BAB I PENDAHULUAN. Bagian Akuntansi dan Pelaporan merupakan organisasi sektor publik yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dapat melayani masyarakat dalam memenuhi keperluannya.

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN Keadaan Ekonomi Daerah. Tabel 1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD. Realisasi Pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. yang baik atau yang biasa disebut sebagai good government governance termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling. diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. dituntut dapat disajikan secara transparan dan akuntabel. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di pusat maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagian Akuntansi dan Pelaporan merupakan organisasi sektor publik yang berada di dalam lingkup Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang mengelola keuangan daerah hal itu sesuai dengan visinya yaitu Terwujudnya good governance dalam pengelolaan keuangan daerah yang prima. Dalam pengelolaannya seorang akuntan mempunyai peran terutama dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Penyampaian laporan keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi yang diterima secara umum merupakan upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Dewasa ini, akuntabilitas kerja telah menjadi salah satu item yang tercantum di dalam dasar hukum atau aturan organisasi. Karenanya organisasi diwajibkan secara hukum untuk memenuhi akuntabilitas organisasinya dengan kinerja yang diperolehnya. Kinerja organisasi dapat diraih dengan mengefektifkan dan mengefesiensikan hasil dari proses organisasi, yakni perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, serta pertanggungjawaban publik. Akuntabilitas kinerja merupakan salah satu kata kunci bagi terwujudnya good gevernance dalam pengelolaan organisasi publik. Maka akuntansi sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik. Proses

2 inilah yang menentukan penilaian keberhasilan sebuah organisasi publik dalam mencapai tujuannya. (Indar Bastian, 2010). Sebagai wujud akuntabilitas kinerja Bagian Akuntansi dan Pelaporan di Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBD yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, dan pertaggungjawaban, baik dalam bentuk laporan kinerja maupun laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Laporan Kinerja disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD berupa laporan keuangan. Laporan keuangan yang disampaikan ke DPRD adalah laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK. Laporan keuangan yang telah diaudit ini selambat-lambatnya disampaikan kepada lembaga legislatif selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Hasil pemeriksaan keuangan oleh BPK akan menghasilkan opini yang merupakan pernyataan profesional pemeriksaan mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan. Ada empat macam opini yang diberikan pemeriksa menurut Mursyidi (2009:19), yaitu wajar tanpa pengecualian (WTP), wajar dengan pengecualian (WDP), tidak wajar, dan menolak memberikan opini. Pendapat lain menyebutkan terdapat lima bentuk pendapat, yaitu wajar tanpa pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan paragrap penjelas, wajar dengan pengecualian, tidak wajar, dan tidak memberikan pendapat (Mahmudi, 2010:38).

3 Empat Tahun Anggaran ini Badan Pemeriksa Keuangan memberikan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) untuk laporan pemeriksaan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pendapat wajar tanpa pengecualian merupakan pendapat yang paling tinggi dilihat dari kualitas laporan yang disajikan, artinya laporan keuangan yang disajikan pemerintah telah disajikan secara wajar untuk semua pos (akun) yang dilaporkan, tidak terdapat salah saji yang material, dan tidak ada penyimpangan dari standar akuntansi atau prinsip akuntansi (Mahmudi, 2010:38). Provinsi jawa barat meraih opini WTP untuk pertama kalinya atas kewajaran penyajian LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) yang mendasarkan pada kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan pada Tahun Anggaran 2011. Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan oleh BPK pada tahun 2011, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah melakukan inventarisasi dan penelusuran sehingga piutang pajak dan retribusi sudah mencerminkan hak daerah yang sebenarnya, telah melakukan stock opname atas seluruh persediaan yang dimiliki, serta telah menyajikan aset tetap dengan nilai wajar dan menelusuri aset tetap yang tidak diketahui keberadaannya. Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak menyajikan kembali Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010. Tahun anggaran 2012 Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendapatkan kembali opini terbaik WTP dari pemerintah pusat dan dari BPK. Untuk meraih opini WTP Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Dinas-dinas yang berada di tingkat provinsi Jawa Barat harus menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan capaian standar tertinggi dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah.

4 Tahun anggaran 2013 merupakan ke tiga kalinya Provinsi Jawa Barat meraih opini WTP dari BPK, dan Tahun anggaran 2014 Pemerintah Provinsi Jawa Barat kembali meraih opini WTP dari BPK. Menurut opini BPK, Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa barat menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tanggal 31 Desember tahun mulai dari 2011, 2012, 2013 dan 2014, Realisasi Anggaran, Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Untuk memperoleh keyakinan memadai atas kewajaran laporan keuangan, selain melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundangundangan. Laporan hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundangundangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan. Penelitian ini berfokus pada bagaimana peran akuntan bergelar Ak sebagai pelaku pembuat laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Indonesia yang berada di organisasi sektor publik membantu dalam mewujudkan akuntabilitas publik. Berdasarkan hasil observasi yang dilakuklan, penulis menemukan dua orang sarjana yang bergelar Ak dari 19 orang pegawai yang berada di Bagian Akuntansi dan Pelaporan Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dari dua orang akuntan tersebut satu diantaranya di pindahkan ke bagian evaluasi pada bulan maret 2015. Maka penulis bekerjasama dengan pegawai yang bersarjana Ak salah

5 satunya lagi dalam penyusunan skripsi ini, beliau bernama (inisial) D.M SE., Ak., M.Ak., CA merupakan kepala sub bagian akuntansi dan pelaporan satu dan berperan dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 58 OPD. Riwayat pekerjaan beliau pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 beliau sebagai asisten dosen pada bidang pengabdian kepada masyarakat pusat pengembangan akuntansi fakultas ekonomi Unpad, tahun 2006 sampai sekarang PNS Pemprov Jawa Barat, tahun 2006 sampai 2011 sebagai staf Bagian Akuntansi dan Pelaporan Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Barat, 2011 sampai tahun 2012 sebagai Kasubag Penerimaan Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Barat, tahun 2012 sampai sekarang beliau sebagai Kasubag Akuntansi dan Pelaporan Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Barat. Adapun absen masuk kerja Pak DM, penulis menghimpun data dari bulan Januari sampai dengan Juni 2015 sebagai berikut: Tabel 1.1 Rekapitulasi Absen Pak DM Bulan Januari-Juni 2015 No Bulan Keterangan TM TMTB DL Jumlah Hari Kerja 1 Januari 2 1 21 2 Februari 4 6 19 3 Maret 8 8 22 4 April 5 21 5 Mei 9 19 6 Juni 8 21 Total 2 13 36 123 (Sumber: Hasil Pengolahan Data 2015) Keterangan : TM : Tidak Masuk

6 TMTB DL : Tidak Masuk Tugas Belajar : Dinas Luar Tabel diatas menunjukan tingkat kehadiran Pak DM. Keterangan tidak masuk 2 hari, keterangan tidak masuk tugas belajar 13 hari dan dinas luar 36 hari dari total jumlah hari kerja 123 hari dari bulan Januari hingga Juni 2015. Maka tingkat kehadiran Pak DM lebih besar daripada total ketidakhadiran dari keterangan Tidak Masuk (TM), Tidak Masuk Tugas Belajar (TMTB), dan Dinas Luar (DL). Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa penting melakukan penelitian maka penulis tertarik mengambil judul Peran Akuntan pada Organisasi Sektor Publik untuk Mewujudkan Akuntabilitas Publik (Studi Penelitian Bagian Akuntansi dan Pelaporan di Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat). B. Rumusan Masalah Melihat pentingnya penyusunan dan penyajian laporan keuangan dengan capaian standar tertinggi dalam akuntansi dan pelaporan keuangan sebagai perwujudan akuntabilitas publik yang baik oleh akuntan berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana peran akuntan pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan di Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2. Bagaimana penerapan akuntabilitas publik pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan di Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

7 3. Bagaimana peran akuntan pada organisasi sektor publik untuk mewujudkan akuntabilitas publik (studi penelitian pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan di Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat). C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penalitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Mengetahui tentang bagaimana peran akuntan pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan di Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. b. Mengetahui tentang bagaimana penerapan akuntabilitas publik pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan di Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. c. Mengetahui tentang bagaimana peran akuntan pada organisasi sektor publik untuk mewujudkan akuntabilitas publik (studi penelitian Bagian Akuntansi dan Pelaporan di Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat). 2. Manfaat Penelitian a. Aspek Teoritis Memperkaya penelitian tentang peran akuntan untuk mewujudkan akuntabilitas publik. b. Aspek Praktis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas akuntan di bagian akuntan dan pelaporan Biro Keuangan

8 Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar dapat menjadi panutan bagi organisasi sektor publik lain yang belum meraih opini WTP dari BPK. D. Kerangka Pemikiran Salah satu aspek terwujudnya akuntabilitas publik dalam keuangan adalah adanya akuntan yang berperan menyusun laporan keuangan dengan sistem akuntansi. Seorang akuntan dituntut untuk memiliki profesionalitas kerja dan ilmu pengetahuan di bidangnya sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-Isra : 36, sebagai berikut: Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawaban. Pada ayat diatas ada suatu keterkaitan dengan judul yang penulis ambil yaitu peran akuntan pada organisasi sektor publik untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Akuntan adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan di bidang akuntansi ketika dihadapkan pada dunia kerja sesuai profesinya akan diminta pertanggungjawaban, dalam hal ini akuntabilitas sebagai perwujudannya. Lebih lanjutnya penulis akan membahas terlebih dahulu tentang pengertian akuntansi, akuntan dan akuntabilitas publik itu sendiri sehingga peneliti dapat

9 menggambarkan secara jelas kerangka pemikiran yang akan dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya. Abdul Halim, (2012:16) Akuntansi pada organisasi sektor publik merupakan sarana yang dapat berperan dan membantu organisasi sektor publik untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Berdasarkan hal tersebut, akuntansi sebagai bentuk laporan sedangkan akuntan adalah orang yang mempunyai pengetahuan di bidang akuntansi. Seperti yang di tetapkan dalam Undang-undang No. 34 tahun 1954 dalam buku Soemarso (2003:14) akuntan merupakan gelar bagi mereka yang lulus ujian-ujian akuntansi. Tenaga-tenaga akuntansi secara umum dapat didefinisikan sebagai mereka yang mempunyai pengetahuan di bidang akuntansi. Akuntabilitas (accountability) secara harfiah dapat diartikan sebagai pertanggung jawaban. Namun penerjemahan secara sederhana ini dapat mengaburkan arti kata accountability itu sendiri bila dikaitkan dengan pengertian akuntansi dan manajemen. Governmental Accounting Standard Board (GASB) di Amerika Serikat mendefinisikan istilah accountability sebagai the requirement for government to answer to the citizenry to justify the raising of public resources and the purposes for which they used. Mardiasmo, di dalam buku Abdul Halim, (2012:16) Akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

10 Dari hasil sidang komisi kode etik indonesia dalam prosiding kongres IAI ke VII di Jakarta 23-25 September 1998 di dalam buku Auditing (Sukrisno, 2007:41), seorang akuntan memiliki prinsip etika profesi di dalam Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia, ini dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesinya. Prinsip tersebut yaitu: 1. Tanggung jawab profesi 2. Kepentingan umum (publik) 3. Integritas 4. Obyektivitas 5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional 6. Kerahasiaan 7. Perilaku profesional 8. Standar teknis Prof. DR. Tjahya Supriatna, SU. di dalam bukunya yang berjudul Akuntabilitas Pemerintahan dalam Administrasi Publik (2000:68), untuk mewujudkan prinsip akuntabilitas dalam pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab maka dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Merumuskan prosedur dan mekanisme kerja yang jelas tepat dan benar yang diatur dalam perundang-undangan dengan mengutamakan pelayanan pada masyarakat.

11 2. Mempertanggungjawabkan hasil kerja, terutama berkaitan dengan kepentingan umum. 3. Memberikan sanksi yang tegas bagi aparat yang melanggar hukum. 4. Menciptakan iklim informasi dan komunikasi yang terbuka dan transparan. 5. Terkendalikannya kontrol sosial, institusi dan manajemen yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menciptakan pemerintahan yang good governance salah satunya adalah dengan menerapkan mekanisme akuntabilitas publik pada organisasi sektor publik. Akuntabilitas publik tersebut dilakukan melalui kewajiban organisasi sektor publik untuk mampu menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi dan aturan perundang-undangan yang berlaku, serta mudah di akses oleh publik. Untuk dapat menyusun laporan keuangan yang andal dan relevan diperlukan sistem dan prosedur akuntansi yang baik. Sistem dan prosedur akuntansi yang baik memerlukan tenaga akuntan yang tentunya mempunyai pengetahuan di bidang akuntansi serta mampu menerapkan prinsip-prinsip etika profesi dalam pemenuhan tanggungjawab profesinya. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dan untuk menyederhanakan model penelitian, maka model penelitian penulis sajikan dalam gambar kerangka pemikiran di bawah ini:

12 Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran Peran Akuntan untuk Mewujudkan Akuntabilitas Publik Peran Akuntan (Variabel X) 1. Tanggung jawab profesi 2. Kepentingan umum 3. Integritas 4. Obyektivitas 5. Kompetensi dan kehati-hatian professional 6. Kerahasiaan 7. Perilaku professional 8. Standar teknis (Sumber: KongresnIAI ke VII) Akuntabilitas Publik (Variabel Y) 1. Merumuskan prosedur dan mekanisme kerja 2. Mempertanggungjawabkan hasil kerja 3. Menberikan sanksi yang tegas bagi aparat yang melanggar hukum 4. Menciptakan iklim informasi dan komunikasi yang terbuka dan transparan 5. Terkendalinya kontrol sosial, institusi dan manajemen yang dapat dipertanggungjawabkan (Sumber: Tjahya Supriatna, 2000:68) (Sumber: Hasil Pengolahan Data 2015)