BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan dan angka. kematian yang terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Analisis regresi merupakan salah satu metode statistik yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi sehingga mengakibatkan munculnya berbagai penyakit tidak menular. Di Indonesia, interaksi pembangunan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, dan geografis menimbulkan triple burden disease (segitiga beban penyakit) di mana ketika masalah penyakit menular belum tuntas dikendalikan, kejadian penyakit tidak menular sudah mulai naik diikuti dengan bermunculannya penyakit penyakit baru (Depkes, 2007). Perkembangan penyakit tidak menular telah menjadi suatu tantangan pada abad 21. Di dunia, PTM telah menyumbang 3 juta kematian pada tahun 2005 di mana 60% kematian di antaranya terjadi pada penduduk berumur di bawah 70 tahun. Penyakit tidak menular yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan dan angka kematian dunia adalah penyakit kardiovaskuler (PKV). WHO mengestimasi di dunia terdapat 1/3 (15,3 juta) kematian yang disebabkan oleh PKV pada tahun 1998 yang terjadi di negara berkembang dan negara yang berpenghasilan menengah ke bawah ( WHO Technical Report Series, 2003). Pada tahun 2005, PKV telah menyumbangkan kematian sebesar 28% dari seluruh kematian yang terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2008). Sementara itu, di Indonesia menurut laporan WHO tahun 2002, angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 361 per 100.000 penduduk untuk kategori age standardize mortality rate (WHO, 2007). Membicarakan PKV tidak bisa lepas dari hipertensi. Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Depkes, 2007). Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan juga asosiasinya terhadap kejadian PKV seperti penyakit jantung dan stroke, serta penyakit ginjal. Berdasarkan penelitian NHANES III (The Third National Health and Nutrition 1

2 Examination Survey), hipertensi mampu meningkatkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan resiko stroke sebesar 24% (http://nhlbihin.net/). Karena tidak menunjukkan gejala dan tanda tanda manifestasi penyakit, hipertensi juga dikenal sebagai the silent killer (Hull, 1996). Hipertensi menyerang seluruh dunia. Berdasarkan data WHO tahun 2000, hipertensi telah menjangkiti 26,4% populasi dunia dengan perbandingan 26,6% pada pria dan 26,1% pada wanita. Dari 26,4% populasi dunia itu, negara berkembang menyumbang 2/3 populasi yang terjangkit hipertensi sedangkan negara maju hanya menyumbangkan sepertiganya saja (Andra dalam Simposia, 2007). Berdasarkan laporan NHANES tahun 1999 2000 insidensi hipertensi orang dewasa mencapai 29 31% atau 58 65 juta orang di Amerika (Yogiantoro, 2006). Di daerah Timur Tengah, prevalensi hipertensi cukup tinggi. Irak merupakan negara Timur Tengah yang prevalensinya paling tinggi, yaitu 40,4% disusul oleh Mesir sebesar 33,4%. Negara Timur Tengah yang memiliki prevalensi hipertensi terendah adalah negara Sudan sebesar 23,6% (WHO EMRO). Sementara itu di wilayah ASEAN, survey menunjukkan prevalensi hipertensi di Thailand (1989) sebesar 17%, Philippina (1993) sebesar 22%, Malaysia (1996) sebesar 29,9%, Vietnam (2004) sebesar 43,5%, dan Singapura (2004) sebesar 24,9% (http://www.depkes.go.id/). Indonesia memang belum mempunyai data yang akurat mengenai hipertensi. Penelitian hipertensi pernah dilakukan pada tahun 1975 terhadap 4 grup yaitu suku Batak (Sumatera Utara), suku Sunda (Jawa Barat), suku Jawa (Jawa Tengah), Kalimantan (Kalimantan), dan grup heterogen di Jakarta. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 7,1% dengan 6,6% pada perempuan dan 7,6 pada laki laki (Lapau dalam Shetty, dkk., 1998). Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat 1,8% - 28,6% penduduk berusia di atas 20 tahun yang menderita hipertensi (Arief, 2008). Berdasarkan survei faktor resiko penyakit kardiovaskuler, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat menjadi 13,6% pada pria dan 16% pada wanita (1988), 16,5% pada pria dan 17% pada wanita (1993), 12,1% pada pria dan 12,2% pada wanita (2000). Prevalensi hipertensi tinggi menurut laporan SKRT. Menurut SKRT 1995 prevalensi hipertensi untuk

3 penduduk berumur > 25 tahun adalah 8,3% dengan prevalensi pada laki laki sebesar 7,4% dan pada wanita sebesar 9,1%. Untuk daerah Jawa dan Bali, prevalensi hipertensi adalah 7,2% dengan prevalensi pada laki laki sebesar 6,6% dan perempuan sebesar 7,7% sedangkan di luar Jawa dan Bali, prevalensi hipertensi adalah 9,1% dengan prevalensi pada laki laki sebesar 8,45% dan pada wanita sebesar 10,4%. Sementara itu, menurut survey Monica tahun 2001, prevalensi hipertensi di 3 wilayah Jakarta meningkat dari 17% pada tahun 1993 menjadi 22,4% pada tahun 2000 (Depkes, 2007). Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 2004, hipertensi menempati urutan ketiga sebagai penyakit yang paling sering diderita oleh pasien rawat jalan. Berdasarkan SKRT 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 14%. Sementara itu, berdasarkan laporan SP2RS Ditjen Yanmedik Depkes 2005, hipertensi merupakan penyakit sistem sirkulasi darah yang menempati urutan pertama pada rawat jalan (5701 kunjungan) dan peringkat keempat pada layanan rawat inap. Hipertensi pun merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab kematian utama di rumah sakit (http://www.depkes.go.id/; Depkes, 2007). Pada tahun 2006, hipertensi menempati urutan kedua penyakit yang paling sering diderita oleh pasien rawat jalan Indonesia (4,67%) setelah ISPA (9,32%) (Depkes, 2008). Hipertensi bukanlah penyakit dengan kausa tunggal. Berbagai penelitian telah membuktikan ada berbagai faktor resiko yang berkontribusi terhadap munculnya hipertensi. Hasil studi kardiovaskuler Jakarta menunjukkan bahwa faktor resiko hipertensi antara lain adalah umur, jenis kelamin, perilaku merokok, aktivitas fisik yang kurang, tingginya kadar kolesterol darah, dan diabetes melitus (http://jktcvs.pjnhk.go.id/). Faktor resiko hipertensi lainnya adalah obesitas, sensitivitas terhadap garam, genetik, resistensi insulin, dan vitamin D (http://en.wikipedia.org/wiki/hypertension). Menurut Patel, faktor resiko hipertensi antara lain ras, riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, stres psikologis, kelas sosial, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, perilaku merokok, hidup yang kurang gerak (sedentary lifestyle), lemak, gula, obesitas, dan pola makan (Patel, 1995).

4 Salah satu faktor resiko hipertensi adalah geografis. Bustan (2007) mengatakan bahwa masyarakat yang tinggal di daerah pantai memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di pegunungan. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan propinsi yang secara geografis seluruh wilayahnya dikelilingi laut, dengan Selat Bangka yang membatasi Pulau Bangka dengan Propinsi Sumatera Selatan, Selat Gaspar yang membatasi Pulau Bangka dan Pulau Belitung, Selat Natuna di sebelah Utara, Selat Karimata di sebelah Timur, dan Laut Jawa di sebelah Selatan. Kedekatan wilayah dengan pantai memungkinkan tingginya prevalensi hipertensi di daerah tersebut. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah di luar Jawa dan Bali. Merujuk pada penelitian yang mengatakan prevalensi di luar Jawa dan Bali lebih tinggi dibandingkan Jawa dan Bali (Depkes, 2007), maka terdapat kemungkinan bahwa prevalensi hipertensi di Prov. Babel tinggi. Menurut Profil Kesehatan Prop. Kep. Bangka Belitung tahun 2006 (Dinkes Babel, 2007), terdapat 13.636 kasus baru hipertensi di seluruh wilayah Propinsi ini selama kurun waktu satu tahun (2006). Jumlah kasus hipertensi hanya di kabupaten Bangka saja pada tahun 2007 menempati urutan keempat dari 10 peyakit terbanyak yang terdapat di kabupaten ini, yaitu sebesar 10.345 kasus (http://www.bangka.go.id/data/tabel34.pdf). Angka ini cukup tinggi tetapi tidak terdapat informasi mengenai kasus hipertensi di kabupaten lainnya dan juga faktor faktor yang berhubungan dengan masalah kesehatan ini. Besar masalah hipertensi (prevalensi dan faktor faktor resiko) di wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung masih belum diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi dan faktor faktor yang berhubungan dengan hipertensi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. 1.2 Rumusan Masalah Prevalensi hipertensi di Indonesia terus meningkat dari 8,3% (SKRT 1995) menjadi 14% (SKRT 2004). Berbagai penelitian telah menemukan faktor faktor yang berkontribusi terhadap munculnya hipertensi. Salah satu faktor resiko tersebut adalah geografis, di mana daerah pantai memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi daripada daerah pegunungan. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

5 merupakan Propinsi yang secara geografis seluruh wilayahnya dikelilingi laut sehingga besar kemungkinan prevalensi hipertensi di wilayah ini adalah cukup tinggi. Belum diketahuinya prevalensi dan faktor faktor yang berhubungan dengan hipertensi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007 menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini. 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana prevalensi dan faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui prevalensi dan faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui prevalensi hipertensi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007 b. Mengetahui distribusi variabel karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan) di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007 c. Mengetahui distribusi variabel status gizi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007 d. Mengetahui distribusi variabel karakteristik perilaku (perilaku merokok, aktivitas fisik, diet (pola makan), konsumsi alkohol) di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007 e. Mengetahui hubungan variabel karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan) terhadap kejadian hipertensi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007 f. Mengetahui hubungan variabel status gizi terhadap kejadian hipertensi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007

6 g. Mengetahui hubungan variabel karakteristik perilaku (perilaku merokok, aktivitas fisik, diet (pola makan), konsumsi alkohol) terhadap kejadian hipertensi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007 1.5 Manfaat Penelitian A. Untuk instansi Sebagai gambaran kondisi penyakit hipertensi di wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung sehingga dapat dijadikan acuan untuk program penanggulangan penyakit, khususnya penyakit tidak menular B. Masyarakat Dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit hipertensi dan faktor faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut, khususnya di wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung sehingga dapat melakukan upaya protektif terhadap diri sendiri agar tidak menderita hipertensi dini C. Peneliti Dapat mengaplikasikan ilmu dan metode penelitian tentang kesehatan masyarakat dan menambah pengetahuan peneliti mengenai hipertensi dan faktor yang mempengaruhinya, khususnya di wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tentang prevalensi dan faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007. Penelitian ini dilakukan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung karena prevalensi dan faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung belum diketahui. Penulisan laporan dilakukan pada bulan Maret Juni 2009 dengan menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar 2007. Desain penelitian ini adalah cross sectional dan dianalisis secara deskriptif dan analitik sesuai dengan tujuan penelitian.