KETETAPAN MPR HASIL ST 2002

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TAHUN 2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG REKOMENDASI KEBIJAKAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : II/MPR/2001 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA K.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IV/MPR/2000 TENTANG REKOMENDASI KEBIJAKAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH

PRESS RELEASE. Consulate General of the Republic of Indonesia Zeppelinallee 23, Frankfurt am Main, tel fax

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR III/MPR/2000 TENTANG SUMBER HUKUM DAN TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERUBAHAN KE IV UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT,

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR II/MPR/2003 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KETETAPAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

K E T E T A P A N NOMOR VIII/MPR/2000

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : VII/MPR/2001 TENTANG VISI INDONESIA MASA DEPAN

PERUBAHAN KEEMPAT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR V/MPR/2000 TENTANG PEMANTAPAN PERSATUAN DAN KESATUAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVI/MPR/1998 TENTANG POLITIK EKONOMI DALAM RANGKA DEMOKRASI EKONOMI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960)

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

1 SUMBER :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI. No.VII/MPR/2001 tanggal 9 November 2001 TENTANG VISI INDONESIA MASA DEPAN

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR I/MPR/2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1986/1987

Tentang: ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1988/1989 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2004

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR V/MPR/2000 TENTANG PEMANTAPAN PERSATUAN DAN KESATUAN NASIONAL

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at

UU 3/1993, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/1994

KEPPRES 87/2003, TIM NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR DAN PENINGKATAN INVESTASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UU 3/1993, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/1994

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/DPD RI/IV/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1989/1990

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG STAF KHUSUS PRESIDEN DAN STAF KHUSUS WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TAHUN 2001 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON


KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008

KETETAPAN MAJ ELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR III/MPR/2OOO

EKONOMI INDONESIA MENGHADAPI REFORMASI, GLOBALISASI DAN ERA PERDAGANGAN BEBAS

UU No.19 Tahun 2001 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TA 2002

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1992 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1992/1993

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

I. U M U M PASAL DEMI PASAL II.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1985/1986

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG STAF KHUSUS PRESIDEN DAN STAF KHUSUS WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG UTUSAN KHUSUS PRESIDEN, STAF KHUSUS PRESIDEN, DAN STAF KHUSUS WAKIL PRESIDEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

Tata Urutan Peraturan Perundangan Indonesia / Hukum Undang-Undang Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KETETAPAN MPR HASIL ST 2002 Enam Ketetapan dihasilkan ST MPR 2002 dan Perubahan Amandemen Keempat UUD 1945. Selengkapnya putusan Majelis yang menjadi hasil ST MPR Tahun 2002 ini sebagai berikut: 1.Perubahan Keempat Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, 2. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2002 tentang Pembabentukan Komisi Konstitusi, 3. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat Pemulihan ekonomi Nasional. 4. Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR Tahun 2003, 5. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2002 tetang Pencabutan MPR Nomor VI/MPR/1999 tentang Tata Cara Pencalonan dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, 6. Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2002 tentang Perubahan Keempat atas Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib MPR 7. Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan MPR oleh Presiden DPA, DPR, BPK, MA pada Sidang tahunan MPR Tahun 2002. KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IV/MPR/2002 TENTANG PENCABUTAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR VI/MPR/1999 TENTANG TATA CARA PENCALONAN DAN PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 6 dan Pasal 6A Undang-Undang Dasar 1945, syaratsyarat dan tata cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dalam undang-undang. b. bahwa syarat-syarat dan tata cara pencalonan dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tidak relevan diatur dalam ketetapan majelis; c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu adanya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang Pencabutan Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/1999 tentang Tata Cara Pencalonan dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Mengingat : 1. Pasal 1 Ayat (2), Pasal 2, Pasal 6, dan Pasal 6A Undang-Undang Dasar 1945. 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor V/MPR/2001; 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundangundangan. Memperhatikan : 1. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/MPR/2002 tentang Jadwal Acara Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002. 2. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 4/MPR/2002 tentang Perubahan Jadwal Acara Sidang Tahunan Mejelis 3. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 5/MPR/2002 tentang Perubahan Jadwal Acara Sidang Tahunan Majelis 4. Permusyawaratan dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 1 sampai dengan 11 Agustus 2002 yang membahas usul Rancangan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/1999 tentang Tata Cara Pencalonan dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia; 5. Putusan Rapat Paripurna ke-6 (lanjutan) tanggal 11 Agustus 2002 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002. M E M U T U S K A N Menetapkan : KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENCABUTAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYA-WARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR VI/MPR/1999 TENTANG TATA CARA PENCALONAN DAN PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Pasal 1 Mencabut Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/1999 tentang Tata Cara Pencalonan dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Pasal 2 Ketetapan ini mulai berlaku sejak diundangkannya undang-undang sebagaimana dimaksud Pasal 6 dan Pasal 6A Undang-Undang Dasar 1945. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2002 KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR I/MPR/2002 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar merupakan hukum dasar dan karena itu dalam melakukan perubahan diperlukan pembahasan yang mendalam, teliti, cermat, dan menyeluruh; b. bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah menetapkan Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 14 sampai dengan 21 Oktober 1999, Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 7 sampai dengan 18 Agustus 2000, Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 1 sampai dengan 9 November 2001 dan Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 1 sampai dengan 11 Agustus 2002; c.. bahwa perubahan-perubahan Undang-Undang Dasar tersebut sudah cukup untuk mengatur pelaksanaan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara, tetapi masih diperlukan pengkajian secara komprehensif dan transparan dengan melibatkan masyarakat luas; d. bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dipandang perlu membentuk suatu komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara komprehensif tentang perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; e. bahwa sehubungan dengan itu perlu adanya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang pembentukan suatu komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara komprehensif tentang perubahan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Mengingat : 1. Pasal 3 Ayat (1) dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor V/MPR/2001. Memperhatikan : 1. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/MPR/2002 tentang Jadwal Acara Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002; 2. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 4/MPR/2002 tentang Perubahan Jadwal Acara Sidang Tahunan Majelis 3. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 5/MPR/2002 tentang Perubahan Jadwal Acara Sidang Tahunan Majelis 4. Permusyawaratan dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 1 sampai dengan 11 Agustus 2002; 5. Putusan Rapat Paripurna ke-6 (lanjutan) tanggal 11 Agustus 2002 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002. M E M U T U S K A N Menetapkan : KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI KONSTITUSI Pasal 1 Membentuk suatu komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara komprehensif tentang perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 2 Menugasi Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk merumuskan susunan, kedudukan, kewenangan, dan keanggotaan komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1. Pasal 3 Hasil penugasan Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sudah harus dilaporkan paling lambat pada

Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2003 untuk diputuskan. Pasal 4 Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2002 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Ketua, Prof. Dr. H.M. Amien Rais Wakil Ketua, Ir.Sutjipto Prof. Dr. Ir. Ginandjar Kartasasmita K.H. Cholil Bisri Drs. H.M. Husnie Thamrin Agus Widjojo Prof. Dr. Jusuf Amir Feisal, S.Pd. Drs. H.A. Nazri Adlani KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR II/MPR/2002 TENTANG REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK MEMPERCEPAT PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa krisis ekonomi yang berkepanjangan hingga saat ini memerlukan pemulihan yang bersifat segera; b. bahwa dalam rangka pemulihan ekonomi tersebut telah dilakukan berbagai kebijakan politik yang berbentuk peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan, tetapi belum efektif; c. bahwa dalam pelaksanaan kebijakan pemulihan ekonomi masih ditemukan berbagai hambatan, antara lain, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, koordinasi yang belum efektif, rendahnya kepastian hukum, stabilitas politik yang belum sepenuhnya kondusif, keamanan yang belum memadai, infrastruktur yang terbatas, iklim usaha yang belum mendukung, masalah utang dalam dan luar negeri yang besar dan belum terselesaikan, serta lemahnya posisi tawar dalam menghadapi lembaga/negara kreditor; d. bahwa tuntutan masyarakat terhadap percepatan pemulihan ekonomi nasional semakin besar, yaitu dalam peningkatan peran ekonomi masyarakat, peningkatan kemampuan ekonomi daerah, pengembangan usaha kecil dan menengah serta koperasi, peningkatan ketahanan pangan, peningkatan hubungan ekonomi regional,

pengurangan angka pengangguran, dan sekaligus pengurangan kemiskinan; e. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dalam huruf a, b, c, dan d perlu adanya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional. Mengingat : 1. Pasal 1 Ayat (2), Pasal 2, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka Demokrasi Ekonomi; 4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor V/MPR/2001; 5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004; 6. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000; 7. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; 8. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001. Memperhatikan : 1. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 8/MPR/2001 tentang penugasan kepada Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk mempersiapkan Rancangan Ketetapan tentang Landasan Kebijaksanaan Ekonomi dan Keuangan Menuju Rekonstruksi dan Pemulihan Ekonomi Nasional; 2.Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/MPR/2002 tentang Jadwal Acara Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002; 3.Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 4/MPR/2002 tentang Perubahan Jadwal Acara Sidang Tahunan Mejelis 4.Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 5/MPR/2002 tentang Perubahan Jadwal Acara Sidang Tahunan Majelis

5.Permusyawaratan dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 1 sampai dengan 11 Agustus 2002 yang membahas Rancangan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional; 6.Putusan Rapat Paripurna ke-6 (lanjutan) tanggal 11 Agustus 2002 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002. MEMUTUSKAN Menetapkan : KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK MEMPERCEPAT PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL. Pasal 1 Rekomendasi kebijakan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional disusun sebagai berikut: I. Pendahuluan II. Kebijakan Dasar Pemulihan Ekonomi Nasional III. Rekomendasi Kebijakan IV. Penutup. Pasal 2 Muatan rekomendasi sebagaimana tersebut pada Pasal 1 diuraikan dalam sebuah naskah dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Ketetapan ini. Pasal 3 Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2002 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Ketua, Prof. Dr. H.M. Amien Rais Wakil Ketua, Prof. Dr. Ir. Ginandjar Kartasasmita Ir. Sutjipto K.H. Cholil Bisri Drs. H.M. Husnie Thamrin

Agus Widjojo Prof. Dr. Jusuf Amir Feisal, S.Pd. Drs. H.A. Nazri Adlani REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK MEMPERCEPAT PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perekonomian nasional dewasa ini masih berada dalam kondisi krisis yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah, laju inflasi yang tinggi, suku bunga yang tinggi, angka investasi yang rendah, angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin yang besar, serta defisit anggaran dan neraca pembayaran yang belum sehat, sektor riil yang bergerak lamban. 2. Permasalahan Krisis ekonomi yang terjadi dipicu oleh krisis keuangan regional dan akumulasi permasalahan masa lalu sampai saat ini yang disebabkan, antara lain, utang dalam dan luar negeri yang besar, penyelenggara negara dan dunia usaha yang sarat dengan KKN, kebijakan ekonomi yang sentralistis, distorsi pasar yang berbentuk monopoli dan oligopoli, dan pemerintahan yang belum berhasil merespon ekonomi regional dalam konteks globalisasi ekonomi. Kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah sampai saat ini belum mampu mengatasi krisis secara efektif. Hal itu disebabkan terutama oleh inkonsistensi dalam pelaksanaan kebijakan, lemahnya kepastian hukum dalam berusaha, rendahnya jaminan keamanan, dan kondisi politik dalam negeri yang belum kondusif untuk memberi dukungan dalam upaya pemulihan ekonomi. 3. Sasaran Dengan memperhatikan latar belakang dan permasalahan di atas, serta dengan mencermati perkembangan kehidupan ekonomi sosial masyarakat dan tuntutan yang berkembang, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia memandang perlu menetapkan rekomendasi kebijakan. Rekomendasi tersebut dimaksudkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional yang mencakup suatu proses perbaikan perekonomian nasional yang berkesinambungan yang dapat mempercepat berakhirnya krisis ekonomi sehingga tercipta ekonomi yang sehat berwawasan lingkungan guna tercapainya kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan rakyat. Secara lebih rinci sasaran pemulihan ekonomi, terutama adalah pengurangan laju inflasi, penurunan suku bunga, peningkatan investasi, peningkatan produksi dalam negeri, peningkatan ekspor, pengurangan beban utang dalam dan luar negeri yang akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga tercapai sasaran terciptanya lapangan kerja yang lebih luas, pengurangan pengangguran, peningkatan daya beli masyarakat, dan berkurangnya kemiskinan. II. KEBIJAKAN DASAR PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL Mengingat pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan

dalam GBHN dan Propenas belum berhasil mengatasi krisis ekonomi, maka dipandang perlu adanya kebijakan dasar pemulihan ekonomi nasional sebagai berikut: 1. Mempercepat pemulihan ekonomi nasional untuk terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang diikuti oleh stabilitas harga dan nilai tukar rupiah, penyelesaian utang negara, penumbuhan kredibilitas dan kepercayaan, penciptaan lapangan kerja, penanggulangan pengangguran, dan pengurangan kemiskinan. 2. Memperjelas koordinasi, wewenang, dan tanggung jawab lembaga-lembaga negara yang terkait dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi. 3. Menghindari ekonomi biaya tinggi melalui penataan kelembagaan negara, reformasi birokrasi, pemberantasan segala bentuk pungutan liar dan KKN. 4. Memperbaiki peran negara sebagai regulator dan fasilitator dalam kegiatan ekonomi kecuali cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak. 5. Memperbaiki struktur perekonomian nasional dengan memperluas partisipasi dan emansipasi masyarakat termasuk kesetaraan gender dalam rangka mendorong dan meningkatkan perekonomian rakyat serta menata kembali sistem distribusi kebutuhan masyarakat sebagai produsen dan konsumen untuk mendorong peningkatan produktivitas. 6. Pengelolaan ekonomi diprioritaskan kepada pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi nasional dengan mengutamakan penyediaan infrastruktur ekonomi yang terintegrasi, penciptaan lapangan kerja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perbaikan distribusi pendapatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. III. REKOMENDASI KEBIJAKAN 1. Diperlukan kemauan politik riil seluruh penyelenggara negara, elit politik, dan seluruh masyarakat untuk memberikan prioritas utama terhadap upaya mempercepat pemulihan ekonomi nasional. 2. Diperlukan langkah-langkah politik dan hukum yang lebih nyata untuk terciptanya stabilitas politik dan keamanan serta kepastian hukum sehingga tercipta iklim yang kondusif untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. 3. Diperlukan peningkatan koordinasi antara Pemerintah dan Bank Sentral dalam rangka kebijakan percepatan pemulihan ekonomi nasional. 4. Mengingat semakin mendesaknya upaya percepatan pemulihan ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merekomendasikan kepada Presiden dan lembaga tinggi negara lainnya untuk segera mengambil kebijakan dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional, antara lain: a. mendesak terciptanya penyelenggara negara dan pengelola dunia usaha yang baik dan bersih dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah untuk memperlancar dan

mengembangkan lebih lanjut kehidupan dunia usaha, termasuk pemberantasan penyelundupan secara tegas dan tuntas; b. menciptakan kepastian hukum dan menjamin keamanan termasuk dalam masalah perburuhan dan perlindungan konsumen untuk mendorong terciptanya iklim ekonomi yang kondusif terutama dalam rangka meningkatkan pertumbuhan investasi, perdagangan, jasa-jasa, dan pariwisata; c. melakukan evaluasi kebijakan untuk meningkatkan posisi tawar dalam kerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan internasional, dan negara-negara pemberi kredit agar tidak semakin terjebak dalam ketergantungan kepada negara donor, serta membuat strategi yang komprehensif dalam pengelolaan utang luar negeri, termasuk melakukan negosiasi ulang perjanjian utang dalam bentuk restrukturisasi, penjadwalan ulang, dan konversi, serta bentuk lain. Di samping itu, perlu dilakukan verifikasi jumlah utang dalam negeri dan kebijakan penyelesaian utang tersebut; d. melakukan pengelolaan penerimaan APBN yang efektif dan efisien, antara lain, dengan kebijakan peningkatan efektivitas penerimaan pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan untuk meningkatkan tax ratio, coverage ratio, dan penerimaan lainnya. Namun demikian, dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan kebijakan perpajakan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, serta percepatan penyelesaian kasus BLBI dengan pembagian beban keuangan yang proporsional sesuai dengan hasil audit BPK; e. melakukan pengelolaan pembelanjaan APBN melalui penghematan pengeluaran rutin dan peningkatan porsi dana pembangunan (untuk pengeluaran pembangunan dan dana perimbangan) yang penggunaannya diprioritaskan, antara lain, kepada penyediaan infrastruktur ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja produktif, perbaikan distribusi pendapatan dan kebutuhan primer masyarakat guna peningkatan kesejahteraan rakyat; f. melakukan koordinasi kebijakan moneter dan keuangan demi terciptanya stabilitas harga, nilai tukar yang stabil, suku bunga yang realistis, skema dan alokasi kredit untuk kegiatan produksi dan pemasaran yang memperkuat usaha kecil, menengah, dan koperasi; g. memperkuat dan mempertegas kemauan politik yang dijabarkan dalam bentuk kebijakan ekonomi yang konsisten untuk mendorong percepatan pengembangan ekonomi kerakyatan melalui penumbuhkembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi, antara lain, penambahan porsi alokasi kredit perbankan dan lembaga keuangan lainnya untuk pengembangan kesempatan berusaha, dan peningkatan kemampuan berusaha; h. menyamakan persepsi dan pemahaman dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota yang diikuti oleh ketegasan aturan pembagian kewenangan dengan mengutamakan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan untuk memperlancar pelaksanaan otonomi daerah, sehingga dapat dihindarinya ketidaktertiban dalam penerbitan peraturan pemerintah pusat dan daerah yang berdampak kepada ekonomi biaya tinggi yang akhirnya menghambat proses percepatan pemulihan ekonomi;

i. menajamkan kebijakan ekonomi melalui sebuah gerakan nasional untuk meningkatkan mutu, kompetensi rakyat, dan produktivitas hasil produk dalam negeri, serta penggunaannya di sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, kelautan, pertambangan, industri pengolahan, dan industri pariwisata dalam rangka mendorong pengembangan ekonomi; j. menajamkan kebijakan ekonomi untuk menjaga ketahanan pangan nasional melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, perkebunan, dan kelautan, sistem distribusi yang efisien dan kebijakan harga yang layak, kebijakan perdagangan luar negeri yang mendukung dan selaras, serta kebijakan tarif yang melindungi produksi pertanian; k. mendorong kerja sama ekonomi regional serta memberikan peluang yang cukup bagi pemerintah daerah untuk mengambil inisiatif dan menindaklanjuti kerja sama ekonomi regional dalam rangka kebijakan ekonomi nasional. IV. PENUTUP Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional ini harus menjadi pedoman bagi seluruh penyelenggara negara dan seluruh masyarakat. KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR III/MPR/2002 TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN SIDANG TAHUNAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, yang secara periodik telah diselenggarakan sejak tahun 2000, masih dianggap relevan dan tepat untuk diselenggarakan; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan tersebut di atas, perlu adanya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2003. Mengingat : 1. Pasal 1 Ayat (2), Pasal 2, dan Pasal 3 Undang-Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor V/MPR/2001; 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004; 4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Republik Indonesia. Memperhatikan : 1. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/MPR/2002 tentang Jadwal Acara Sidang Tahunan Majelis 2. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 4/MPR/2002 tentang Perubahan Jadwal Acara Sidang Tahunan Mejelis 3. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 5/MPR/2002 tentang Perubahan Jadwal Acara Sidang Tahunan Majelis 4. Permusyawaratan dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 1 sampai dengan 11 Agustus 2002 yang membahas usul Rancangan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2003; 5. Putusan Rapat Paripurna ke-6 (lanjutan) tanggal 11 Agustus 2002 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002. M E M U T U S K A N Menetapkan : KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN SIDANG TAHUNAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003. Pasal 1 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia perlu mendengar laporan lembaga-lembaga Tinggi Negara atas pelaksanaan putusan Majelis. Pasal 2 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia melakukan

Sumber: www.mpr.go.id peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2003. Pasal 3 Menugaskan kepada Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk menyesuaikan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dengan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 4 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia diselenggarakan pada bulan Agustus 2003. Pasal 5 Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2002 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Ketua, Prof. Dr. H.M. Amien Rais Wakil Ketua, Prof. Dr. Ir. Ginandjar Kartasasmita Ir. Sutjipto K.H. Cholil Bisri Drs. H.M. Husnie Thamrin Agus Widjojo Prof. Dr. Jusuf Amir Feisal, S.Pd. Drs. H.A. Nazri Adlani