BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang merusak sel-sel hati (liver)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif semakin sering terdengar dan dialami oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan. Kartu kredit diberikan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. otak atau ke bagian otak tertentu. Stroke dapat menyebabkan kerusakan permanen

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dijalaninya. Dalam memenuhi kodratnya untuk menikah, manusia

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak merupakan hal yang diharapkan oleh orang tua, terlebih

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

2014 D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa, vagina dan mengalami proses menstruasi, hamil, melahirkan serta

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada laki-laki (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. kaum wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju maupun negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tahap perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang. pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi manusia, namun tidak semua

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wanita mempunyai kecenderungan untuk mencari dan menemukan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

Verbatim. Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3. dapat. Saya hanya pasrah kepada. kanker payudara istri pasca

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskuler. Insiden dan mortalitas kanker terus meningkat. Jumlah penderita

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertama tidak bertindak atau tidak melakukan apa-apa, alasannya antara lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah keganasan yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan ibu berperan di dapur

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. netra), cacat rungu wicara, cacat rungu (tunarungu), cacat wicara, cacat mental

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kanker payudara terjadi karena perubahan sel-sel kelenjar dan saluran air susu

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini kanker menempati. Data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan fenomena sosial yang saat ini

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Kusta atau Leprae merupakan salah satu penyakit tertua di dunia. Catatancatatan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi di lingkungan sekitar telah banyak penyakit yang berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian. Ketidaksesuaian harapan itu dapat menyebabkan pandangan seseorang mengenai penyakit menjadi suatu hal yang ditakuti. Salah satu penyakit yang mematikan adalah kanker payudara yang disebut juga tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker memang tidak tumbuh dengan cepat namun berbahaya. Sel kanker pada payudara hanya tumbuh sebesar 1 cm dalam waktu 8-12 tahun. Sel tersebut bersembunyi dalam tubuh dan tanpa diketahui keaktifannya. Sel tersebut ada di dalam kelenjar payudara dan dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. (Endang Kori Suryaningsih,2009) Penyebab kanker payudara memang belum diketahui, namun banyak sekali pemicunya antara lain adalah adanya pertumbuhan tidak normal sel dalam payudara. Ketidaknormalan ini dipicu karena adanya pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau karsiogenik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara. 1

2 Kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini alamiah. Di negara berkembang setiap tahunnya lebih dari 580.000 kasus kanker payudara ditemukan Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, 6%-nya pada usia kurang 40 tahun. Banyak juga para wanita yang berusia 30 tahun ke atas terkena kanker yang mematikan ini. Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. (Endang Kori Suryaningsih.2009) Masih menurut WHO tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal dunia karenanya. Belum ada data statistik menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Setiap tahunnya di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini, sedangkan di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18-30 bulan. Di Indonesia jumlah penderita kanker payudara menduduki tingkat kedua setelah kanker mulut rahim. Sejak tahun 1990 jumlah penderita penyakit ganas ini menurun. Hal ini disebabkan sudah banyak kaum perempuan yang melakukan deteksi dini dalam pengobatan kanker payudara ini. (Endang Kori Suryaningsih.2009) Komunitas kanker Indonesia adalah perkumpulan kanker yang berdiri sudah sejak 2003. Perkumpulan ini memiliki visi lembaga unggulan dalam memberikan dukungan serta layanan informasi pada masyarakat kanker dan awam menuju

3 Indonesia Peduli Kanker. Komunitas ini berpusat di Jakarta namun memiliki beberapa cabang yaitu di kota Balikpapan, Batam, Semarang, Menado dan Bandung. Di kota Bandung terdapat suatu perkumpulan kanker yang bernama komunitas X. Komunitas ini mengadakan pertemuan rutin dua bulan sekali untuk mengadakan pertemuan dengan seluruh penderita kanker yang ada di Bandung dengan mengundang pembicara dari berbagai sumber. Tujuan perkumpulan ini untuk saling memberi dukungan secara moral, emosional dan sosial kepada para penderita kanker yang ada di Kota Bandung untuk tetap bersemangat dalam melawan penyakitnya. Memberikan dukungan moral, emosional dan sosial bagi penderita maupun keluarga. Selain itu juga untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker dan pentingnya deteksi dini, memfasilitasi hubungan harmonis antar berbagai pihak yang terlibat dalam penanganan kanker, menyediakan informasi yang tepat dan terkini tentang kanker, membentuk dan memperkuat jaringan internal dan eksternal untuk mendukung kegiatan lembaga. Setiap pertemuan tidak dapat dipastikan berapa wanita penderita kanker payudara yang hadir karena tidak pasti semua penderita akan datang setiap ada pertemuan. Ciri khas dari penelitian ini yaitu seringnya diadakan pertemuan untuk saling sharing dan mengundang dokter sebagai nara sumber untuk memberikan informasi mengenai kanker payudara. Kanker payudara merupakan masalah besar bagi kesehatan, terlebih apabila harus dilakukan mastektomi yaitu operasi yang dilakukan untuk mengangkat benjolan pada payudara yang mengakibatkan penderita kehilangan payudara. Bagi wanita

4 yang telah mengalami mastektomi akan terjadi perubahan fisik berupa hilangnya payudara dimana payudara memiliki arti dan fungsi yang penting seperti menyusui, seksual, atau hubungan suami istri dan dalam segi penampilan saat bekerja. Penderita diharapkan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu untuk menerima semua proses perubahan yang terjadi pada dirinya Meyerowitz pada tahun 2011 mencatat identifikasi perubahan pola hidup yang dihasilkan oleh penderita yang di diagnosis oleh dokter tentang penyakitnya dan yang sudah menjalani pengobatan bedah kanker payudara. Mereka biasanya akan mengalami perubahan pola hidup termasuk insomnia, mimpi buruk berulang, kehilangan nafsu makan, kesulitan kembali ke kegiatan rumah tangga biasa dan bekerja, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Gangguan fisik dari mastektomi sangat besar, sehingga sulit untuk tidur, memiliki keintiman seksual, dan beradaptasi dengan pakaian dan masalah citra tubuh. (http://tentangkanker.com/2011/kenaliresiko-kanker-payudara/) Wanita yang sudah menjalani bedah kanker payudara dengan mastektomi ini harus mendapatkan banyak dukungan dari keluarganya untuk membuat ia bisa semangat kembali. Dampak fisik pada wanita yang sudah menjalani mastektomi biasanya akan merasakan kesakitan pada bagian lengan yang sejajar dengan payudara yang sudah di operasi. Dampak psikologis biasanya wanita yang sudah menjalani mastektomi mereka merasa kekhawatiran yang tinggi dan ketidaknyamanan dengan perubahan yang dialaminya. Gangguan emosional yang biasanya dijumpai seperti

5 frustrasi, depresi dan anxiety. Penderita juga dapat mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri menurun dan putus asa. Hal ini yang akan mempengaruhi penderita mengenai gaya penjelasan atas apa yang terjadi pada dirinya. Peneliti telah melakukan wawancara terhadap lima perempuan yang mengalami penyakit kanker payudara yang sudah dilakukan mastektomi. Untuk responden yang pertama dalam kasus ini seorang ibu yang berumur 45 tahun sudah menikah dan memiliki penyakit kanker payudara stadium II, pada saat itu dokter menyarankan untuk dilakukan operasi payudara. Setelah ibu tersebut menjalani operasi kanker payudara, hilangnya payudara menyebabkan ia merasa tidak percaya diri. Ibu ini merasa penampilannya akan berpengaruh pada hubungan seksualnya dengan suaminya. Ia merasa cemas karena takut suaminya akan menjauhinya atau berpaling kepada perempuan lain. Namun setelah beberapa bulan kemudian ia merasa tidak ada perilaku yang berubah dari lingkungannya, ia merasa suaminya tetap mencintainya bahkan ia merasa suaminya menjadi lebih memperhatikannya. Ia juga merasa penampilannya tidak mendapatkan tanggapan apapun dari lingkungan sekitarnya. Hal itu yang membuat ia merasa tetap semangat untuk menjalani kesehariannya, ia merasa mungkin memang ini penyakit yang sudah diberikan Tuhan dan ia merasakan hikmah yang baik dengan kejadian setelah ia di operasi karena suaminya tetap mencintainya dan lebih memperhatikannya. Kekhawatiran akan mengalami kesakitan itu juga ia rasakan namun ia hanya bisa berdoa dan berusaha

6 berfikir positif untuk membuat ia menjadi tetap tenang. Ia menjelaskan penyakit yang dideritanya itu memang kuasa Tuhan jadi apapun yang dialaminya harus diterima dengan baik dan ikhlas. Responden yang kedua ini adalah seorang wanita karir yang berusia 32 tahun dan belum menikah. Ia menderita penyakit kanker payudara dan sudah menjalani operasi mastektomi. Pada awal sebelum ia menjalani mastektomi ia merasa siap menerima perubahan yang terjadi apabila dilakukan operasi pengangkatan payudaranya tersebut. Namun setelah ia menjalani operasi tiba tiba menangis dan menjadi tidak semangat lagi untuk bertahan hidup. Ia merasa dirinya tidak sempurna lagi, terlebih karena ia belum menikah. Namun ia mendapatkan dukungan yang besar dari keluarga dan teman temannya, akhirnya ia berusaha menyesuaikan diri pada perubahan dari dirinya. Oleh karena belum ada laki- laki yang mendekatinya, ia memandang bahwa tidak ada laki laki yang mau menikahinya. Ia merasa pesimis untuk bisa mendapatkan laki laki yang mau menerima keadaannya dan mau menikahinya. Setiap malam ia merasa sulit tidur dan merasa sangat cemas bahwa ia akan terus sendiri. Kasus yang ketiga adalah seorang wanita yang berusia 30 tahun sudah menikah dan memiliki anak laki laki berumur 1 tahun. Ia menderita penyakit kanker payudara sebelum mempunyai anak. Suaminya sangat perhatian dan memberi dukungan penuh untuk bisa sembuh dari penyakitnya. Saat ia sudah melahirkan anak laki lakinya ia baru memutuskan untuk menjalani mastektomi. Pada awalnya ia

7 sangat cemas dan takut menjalani operasi kanker payudaranya namun karena ia bertekad ingin sembuh maka ia terus berjuang untuk menjalani operasi tersebut. Setelah menjalani mastektomi ia merasa tidak percaya diri jika bertemu oranglain terutama dihadapan suaminya. Setiap malam ia menangis dan sulit untuk tidur, setiap ia melihat anaknya ia langsung menangis karena ia sedih akan penyakitnya. Walaupun sudah dioperasi, kesembuhan subyek belum sepenuhnya, ia masih merasakan nyeri. Ia merasa cemas karena takut penyakitnya akan kambuh dan tidak akan pernah sembuh selamanya. Selama ia merasakan ketakutan yang besar akan penyakitnya ia merasa tidak berguna lagi untuk mendampingi suaminya karena ia merasa malu dan tidak percaya diri lagi. Namun karena dukungan dari suaminya yang begitu besar dan penuh kasih sayang ia berusaha kembali membangkitkan semangatnya demi suami dan anaknya. Dukungan pun didapat dari dokter yang merawatnya untuk tetap bertahan melawan penyakitnya dan bisa beraktifitas kembali. Dokternya sangat sabar merawat luka yang dialami dan tanpa pernah berkata-kata yang melemahkan semangat pasiennya. Dialah salah satu pendorong sehingga S merasa masih ada harapan meskipun berobat dalam kondisi sangat terlambat. Kasus keempat adalah seorang wanita yang usianya 43 tahun ia belum menikah dan sudah menjalani operasi mastektomi pada saat usianya 35 tahun. Ia sangat terpuruk sampai saat ini dan tidak mau menikah karena ia merasa tidak memiliki daya tarik karena payudaranya sudah diangkat. Ia tidak mau bekerja setelah diangkat payudaranya dan tidak mau berinteraksi dengan lingkungan luar. Ia hanya

8 berdiam diri di rumah bersama ibu dan adik laki lakinya. Ia merasa pesimis bahwa ia tidak bisa menikah karena beranggapan bahwa tidak ada laki laki yang mau menikahinya. Pada saat pertama ia dioperasi ia sangat depresi dan tidak mau keluar rumah dan bertemu oranglain. Ia sangat lemas dan sering merasakan sakit dan nyeri pada bagian kepala dan dada. Setiap ia merasakan nyeri pada tubuhnya ia merasa menjadi sangat yakin bahwa penyakitnya tidak akan sembuh. Kasus kelima adalah seorang wanita yang berusia 30 tahun ia memiliki penyakit kanker payudara karena ia memiliki riwayat keluarga besarnya yang salah satunya ada yang memiliki penyakit kanker payudara. Kemudian ia disarankan oleh dokter untuk menjalani operasi mastektomi dan akhirnya ia bersedia untuk mengikuti saran dokter karena dukungan dari pihak keluarga. Awalnya ia merasa cemas karena harus menjalani operasi namun setelah ia memikirkan kembali penyakitnya dan ia melihat saudaranya yang sudah dioperasi namun bisa beraktifitas kembali tanpa ada beban. Maka ia memaksakan untuk menjalani operasi mastektomi. Ia yakin bahwa Tuhan pasti sudah mempersiapkan hal baik selain ini. Dari kelima kasus di atas terdapat beberapa pandangan yang berbeda dari kasus yang pertama seorang ibu menjelaskan bahwa kejadian ini memang sudah kuasa Tuhan yang harus diterimanya dengan ikhlas. Menurut Seligman mungkin ia termasuk orang yang cenderung optimis bisa dilihat bahwa ia mampu bertahan dalam keadaan yang buruk. S juga tidak mudah merasa putus asa dan memiliki dukungan sosial dari lingkungan sekitar sehingga kesehatannya menjadi lebih baik. Untuk kasus

9 yang kedua seorang wanita yang belum menikah menjelaskan bahwa akibat penyakitnya itu yang membuat ia sampai saat ini belum menikah. Wanita tersebut mudah putus asa dengan berfikir tidak ada laki laki yang mau menerima keadaannya dan mau menikahinya sehingga ia merasa cemas dan menjadi sulit tidur. Kasus ketiga ia merasakan ketakutan yang besar akan penyakitnya ia merasa tidak berguna lagi untuk mendampingi suaminya karena ia merasa malu dan tidak percaya diri lagi. Namun karena dukungan dari suaminya yang begitu besar dan penuh kasih sayang ia berusaha kembali membangkitkan semangatnya demi suami dan anaknya. Ia memandang bahwa dukungan penuh dari keluarganya membuat ia merasa lebih kuat. Kasus yang keempat memandang bahwa tidak ada laki laki yang akan menikahinya, setiap ia merasakan nyeri pada tubuhnya ia merasa menjadi sangat yakin bahwa penyakitnya tidak akan sembuh. Untuk kasus selanjutnya wanita yang berusia 30 tahun pada awalnya ia merasa cemas karena harus menjalani operasi namun setelah ia memikirkan kembali penyakitnya dan ia melihat saudaranya yang sudah dioperasi namun bisa beraktifitas kembali tanpa ada beban. Setelah ia melihat itu ia merasa bahwa ternyata dengan menjalani operasi mastektomi tidak mengakhiri hidupnya. Ia yakin bahwa Tuhan pasti sudah mempersiapkan hal baik selain ini. Penjelasan bahwa reaksi reaksi responden tersebut menggambarkan cara pandang yang berbeda menurut Seligman (1990:40-51) menyatakan bahwa cara

10 seseorang memandang peristiwa-peristiwa yang dialaminya mempunyai keterkaitan yang besar terhadap pola pikirnya dalam berbagai aspek kehidupannya. Pola pikir ini akan mempengaruhi bagaimana individu tersebut bersikap, bereaksi dan bertindak terhadap lingkungan sekitarnya. Keuntungan orang yang memiliki Explanatory Style cenderung positif dapat terhindar dari gangguan depresi, mampu mencapai tujuannya, memiliki kesehatan fisik yang lebih baik, karena tidak mudah putus asa, cenderung menerapkan pola hidup sehat, mendapatkan dukungan sosial. Seligman mengungkapkan pengertian Explanatory Style adalah kecenderungan individu dalam menjelaskan keadaan, baik keadaan yang baik (good situation) maupun keadaan yang buruk (bad situation). Keadaan yang dimaksud adalah peristiwa peristiwa baik atau buruk yang terjadi dalam kehidupannya. Bagaimana seseorang berpikir dan menjelaskan tentang sebab dari suatu keadaan. Individu yang optimis akan melakukan usaha dalam mengatasi keadaan yang tidak menguntungkan bagi dirinya berpikir bahwa keadaan yang buruk merupakan tantangan, tidak merasa cepat putus asa, memiliki dukungan sosial pada akhirnya akan memiliki kesehatan yang lebih baik. Berdasarkan survey awal yang dilakukan melalui wawancara terhadap wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi. Terdapat Explanatory Style yang berbeda beda yang dimiliki hal ini menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Explanatory Style pada wanita penderita kanker payudara yang sudah pernah menjalani mastektomi pada perkumpulan kanker X di Bandung.

11 1.2 Identifikasi Masalah Bagaimana gambaran Explanatory Style pada wanita penderita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi pada perkumpulan kanker X di Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud penelitian Maksud penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai Explanatory Style pada wanita penderita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi pada perkumpulan kanker X di Bandung. 1.3.2 Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran optimistic Explanatory Style dan pesimistic Explanatory Style wanita penderita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi pada perkumpulan X di Bandung berdasarkan aspek aspek Explanatory Style. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

12 1. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu Psikologi khususnya pada Psikologi Klinis mengenai gambaran Explanatory Style pada wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi. 2. Sebagai sumbangan informasi bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian mengenai Explanatory Style. 1.4.2 Kegunaan praktis 1. Memberi informasi kepada wanita yang sudah menjalani mastektomi agar dapat lebih memahami Explanatory Style mereka. Dengan harapan wanita kanker payudara yang sudah melakukan mastektomi tersebut bisa menghadapinya dengan positif. 2. Memberi informasi bagi wanita yang sudah menjalani mastektomi mengenai pentingnya pikiran yang positif dalam mendukung kesehatannya. 1.5 Kerangka Pemikiran Kanker payudara adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian yang biasanya terjadi pada wanita. Penyebab kanker payudara sendiri ada dua faktor yang pertama faktor biologis karena keturunan, yang kedua bisa karena faktor eksternal yaitu seperti mengkonsumsi alkohol dan menjalani diet lemak yang berlebihan. Setelah wanita mendapatkan diagnosa, langkah selanjutnya yang dokter lakukan adalah menentukan jenis pengobatannya. Salah satu pengobatannya yaitu Mastektomi sendiri yaitu operasi yang dilakukan untuk mengangkat benjolan pada

13 payudara yang mengakibatkan penderita kehilangan payudara. Bagi wanita yang telah mengalami mastektomi maka akan terjadi perubahan fisik berupa hilangnya payudara,dimana payudara memiliki arti penting bagi wanita yang berkaitan dengan fungsi dan makna payudara seperti menyusui, seksual, atau hubungan suami istri dan dalam segi penampilan saat bekerja. Mastektomi dapat menyebabkan beberapa masalah penyesuaian yang serius. Setelah mastektomi seorang wanita merasa tidak memiliki gairah dan menghindari hubungan intim, takut pasangannya tidak tertarik padanya. Disamping itu kehilangan payudara dapat menghilangkan atau mengurangi gairah seksual, ketergugahan atau kemampuan untuk mencapai orgasme. Walaupun operasi untuk merekonstruksi payudara telah banyak dilakukan, namun hampir semua wanita yang menjalani pengobatan untuk mengatasi tumor pada payudara mengakui bahwa mereka lebih merasa cemas akan bekas luka. Dalam masyarakat kita, seksualitas dan payudara mungkin ditekankan secara berlebihan, sehingga wanita merasa ditelanjangi kewanitaannya jika payudara mereka kehilangan bentuk dan keutuhannya. Mastektomi radikal, suatu operasi brutal yang meninggalkan bekas luka yang nyata. Selain mengalami perubahan fisik wanita tersebut akan mengalami gangguan pola hidup seperti insomnia, mimpi buruk berulang, kehilangan nafsu makan, kesulitan melakukan kegiatan rumah tangga,bekerja,dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Dampak psikologis biasanya wanita yang sudah menjalani mastektomi mereka merasa kekhawatiran yang tinggi dan ketidaknyamanan dengan

14 perubahan yang dialaminya. Gangguan emosional yang biasanya dijumpai seperti frustrasi, depresi dan anxiety. Penderita juga dapat mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri menurun dan putus asa ( A. Ganz, MD 2008) Explanatory Style adalah kecenderungan individu untuk menerangkan kepada diri mereka mengapa suatu peristiwa bisa terjadi (Seligman,1990). Explanatory syle tercakup 3 dimensi utama yaitu permanence, pervasiveness dan personalization. Dimensi pertama adalah permanence (waktu), yaitu apakah peristiwa yang terjadi bersifat permanence (menetap) dan temporary (hanya sementara. Individu yang cenderung memiliki pessimistic Explanatory Style percaya bahwa penyebab dari keadaan buruk(bad situation) yang mereka alami bersifat permanen. Pada wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi menjelaskan bahwa mereka memiliki kesehatan fisik yang lemah dan tidak mungkin sebugar dulu lagi. Penyakit kanker payudara dapat menyebabkan kematian. Individu yang optimistic Explanatory Style percaya bahwa keadaan buruk yang mereka alami bersifat temporer (sementara). Wanita yang sudah menjalani mastektomi, awalnya tidak ada rasa nyeri pada tangan, beberapa bulan kemudian mereka mengalami rasa nyeri tersebut. Mereka menganggap bahwa gejala tersebut hanya sementara. Mereka meyakini mungkin rasa nyeri yang dirasakannya hanya karena kelelahan. Sebaliknya untuk peristiwa peristiwa baik (good situation), individu yang cenderung memiliki pessimistic Explanatory Style menjelaskan bahwa penyebab peristiwa peristiwa baik yang

15 mereka alami bersifat temporer, misalnya wanita yang sudah menjalani mastektomi ini tidak merasakan rasa nyeri hanya pada waktu tertentu saja. Mereka menjelaskan bahwa pada saat itu mungkin memang kondisi fisik mereka sedang baik dan nantinya akan kambuh kembali rasa sakit tersebut. Individu yang cenderung memiliki optimistic explamatory style menjelaskan peristiwa peristiwa baik yang mereka alami bersifat permanen. Wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi menjelaskan bahwa keadaannya semakin hari semakin membaik dengan berkurangnya rasa nyeri yang muncul misalnya pada lengan atau pada bagian dada. Pervasiveness membahas mengenai ruang lingkup suatu keadaan atau peristiwa. Dibedakan antara ruang lingkup yang universal dan spesifik. Pada peristiwa peristiwa buruk (bad situation) individu yang memiliki pessimistic Explanatory Style menjelaskan peristiwa yang dialaminya secara universal. Wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi mengalami rasa nyeri pada lengan dan dada, mereka menjelaskan secara universal bahwa hal tersebut tidak ada yang memberikan dampak baik. Sementara individu yang memiliki optimistic Explanatory Style akan menjelaskan peristiwa peristiwa yang terjadi pada bad situation secara spesifik, mereka akan menyerah pada satu aspek kehidupan tetapi mereka menunjukkan kekuatan di aspek aspek kehidupan lainnya. Wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi mengalami rasa nyeri yang timbul pada lengan dan dada. Mereka menjelaskan secara spesifik bahwa adanya kesalahan dalam pemberian obat saja.

16 Dalam menjelaskan peristiwa peristiwa baik(good situation), individu yang cenderung memiliki optimistic Explanatory Style, mereka menjelaskan secara universal bahwa upaya pemulihan luka pada payudaranya yang diberikan dokter berdampak baik dalam penyembuhan rasa nyeri yang dialaminya. Sementara individu yang cenderung memiliki pessimistic Explanatory Style menjelaskan secara spesifik. Wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi yang sudah tidak mengalami luka pada bagian payudaranya yang menyebabkan rasa nyeri dikarenakan obat yang diberikan obat tertentu yang sesuai dengan rasa nyeri yang mereka alami. Dimensi terakhir adalah personalization yang membicarakan mengenai siapa penyebab dari peristiwa baik(good situation) dan peristiwa buruk (bad situation) tersebut dilihat dari penyebab internal dan eksternal. Ketika individu dihadapkan pada peristiwa buruk(bad situation), individu yang cenderung memiliki Explanatory Style akan menjelaskan bahwa munculnya peristiwa buruk tersebut menghubungkan dengan hal hal diluar dirinya(eksternal) (Seligman,1990). Individu yang cenderung memiliki pessimistic Explanatory Style, akan menghubungkan dengan hal yang ada dalam dirinya. Mereka yang memiliki pessimistic Explanatory Style,akan menjelaskan kehilangan payudaranya memang disebabkan kesalahan mereka sendiri, ketika diagnosa penyakitnya mereka tidak langsung menjalani pengobatan yang dianjurkan dokter. Pada peristiwa yang baik (good situation) individu yang optimistic menjelaskan bahwa munculnya peristiwa yang baik, ada kaitannya dengan hal hal yang ada dalam diri individu tersebut (Seligman,1990). Wanita kanker payudara

17 yang sudah menjalani mastektomi dan mengalami rasa nyeri menjelaskan personalization bahwa mereka meminum obat secara teratur dan mengikuti anjuran dokter demi kesembuhan penyakitnya. Individu yang pesimis mengaitkan dengan hal hal yang diluar dirinya. Wanita kanker payudara yang kehilangan payudaranya menjelaskan bahwa hilangnya rasa nyeri tersebut karena dokter yang menangani mereka cukup ahli dan berpengalaman. Untuk individu yang optimis tidak mengalami rasa nyeri karena memang mereka merasa sudah menjalani aturan yang diberika oleh dokter. Dari ketiga dimensi tersebut dapat disimpulkan, pada wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi ini yang tergolong optimistic Explanatory Style akan memandang penyakit yang dideritanya sebagai hal yang bersifat sementara, mereka juga percaya bahwa penyakitnya ini bukanlah kesalahannya sehingga mereka tidak akan menyalahkan diri sendiri dan mereka merasa yakin bahwa dirinya dapat sembuh setelah menjalani pengobatan. Pada wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi tergolong pessimistic Explanatory Style akan memandang penyakit nya tersebut hal yang akan berlangsung lama bahkan selamanya, mereka tidak percaya dan yakin bahwa penyakitnya dapat disembuhkan setelah mastektomi.

18 Adapun bagan kerangka pemikiran sebagai berikut Faktor yang mempengaruhi Wanita kanker payudara yang sudah mastektomi - Explanatory Style ibu - Kritik dari orangtua - Masa kritis anak Explanatory Style Optimistic Explanatory Style Pessimistic Explanatory Style Dimensi Explanatory Style: - Permanence - Pervasiveness - personalization Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

19 1.6 Asumsi Dari kerangka pemikiran yang telah dibuat oleh peneliti, maka dapat diasumsikan mengenai Explanatory Style pada wanita kanker payudara setelah menjalani mastektomi - Dimensi Explanatory syle terdiri 3 dimensi utama yaitu dimensi pertama adalah permanence (waktu), yaitu apakah peristiwa yang terjadi bersifat permanence(menetap) dan temporary (hanya sementara). Dimensi kedua yaitu Pervasiveness membahas mengenai ruang lingkup pada suatu keadaan atau peristiwa. Dimensi ketiga personalization yang membicarakan mengenai siapa penyebab dari peristiwa baik (good situation) dan peristiwa buruk (bad situation) tersebut dilihat dari penyebab internal dan eksternal. - Explanatory Style dipengaruhi oleh Explanatory Style ibu, kritik dari orang tua, krisis pada anak dan genetik. - Explanatory Style menghasilkan dua gambaran yaitu optimistic Explanatory Style, dan pessimistic Explanatory Style.