunakan sebagai suatu cara 2 Mohammad Final Daeng/KOMPAS Cetak Lembar Daerah Yogyakarta/KOMPAS.com 07 01 12748 Bab I. Pendahuluan Hal. 3

peremajaan kota bagi daerah yang kumuh. Dan yang mengutamakan bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah. Sejalan berkembangnya jaman, maka munculah beberapa jenis atau tipe rumah susun, antara lain rusunami atau rumah susun sederhana milik dan rusunawa atau rumah susun sedehana sewa 3. I.1.2. Latar Belakang Permasalahan Rusun adalah kepanjangan dari rumah susun. Kerap dikonotasikan sebagai apartemen versi sederhana, walupun sebenarnya apartemen bertingkat sendiri bisa dikategorikan sebagai rumah susun. Rusun menjadi jawaban atas terbatasnya lahan untuk pemukiman di daerah perkotaan. Karena mahalnya harga tanah di kota besar maka masyarakat terpaksa membeli rumah di luar kota. Hal ini adalah pemborosan. Pemborosan terjadi pada pemborosan waktu, pemborosan biaya, pemborosan lingkungan (karena pencemaran), pemborosan sosial (karena tersitanya waktu untuk bersosialisasi). Dari tiga rumah susun sewa sederhana (rusunawa) yang sudah dibangun tersebut, misalnya yang terdapat di Juminahan, Yogyakarta yang selesai dibangun pada bulan November tahun 2009. Rusun tersebut hingga saat ini (tanggal posting 27 September 2010) belum ada penghuninya. Warga di pinggiran Sungai Code menolak menempati rumah itu karena belum ada fasilitas seperti listrik, air, dan saluran pembuangan limbah. Warga sepakat menolak pindah ke rusunawa karena masih harus dibebani biaya. Selain itu, sistem sewa rusunawa dibatasi selama tiga tahun. Sehingga peraturan itu malah akan membingungkan dengan penghasilan yang minim, warga keberatan terhadap besarnya uang sewa yang akan dikenakan. Selain itu, warga enggan pindah ke rusunawa karena fasilitas di sana belum lengkap 4. Para warga di daerah tersebut berharap bahwa harga sewa dari rusun tersebut jangan membebani mereka dan juga pada akhirnya rusun tersebut dapat menjadi milik mereka sendiri karena yang terjadi saat ini sewa dari rusun tersebut dibatasi maksimal hanya sampai enam tahun saja. 3 http://id.wikipedia.org/wiki/rumah_susun_sederhana_milik 4 http://id.88db.com/id/knowledge/knowledge_detail. 07 01 12748 Bab I. Pendahuluan Hal. 4

Beberapa prinsip rumah sehat menurut Holcim, antara lain : 1. Pencahayaan Alami Cahaya matahari dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber pencahayaan alami pada rumah sehat Anda dengan pedoman: a. Orientasi Bangunan Bangunan sebaiknya menghadap Utara-Selatan untuk menghindari panas dan sinar matahari langsung. b. Ukuran Ruangan dan Bukaan Agar cahaya matahari dapat masuk dan menerangi ruangan secara maksimal, ukuran lebar ruangan sebaiknya 2 kali ukuran tinggi bukaan. Gambar I.1. Pencahayaan Alami Sumber : www.membangunbersama.com 2. Ventilasi Alami Prinsip ventilasi alami adalah menciptakan sirkulasi udara dengan memasukkan udara dingin ke dalam ruangan dan mengalirkan udara panas keluar melalui bukaan-bukaan yang diposisikan secara strategis. Posisi bukaan yang baik untuk menciptakan sirkulasi udara adalah bukaan atas dan bukaan bawah. 07 01 12748 Bab I. Pendahuluan Hal. 5

Gambar I.2. Ventilasi Alami Sumber : www.membangunbersama.com 3. Sistem Manajemen Limbah Sistem manajemen limbah yang baik penting untuk menghindari pencemaran persediaan air bersih di rumah. Manajemen limbah yang baik dapat dicapai dengan mengikuti pola perletakan limbah sebagai berikut: Gambar I.3. Sistem Manajemen Limbah Untuk Rumah Sederhana Sumber : www.membangunbersama.com 07 01 12748 Bab I. Pendahuluan Hal. 6

4. Penampungan Air Hujan Air hujan dapat ditampung dan digunakan untuk banyak kebutuhan sehari-hari seperti menyiram toilet, berkebun, atau mencuci mobil. Dengan menampung air hujan dan menggunakannya kembali rumah sehat Anda akan jadi lebih efisien, juga ramah lingkungan. Gambar I.4. Penampung Air Hujan Sumber : www.membangunbersama.com 5. Lapisan Tembus Air Bencana alam seperti banjir dan tanah longsor dapat dihindari jika kita menyediakan daerah resapan air yang cukup luas. Daerah resapan air yang luas di lahan yang sempit dapat dicapai dengan mengotimalkan penggunaan lapisan/permukaan tembus air seperti rumput dan grass block pada halaman, parkiran mobil (carport), dan jalan agar air dapat mengalir dan meresap secara alami ke dalam tanah. Gambar I.5. Penggunaan Lapisan Tembus Air Sumber : www.membangunbersama.com Oleh sebab itu, nantinya Rumah Susun Sewa Sederhana (RUSUNAWA) ini diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan di atas. Dan juga dapat lebih memperhatikan kesehatan para penghuninya yang antara lain lebih memperhatikan 07 01 12748 Bab I. Pendahuluan Hal. 7

sistem pembuangan limbah (padat ataupun cair), sistem penghawaan, sistem pencahayaan serta syarat, kriteria, ciri-ciri dan standart rumah sehat yang baik bagi para penggunanya. I.2. I.3. Rumusan Permasalahan Bagaimana wujud rancangan Rumah Susun Sewa Sederhana (RUSUNAWA) di Yogyakarta yang dapat membawa dampak sehat bagi para penghuninya, baik sehat jiwa maupun raga, melalui pengolahan sistem pencahayaan dan sistem penghawaan, dengan pendekatan prinsip-prinsip bangunan sehat-alami-sederhana? Tujuan dan Sasaran I.3.1. Tujuan Merancang Rumah Susun Sewa Sederhana (RUSUNAWA) yang dapat membawa dampak sehat bagi penggunanya. Melalui pengolahan sistem pencahayaan, sistem penghawaan dengan pendekatan prinsip-prinsip bangunan sehat-alamisederhana. I.3.2. Sasaran - Tersusunnya studi tentang rumah susun dengan mengacu pada bangunan rumah susun. - Tersusunnya studi tentang syarat, kriteria, ciri-ciri dan standart rumah sehat yang baik bagi para penggunanya. - Tersusunnya studi tentang pengolahan sistem pencahayaan dan penghawaan alami - Tersusunnya studi tentang prinsip-prinsip bangunan sehat-alami-sederhana. I.4. Lingkup Pembahasan - Rumah susun berbagai jenis yang dibatasi pada jenis kepemilikan, ketinggian bangunan, jumlah ruang tidur, dan luas hunian, berdasarkan sirkulasi dan pencapaian, berdasarkan lantai tiap unit, berdasarkan massa bangunan, dan berdasarkan tatanan denah. - Syarat, kriteria, ciri-ciri dan standart rumah sehat. Dengan memperhitungkan pencahayaan dan penghawaan yang baik dan benar sehingga udara dan cahaya dapat bersikulasi dengan baik. 07 01 12748 Bab I. Pendahuluan Hal. 8

I.5. Metode I.5.1. Metode Pencarian Data Berupa wawancara kepada bagian pengelola bangunan atau humas dari bangunan tersebut, selain itu juga para pengguna dari rumah susun terdahulu. Selain itu juga melakukan pengamatan langsung pada aktifitas yang terjadi di rumah susun di Yogyakarta. Dan juga studi pustaka atau literature tentang Rumah Susun Sewa Sederhana (RUSUNAWA) dan syarat, kriteria, ciri-ciri dan standart rumah sehat. I.5.2. Metode Menganalisis Data Data yang didapat dari wawancara, pengamatan dan studi pustaka dihubungankan dengan angka-angka yang berupa tabel jumlah penduduk, tabel pertumbuhan penduduk, tabel kepadatan penduduk. 07 01 12748 Bab I. Pendahuluan Hal. 9

I.6. Diagram Pola Pikir 07 01 12748 Bab I. Pendahuluan Hal. 10

I.7. Sistematika Penulisan - Bab I : Pendahuluan Merupakan paparan awal yang menggambarkan isi tulisan secara keseluruhan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan, serta sistematika penulisan. - Bab II : Tinjauan Rumah Susun Sewa Sederhana Berisi tentang pengertian rumah susun, tujuan dan sasaran rumah susun, jenis dan tipe rumah susun, pengertian, syarat, kriteria, ciri-ciri dan standart rumah sehat, standart rumah susun dan preseden rumah susun. - Bab III : Tinjauan Wilayah Kota Yogyakarta Berisi tentang kependudukan, perumahan, rumah susun dan kriteria dasar rumah susun serta keadaa cuaca di kota Yogyakarta. - Bab IV : Tinjauan Teori Berisi tentang teori-teori tentang tinjauan mengenai teori pengolahan sistem pencahayaan dan penghawaan dengan pendekatan prinsip-prinsip rumah sehatalami-sederhana. Bab V : Analisis Perencanaan dan Perancangan Rumah Susun di Yogyakarta Berisi tentang analisis perencanaan dan perancangan. Yang meliputi analisis perencanaan programatik ruang, analisis perencanaan penekanan studi dan serta analisis perancangan programatik ruang, analisis perancangan penekanan studi. - Bab VI : Konsep Perencanan dan Perancangan Rumah Susun di Yogyakarta Berisi tentang konsep perencanaan dan perancangan rumah susun yang dapat membawa dampak sehat bagi penghuninya melalui pengolahan sistem pencahayaan dan penghawaan dengan pendekatan prinsip-prinsip rumah sehatalami-sederhana. 07 01 12748 Bab I. Pendahuluan Hal. 11