I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

I. PENDAHULUAN. banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

I. PENDAHULUAN. tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Per Dollar AS, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian suatu negara termasuk di Indonesia. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan masing-masing sebesar 3,2 persen dan 3,0 persen.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. investor selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku pihak yang. membutuhkan. Bursa efek merupakan tempat pertemuan investor dengan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

Dari investasi tersebut, investor mengharapkan adanya suatu tingkat

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

DAFTAR ISI. ABSTRACT... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL...

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan

BAB I PENDAHULUAN. usaha suatu perusahaan (sebagai hasil kerja bertahun-tahun sebelum go public)

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BABl PENDAHULUAN. (khususnya pasar saham dan obligasi). PT. (Persero) Danareksa (1987:1) menurut

RASIONALITAS INVESTOR DALAM PEMILIHAN SAHAM DAN PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN SINGLE INDEX MODEL DI BURSA EFEK JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Ekspor impor pertanian menurut subsektor, (juta Ton)

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

I. PENDAHULUAN. indonesia yang mengalami peningkatan antara lain nilai Gross Domestic Product

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

BAB III CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING TEORY (APT)

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Industri

Dua model keseimbangan:

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh. manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

I. PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia sedang mengalami masa pemulihan.

BAB I PENDAHULUAN. karena pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini

BAB I PENDAHULUAN. karena pendanaan melakukan usaha dalam mendapatkan dana. Dana untuk sebuah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia melemah dan tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia sangat memerlukan tangan-tangan para investor dalam dan luar negeri untuk menggerakkan roda ekonomi sektor riil sehingga Indonesia dapat membangun kembali perekonomiannya. Kondisi perekonomian Indonesia setelah krisis moneter mulai bangkit kembali. Dunia usaha mulai menunjukkan aktivitas perekonomian yang membaik. Pasar modal sebagai salah satu alternatif lembaga untuk memenuhi kebutuhan dananya semakin diminati. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pasar modal Indonesia yang menunjukkan kondisi yang menggembirakan dan peranannya menjadi semakin penting dalam menunjang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dikarenakan pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (lender/investor) kepada pihak yang membutuhkan dana (borrower/emiten). Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang dimiliki, para investor berharap akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi perusahaan/emiten, tersedianya dana tersebut pada pasar modal membantu perusahaan dalam melakukan kegiatan usaha tanpa harus menunggu dana yang diperoleh dari hasil operasi sebelumnya. Pasar modal juga merupakan sarana perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual 1

saham kepada investor (pemodal) baik dalam bentuk hutang maupun modal. Instrumen keuangan tersebut dapat diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Investasi di pasar modal telah menjadi pilihan untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan investasi di sektor keuangan lain. Membaiknya iklim investasi di Indonesia, salah satunya tercermin dari nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang cenderung stabil. Hal ini dapat terlihat dari ratarata nilai tukar rupiah selama bulan November 2006 menguat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Hal lainnya yang menunjukkan membaiknya iklim investasi di Indonesia adalah penurunan suku bunga serta penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dalam tiga tahun terakhir. Seperti yang diterangkan dalam www.bapepam.go.id., bahwa minggu keempat pada bulan Desember 2006, Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) cenderung meningkat. Indeks ditutup pada level 1.805,52 atau naik 19,76 poin (1,11%) dibandingkan akhir minggu sebelumnya yang berada pada level 1.785,76. Posisi ini merupakan Indeks akhir tahun yang ditutup pada posisi tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Dengan semakin meningkatnya pengetahuan investor mengenai produk pasar modal dan juga adanya perbedaan kebutuhan investor dalam berinvestasi, menuntut adanya pilihan produk-produk investasi baru yang lebih sesuai dengan tingkat risiko yang dikehendaki oleh investor. Pasar modal memungkinkan para pemodal untuk memilih investasi yang sesuai dengan preferensi risiko yang ada, mulai dari yang berisiko rendah hingga yang berisiko tinggi. Risiko merupakan 2

salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi. Untuk investor yang menyukai risiko, akan lebih memilih saham-saham yang mempunyai risiko yang tinggi agar kemudian mendapatkan return yang tinggi pula. Sebaliknya investor yang tidak menyukai risiko, akan memilih saham dengan risiko yang lebih rendah, tipe investor tersebut tidak memperdulikan return yang didapatkan (walaupun return yang didapatkan rendah). Hal ini dikarenakan return dan risiko memiliki hubungan yang positif dan linier. Tabel 1. Indikator Makro Ekonomi Indonesia tahun 2002-2006 No. Indikator 2002 2003 2004 2005 2006 1 Pertumbuhan PDB (%) 4.38 4.88 5.13 5.6 4.59 (1) 2 Inflasi (%) 10.03 5.06 6.4 17.11 6.6 3 Suku Bunga (% per tahun) a. SBI satu bulan 12.9 8.1 7.4 12.75 12.25 (3) b. Deposito 1 bulan 12.8 7.7 6.4 11.98 11.63 (4) c. Kredit Kerja Modal 18.3 15.8 13.4 15.92 16.25 (4) d. Kredit Investasi 17.8 16.3 14.1 15.43 15.89 (4) 4 IHSG BEJ 424.9 742.5 1,002.20 1,162.60 1,805.5 Sumber : BPS, BI, dan JSX (diolah) Keterangan : (1). Triwulan I (2). Januari - Juli 2006 (3). Posisi 26 Juli 2006 (4). Posisi akhir Mei 2006 Investor yang memiliki sifat risk averse, akan berusaha menghilangkan risiko dengan cara apapun. Akan tetapi risiko tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, melainkan hanya dapat dikurangi yaitu dengan cara mengkombinasikan antara saham-saham dengan mempertimbangkan risiko dan tingkat pengembalian dari saham-saham tersebut, sehingga terbentuklah portofolio yang diinginkan. Terkait dengan hal tersebut, risiko dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu non diversifiable risk yang disebut juga systematic risk, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi, contohnya adalah risiko pasar yang antara lain disebabkan oleh faktor-faktor makro ekonomi. Selain itu juga terdapat 3

diversifiable risk yang biasa disebut unsystematic risk, yaitu risiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian terhadap return adalah dengan menggunakan model Arbitrage Pricing Theory (APT). Model APT memiliki keunggulan dibandingkan dengan model lainnya, karena harga saham tidak hanya ditentukan oleh indeks pasarnya secara tunggal melainkan juga ditentukan oleh banyak faktor makro ekonomi. Konsep APT ini didasari oleh hukum satu harga (the law of one price), yaitu bahwa dua kesempatan investasi yang berkarakteristik sama tidak dapat ditransaksikan pada harga yang berbeda. Jika kesempatan tersebut ditransaksikan dengan harga yang berbeda maka akan terjadi arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga akan diperoleh return tanpa menanggung risiko. Menurut APT, korelasi antara return sekuritas terjadi karena sekuritas-sekuritas tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang sama (common factors) yang terdapat dalam perekonomian dan industri. Seperti halnya CAPM, APT menggunakan beta sebagai pengukur risiko. Namun beta dalam lingkup APT merupakan ukuran kepekaan suatu sekuritas terhadap sejumlah faktor, di mana faktor-faktor tersebut belum teridentifikasi secara sistematis. Sedangkan beta dalam lingkup CAPM menunjukkan kepekaan suatu sekuritas terhadap market return (Rm), yang telah teridentifikasikan sebelumnya. Penggunaan APT dengan penerapan Multi Index Model ternyata dipakai di beberapa Negara yang hasilnya lebih baik daripada model CAPM. Salah satu 4

contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Amanullah dan Kamalah pada tahun 1998 mengenai penerapan model CAPM di Bursa Efek India. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa CAPM tidak relevan jika digunakan pada Pasar India. Hal ini disebbkan karena pada dasarnya faktor pasar India lebih banyak dipengaruhi oleh faktor farmasi, dan faktor teknologi. Selain itu juga menurut pendapat Haugen (1993), bahwa tingkat pengembalian investasi saham tidak hanya ditentukan oleh indeks pasar saja tetapi juga oleh beberapa variabel diluar indeks pasar yang disebut extramarket. Begitu juga menurut pendapat Sharpe (1990) yang memperjelas bahwa sebagian besar alat prediksi tingkat pengembalian saham menggunakan lebih dari dua faktor, sedangkan alat analisis yang lebih tepat digunakan adalah model regresi berganda. Penggunaan APT di Indonesia sendiri sudah mulai banyak digunakan, seperti pada penelitian Dwiyanda (2002), dimana hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa imbal hasil saham-saham yang dual listing di BEJ dan NYSE sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tingkat suku bunga T- Bills, Certificate of Deposit dan fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap Dollar Amerika. Dalam penelitian ini dipilih saham kelompok LQ 45, karena saham kelompok LQ 45 merupakan 45 saham terpilih yang memenuhi kriteria memiliki likuiditas, kapitalisasi pasar yang tinggi, memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi dan memiliki prospek pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik. Dengan kriteria tersebut, kelompok LQ 45 merupakan kelompok saham perusahaan yang diminati dan menjadi fokus perhatian investor. Kondisi inilah 5

yang menjadi pertimbangan utama untuk memilih saham-saham dalam kelompok LQ 45 menjadi obyek penelitian penulis. Dengan mempertimbangkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, serta adanya ketertarikan dari penulis untuk mengetahui perilaku saham-saham yang termasuk dalam kelompok LQ 45, maka dilakukan penelitian mengenai Analisis Return dan Risiko Kelompok Saham LQ 45 dengan Menggunakan Model Arbitrage Pricing Theory. 1.2. Rumusan Masalah Menurut Toarik (2007), pasar modal saat ini sedang mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat dengan likuiditas pasar yang minim (sedikit). Pada tanggal 5 Februari 2007, volume perdagangan yang tercatat hanya 1,3 milyar lembar saham, dimana telah terjadi penurunan dari posisi sehari sebelumnya yang mencapai 2,2 milyar lembar saham. Sedangkan nilai transaksi yang terjadi di pasar modal hanya Rp 1,4 triliun, mengalami penurunan dari Rp. 1,9 triliun. Sementara itu, indeks harga saham pun ikut menurun, terbukti pada tanggal 2 Februari indeks turun dari level 1.780 ke level 1.768. Bahkan penurunan BI rate terbaru sebesar 0,25% menjadi 9,25% tak membuat pasar menjadi lebih atraktif. Adanya penurunan BI rate tersebut ternyata ikut melemahkan indeks sebesar tujuh point ke level 1.761 akan tetapi pada keesokan harinya indeks mengalami peningkatan sebesar tiga poin pada 7 Februari ke level 1764. Karena dengan adanya penurunan BI Rate tersebut justru semakin mempersempit selisih antara BI rate dengan suku bunga Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) saat ini sebesar 5,25%. Kondisi ini justru tidak menguntungkan bagi pasar saham. Sebab, spread 4% merupakan titik krusial. 6

Apabila berada dibawah itu, investor akan cenderung mengalihkan dananya ke luar negeri. Agar para investor tidak mengalihkan dananya maka sebaiknya pemerintah melakukan sesuatu guna memperbaiki indikator ekonomi Indonesia yang mulai agak memburuk. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, konsep APT ini didasari oleh hukum satu harga (the law of one price), yaitu bahwa dua kesempatan investasi yang memiliki karakteristik yang sama tidak dapat ditransaksikan pada harga yang berbeda. Jika kesempatan tersebut ditransaksikan dengan harga yang berbeda maka akan terjadi arbitrage sehingga akan diperoleh return tanpa menanggung risiko. Menurut APT, korelasi antara masing-masing return sekuritas terjadi karena sekuritas-sekuritas tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang sama (common factors) yang terdapat dalam perekonomian dan industri. Dengan demikian, identifikasi faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi return sekuritas merupakan dimensi yang cukup penting dalam APT. Kondisi perekonomian secara nasional mampu mempengaruhi pasar modal dan menarik para investor. Ekonomi yang tumbuh dengan stabil adalah berita baik bagi investor. Berita tentang perkiraan pertumbuhan ekonomi akan sangat mempengaruhi pasar modal secara positif. Dalam kondisi seperti ini, investasi pada saham akan memberikan keuntungan yang lebih baik dari investasi pada surat berharga dengan pendapatan tetap. Sebaliknya, jika investor menerima berita perkiraan penurunan ekonomi, maka nilai investasi saham akan ikut menurun. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian mengenai return dan risiko pada kelompok saham LQ 45 dengan menggunakan model APT. Dalam model APT terdapat beberapa variabel makro ekonomi yang diperkirakan 7

akan mempengaruhi return saham, di antaranya adalah tingkat suku bunga SBI, inflasi, kurs rupiah terhadap Dollar Amerika, dan Indeks Harga Saham Gabungan. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana deskripsi pengaruh variabel ekonomi (tingkat suku bunga SBI, inflasi, kurs rupiah terhadap Dollar Amerika, dan Indeks Harga Saham Gabungan) terhadap return individual dan risiko individual (kinerja) sampel saham LQ 45? 2. Bagaimana pengaruh variabel ekonomi terhadap return kelompok saham LQ 45 dan variabel ekonomi manakah yang paling berpengaruh pada return kelompok saham LQ 45? 3. Bagaimana pengaruh variabel ekonomi terhadap risiko saham (β) kelompok saham LQ 45? 4. Rekomendasi apa yang sebaiknya diberikan kepada para investor disesuaikan dengan sifat dari masing-masing investor? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah : 1. Mendeskripsikan pengaruh variabel ekonomi (tingkat suku bunga SBI, inflasi, kurs rupiah terhadap Dollar Amerika, dan Indeks Harga Saham Gabungan) terhadap return individual dan risiko individual (kinerja) dari sampel saham LQ 45 8

2. Menganalisis pengaruh variabel ekonomi terhadap return kelompok saham LQ 45 dan variabel ekonomi yang paling berpengaruh terhadap return kelompok saham LQ 45. 3. Menganalisis pengaruh variabel ekonomi terhadap risiko saham (β) kelompok saham LQ 45. 4. Merekomendasikan kepada para investor saham yang sebaiknya dibeli disesuaikan dengan sifat dari mamsing-masing investor. 9

UNTUK SELENGKAPNYA TERSEDIA DI PERPUSTAKAAN MB IPB 10