HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KEJADIAN GINGIVAL LEAD LINE PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SEMARANG ARTIKEL ILMIAH



dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KEJADIAN GINGIVAL LEAD LINE PADA PEKERJA BENGKEL MOTOR DI SEMARANG ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

PENGARUH MASA KERJA DENGAN KEJADIAN GINGIVAL LEAD LINE PADA PEKERJA BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam aktivitas sehari-hari kendaraan bermotor

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat di kota-kota besar terutama pada negara berkembang dengan

ABSTRAK. Kata kunci : gingivitis kehamilan, indeks gingiva modifikasi, usia kehamilan, sosio- ekonomi, pola makan, oral hygiene

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan. tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan tahun 2012

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra usia 9-14 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP DENGAN KEJADIAN DISKOLORASI GIGI (Studi Pada Pekerja Pengasapan Ikan di Desa Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

PERBEDAAN INDEKS PERIODONTAL DAN SKOR PEMBESARAN GINGIVA KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN PENELITIAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran NURUL FADILAH G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

HUBUNGAN ph SALIVA DENGAN KARIES PADA KEHAMILAN TRIMESTER PERTAMA DAN KEDUA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013.

HUBUNGAN KADAR PLUMBUM (Pb) DALAM DARAH DENGAN JUMLAH ERITROSIT PADA PEDAGANG PASAR BUKU BELAKANG SRIWEDARI SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

SKRIPSI HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN STATIS DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB I PENDAHULUAN.

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

HUBUNGAN TINGKAT KESADARAN PENGEMUDI DAN TAHUN KENDARAAN TERHADAP KUALITAS EMISI KENDARAAN DINAS KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) SERTA PENANGGULANGANNYA. Dr. Devi Nuraini Santi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN.

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l)

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN PH SALIVA DAN DERAJAT KARIES GIGI ANTARA SISWA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI SMK WARGA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

HUBUNGAN SUMBER AIR DENGAN DEPOSIT KALKULUS PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MAROS BARU KABUPATEN MAROS

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia vii ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KEJADIAN GINGIVAL LEAD LINE PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SEMARANG CORRELATION BETWEEN WORKS DURATION AND GINGIVAL LEAD LINE EXISTENCE OF STREET VENDORS IN SEMARANG ARTIKEL ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum VERA PALUPI PUTRI G2A 006 191 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2010

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KEJADIAN GINGIVAL LEAD LINE PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SEMARANG Vera Palupi Putri 1), Susanti Munandar 2), Trilaksana Nugroho 3) ABSTRAK Latar belakang : Gingival lead line adalah garis hitam kebiruan yang tampak pada gusi seorang yang terpapar timbal (Pb) secara kronik. Pedagang kaki lima merupakan salah satu pekerja dengan risiko tinggi paparan ini. Semakin lama masa kerjanya semakin banyak paparan timbal yang diterimanya. Akan tetapi belum ada laporan yang menyatakan kekuatan korelasi antara lama masa kerja dengan kejadian gingival lead line pada pedagang kaki lima khususnya di Kota Semarang. Metode : Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 37 responden. Responden merupakan pedagang kaki lima yang bekerja di sekitar 5 ruas jalan utama di Kota Semarang, yaitu Jalan Pandanaran, Jalan Sriwijaya, Jalan Mataram, Jalan Siliwangi, dan Jalan Hayam Wuruk. Data yang didapatkan berupa data primer dari hasil pengukuran langsung terhadap gusi regio anterior responden (kaninus, insisivus 1, insisivus 2 kanan dan kiri). Derajat gingival lead line dinilai menggunakan derajat dari Sudibyo. Analisis data menggunakan uji Spearman s dan diolah dengan fasilitas SPSS. Hasil : Dari penelitian ini didapatkan jumlah sampel yang memiliki gingival lead line sejumlah 28 orang dari total 37 responden dengan masa kerja beragam. Dari 28 sampel tersebut, jumlah responden dengan derajat gingival lead line berat paling tinggi didapatkan pada masa kerja lama (>5tahun). Gejala keracunan timbal telah banyak dikeluhkan responden. Uji Spearman s menghasilkan nilai p=0.742. Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama masa kerja dengan kejadian gingival lead line pada pedagang kaki lima (p>0.05). Kata Kunci: lama masa kerja, gingival lead line, pedagang kaki lima Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2) Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut FK Undip/RS Dr. Kariadi Semarang 3) Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Mata FK Undip/RS Dr. Kariadi Semarang

CORRELATION BETWEEN WORKS DURATION AND GINGIVAL LEAD LINE EXISTENCE OF STREET VENDORS IN SEMARANG ABSTRACT Background:Gingival lead line is a blue-purplish line on the gums seen in chronic lead (Pb) poisoning. Street vendors is a job with high risk lead contamination. The longer the duration of work, the higher the risk of lead contamination. So far there is no research indicating a significant correlation between gingival lead line with duration of work among street vendors in Semarang. Methods: This was an observational research with cross sectional approach, consisted of 37 respondents to be examined. The respondents were street vendors taken from 5 main streets such as Pandanaran, Siliwangi, Sriwijaya, Hayam Wuruk, and Mataram street. The collected data, which was the primary data, was taken from direct measurement of the anterior part of upper and lower gingiva (left and right canines,1st and 2nd incisives). The degree of gingival lead line was classified according to Sudibyo s score. The data were analysed by Spearman s test and processed with SPSS. Result: Derived from 37 respondents, 28 persons showed gingival lead line in their gums with various duration of works. From those who has a highest degree of gingival lead line had long term of works ( more than 5 years). Almost all respondents showed lead poisoning symptoms. Spearman s test valued at p=0.742. Conclution:There was no significant correlation between works duration and gingival lead line existence of street vendors in Semarang (p>0.05). Key words: work duration, gingival lead line, street vendors

PENDAHULUAN Kemajuan bidang transportasi berdampak seperti dua sisi mata uang. Satu sisi, kemajuan ini meringankan beban dan aktifitas manusia, tetapi dari sudut pandang lain, justru memberi dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang timbul adalah tingginya tingkat polusi udara. Polutan penyebabnya sebagian besar adalah cemaran hasil emisi gas buang kendaraan bermotor. Timbal/Plumbum (Pb) adalah salah satu dari hasil emisi berbahaya tersebut.1,2 Unsur timbal dicampurkan ke dalam bensin untuk meningkatkan daya pelumasan sekaligus efisiensi bensin. Lebih dari 70% sisa pembakaran timbal dibuang bersama emisi kendaraan yang lain ke udara sebagai polutan. Timbal diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Keracunan timbal kronis dapat diamati dengan terbentuknya gambaran garis biru kehitaman pada gusi atau dikenal sebagai gingival lead line.1,3,4 Bensin bertimbal telah mulai dihilangkan peredarannya di seluruh dunia karena efek polusinya. Akan tetapi, hingga saat ini kualitas bensin yang beredar di wilayah Kota Semarang belum bebas timbal. Hal ini berbeda dari kota besar lain seperti Jakarta, Cirebon, dan Denpasar yang sudah memulai adanya tindakan pelarangan peredaran bensin bertimbal. 2,5,6 EPA (Agensi Perlindungan Lingkungan) di Amerika Serikat pada tahun 2008 telah menetapkan ambang batas timbal udara yang baru, yaitu 0,15 µg/m3. Ambang ini jauh di bawah panduan kualitas udara lingkungan WHO untuk timbal, yaitu 0,5 hingga 1,0 µg/m3. Sementara Indonesia sendiri masih menetapkan standart baku timbal-udara di bawah 2 µg/m3 per 24 jam (Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999). Membandingkan dengan beberapa standart mutu tersebut, kadar timbal udara di Kota Semarang telah jauh melebihi ambang, yaitu 1,783 µg/m3/4 jam.5,7 Pedagang kaki lima, di sisi lain adalah salah satu profesi yang tersebar hampir di setiap ruas jalan di wilayah Kota Semarang, terutama disekitar jalan-jalan besar. Kemungkinan terpapar partikel timbal akibat polusi dengan kadar yang jauh lebih

tinggi dibanding masyarakat lainnya sangat nyata. Oleh karena itu pembentukan gambaran gingival lead line pun akan lebih cepat, apalagi bila disertai dengan durasi paparan yang panjang. Penelitian yang telah ada sebelumnya baru mengungkap kejadian gingival lead line pada pekerja bengkel dan polisi lalu lintas. Bertolak dari hal ini, peneliti ingin mencari ada tidaknya hubungan antara masa kerja dengan kejadian gingival lead line pada pedagang kaki lima. Selain sebagai marker dini keracunan timbal untuk keselamatan kerja, penelitian juga diharapkan dapat memperkuat data tentang luasnya dampak polusi timbal di Kota Semarang. 1,4,8 METODE Penelitian ini merupakan salah satu penelitian dalam lingkup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Penelitian dilaksanakan selama periode April sampai Mei 2010. Responden didapatkan dari beberapa ruas jalan besar di Kota Semarang. Masalah penelitian ini adalah apakah masa kerja berhubungan dengan kejadian gingival lead line pada pedagang kaki lima. Metode rancangan yang dipakai adalah cross sectional dengan jenis penelitian observasional. Uji korelasi yang digunakan adalah uji Spearman s. Subyek dalam penelitian ini adalah semua pedagang kaki lima di kota Semarang yang memenuhi kriteria inklusi; aktif bekerja sebagai pedagang kaki lima hingga saat penelitian dilaksanakan, lokasi dagang dalam kawasan padat lalu lintas, bekerja lebih dari 5 jam/hari, tidak memakai alat pelindung diri (masker) pada saat bekerja, tidak mempunyai kelainan gusi baik anatomi atau disebabkan keracunan logam lain, dan sebelumnya belum pernah bekerja dengan paparan timbal yang tinggi. 9 Variabel yang diukur pada penelitian adalah masa kerja dan jumlah gingival lead line yang dijumpai. Variabel dinyatakan dalam skala ordinal. Masa kerja diwakili dengan menghitung lama kerja berdasarkan jumlah tahun mulai bekerja hingga tahun saat penelitian dilaksanakan kemudian dinyatakan sebagai berikut dan

dikategorikan menjadi singkat (<1tahun), sedang (1-5tahun), dan lama (>5tahun). Sementara derajat gingival lead line dinyatakan sesuai skor dari Sudibyo, yaitu normal (tidak ada), ringan (lead line pada 1-2 gusi gigi), sedang (lead line pada 3-4 gusi gigi), dan berat (lead line pada >4 gusi gigi) untuk pemeriksaan gusi regio anterior rahang atas ataupun bawah. 10 Data penelitian diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara langsung kepada responden. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan program SPSS for windows dengan uji Saphiro-Wilks dan analisis korelasi Spearman s. HASIL Hasil penelitian yang dilaksanakan dalam periode antara bulan April 2010 hingga Mei 2010 pada lima ruas jalan di kota Semarang (Jalan Pandanaran, Jalan Sriwijaya, Jalan Mataram, Jalan Siliwangi, dan Jalan Hayam Wuruk) berhasil memperoleh 37 sampel. Setelah dilaksanakan proses tabulasi, semua sampel yang diperoleh memenuhi kriteria inklusi, sehingga drop out tidak perlu dilakukan. Karakteristik responden yang diperoleh meliputi karakteristik pendidikan, karakteristik umur, dan lama masa kerja responden sebagai pedagang kaki lima disajikan dalam tabel 1. Sebaran datanya menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang diteliti masih dalam lingkup usia produktif. Berdasarkan tingkat pendidikannya, mayoritas responden belum mengecap bangku SMA maupun bangku perguruan tinggi. Sebagian besar responden telah bekerja sebagai pedagang kaki lima selama lebih dari lima tahun. Distribusi gejala yang dikeluhkan responden tercantum pada tabel 2. Gejala yang paling sering dikeluhkan responden adalah sakit pada persendian (72.97%), mudah lelah (59,46%), sakit kepala dan sering/mudah lupa (43.24%). Data karakteristik responden tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk tabel silang yang menghubungkan variabel lama masa kerja dengan variabel jumlah gusi

yang memiliki gambaran gingival lead line. Sesuai tabel 3, diketahui bahwa pada kategori masa kerja lama (>5 tahun), jumlah responden dengan derajat gingival lead line berat paling tinggi dibandingkan kelompok kerja lainnya. Tabel juga menunjukkan secara kasar adanya kecenderungan semakin lama masa kerja semakin tinggi derajat lead line-nya. Tabel 1. Distribusi karakteristik responden: Tingkat Pendidikan Tidak bersekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Usia < 20 tahun 20-50 tahun >50 tahun Lama Masa Kerja Singkat ( 1 tahun) Sedang ( 1<x 5 tahun) Lama ( >5 tahun) n 3 11 14 8 1 % 8.1% 29.72% 37.84% 21.62% 2.7% 1 25 11 2.7% 67.57% 29.72% 3 13 21 8.1% 35.14% 56.76% Gambar 1. Gambaran gingival lead line yang didapatkan pada penelitian Tabel 2. Distribusi gejala yang dirasakan responden

Gejala Rasa logam di lidah N 4 % 10.81% Sakit kepala 16 43.24% Mudah lelah 22 59.46% Mual-muntah 8 21.62% Sering/mudah lupa 16 43.24% Sakit pada persendian 27 72.97% Peningkatan tekanan darah 15 40.54% Tabel 3. Pengaruh antara lama masa kerja dengan kejadian gingival lead line Katagori masa kerja lama sedang singkat Total Responden Normal 5 2 2 9 derajat lead line ringan sedang 6 3 2 3 0 1 8 7 Total Berat 8 4 1 13 22 11 4 37 Pengujian normalitas data dengan uji Saphiro-Wilks (n<50) menunjukkan sebaran data penelitian tidak normal (masa kerja p=0.000, jumlah lead line p=0.001), sehingga perlu dilakukan transformasi data. Setelah ditransformasi dan diuji normalitasnya kembali, sebagian data baru masih menunjukkan distribusi yang tidak normal (masa kerja p=0.169, jumlah lead line p=0.039). Oleh karena itu, analisis dilanjutkan dengan uji non parametrik, yaitu uji Spearman s, dimana hasil analisisnya didapatkan nilai p=0.742. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama masa kerja dengan kejadian gingival lead line.

PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 responden yang diteliti, rerata lama masa kerja responden adalah sekitar 12 tahun dengan standar deviasi sebesar 11,5 tahun. Berdasarkan analisis hubungan Spearman s, dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama masa kerja dengan kejadian gingival lead line ( p=0.742). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cecilia Oktaria dan Duta Dhanabalan pada tahun 2009 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian gingival lead line pada pekerja bengkel maupun polisi lalu lintas. Perbedaan signifikansi yang terjadi antara kedua penelitian tadi dengan penelitian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam hal metodologi penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan kelompok kontrol untuk dijadikan pembanding, sementara pada penelitian ini kelompok kontrol tidak dipakai. Selain itu, penelitian keduanya menggunakan analisis uji beda untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh masa kerja terhadap terjadinya gingival lead line. Sementara pada penelitian ini digunakan analisis korelasi untuk mencari kekuatan hubungan antar variabel yang diuji. 8,11. Sudibyo dalam bahasannya menjelaskan bahwa mekanisme pembentukan gingival lead line dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah lama masa kerja, dosis timbal yang diterima, tingkat sensitivitas individu, Oral Hygiene Index (OHI), dan Gingivitis Index (GI). Disebutkan pula bahwa tingkat kebersihan mulut atau OHI (Oral Hygiene Index) dan tingkat keradangan gusi atau GI (Gingivitis Index) merupakan faktor dominan yang mempengaruhi proses pembentukan gingival lead line pada rongga mulut. 10

Timbal sebagai penyebab lead line banyak terakumulasi pada jaringan gusi melalui proses sistemik ataupun proses lokal, yaitu absorbsi timbal langsung oleh mukosa rongga mulut. Timbal ini baru akan membentuk lead line setelah bereaksi dengan ion sulfur yang dihasilkan oleh bakteri anaerob di rongga mulut. Hasil reaksi tersebut berupa senyawa timbal sulfat yang kemudian dideposisikan pada membran basalis gusi. Endapan inilah yang memberikan gambaran lead line pada gusi. Sehingga bisa disimpulkan bahwa secara tidak langsung OHI dan GI merupakan faktor penting yang menentukan kualitas pembentukan lead line karena kedua faktor ini erat kaitannya dengan keberadaan bakteri di rongga mulut. 10 Berdasarkan teori tersebut, kurang optimalnya pengendalian variabel perancu oleh peneliti juga dimungkinkan sebagai penyebab ketidaksignifikanan hasil yang diperoleh. Peneliti telah berusaha mengendalikan variabel lain yang berpengaruh terhadap hasil penelitian, akan tetapi karena keterbatasan penelitian, faktor OHI dan GI masih sulit dikendalikan. Selain karena keahlian dalam penilaian yang kurang, kedua faktor ini juga memiliki tingkat variasi individu yang tinggi. Oleh karenanya, peneliti belum mampu mengendalikan secara penuh kedua variabel ini. Lama masa kerja tetap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan timbal secara kronik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabki pada tahun 2002 tentang hubungan antara masa kerja dengan kadar timbal dalam urin. Hasilnya menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara lama masa kerja dengan kadar timbal urin, dimana semakin lama masa kerja semakin tinggi kadar timbal urin walaupun secara statistik hubungan tersebut juga tidak signifikan. Sutomopun juga menyimpulkan bahwa lama masa kerja dalam lingkungan yang terkontaminasi timbal cenderung menyebabkan terjadinya peningkatan kandungan timbal di dalam darah. 12,13 Penelitian-penelitian tersebut setidaknya menjadi rujukan bahwa masa kerja berhubungan dengan peningkatan kadar timbal secara sistemik. Sesuai dengan hasil penelitian Sudibyo pada tahun 1993, timbal dideposisikan secara sistemik, yaitu pada

gusi, hati, otak, darah, dan paling tinggi pada ginjal. Jadi, akumulasi timbal tidak hanya sebatas pada gusi saja. 10 Hasil pengamatan dari sudut pandang gejala yang dialami responden, sebagian besar responden mengeluhkan gejala-gejala yang diduga sebagai akibat keracunan timbal kronik. Gejala utama yang paling banyak dikeluhkan adalah sakit pada persendian (72.97%), mudah lelah (59.46%), sakit kepala dan sering/mudah lupa (43.24%). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kawatu pada tahun 2008 telah dijelaskan juga tentang adanya hubungan positif dan bermakna antara kadar timbal darah dan perasaan kelelahan kerja. Jadi, semakin tinggi kadar timbal darah semakin tinggi pula skor kelelahan kerja. Selain itu, terdapat pula pembuktian bahwa kejadian hipertensi berhubungan positif dan bermakna terhadap kadar timbal darah. Dalam penelitian inipun sebanyak 15 responden (40.54%) juga didapati mengalami peningkatan tekanan darah. 14 Terjadinya keracunan timbal secara sistemik tidak bisa dibuktikan hanya dengan pengamatan gusi dan analisis gejala yang dikeluhkan. Penilaian gingival lead line hanyalah salah satu metode deteksi sederhana keracunan timbal khususnya dari gambaran di rongga mulut sehingga belum dapat mewakili secara penuh tentang keberadaan timbal secara sistemik. Oleh karena itu, masih diperlukan pengkajian lebih lanjut tentang kadar timbal sistemik yang sebenarnya dari pemeriksaan kandungan timbal dalam darah.10 SIMPULAN DAN SARAN Penelitian menghasilkan simpulan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama masa kerja dengan kejadian gingival lead line pada pedagang kaki lima (p=0.742). Hasil yang tidak signifikan ini disebabkan karena kurangnya pengendalian variabel perancu salama proses penelitian. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor risiko lain yang mempengaruhi timbulnya gingival lead

line. Pengendalian variabel perancu seperti pengukuran OHI dan GI juga harus dilakukan seoptimal mungkin. Selain itu perlu juga diteliti kadar timbal dalam darah secara bersamaan untuk melengkapi data penelitian. Kemudian bagi para pedagang kaki lima, sebaiknya perlu diadakan penyuluhan tentang efek negatif dari paparan timbal yang berkepanjangan. Perlu juga diberikan himbauan pemakaian alat pelindung diri selama bekerja demi mengurangi risiko timbulnya keracunan timbal kronik. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam kesempatan ini, penulis ingin berterima kasih kepada dr. Ahmad Ismail, Msi.Med dan Dr. drg. Oedijani Santoso, MS sebagai dosen penguji yang banyak memberikan saran dan masukan dalam penelitian ini. Tidak lupa, penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. drg. Sudibyo, Sp.Perio(K) atas semua bimbingannya. DAFTAR PUSTAKA 1. Santi DN. Pencemaran udara oleh timbal (Pb) serta penanggulangannya. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.[serial online];2001.[cited on October 2009]. USU digital library 3. 2. Prehati.Dampak pemakaian bensin bertimbal dan kesehatan. Jakarta: KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbal)[serial online];2005.[cited November 2009]. Available from: http://kpbb.net.id. 3. Subbid Pemantauan Pencemaran Jawa Barat. Pencemaran Pb (Timbal) [homepage on the internet];17 Februari 2009.[cited October 20 2009]. Available from http://www.rifamedia.co.cc. 4. Timbal.[serial online]. 2006.[cited October 12 2009]. Available from http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/timbal.pdf. 5. Soetrisno. Amerika Serikat memperketat standar emisi timbale [homepage on the internet]; 2008.[cited Februari 24 2010]. Available from: http://www.chemis-try.org.

6. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Atlas kualitas udara kota Semarang [monograph online]. Pemerintah Propinsi Jawa Tengah; November 22 2006 [cited december 3 2009]. 7. Hubungan antara pemaparan timbal lingkungan dengan kadar timbal darah pada anak usia 5-10 tahun [homepage on the internet];2006.[cited February 2010]. Available from: http//www.m3.undip.org. 8. Dhanabhalan D. Pengaruh masa kerja dengan kejadian gingival lead line pada pekerja bengkel kendaraan bermotor di Kota Semarang. Universitas Diponegoro Semarang; 2009. 9. Sastroasmoro,S., Ismael,S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis Edisi ke3. Semarang: Sagung Seto; 2008. 10. Sudibyo. Gusi sebagai tolak ukur keracunan kronis timah hitam. Universitas Gajah Mada Yogyakarta; 1993. 11. Oktaria P, Cecilia. Pengaruh masa kerja dengan kejadian gingival lead line pada polisi lalu lintas di Kota Semarang. Universitas Diponegoro Semarang; 2009. 12. Sabki. Hubungan masa kerja, lama kerja, lokasi kerja dengan kadar timbal dalam urine petugas pencatat waktu angkutan kota Yogyakarta. Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta; 2003. 13. Sutomo, Adi Heru. Pengaruh lama kerja terhadap kontaminasi timbal di kalangan pekerja pengelola uang di Yogyakarta. Bagian IKM FK UGM. Yogyakarta: 2003. 14. Kawatu PAT. Kadar Timbal darah, hipertensi, dan perasaan kelelahan kerja pada petugas stasiun pengisian bahan bakar umum di Kota Manado. Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta; 2008.