BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih berarti bagi yang menerimanya. Definisi atau pengertian sistem secara

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan definisi-definisi, istilah-istilah yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan metode pengembangan sistem yang digunakan peneliti merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung bertujuan untuk menjamin

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA (STUDI KASUS : SMK Ma arif 1 Kalirejo)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. Indonesia I cabang Belawan masih bersifat manual, yaitu surat-surat bukti

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Sistem Pendukung Keputusan Pembiayaan Mitra Madani Metode Analytycal Hierarchy Process (AHP) Pt. BPR Syariah Artha Madani Bekasi

PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

PEMANFAATAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN KARYAWAN

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PERSYARATAN PRODUK

DECISION SUPPORT SYSTEMS IN THE ADMISSION SELECTION OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL STUDENT Case Study: SMK Pelita Pesawaran. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. dengan menerapkan teknologi tepat guna, namun dalam mengembangkan sistem

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

BAB 3 METODE PENELITIAN

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

P11 AHP. A. Sidiq P.

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Pengertian Metode AHP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diagram Use Case. Pertemuan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERRARCHI PROCESS (AHP) UNTUK MEMILIH PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom


SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KELAYAKAN LOKASI CABANG BARU USAHA CLOTHING MENGGUNAKAN METODE AHP-TOPSIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRESTASI PEGAWAI NAKERTRANS SUMBA BARAT DI WAIKABUBAK

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Irfandi Ricon 1), Rini Sovia, S.Kom, M.Kom 2), Shary Armonitha Lusinia, S.Kom, M.Kom 3)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRESTASI PEGAWAI NAKERTRANS SUMBA BARAT DI WAIKABUBAK ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

Kecerdasan Buatan Materi 6. Iterative Dichotomizer Three (ID3)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PEMBERIAN BEASISWA BIDIKMISI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 1 NO. 1 MARET 2010

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III LANDASAN TEORI

Freza Surya Asrina Strata Satu Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

BAB II LANDASAN TEORI. keputusan atau biasa disebut Decision Support System (DSS) merupakan sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 21, No.21, Oktober 2014 ISSN :

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem yang dibuat untuk membantu mengambil keputusan oleh komputer dalam suatu permasalahan. Dalam kasus ini komputer bukan sebagai pengganti dalam mengambil keputusan melainkan hanya membantu pengguna dalam mengambil keputusan dengan cara menampilkan hasil kalkulasi data yang diberikan pengguna sehingga dapat menjadi patokan dalam mengambil keputusan. Pendapat beberapa ahli bahwa SPK atau Decision Support System (DSS) dibuat untuk meningkatkan proses dan kualitas hasil pengambilan keputusan, dimana DSS dapat memadukan data dan pengetahuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pengambilan keputusan tersebut, di samping itu SPK juga memberdayakan resources individu secara intelek dengan kemampuan komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan dan berhubungan dengan manajemen pengambilan keputusan serta berhubungan dengan masalah-masalah yang semi terstruktur (Maharrani dkk. 2010).

6 2.2. Analytical Hierarchi Process (AHP) Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty merupakan model hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan adanya hirarki, masalah kompleks atau tidak terstruktur dipecah dalam sub-sub masalah kemudian disusun menjadi suatu bentuk hirarki. AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki (Husni, 2010). Menurut Husni (2010) langkahlangkah pada metode AHP adalah: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan. Perbandingan bersadarkan penilaian atau judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment seluruhnya sebanyak n(n 1) 2 buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

7 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Konsistensi suatu hirarki ditunjukan dari nilai consistency ratio (CR). Jika nilai CR lebih dari 10% maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan elemen, ditetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9 ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Skala penilaian perbandingan pasangan (Husni, 2010) Intensitas Keterangan Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya. 5 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen yang lainnya. 7 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya. 9 Satu elemen mutlak sangat penting daripada elemen lainnya. 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapatkan satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i Menurut Husni (2010) matriks bobot yang diperoleh dari perbandingan berpasangan harus memiliki hubungan kardinal dan hubungan ordinal. 1) Hubungan kardinal dapat diketahui dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bola voli lebih besar 3x bola tenis, bola tenis lebih besar 2x bola pingpong, maka bola voli lebih besar 6x bola pingpong 2) Hubungan ordinal dapat dilihat dengan melihat preferensi transitif, misalnya bola voli lebih besar dari bola tenis dan bola tenis lebih besar dari bola pingpong maka bola voli lebih besar dari bola pingpong.

8 Pada keadaan nyata sering terjadi penyimpangan dari hubungan tersebut sehingga matriks menjadi tidak konsisten. Penyimpangan konsistensi dinyatakan dengan Consistency Index(CI) dengan persamaan: CI = λmax n n 1 (Husni, 2010) λ max = eigen value maksimum n = ukuran matriks Kebalikan dari CI adalah Random Index (RI) untuk matriks dengan ukuran yang berbeda-beda dan ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai RI (Husni, 2010) Ukuran Matrix Index Random 1,2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 11 1.51 12 1.54 13 1.56 14 1.57 15 1.59 Perbandingan antara CI dan RI suatu matriks didefinisikan sebagai Consistency Ratio(CR). CR = CI RI Husni (2010) Matriks perbandingan berpasangan untuk model AHP dapat diterima jika besarnya CR 0.1.

9 2.3. Iterative Dichotomiser 3 (ID3) Algoritma Iterative Dichotomizer Three (ID3) adalah suatu metode induksi aturan yang digunakan untuk menghasilkan konsep atau model dari suatu kumpulan data. ID3 diperkenalkan pertama kali oleh Quinlan pada tahun 1979. ID3 dikembangkan atas dasar sistem pembelajaran konsep (Concept Learning System), tujuan dari sistem pembelajaran konsep adalah untuk menghasilkan suatu pohon aturan yang mampu mengklasifikasikan suatu objek (Manongga, 2005). Menurut Elmande dan Widodo (2012), algoritma pada metode ini menggunakan konsep dari entropi informasi. Secara ringkas cara kerja algoritma ID3 dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Pemilihan atribut dengan menggunakan Information Gain. 2. Pilih atribut di mana nilai information gain-nya terbesar. 3. Buat simpul yang berisi atribut tersebut. 4. Proses perhitungan information gain terus dilaksanakan sampai semua data telah termasuk dalam kelas yang sama. Atribut yang telah dipilih tidak diikutkan lagi dalam perhitungan nilai information gain. Pemilihan atribut pada ID3 dilakukan dengan properti statistik, yang disebut dengan information gain. Gain mengukur seberapa baik suatu atribut memisahkan training example ke dalam kelas target. Atribut dengan informasi tertinggi dipilih dengan tujuan untuk mendefinisikan gain, pertama-tama digunakanlah ide dari teori informasi yang disebut entropi. Entropi mengukur jumlah dari informasi yang ada pada atribut dengan rumus : Entropy (S) = P + log 2 P + P log 2 P

10 Berdasarkan rumus di atas, P+ adalah probabilitas sampel S yang mempunyai class positif. P+ dihitung dengan membagi jumlah sampel positif (S+) dengan jumlah sampel keseluruhan (S) sehingga P + = S + S. P adalah probabilitas sampel S yang mempunyai class negatif. P dihitung dengan membagi jumlah sampel negatif (S ) dengan jumlah sampel keseluruhan (S) sehingga P _ = S. Bagian daun dari sebuah decision tree, idealnya hanya terdiri S dari data e-mail Spam dan e-mail non-spam. Dengan kata lain bagian daun adalah sampel murni, jadi ketika membagi sebuah sampel, sisa sampel harus lebih murni dibandingkan simpul sebelumnya. Oleh karena itu nilai entropy harus dikurangi. Pada algoritma ID3 pengurangan entropy disebut dengan informtion gain. Pembagian sampel S terhadap atribut A dapat dihitung information gain dengan rumus: Gain (S, A) = Entropy(S) S v Entropy (Sv) S v c nilai(a) Value A adalah semua nilai yang mungkin dari atribut A, dan Sv adalah subset dari S dimana A mempunyai nilai c. bagian pertama pada rumus adalah entropy total S dan bagian kedua adalah entropy sesudah dilakukan pemisahan data berdasarkan atribut A (Elmande & Widodo, 2012). 2.4. Agile Methods Model Extreme Programing Pada dekade 90-an diperkenalkan metodologi baru yang dikenal dengan nama agile methods. Metodologi ini sangat revolusioner perubahannya jika dibandingkan

11 dengan berbagai metode sebelumnya. Agile methods dikembangkan karena pada metodologi tradisional terdapat banyak hal yang membuat proses pengembangan tidak dapat berhasil dengan baik sesuai tuntutan user (Widodo dan Subekti, 2006). Menurut Widodo dan Subekti (2006) saat ini agile methods sudah cukup banyak berkembang, macam-macam agile methods yang berkembang diantaranya adalah: 1. extreme Programming (XP) 2. Scrum Methodology 3. Crystal Family 4. Dynamic Systems Development Method (DSDM) 5. Adaptive Software Development (ASD) 6. Feature Driven Development (FDD) Salah satu model yang umum digunakan dalam agile methods adalah extreme programing (XP). Model ini merupakan metode pengembangan perangkat lunak yang ringan dan dipelopori oleh Kent Beck, Ron Jeffries, dan Ward Cunningham. XP merupakan agile methods yang paling banyak digunakan dan menjadi sebuah pendekatan yang sangat terkenal. Sasaran XP adalah tim yang dibentuk berukuran antara kecil sampai sedang saja, tidak perlu menggunakan sebuah tim yang besar. Hal ini dimaksudkan untuk menghadapi requirements yang tidak jelas maupun terjadinya perubahan-perubahan requirements yang sangat cepat (Widodo dan Subekti, 2006). Menurut Pressman (2010), terdapat 4 tahapan pada pengembangan perangkat lunak yang menggunakan XP yaitu planning, design, ceoding, dan testing. Gambar 3

12 merupakan penggambaran dari tahapan-tahapan yang ada pada extreme programming. Gambar 3. Tahapan Extreme Programming (Pressman, 2010) 2.5. Flowchart Flowchart atau bagan alur merupakan metode untuk menggambarkan tahap-tahap penyelesaian masalah (prosedur) beserta aliran data dengan simbol-simbol standart yang mudah dipahami. Tujuan utama penggunaan flowchart adalah untuk menyederhanakan rangkaian proses atau prosedur untuk memudahkan pemahaman pengguna terhadap informasi tersebut. Untuk itu, desain sebuah flowchart harus ringkas, jelas, dan logis (Soeherman dan Pinontoan, 2008). Seperti telah disebutkan bahwa flowchart menggunakan berbagai simbol yang terstandarisasi secara internasional. Simbol yang digunakan dalam membangun flowchart dapat dilihat pada Tabel 3.

13 Tabel 3. Simbol pada Flowchart Nama Simbol Keterangan Terminal symbol Menunjukan awal atau akhir dari program Preparation symbol Memberikan nilai awal pada suatu variable atau counter Processing symbol Menunjukan pengolahan aritmatika atau pemindahan data Input/output symbol Menunjukan proses input atau output Decision symbol Mewakili operasi perbandingan logika Predefined symbol process Proses ditulis sebagai subprogram, yaitu prosedur/fungsi Connector symbol Penghubung pada halaman yang sama Off page connector symbol Penghubung pada halaman yang berbeda Simbol arah proses Arah proses

14 2.6. Unified Modeling Language (UML) UML dirilis tahun 1987 sebagai sebuah metode untuk menggambarkan desain software. UML didesain oleh untuk konsorsium untuk mendesain dan menganalisa berorientasi objek. UML merupakan metode standar untuk dokumentasi software berorientasi objek. Keuntungan menggunakan UML, adalah: 1. Software terdesain dan terdokumentasi secara professional sebelum dibuat. 2. Desain yang dibuat terlebih dahulu membuat reusable code dapat dikode dengan tingkat efisien yang tinggi. 3. Lubang dapat ditemukan saat penggambaran desain. 4. Dengan membuat UML dapat melihat gambaran besar dari suatu software. UML menjanjikan akan menghasilkan hasil dengan biaya rendah, software lebih efisien, lebih dapat dipercaya, dan hubungan antar bagian yang terlibat menjadi lebih baik (Siswoutomo, 2005). 2.7. Use Case Diagram Use case merupakan permodelan untuk tingkah laku (behavior) sistem informasi yang dibuat. Use case mendeskripsikan sebuat interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem informasi. Secara kasar, use case digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada didalam sebuah sistem informasi dan siapa saja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi itu. Syarat penamaan pada use case adalah didefinisikan sederhana mungkin dan dapat dipahami (Rosa dan Salahudin, 2011). Simbol-simbol yang digunakan pada use case diagram ditunjukkan pada Tabel 3.

15 Tabel 4. Simbol pada use case diagram Nama Simbol Deskripsi Fungsionalitas yang disediakan sistem sebagai unit-unit yang saling bertukar pesan antar unit atau aktor; Use case biasanya dinyatakan dengan menggunakan kata kerja frase nama use case Orang, proses, datau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem Aktor informasi yang akan dibuat di luar sistem informasi yang akan dibuat Komunikasi antara aktor dengan use case yang berpatisipasi pada use Asosiasi case atau use case yang memiliki interaksi dengan aktor Relasi use case tambahan ke sebuah use case dimana use case yang Ekstensi ditambahkan dapat berdiri sendiri walau tanpa use case tambahan itu. Hubungan generalisasi dan spesialisasi (umum-khusus) antara Generalisasi dua buah use case dimana fungsi yang satu adalah fungsi yang lebih umum dari lainya Relasi use case tambahan ke sebuah use case yang ditambahkan Include memerlukan use case ini untuk (menggunakan) menjalankan fungsinya atau sebagai syarat dijalankannya usecase ini. 2.8. Activity Diagram Diagram aktivitas atau activity diagram menggambarkan workflow (aliran kerja) atau aktifitas dari sebuah sistem atau proses bisnis. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa diagram aktivitas menggambarkan aktivitas sistem bukan apa yang dilakukan aktor (Rosa dan Salahudin, 2011). Simbol-simbol yang digunakan pada use case diagram ditunjukkan pada Tabel 4.

16 Tabel 5. Simbol pada activity diagram Nama Simbol Deskripsi Status awal Status awal aktivitas sistem, sebuah diagram aktivitas memiliki sebuah status awal Aktivitas Aktivitas yang dilakukan sistem, aktivitas biasanya diawali dengan kata kerja. Percabangan Asosiasi percabangan dimana jika ada pilihan aktivitas lebih dari satu. Penggabungan / join Status akhir Swinelane Asosiasi penggabungan dimana lebih dari satu aktivitas digabungkan menjadi satu. Status akhir yang dilakukan sistem, sebuah diagram aktivitas memiliki sebuah status akhir. Memisahkan organisasi bisnis yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang terjadi. 2.9. Relation Table Tabel dalam database adalah struktur data logis yang diasumsikan menyimpan data yang direpresentasikan oleh database. Tabel bukan merupakan struktur fisik dan setiap tabel memiliki nama yang unik. Tabel memuat sejumlah kolom atau atribut yang telah ditentukan. Setiap kolom di dalam tabel harus memiliki nama dan tidak ada dua kolom di dalam sebuah tabel yang boleh memiliki nama identik. Dan relasi secara matematis didefinisikan sebagai himpunan pemetaan untuk menghindari penataan nama-nama secara eksplisit. (Mata-Toledo dan Cushman, 2007).