HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA. Indarwati Anjar Prabaningrum ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

ABSTRAK. Kata kunci : Penyesuaian Diri, Menantu pria, Mertua

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA. Mia Retno Prabowo Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MASA DEWASA AWAL. Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

dalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah p

Bab 3 METODE PENELITIAN. mengenai komunikasi interpersonal menantu dan ibu mertua pada pasangan

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN BEDA USIA (Studi Pada Istri Yang Berusia Lebih Tua Daripada Usia Suami) SKRIPSI

Bab 5 PENUTUP. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi. bersama, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB III METODE PENELITIAN. yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

BAB III METODE PENELITIAN. yang dialami individu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Herdiansyah. sehingga mampu mengembangkan pola dan relasi makna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,

Turner, J. S., & Helms, D. B. (1995). Lifespan development (5 th ed.). New York: Harcourt Brace. Waldrop, A. E., Resick, P. A. (2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah studi kasus eksploratif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

HARGA DIRI PRIA YANG MENGALAMI PENSIUN DINI ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Perkembangan Sepanjang Hayat

ABSTRAK. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

SILABUS JUDUL MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS SEMESTER : 5 DOSEN :

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

B. Pertanyaan Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan taylor (dalam Moleong, 2009) Peneliti memilih

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

Kecerdasan Emosi Pada Pemain Biola Remaja Putra. Disusun Oleh : NPM : Jurusan : Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk menggambarkan locus of control pada pasangan suami isteri yang hamil

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. adat ( kebiasaan ), tujuan gaya hidup dan semacamnya.

BAB III. pemahaman yang mendalam mengenai kondisi psychological well being pada istri

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Metode

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

DAFTAR PUSTAKA. American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b)

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Dinamika Psikologis Mahasiswa Aktif yang Menikah di Masa Studi

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA Indarwati Anjar Prabaningrum ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan harga diri seorang suami yang tinggal di rumah mertua, dimana dalam penelitian ini seorang suami yang sudah lama menikah dan bahkan sudah memiliki anak, namun masih tinggal di rumah mertua, pria yang demikian dikatakan tidak berhasil dalam memberikan nafkah dan kebebasan bagi istri dan anaknya. Dalam kehidupan masyarakat, hal tersebut masih dianggap sebagai sesuatu hal yang melanggar norma masyarakat, karena pasangan yang sudah lama menikah seharusnya sudah dapat hidup mandiri tanpa terus menerus membutuhkan bantuan dari orangtua. Keberadaan seorang suami yang tinggal di rumah mertua tersebut dapat menimbulkan penurunan harga diri pada seorang suami dikarenakan sebagian besar seorang suami menginginkan untuk memiliki keluarga yang mandiri tanpa ada orangtua ataupun mertua. Dari penjelasan diatas, maka bisa terjadi permasalahan hubungan antara mertua dan menantu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur yang dikemukakan oleh Moleong (2004), yaitu wawancara yang dilakukan bersifat bebas dalam interviewee memberikan respon, dan observasi non partisipan yang dikemukakan oleh Riyanto (1996), dimana observer tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan observee. Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, alat perekam, dan catatan kecil beserta alat tulis. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang subjek dan masing-masing subjek terdapat 3 orang terdekatnya (significant other), dengan karakteristik seorang suami berusia minimal 30 tahun, memiliki anak minimal satu orang anak, dan memiliki pekerjaan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi adalah dilihat dari komponen harga diri (Rice, 1981) ketiga subjek memiliki perasaan diterima (feeling of belongingness) di rumah mertua. Pada perasaan mampu (feelings competent) pada subjek pertama masih belum mampu memiliki tempat tinggal sendiri karena ekonomi yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, pada subjek kedua sudah mampu memiliki tempat tinggal sendiri namun mertua menentukan dimana subjek dan istri tinggal, dan pada subjek ketiga masalah ekonomi yang cenderung masih kurang, membuat subjek ketiga belum mampu memiliki tempat tinggal sendiri. Pada perasaan berharga (feeling of worth) subjek pertama dan kedua memiliki perasaan berharga di rumah mertua dikarenakan merupakan anak laki-laki satu-satunya, dan pada subjek ketiga merasa berharga karena keberadaan dirinya sering dibutuhkan di rumah mertua. Pada karakteristik harga diri (Coopersmith dalam Wulan, 1997), pada subjek pertama dan kedua cenderung memiliki karakter yang sesuai dengan karakteristik harga diri tinggi. Sedangkan pada subjek ketiga cenderung memiliki karakter yang sesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang dekat dengan mertua, dan pada subjek subjek kedua, mertua cenderung menguasai dan ikut campur dalam urusan rumah tangga subjek. Kata Kunci : Harga Diri, Suami, Mertua

PENDAHULUAN Bagi kebanyakan orang, perkawinan merupakan suatu kejadian penting dalam hidup. Memilih pasangan hidup dan mempersiapkan kehidupan perkawinan merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa muda. Jika pasangan suami istri masih memiliki umur antara 15 dan 20 tahun, maka mereka dianggap masih terlalu muda untuk dapat mengurus rumah tangga sendiri, karena itu mereka biasanya tetap tinggal bersama orangtua salah seorang dari keduanya, sampai mereka dianggap mampu mengurus diri sendiri (Koentjaraningrat, 1984). Namun, jika pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan bahkan sudah memiliki anak, hal tersebut seharusnya tidak terjadi dalam membina keluarga, apalagi jika pasangan tersebut tinggal dengan orangtua dari pihak istri (Koentjaraningrat, 1984). Menurut John (dalam Sukirya, www.e-psikologi.com) suami atau lelaki, jika meminta bantuan pada orang lain dapat diartikan sebagai lelaki yang lemah dan tidak dapat mandiri. Mungkin masih bisa dikatakan baik jika pasangan suami istri tinggal bersama orangtua dari pihak suami, karena jika tinggal bersama orangtua dari pihak istri, mungkin akan terjadi penurunan harga diri pada suami dikarenakan tidak adanya penghargaan keberadaan atau penerimaan di rumah tersebut. Menurut Rosenberg (dalam Wulan, 1997) harga diri juga merupakan penilaian yang diberikan oleh orang lain. Jadi, harga diri bisa dikatakan rendah oleh orang lain, jika seseorang dianggap melanggar norma masyarakat. Begitu juga harga diri seorang suami yang masih tinggal di rumah mertua, yang dipandang oleh masyarakat khususnya mertua, yang dianggap melanggar norma masyarakat, karena setiap pasangan suami istri yang sudah lama menikah, seharusnya sudah dapat hidup mandiri tanpa membutuhkan bantuan yang terus menerus dari orangtua. Bagi suami, sebagian dari mereka memiliki pemikiran ingin memiliki keluarga yang mandiri tanpa ada orangtua atau mertua. Namun, sebagian lagi memiliki pemikiran masih membutuhkan orangtua atau mertua untuk membantu mengurus rumah tangganya. Perasaan yang dimiliki oleh suami yang tinggal dengan mertua, jika mereka menginginkan untuk mempunyai keluarga yang mandiri adalah perasaan menginginkan menjadi seorang kepala keluarga yang bijaksana dan bertanggung jawab pada keluarganya. Dari gambaran harga diri seorang suami di atas, maka bisa saja terjadi masalah antara mertua dan menantu. Memang, kadang ada mertua yang dapat menerima anak dan menantunya tinggal bersama atau bahkan sikap yang tidak perhatian dari mertua. Awalnya sikap tersebut mungkin bisa berhasil atau mungkin dianggap sebagai hal yang biasa, tetapi jika tidak segera disadari dan diambil tindakan nyata, maka cepat atau lambat permasalahan ini tentu akan memiliki dampak yang tidak menyenangkan baik bagi mertua dan menantu maupun bagi seluruh anggota keluarga besar (dalam Sukirya, www.epsikologi.com). Dari penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui bagaimana gambaran harga diri seorang suami yang tinggal di rumah mertua?, mengapa suami yang tinggal di rumah mertua memiliki harga diri yang demikian?, dan bagaimana proses perkembangan harga diri suami yang tinggal di rumah mertua?. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat harga diri suami yang tinggal di rumah mertua, faktor-faktor yang menyebabkan

harga diri suami yang tinggal di rumah mertua, dan proses perkembangan harga diri suami yang tinggal di rumah mertua. Manfaat dari penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberi masukan yang berguna, bahwa suami yang tinggal di rumah mertua dapat memiliki harga diri yang tinggi jika seorang suami mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Selain itu juga penelitian ini dapat memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa suami yang tinggal di rumah mertua juga memiliki hubungan yang cukup baik dengan mertua. Sedangkan manfaat teoritis diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial. Kemudian penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya mengenai harga diri suami yang tinggal di rumah mertua. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat pada pembaca dan menggambarkan berbagai permasalahan guna meningkatkan harga diri pada suami yang tinggal di rumah mertua.

TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Harga Diri Definisi harga diri menurut Rosenberg (dalam Wulan, 1997) harga diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya yang ditampilkan melalui sikap positif atau negatif terhadap dirinya. Coopersmith (dalam Adler, 1997) berpendapat bahwa harga diri sebagai suatu penelitian diri yang dilakukan oleh seorang individu dan biasanya berkaitan dengan dirinya sendiri, penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan atau penolakkan dan menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga. Dari penjelasan definisi harga diri di atas, dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian terhadap diri sendiri yang mencerminkan sikap penerimaan atau penolakkan dan menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga. 2. Komponen Harga Diri Menurut Rice (1981), penilaian diri positif atau negatif ini ditentukan oleh tiga hal yaitu : a. Perasaan diterima (feeling of belongingness) dalam suatu kelompok dimana individu berada. Apabila seseorang merasa menjadi bagian atau diterima dalam kelompoknya maka ia akan menilai dirinya positif. b. Perasaan mampu (feeling competent) yaitu keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri. c. Perasaan berharga (feeling of worth) yaitu perasaan seseorang yang sering ditampilkan dari kenyataan-kenyataan pribadi seperti kebaikan, kecerdasan, dan lain-lain. 3. Karakteristik Harga Diri Harga diri seseorang (Coopersmith dalam Wulan, 1997) dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : a. Harga diri yang tinggi pada seseorang, memiliki pengaruh terhadap orang lain, mampu mengontrol keadaan, aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik, dapat menerima kritik dengan baik, percaya kepada persepsi dan dirinya sendiri, dapat menyesuaikan diri dengan mudah pada suatu lingkungan yang kurang jelas. b. Harga diri moderat pada seseorang, mempunyai gambaran pengalaman yang disukai individu. Individu yang mempunyai harga diri moderat, memiliki banyak persamaan dengan individu yang memiliki harga diri tinggi. c. Harga diri yang rendah pada seseorang, takut mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan sosial sehingga merasa tidak yakin bahwa orang lain akan menyukai dirinya, dan terlihat sebagai orang yang mudah putus asa. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri Menurut Wirawan (1998) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri seseorang yaitu : a. Fisik. Seperti ciri fisik dan penampilan wajah. b. Psikologis. Seperti kepuasan kerja, persahabatan, kehidupan romantis.

c. Lingkungan Sosial. Seperti orangtua dan teman sebaya. d. Tingkat Inteligensi. e. Status Sosial Ekonomi. f. Ras dan Kebangsaan. g. Urutan Kelahiran. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa harga diri seseorang dapat meningkat, jika orang tersebut memiliki faktor-faktor harga diri yang mendukungnya. 5. Definisi Suami Suami adalah pria dewasa yang sudah menikah dan pencari nafkah utama bagi keluarga yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita. 6. Tanggung Jawab Suami Tanggung jawab seorang suami tidak sekedar memberi nafkah kepada istrinya. Menurut Thalib (1995) tugas, fungsi dan posisi suami ditetapkan sebagai orang yang mengatur, mendidik, meluruskan masalah yang terjadi dalam rumah tangga dan memberi komando dalam rumah tangganya. Jadi, seorang suami bertanggung jawab atas pemenuhan materi dan kehidupan istri. Menghayati norma tanggung jawab suami terhadap istri merupakan kunci untuk dapat membangun perkawinan yang penuh dengan perasaan cinta dan kasih sayang. 7. Definisi Mertua Mertua adalah orangtua dari istri atau suami kita yang umumnya memiliki usia sekitar 40 sampai 60 tahun ke atas. 8. Hubungan Mertua dan Menantu Purnomo (1994) menjelaskan hubungan tersebut dalam beberapa kemungkinan, yaitu : a. Mertua turut campur dalam urusan anak atau menantu. Bila anakmenantunya terlihat berada dalam konflik, maka mertua akan memberikan nasehat tanpa melihat terlebih dulu yang sebenarnya menjadi masalah. b. Mertua tidak mau berurusan dengan anak atau menantu. Mertua tidak mau mencampuri sedikit pun, sebab baginya tugas membesarkan anak sudah selesai, walaupun mereka masih ikut di rumahnya. c. Mertua tunduk pada menantu. Apa yang dikatakan menantu baginya selalu benar dan dituruti. Alasan mertua tunduk pada menantu yang berasal dari keluarga kaya, ningrat dan berpendidikan karena mertua merasa bangga mempunyai menantu yang seperti itu. d. Mertua yang menguasai menantu. Segalanya diatur sampai hal yang terkecil. Keadaan mertua yang selalu ingin menguasai menantunya dapat terjadi bila pada awal perkawinan mereka diharuskan menuruti syaratsyarat yang ditetapkan mertua. e. Mertua yang dekat dengan menantu. Mereka mau menerima kritik dan saran dari menantu serta dapat dimintai saran dan nasehat oleh menantunya, baginya menantu adalah anaknya juga.

METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Basuki (2006) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial. 2. Subjek Penelitian Karakteristik subjek dalam penelitian ini antara lain seorang suami berusia minimal 30 tahun yang tinggal di rumah mertua, memiliki anak minimal satu orang, dan memiliki pekerjaan. Jumlah subjek yang akan diteliti adalah 3 orang subjek, dan masing-masing subjek terdapat 3 orang terdekatnya (significant other). 3. Tahap-Tahap Penelitian Adapun terhadap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian meliputi beberapa tahapan, yaitu : a. Tahap persiapan penelitian Tahap persiapan sebelum diadakannya penelitian adalah menyiapkan instrumen (alat) yang akan digunakan dalam penelitian. b. Tahap pelaksanaan penelitian Peneliti melakukan pendekatan dengan subjek dan membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan tempat, selanjutnya penelitian memindahkan hasil rekaman kedalam bentuk verbatim tertulis. Kemudian peneliti melakukan analisis data dan interpretasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data diatas. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara dengan pedoman umum yang dikemukakan oleh Poerwandari (1998), dimana peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan. b. Observasi Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk observasi non partisipan oleh Riyanto (1996), dimana observer tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan observee. 5. Alat Bantu Pengumpul Data Dalam penelitian studi kasus ini, peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, alat perekam (tape recorder), dan buku atau catatan kecil beserta alat tulis. 6. Keakuratan Penelitian Dalam Moleong (1990), triangulasi merupakan suatu bentuk teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar

data itu. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1998) triangulasi dapat dibedakan dalam 4 macam yaitu : a. Triangulasi data, yakni digunakannya variasi sumber-sumber data yang berbeda. b. Triangulasi peneliti, digunakannya beberapa peneliti atau evaluator yang berbeda, setelah didapatkan data, peneliti mengadakan pengecekkan kembali dengan significant other yang bersangkutan terhadap data yang telah ada. c. Triangulasi teori, digunakannya beberapa perspektif yang berbeda untuk menginterpretasi data yang sama. d. Triangulasi metodologis, penggunaan beberapa metode yang berbeda untuk meneliti suatu hal yang sama. 7. Teknik Analisis Data Menurut Marshall dan Rossman (1995), dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan : a. Mengorganisasikan Data Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth interview), dimana data direkam dengan tape recorder dibantu dengan alat tulis lainnya. b. Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema, dan Pola Jawaban Dalam penelitian ini, analisis dilakukan pertama kali terhadap masingmasing kasus. Pada bagian kedua dari analisis, peneliti melakukan analisis antar kasus, tujuannya untuk mengungkap persamaan dan perbedaan antar subjek. c. Menguji Asumsi atau Permasalahan Pada tahap ini katagori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II. Sehingga dapat dicapai dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teori dengan hasil yang dicapai. d. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data Berdasarkan pada kesimpulan yang telah didapat dari kaitan tersebut, penulis mencari suatu alternatif penjelasan yang lain. e. Menulis Hasil Penelitian Penulisan analisis data masing-masing subjek telah berhasil dikumpulkan, merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai.

HASIL DAN ANALISIS Tabel.1 Gambaran Umum Karakteristik Subjek Penelitian KETERANGAN SUBJEK 1 2 3 Nama / Inisial MS TMS DM Jenis Kelamin Pria Pria Pria Usia 40 tahun 42 tahun 31 tahun Pendidikan SMA S1 SMA Pekerjaan Karyawan Swasta Guru Satpam Suku Bangsa Sunda Sunda Sunda Agama Islam Islam Islam Posisi dalam keluarga 5 dari 9 3 dari 5 3 dari 4 Tabel.2 Gambaran Umum Analisis Biografi Subjek Pertama PERISTIWA TAHUN PENGHAYATAN Sebelum menikah 1990 Subjek merasa cukup mampu untuk memenuhi subjek sudah kebutuhan keluarganya. bekerja di bidang otomotif Subjek menikah 1991 Subjek menikah dengan istri setelah memiliki hubungan dekat yang cukup lama, dan langsung tinggal di rumah mertua. Subjek mencoba keluar dari rumah mertua. Subjek mencoba 1992 Istri subjek meminta untuk kembali ke rumah mertua keluar dari rumah dikarenakan istri subjek sedang hamil anak pertama. mertua Subjek kembali ke rumah mertua dan 1993 Subjek dan istri merasa senang tinggal di rumah mertua dikarenakan mertua membantu mengurus anak. istri melahirkan anak pertama Kelahiran anak 1997 Subjek dan istri masih tinggal di rumah mertua. kedua Istri mendapatkan 2005 Subjek dan istri tetap tinggal di rumah mertua rumah dari dikarenakan rumah yang didapat dari kantor istri kantornya memiliki jarak yang cukup jauh dari rumah mertua dan dari tempat kerja subjek dan istri.

Tabel.3 Gambaran Umum Analisis Biografi Subjek Kedua PERISTIWA TAHUN PENGHAYATAN Sebelum menikah Sebelum Subjek menjadi guru honorer dan dengan subjek sudah 1998 penghasilannya, subjek sudah mampu memiliki sebuah bekerja sebagai rumah di daerah Cileungsi. guru Subjek menikah 1998 Subjek menikah dengan istri setelah memiliki hubungan dan mulai tinggal yang cukup lama dengan istri, dan mertua di rumah mertua menginginkan subjek dan istri untuk tinggal di rumah mertua, walaupun subjek sudah memiliki tempat tinggal pribadi. Kelahiran anak 2000 Istri melahirkan anak pertama dan mertua membantu pertama mengurus anak subjek pada saat subjek dan istri sedang bekerja. Subjek membangun 2006 Subjek membangun sebuah rumah, dimana letaknya ditentukan oleh mertua yang berada disamping rumah tempat tinggal mertua, yang sebenarnya subjek kurang menyukainya dikarenakan masih terikat dengan mertua. Tabel.4 Gambaran Umum Analisis Biografi Subjek Ketiga PERISTIWA TAHUN PENGHAYATAN Subjek sudah sebelum Subjek memiliki pekerjaan tidak tetap, sehingga subjek bekerja namun 2004 belum memiliki penghasilan yang tetap. berpindah-pindah perusahaan Subjek menikah 2004 Subjek menikah dengan istri setelah memiliki hubungan dan mulai tinggal di rumah mertua dekat yang cukup lama, dan langsung tinggal di rumah mertua sesuai dengan keinginan istri. Subjek tidak 2005 s.d Setelah menikah, subjek tidak memiliki pekerjaan memiliki pekerjaan 2006 selama satu tahun sehingga subjek tidak mampu memberikan nafkah bagi istrinya. Subjek mulai 2006 Istri subjek melahirkan anak pertama, dan subjek bekerja lagi di bekerja di bidang security, namun penghasilan subjek bidang security belum cukup untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak dan istri melahir pertamanya. kan anak pertama

Tabel.5 Gambaran Umum Harga Diri Suami dilihat dari Komponen Harga Diri KOMPONEN SUBJEK HARGA DIRI 1 2 3 Perasaan diterima Di rumah mertua, Subjek merasa diterima Subjek merasa diterima (feeling of belongingness) Perasaan mampu (feeling competent) subjek merasa menjadi di rumah mertua dan bagian dari keluarga merasa menjadi bagian mertua, walaupun dari keluarga mertua. subjek diterima dengan Selama tinggal di baik, subjek merasa rumah mertua, subjek tidak enak dengan memiliki perasaan mertua karena tinggal senang dan kesal. di rumah mertua. Di Salah satu perasaan lingkungan sekitar senang yaitu mertua rumah mertua, subjek membantu dalam mengikuti kegiatankegiatan yang terdapat di lingkungan tersebut, sehingga subjek merasa diterima di lingkungan tersebut. (+) Subjek mampu dalam memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan rumah tangga seharihari, istri dan anaknya namun subjek seperti membelikan belum mampu mainan, namun subjek mempunyai tempat belum cukup dalam tinggal sendiri. Subjek memenuhi merasa mampu dalam rumah kebutuhan tangganya membangun rumah tangga dan mengatasi masalah yang terjadi dalam rumah tangganya. (+) dan menjadi bagian dari keluarga mertua. Subjek memiliki perasaan malu dan sungkan selama tinggal di rumah mertua. Sebelum menikah, subjek tinggal di kompleks yang sama dengan mertua, mengurus anak, dan sehingga di lingkungan perasaan kesalnya tersebut subjek yaitu mertua mengatur diterima dengan baik. rumah tangga subjek. (+) Di lingkungan sekitar rumah mertua, subjek diterima dengan baik dan selalu diajak bila ada kegiatan di lingkungan tersebut. (+) Subjek mampu Subjek belum mampu sehari-hari, namun subjek merasa mampu dalam memberikan nafkah dan mengarahkan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya sehari-hari. Dalam membangun dan mengatasi masalah rumah tangganya, subjek masih merasa belum mampu karena usia rumah tangga subjek yang masih muda sehingga subjek masih harus banyak

KOMPONEN SUBJEK HARGA DIRI 1 2 3 keluarganya. Subjek belajar. ( ) juga merasa mampu dalam mengatasi rumah tangganya. (+) Perasaan Mertua tidak Mertua tidak Keberadaan subjek di berharga (feeling mempunyai anak lakilaki mempunyai anak laki- rumah mertua, sangat of worth) dan subjek laki dan subjek dibutuhkan oleh merupakan anak lakilaki merupakan anak laki- mertua. (+) pertama yang laki pertama yang masuk dalam keluarga tersebut. (+) masuk dalam keluarga tersebut. (+) Tabel.6 Gambaran Umum Harga Diri Suami dilihat dari Karakteristik Harga Diri KARAKTERISTIK SUBJEK HARGA DIRI 1 2 3 Harga Diri Tinggi Percaya kepada Percaya kepada Percaya kepada persepsi dan persepsi dan dirinya persepsi dan dirinya sendiri, sendiri, terlihat dirinya sendiri, terlihat bahwa bahwa subjek terlihat bahwa subjek memiliki memiliki keyakinan subjek memiliki keyakinan bahwa bahwa dirinya sudah keyakinan dan dengan bekerja mampu dalam keinginan keras, subjek membangun dan berusaha untuk mampu memenuhi kebutuhan rumah mengatasi masalah rumah tangganya. belajar membangun tangganya seharihari. Subjek mampu rumah tangganya. mengontrol keadaan Mampu rumah tangganya, mengontrol walaupun subjek keadaan, terlihat tinggal di rumah subjek menyadari mertua, seperti bahwa dirinya mengarahkan istri adalah seorang dan anaknya untuk kepala keluarga menghormati mertua

KARAKTERISTIK SUBJEK HARGA DIRI 1 2 3 yang mampu walaupun mertua dalam mengatasi cenderung mengatur masalah yang rumah tangganya. terjadi dalam Subjek dapat rumah tangganya. menyesuaikan diri Menerima kritik dengan mudah pada dengan baik, suatu lingkungan terlihat subjek juga yang kurang jelas mau menerima kebiasaan yang krititikan dari terdapat di rumah mertua untuk mertua, membuat kemajuan dirinya. subjek merasa tidak biasa menjalaninya. Memiliki pengaruh terhadap orang lain, subjek memiliki pengaruh di rumah mertua karena subjek merupakan laki-laki satu-satunya setelah bapak mertua. Tidak mudah putus asa, dengan kebiasaan yang terdapat dalam rumah mertua, subjek berusaha untuk mengikuti kebiasaankebiasaan tersebut.

KARAKTERISTIK SUBJEK HARGA DIRI 1 2 3 Harga Diri Rendah Putus asa, terlihat Mudah dipengaruhi Merasa ide-ide subjek merasa putus asa dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya jika subjek harus bekerja sendiri. Merasa ide-ide dan hasil kerja orang lain selalu lebih baik daripada dirinya, seperti subjek cenderung tidak berani memberikan pendapatnya pada mertua, sehingga subjek memberikan pendapat tersebut melalui istrinya. oleh pendapat dan kritik dari orang lain, terlihat subjek yang cenderung mengikuti semua keinginan mertua dalam dan hasil kerja orang lain selalu lebih baik daripada dirinya, subjek cenderung mengikuti istri urusan rumah untuk tetap tinggal tangga subjek, di rumah mertua. seperti menentukan Putus asa, terlihat dimana subjek dan dalam kehidupan istri tinggal. sehari-hari, subjek cenderung mengikuti semua yang terjadi dalam rumah tangganya dan cenderung tidak berusaha, seperti subjek selalu mengatakan jalani saja. Tidak mampu mengontrol keadaan, subjek belum mampu untuk mengontrol keadaan dimana istri subjek yang menginginkan untuk tetap tinggal di rumah mertua. Tidak percaya kepada persepsi dan dirinya sendiri, subjek cenderung

KARAKTERISTIK SUBJEK HARGA DIRI 1 2 3 tidak mempercayai dirinya untuk dapat membangun rumah tangga dan mengatasi masalah rumah tangganya. Tabel.7 Gambaran Umum Hubungan Mertua dan Menantu HUBUNGAN SUBJEK MERTUA DAN MENANTU 1 2 3 Mertua turut - Mertua ikut campur - campur dalam dalam rumah tangga urusan anak dan subjek, mulai dari menantu masalah sederhana seperti mandi dan makan, sampai dengan masalah yang cukup besar, seperti menentukan dimana subjek tinggal dan memiliki tempat tinggal sendiri. (+) Mertua tidak Mertua mempercayai - Mertua memberikan mau berurusan subjek dan istri dalam kebebasan dan dengan anak membangun rumah kesempatan pada atau menantu tangganya. Dalam subjek untuk rumah tersebut, subjek tidak merasa terkekang membangun keluarganya sendiri. (+) oleh mertua. (+) Mertua tunduk - - - pada menantu

HUBUNGAN MERTUA DAN MENANTU Mertua yang menguasai menantu Mertua yang dekat dengan menantu SUBJEK 1 2 3 - Mertua memiliki peran - penting dalam rumah tangga subjek, sehingga bila subjek ingin melakukan sesuatu dengan istri dan anaknya, subjek harus meminta ijin pada mertua. (+) Hubungan subjek dengan mertua cukup baik, sehingga cenderung tidak pernah Mertua dan subjek Subjek memiliki memiliki hubungan hubungan yang cukup yang cukup dekat. dekat dengan mertua. Mertua menganggap Mertua dapat mengerti mempunyai masalah subjek sebagai keadaan rumah tangga yang besar. Mertua anaknya sendiri, subjek yang belum menganggap subjek sehingga subjek mampu dalam sebagai anaknya menganggap mertua memenuhi kebutuhan sendiri. Mertua pernah sebagai orangtuanya rumah tangganya, meminta pendapat sendiri walaupun sehingga mertua subjek dalam subjek merasa mertua memberikan kehidupan sehari- hari. ikut campur rumah kesempatan pada (+) tangga subjek yang subjek untuk belajar membuat subjek berdiri sendiri walaupun merasa kurang masih tergantung dan nyaman. (+) menumpang hidup dengannya. (+) Pembahasan 1. Gambaran harga diri suami yang tinggal di rumah mertua Ketiga subjek merasa diterima dalam rumah mertua dan merasa menjadi bagian dalam rumah mertua, sehingga hal tersebut sesuai dengan yang dituliskan oleh Rice (1981) yaitu individu memiliki perasaan diterima (feeling of belongingness) dalam suatu kelompok dimana kelompok tersebut dapat berupa keluarga, dimana individu tersebut menjadi anggotanya. Apabila seseorang merasa menjadi bagian atau diterima dalam kelompoknya maka ia akan menilai dirinya positif. Ketiga subjek merasa menjadi bagian dalam

rumah mertua dan lingkungan sekitar rumah mertua, sehingga ketiga subjek menilai diri mereka positif yang berkaitan dengan perasaan diterima (feeling of belongingness). Dalam hal perasaan mampu, subjek pertama dan kedua merasa sudah cukup mampu dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari serta membangun dan mengatasi masalah rumah tangga, sedangkan pada subjek ketiga merasa belum cukup mampu dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga serta membangun dan mengatasi masalah rumah tangganya, hal ini dikarenakan usia pernikahan subjek yang bisa dikatakan muda sehingga subjek ketiga masih belajar dalam membangun rumah tangganya, hal tersebut sesuai dengan yang dituliskan juga oleh Rice (1981) tentang perasaan mampu (feeling competent) bahwa keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri, biasanya muncul setelah individu berhasil menyelesaikan pekerjaan tertentu atau mencapai hasil seperti yang diharapkannya. Hal ini juga dapat dilihat dari tanggung jawab seorang suami yang tidak sekedar hanya memberikan nafkah kepada istrinya, dimana menurut Thalib (1995) tugas, fungsi dan posisi suami ditetapkan sebagai orang yang mengatur, mendidik, meluruskan masalah yang terjadi dalam rumah tangga dan memberi komando dalam rumah tangganya. Pada perasaan berharga, ketiga subjek merasa berharga dalam rumah tersebut karena keberadaan ketiga subjek sering dibutuhkan di rumah mertua, hal ini sesuai dengan perasaan berharga (feeling of worth) yang ditulis oleh Rice (1981), bahwa perasaan berharga (feeling of worth) yaitu perasaan seseorang yang sering ditampilkan dari kenyataan-kenyataan pribadi seperti kebaikan, kecerdasan, dan lain-lain. Menurut Coopersmith (dalam Wulan, 1997), dilihat dari harga diri tinggi yaitu, memiliki pengaruh terhadap orang lain, mampu mengontrol keadaan, aktif, dapat menerima kritik dengan baik, percaya kepada persepsi dan dirinya sendiri, dapat menyesuaikan diri dengan mudah pada suatu lingkungan, menyukai tugas-tugas menantang dan tidak mudah putus asa serta cenderung memiliki peran aktif dalam pergaulan sosial. Karakteristik-karakteristik tersebut sesuai dengan karakter subjek pertama dan kedua yang dilihat dari hasil wawancara dan observasi. Pada subjek ketiga, karakter subjek ketiga sesuai dengan karakteristik harga diri rendah (Coopersmith dalam Wulan, 1997) yaitu takut mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan sosial sehingga merasa tidak yakin bahwa orang lain akan menyukai dirinya, terlihat sebagai orang yang mudah putus asa, merasa ide-ide dan hasil kerja orang lain selalu lebih baik daripada dirinya, dan sangat mudah dipengaruhi oleh pendapat dari orang lain. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri pada suami yang tinggal di rumah mertua. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri menurut Wirawan (1998) yaitu fisik, psikologis, lingkungan sosial, tingkat intelegensi, status sosial ekonomi, ras dan kebangsaan, serta urutan kelahiran. Ketiga subjek memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri tersebut, namun pada status sosial ekonomi, subjek ketiga belum cukup mampu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga diri suami yang tinggal di rumah mertua yaitu usia pernikahan dan alasan subjek tinggal di rumah mertua.

3. Proses perkembangan harga diri suami yang tinggal di rumah mertua. Pertama kali tinggal di rumah mertua, ketiga subjek merasa diterima dengan baik oleh mertua, hal ini dikarenakan ketiga subjek pada saat sebelum menikah sering berkunjung ke rumah mertua untuk bertemu dengan calon istrinya. Hal ini sesuai dengan perasaan diterima (feeling of belongingness) yang dikemukakan Rice (1981) dimana individu merasa diterima keberadaannya dalam suatu kelompok, kelompok ini dapat berupa keluarga, kelompok teman sebaya ataupun kelompok lain dimana individu tersebut menjadi anggotanya. Pada perasaan mampu (feeling competent) yang dikemukakan oleh Rice (1981), yaitu keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri. Subjek pertama, pada awal pernikahan belum memiliki tempat tinggal pribadi walaupun sudah memiliki pekerjaan tetap dengan penghasilan yang cukup, subjek pertama juga merasa belum mampu dalam membangun rumah tangganya namun sudah cukup mampu dalam mengatasi masalah rumah tangganya, sehingga terjadi perubahan nilai pada diri subjek pertama dimana pada awal pernikahan, subjek pertama menilai dirinya negatif dan pada saat ini, subjek pertama menilai dirinya positif. Subjek kedua, pada awal pernikahan hingga saat ini merasa sudah mampu dalam memberikan nafkah, membangun dan mengatasi masalah rumah tangganya, sehingga subjek kedua menilai dirinya positif. Sedangkan pada subjek ketiga, pada awal pernikahan hingga saat ini merasa belum cukup mampu dalam memberika nafkah, membangun dan mengatasi masalah rumah tangganya, sehingga subjek ketiga menilai dirinya negatif. Pada perasaan berharga (feeling of worth) yang dituliskan juga oleh Rice (1981) tentang perasaan berharga (feeling of worth) yaitu perasaan seseorang yang sering ditampilkan dari kenyataan-kenyataan pribadi seperti kebaikan, kecerdasan, dan lain-lain. Dari awal pernikahan hingga saat ini, ketiga subjek merasa dihargai oleh mertua, sehingga ketiga subjek menilai dirinya positif dari awal pernikahan hingga saat ini.

PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu : 1. Harga diri suami yang tinggal di rumah mertua berbeda-beda, ada yang memiliki harga diri yang tinggi dan ada pula yang memiliki harga diri yang rendah, dimana pada subjek pertama dan kedua memiliki harga diri yang cenderung tinggi, karena memiliki perasaan diterima di rumah mertua, mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya dan merasa dibutuhkan dalam rumah mertua. Selain itu, subjek pertama dan kedua memiliki hubungan yang cukup baik dengan mertuanya. Pada subjek ketiga memiliki harga diri yang cenderung rendah, karena belum mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya walaupun sudah memiliki perasaan diterima dan merasa dibutuhkan dalam rumah mertua. Selain itu subjek ketiga juga memiliki hubungan yang cukup baik dengan mertua. 2. Suami yang tinggal di rumah mertua memiliki harga diri yang demikian, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada subjek pertama dan kedua memiliki harga diri yang cenderung tinggi, selain itu usia pernikahan subjek pertama dan kedua yang sudah berlangsung cukup lama dapat mempengaruhi subjek untuk mendapatkan harga diri yang cenderung tinggi karena sudah mampu dalam membangun dan mengatasi masalah rumah tangganya. Sedangkan pada subjek ketiga memiliki harga diri yang cenderung rendah, serta usia pernikahan subjek yang belum berlangsung lama mempengaruhi subjek untuk belum mampu dalam membangun dan mengatasi rumah tangganya, walaupun ia memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya, serta memiliki kehidupan yang romantis dengan keluarganya. 3. Proses perkembangan harga diri suami yang tinggal di rumah mertua, dapat dilihat dari komponen harga diri. Pada subjek pertama memiliki perkembangan harga diri yang menilai dirinya lebih positif, namun pada awal pernikahan subjek pertama cenderung menilai dirinya negatif. Pada subjek kedua memiliki perkembangan harga diri yang menilai dirinya lebih positif dari awal pernikahan hingga saat ini karena ia merasa mampu dalam mememenuhi kebutuhan rumah tangganya. Sedangkan pada subjek ketiga memiliki perkembangan harga diri yang menilai dirinya lebih negatif dari awal pernikahannya hingga saat ini karena ia merasa belum mampu dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya. B. Saran Ada beberapa saran, yaitu : 1. Bagi ketiga subjek, peneliti mencoba memberikan saran yaitu ketiga subjek disarankan untuk lebih berusaha lagi tentang keinginannya untuk dapat keluar dari rumah mertua, dengan cara berkomunikasi lagi dengan istri dan anak-anaknya untuk mau tinggal di tempat tinggal yang sudah ada, walaupun tempat tinggal tersebut berjarak cukup jauh dari tempat kerja, atau mencari tempat tinggal yang lebih dekat dengan tempat kerja. 2. Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik untuk melihat harga diri suami yang tinggal di rumah mertua, agar lebih mengungkap aspek-aspek lain, seperti privasi, keintiman, dll, sehingga akan dapat mengetahui masalah-masalah lain yang terjadi pada harga diri suami yang tinggal di rumah mertua.

DAFTAR PUSTAKA Amilia, F. Y. 2003. Hubungan Antara Harga Diri dengan Konformitas dalam Model Pakaian pada Remaja Putri. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Atwater, E. 1983. Psychology of adjusment. A personal growth in a changing world. 2 nd ed. New Jersey : Prentice-Hall Barnet.R., Baruch.G., & Rivers.C. 1983. New patterns of love and work for todays women. New York : McGraw-Hill Basuki, A. M. H. 2006. Penelitian kualitatif. Jakarta : Universitas Gunadarma Cecilia, N. 2003. Hubungan Antara Harga Diri dengan Perilaku Konformitas pada Remaja. http://www.psikologi-untar.com/abstrak/tampil.php?id=137 Frey.D & Carlock.C.J. 1984. Enchancing self esteem 3 rd ed. USA : Accelerated Development Hall, E. 1985. Adult development and aging. Canada : John Wiley & Sons Inc Hamacheck, D. E. 1971. Encounters with the self. New Jersey : Holt, Rinehart & Winston Harter, S. 1990. Causes, correlates and the functional role of global self-worth : A life-span perspective Horrocks, J. E. 1976. The psychology of adolescence. 4 th ed. London : Houghton Mifflin Company Hurlock, E. B. 1980. Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. 5 th ed. Alih Bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta : Erlangga Indrajaya, F. 2004. Hubungan Antara Harga Diri dengan Sikap Terhadap Rokok pada Remaja. http://www.psikologi-untar.com/abstrak/tampil.php?id=199 Kimmel, D. C. 1980. Adulthood and aging. 2 nd ed. New York : John Wiley & Sons Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka Ling, Y. 2003. Hubungan antara interaksi sosial di sekolah dengan harga diri pelajar SMU. http://www.psikologi-untar.com/abstrak/tampil.php?id=55

Marshall, C., & Rossman. 1995. Designing qualitative research. London : Sage Publications Miller, P. H. 1989. Theories of human development. 3th ed. New York : W. H. Freeman & Company Miniciello, V., Aroni, R., Timewell, E., & Alexander, W. 1996. In-Depth Interviewing. 2 nd ed. Australia : Longman Moeliyono, Anton.M, dkk. 1990. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) Moleong, L. J. 1990. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Moleong, L. J. 2004. Metodologi penelitian. Bandung : Remaja Rosdakarya Ngurah. 2003. Harga Diri Adalah... http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/471.htmx Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia Purnomo, H. B. 1994. Pondok mertua indah : Suatu tinjauan psikologis hubungan menantu-mertua. Bandung : Penerbit Mandar Maju Rice, P. 1981. The adolescence development. 3 rd ed. Boston : Allyn & Bacon Riyanto, Y. 1996. Metodologi penelitian. Surabaya : SIC Robinson, J. P. 1991. Measures of personality and social psychological attitudes. 3 rd ed. San Diego : Academic Press Stinett, N. J, Walters & Kaye. 1984. Relationship in marriage and the family. New York : Mac Millan Publishing Company Sukirya, L. 2002. Membina Hubungan Mertua-Menantu. http://www.epsikologi.com/keluarga/181102.htm Thalib, M. 1995. 40 Tanggung jawab suami terhadap istri. Bandung : Irsyad Baitus Salam (IBS) Thohir, Mudjahirin. 1999. Wacana masyarakat dan kebudayaan Jawa. Semarang : Bendera

Wirawan, H.E. 1998. Buku ajaran psikologi sosial I. Jakarta : UPT Universitas Tarumanegara Wulan, D. K. 1997. Perbandingan Harga Diri Suami yang Memiliki Sex Role Beliefs Tradisional & Liberal. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia