BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

dokumen-dokumen yang mirip
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PERSEPSI REMAJA PUTRI TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 BAMBANGLIPURO

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerus keturunan keluarga. Kehamilan menurut Manuaba (2010) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

Sgmendung2gmail.com

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

PERSEPSI PELAJAR SMA NEGERI 1 BANJARMASIN DAN SMA NEGERI 2 BANJARMASIN TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

PERSEPSI REMAJA TENTANG KEHAMILAN PADA USIA REMAJA DI DUSUN KAVLING BRINGIN DESA KESAMBI KECAMATAN PORONG SIDOARJO MAYANG KRISTI A.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalamnya. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07 Januari-Juni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang diseluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kehamilan pada remaja disebabkan karena adanya kebiasaan masyarakat yang menikahkan anak perempuan yang masih dibawah umur dan pergaulan remaja yang semakin bebas. Survey yang dilakukan oleh BKKBN terhadap 2.880 responden yang berusia 15-24 tahun di enam kota di Jawa Barat pada Mei 2002 menunjukkan 39,65 persen responden pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah (Arimurti, 2006). Sedangkan pernikahan dengan usia pengantin dibawah 16 tahun sebanyak 26,9 persen (BKKBN, 2004), dengan angka kelahiran bayi 100 orang per 1.000 perempuan (Fauzan, 2005). Kehamilan dan melahirkan diusia belasan tahun mengandung resikoresiko tertentu. Baik ibu maupun bayi keduanya berada dalam kondisi resiko tinggi. Remaja putri yang berusia antara 15 hingga 19 tahun, mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar meninggal dunia saat mereka hamil atau melahirkan, bila dibandingkan dengan perempuan berusia 20 tahunan. Sementara itu remaja yang berusia di bawah 14 tahun, mempunyai kemungkinan meninggal 5 kali lebih besar (BKKBN, 2004). Bagi remaja laki-laki masalah juga timbul karena ketidaksiapan mental dan tanggung jawab mereka sebagai ayah (Chandraningrum, 2005). 1

2 Bayi-bayi dari para remaja mempunyai kemungkinan lebih besar untuk lahir dini {premature) atau lahir dalam keadaan berat badan di bawah normal, pertumbuhan janin terhambat, lahir cacat dan berpenyakitan. Umumnya bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja beresiko tinggi dalam tingkat kematian yaitu meninggal dunia sebelum usia mencapai 1 tahun dengan presentase 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu pada usia di atas 20 tahun (BKKBN, 2004). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 dengan perkiraan angka kematian ibu (AKI) tingkat nasional sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. AKI Propinsi Jawa Tengah tahun 2005 berdasarkan hasil Survey Kesehatan Daerah sebesar 252 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) tingkat nasional pada tahun 2001 menurut hasil Survei Kesehatan Nasional diperkirakan sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup. AKB Propinsi Jawa Tengah tahun 2005 sebesar 7,50 per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan, 2005). Sebagian besar dari kematian itu seharusnya dapat dielakkan dengan kebijakan dan program baru yang dapat menolong para ibu muda untuk menangguhkan perkawinan dan atau kehamilan mereka. Adanya program wajib belajar 12 tahun, dan ditetapkannya Undang-Undang Perkawinan No. 1/1974 pasal 7 yang menyatakan bahwa syarat usia minimal menempuh perkawinan adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria. Seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun masih memerlukan izin orang tua untuk menikah. Setelah berusia di atas 21 tahun, ia diperbolehkan menikah tanpa izin orang tua (pasal 6

3 ayat 2 UUP No. 1/1974) (BKKBN, 2000). Masa yang paling baik untuk hamil dan melahirkan adalah pada usia 20 sampai 30 tahun (Departemen Agama, 2001). Kelompok usia ini secara fisik sudah cukup kuat, juga dari segi mental sudah cukup dewasa sehingga resiko kehamilan kecil, baik untuk ibu atau bayi yang dikandungnya. Berbagai peraturan tersebut pada dasarnya dibuat agar manusia bisa lebih siap secara jasmani dan rohani untuk membentuk keluarga, namun dengan berkembangnya usia, hormon terus berproduksi dan hasrat seksual semakin meningkat dan, sementara itu penundaan usia perkawinan merupakan alternaif yang secara normative harus dipilih. Pada saat ini tampaknya kematangan psiko-sosial merupakan syarat mutlak untuk melangsungkan perkawinan, hal tersebut dapat menghambat atau mengurangi pelaksanaan pernikahan usia remaja. Hal ini dapat dibuktikan bahwa di kota-kota besar, rata-rata usia perkawinan sudah meningkat di atas 20 tahun. Bahkan, tidak sedikit generasi muda di kota-kota besar baru menikah pada awal usia 30-an tahun (termasuk para wanita). Masalahnya menjadi semakin kompleks bagi remaja karena mereka tidak mempunyai akses terhadap berbagai bentuk pelayanan, bantuan, sarana (pendidikan seks, konsultasi, pembelian alat kontrasepsi, dan pelayanan medik) yang dapat membantu penyaluran hasrat seksual mereka, khususnya upaya mencegah dan menanggulangi masalah-masalah yang terkait dengan kehidupan seksual mereka, termasuk menghindari terjadinya kehamilan pada usia remaja.

4 SMA Pembangunan yang letaknya di daerah Mranggen, yang merupakan daerah transisi atau peralihan dari desa ke kota, mempengaruhi sistem pendidikan yang diterapkan. Kebebasan yang disahkan oleh pihak sekolah kepada peserta didik dalam hal berpakaian, mendorong peserta didiknya lebih ekspresif untuk memilih dan berpenampilan mengikuti trend gaya hidup anak sekolah di kota, disamping itu berdasarkan wawancara dengan salah seorang guru bahwa pernah ada kasus kehamilan diluar nikah yang dialami oleh siswa sekolah tersebut namun mengenai angka kejadiannya tidak dipublikasikan karena berkaitan dengan privasi sekolah. Melihat fenomena yang ada seperti yang disebutkan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang menggambarkan persepsi remaja tentang kehamilan dan persalinan pada usia remaja. B. Rumusan Masalah Kehamilan dan persalinan pada usia remaja dianggap sebagai suatu situasi yang beresiko tinggi, karena remaja dianggap belum matang secara optimal baik fisiologis maupun psikologis. Namun hal ini seringkali tidak dapat dihindari karena banyak faktor eksternal yang menyebabkan tingginya angka kehamilan dan persalinan di usia remaja, seperti budaya berkaitan dengan kepercayaan dan dorongan orang tua untuk menikah di usia remaja, sosial berkaitan dengan rendahnya jenjang pendidikan remaja, dan ekonomi berkaitan dengan kemiskinan orang tua sehingga remaja tidak dapat melanjutkan sekolah dan terpaksa menikah pada usia muda untuk meringankan beban orang tua. Dengan

5 alasan di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil masalah penelitian mengenai bagaimana persepsi remaja tentang kehamilan dan melahirkan pada usia remaja. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah : Untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi remaja tentang kehamilan dan melahirkan pada usia remaja. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus pada penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi pemahaman remaja tentang kehamilan dan persalinan b. Mengidentifikasi pemahaman remaja tentang pengaruh kehamilan dan persalinan pada usia remaja. c. Mengidentifikasi pemahaman remaja tentang resiko kehamilan dan persalinan pada usia remaja. D. Manfaat Penelitian Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Remaja Remaja memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang kehamilan dan persalinan, serta pengaruh dan resiko kehamilan terhadap aspek fisik, emosional, sosial, dan ekonomi.

6 2. Peneliti Meningkatkan kemampuan peneliti untuk mampu mengungkap permasalahan dibalik kehamilan dan persalinan yang terjadi pada remaja serta memberi alternatif penyelesaian. 3. Perawat Perawat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan remaja, sehingga penggunaan strategi kesehatan akan lebih berhasil. 4. Ilmu pengetahuan Sebagai bahan masukan guna menambah khazanah ilmu pengetahuan yang digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. E. LINGKUP 1.Bidang Ilmu : Maternitas 2.Tempat 3.Tujuan : SMA Pembangunan Mranggen : Bagaimana persepsi remaja tentang kehamilan dan melahirkan pada usia remaja.