Perancangan Kalender Tanam Berdasarkan Data Klimatologi Menggunakan Metode Forecasting Holt-Winters (Studi Kasus : Boyolali) Artikel Ilmiah

dokumen-dokumen yang mirip
III. MATEMATIKA DAN STATISTIKA APLIKASI (S.1) EFEK PERUBAHAN POLA CUACA PADA DEBIT AIR MASUK DI WADUK SAGULING

Model Prediksi Kekeringan Menggunakan Metode Holt-Winters (Studi Kasus : Wilayah Kabupaten Boyolali)

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan

Gambar 1. Bentuk Pola Data

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana. 2)

PENERAPAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI APLIKASI METODE GOLDEN SECTION UNTUK OPTIMASI PARAMETER PADA METODE EXPONENTIAL SMOOTHING. Disusun oleh: DANI AL MAHKYA

PREDIKSI HARGA DAGING SAPI DI PEKANBARU DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL WINTER

1. Latar Belakang. 2. Tinjauan Pustaka

Sistem Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tanaman Menggunakan Metode Double Exponential Smoothing Berbasis Google Map

Model Prediksi Kekeringan Menggunakan Metode Holt-Winters (Studi Kasus : Wilayah Kabupaten Boyolali)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi yang diperkirakan

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB II LANDASAN TEORITIS

Gambar 8. Pola Hubungan Curah Hujan Rata-rata Harian RegCM3(Sebelum dan Sesudah Koreksi) dengan Observasi

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar global dewasa ini tanpa disadari telah membuat kompetisi di dalam dunia

PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN PENGGUNAAN WAKTU TELEPON DI PT TELKOMSEL Divre 3 SURABAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

BAB I PENDAHULUAN. konstan, namun ada beberapa periode yang memperlihatkan keadaan yang ekstrim.

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & JENIS KELAMIN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem

BAB IV PENGOLAHAN DATA

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan

ANALISA PREDIKSI PENYEWAAN ALAT TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING (STUDI KASUS : PT SEDONA HOLIDAYS MEDAN)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB IV METODE PENELITIAN

PENERAPAN ALGORITMA FORECASTING UNTUK PREDIKSI PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana iklim dapat berbeda pada suatu tempat dengan tempat lainya dan

METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRACT

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN

Bab Implementasi Sistem

METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL WINTER UNTUK PERAMALAN ABSTRACT

PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI TEH (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV Pabrik Teh Bah Butong)

PERAMALAN PENJUALAN OBAT MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA TOKO OBAT BINTANG GEURUGOK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & GOLONGAN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA PONTIANAK DENGAN DEKOMPOSISI SENSUS II

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

PENGEMBANGAN SI STOK BARANG DENGAN PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING (STUDI KASUS : PT. TOMAH JAYA ELEKTRIKAL)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. adalah penelitian secara deskriptif dan komparatif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang berada di

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

OPTIMASI PARAMETER α DAN γ DALAM PEMULUSAN EKSPONENSIAL DUA PARAMETER DENGAN METODE MODIFIKASI GOLDEN SECTION

1. PENDAHULUAN 2. KAJIAN PUSTAKA

SISTEM PERAMALAN PERSEDIAAN UNIT MOBIL MITSUBISHI PADA PT. SARDANA INDAH BERLIAN MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE MOVING AVERAGE DAN METODE WINTER DALAM PERAMALAN ABSTRACT

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

Dian Kristanti 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Meulaboh.

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL GANDA HOLT DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL GANDA BROWN

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

Laporan Penelitian. Peneliti: Bambang Subekti, SIE ( ) Sri Yulianto Joko Prasetyo, S.Si., M.Kom. M. A. Ineke Pakereng, M.Kom.

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kondisi ekonomi dan bisnis selalu berubah setiap waktu, maka para

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Brady (1969) bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, air harus ditambahkan bila 50-85% dari air tersedia telah habis terpakai.

Transkripsi:

Perancangan Kalender Tanam Berdasarkan Data Klimatologi Menggunakan Metode Forecasting Holt-Winters (Studi Kasus : Boyolali) Artikel Ilmiah Peneliti : Gabriel Alvin Pryanto (672006257) Kristoko Dwi Hartomo, M.Kom. M. A. Ineke Pakereng, M.Kom. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga April 2013

1. Pendahuluan Perubahan iklim merupakan rentetan kejadian alam yang secara global berdampak terhadap pola kehidupan manusia di bumi. Pola kehidupan manusia memiliki tiga unsur dasar yaitu : sandang, pangan, dan papan. Sumber bahan pangan mayoritas dihasilkan dari proses produksi pertanian. Pada sektor pertanian, perubahan iklim memiliki pengaruh besar terhadap perubahan pola tanam dan penurunan hasil produksi. Perubahan iklim secara langsung mengakibatkan terjadinya pergeseran awal musim tanam [1]. Adanya perubahan iklim yang ekstrim, baik kering (El-Nino) maupun basah (La-Nina) mengakibatkan kesalahan waktu masa tanam. Hal ini membuat para petani Jawa khususnya di beberapa kabupaten sekitar wilayah gunung Merapi dan Merbabu tidak dapat lagi menggunakan Pranata Mangsa dan Kertamasa sebagai pola strategi tanam [2]. Hal ini mengakibatkan kegagalan panen yang terjadi di sektor pertanian di Kabupaten Boyolali. Berdasarkan data Dinas Kesbang Linmas Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Boyolali mengalami kegagalan panen sebesar 613 ha pada tahun 2003, pada tahun 2004 sebesar 715 ha. Pada tahun 2005 kegagalan panen sebesar 340 ha, pada tahun 2006 sebesar 175 ha dan sebesar 500 ha pada tahun 2007 [3]. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa perubahan iklim secara langsung mempengaruhi sektor pertanian terutama di daerah yang memiliki lahan pertanian ekstrim seperti di kabupaten Boyolali. Dampak dari perubahan iklim terhadap produksi pertanian secara khusus meliputi dua hal, yaitu: hilangnya acuan masa tanam dalam pertanian dan penurunan hasil produksi pertanian akibat terjadinya kegagalan panen. Bila hal ini terjadi terus menerus, dapat menyebabkan kerugian pada sektor pertanian lokal dan secara permanen akan mengancam ketahanan pangan nasional. Metode forecasting merupakan sebuah metode yang digunakan untuk meramalkan suatu waktu akan datang (future) dengan berdasarkan data masa lampau (past) dan masa sekarang (present). Salah satu metode forecasting yang sering digunakan adalah metode forecasting Holt- Winters. Metode forecasting Holt-Winters mampu meramalkan data dengan pola musiman dengan atau tanpa trend. Untuk kasus di Kabupaten Boyolali ini, digunakan penerapan metode forecasting Holt-Winters, yaitu dengan melihat grafik dan history dari sepuluh tahun (seratus dua puluh periode) data klimatologi di Kabupaten Boyolali yang bersumber dari BMKG Semarang. Metode forecasting Holt-Winters mampu memberikan gambaran mengenai iklim dan cuaca di masa depan sehingga dapat memberikan informasi secara reliabilitas [4]. Penelitian yang dilakukan tentang Perancangan Kalender Tanam untuk komoditas Padi, Jagung, dan Ketela Berdasarkan Data Klimatologi Menggunakan Metode Forecasting Holt- Winters, yang mengambil Studi Kasus di Kabupaten Boyolali, diharapkan dapat menghasilkan suatu pemodelan pengalenderan yang baru dengan menggunakan data history klimatologi BMKG, sehingga para petani memiliki kembali acuan yang reliabilitas. Berdasarkan beberapa fakta yang telah dijelaskan berikut, maka pada penelitian ini akan dipaparkan mengenai bagaimana merancang kalender tanam untuk komoditas Padi, Jagung, dan Ketela berdasarkan data klimatologi menggunakan metode forecasting Holt-Winters. Metode forecasting Holt- Winters sendiri akan diterapkan dalam proses peramalan data klimatologi yang nantinya hasil dari peramalan data klimatologi tersebut akan digunakan dalam penyusunan kalender tanam. Sehingga penelitian yang dilakukan diharapkan dapat membantu para petani di daerah Kabupaten Boyolali memiliki kembali acuan pola tanam berupa kalender tanam yang reliabilitas. 2. Tinjauan Pustaka Pada tahun 2009, dilakukan sebuah penelitian mengenai produksi kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III untuk tahun 2010 dan tahun 2011 dengan menggunakan metode pemulusan eksponensial ganda dari Brown untuk prediksi produksi kelapa sawit. Data yang digunakan adalah hasil produksi kelapa sawit. Produksi kelapa sawit yang digunakan adalah 1

produksi dalam waktu tiga tahun yaitu tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 [5]. Penelitian lainnya dilakukan oleh Arista Wisnu Irawan pada tahun 2012 adalah menerapkan metode prediksi Exponential Smoothing dalam perencanaan kalender tanam berdasarkan data Curah Hujan dan modifikasi Pranata Mangsa [6]. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah membahas tentang perancangan kalender tanam tahun 2013 di daerah Adi Sumarmo, Kabupaten Boyolali berdasarkan data klimatologi / iklim (yang mencakup Curah Hujan, Suhu Udara, dan Kelembaban Udara) dari tahun 2000 sampai tahun 2009 menggunakan metode Forecasting Holt-Winters. Penelitian yang dilakukan membahas tentang Interpolasi Polinomial Newton. Interpolasi Polinomial Newton merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mencari nilai di antara data yang ada. Misalnya, jika pada data tersedia untuk tahun 2000 dan 2005, maka dapat ditentukan data untuk tahun di antaranya. Bentuk persamaan polinomial yang lengkap ditampilkan pada Persamaan 1 dengan beda terbagi tiga seperti yang ditampilkan pada Tabel 1 [7]. P n x = f x + x x 0 f x 1, x 0 + x x 0 x x 1 f x 2, x 1, x 0 + x x 0 x x 1 x x n 1 f x n, x n 1,, x 1, x 0 (1) Tabel 1 Beda Terbagi Newton [7] i x i y i = f x i ST-1 ST-2 ST-3 0 x 0 f x 0 f x 1, x 0 f x 2, x 1, x 0 f x 3, x 2, x 1, x 0 1 x 1 f x 1 f x 2, x 1 f x 3, x 2, x 1 2 x 2 f x 2 f x 3, x 1 3 x 3 f x 3 Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode forecasting Holt- Winters. Metode forecasting Holt-Winters merupakan turunan dari metode forecasting Exponential Smoothing yang dapat meramalkan data dengan pola musiman dengan atau tanpa trend. Prinsip metode forecasting Holt-Winters adalah metode yang menggunakan penghalusan secara eksponensial sebagai ramalan dari kejadian di satu waktu yang akan datang, yaitu suatu metode analisis statistika untuk membantu user menggambarkan keadaan iklim dan cuaca yang selalu berubah-ubah berdasarkan data klimatologi di masa lampau. Metode forecasting Holt- Winters menitikberatkan pada penurunan prioritas secara eksponensial pada objek pengamatan yang lebih tua. Dengan kata lain, nilai terbaru akan diberikan prioritas lebih tinggi bagi prediksi daripada nilai yang lebih lama. Penggunaan model Holt-Winters pada penelitian ini dianggap cocok untuk meramalkan kebutuhan suatu produk berdasarkan data yang memiliki trend dan perilaku musiman. Ada tiga parameter yang perlu penetapan, bergantung dari komponen trend dan variasi musiman [9] : 1) Alpha (α) merupakan parameter yang mengontrol pembobotan relatif pada pengamatan yang baru dilakukan. Parameter alpha digunakan pada semua model. Jika nilai alpha 1, maka hanya pengamatan terbaru yang digunakan. Jika alpha bernilai 0, maka pengamatan yang lalu dihitung sepadan dengan bobot yang terbaru. Parameter alpha digunakan untuk model eksponensial sederhana dan model eksponensial Holt; 2) Beta (β) merupakan parameter yang mengontrol pembobotan relatif pada pengamatan yang baru dilakukan untuk kemunculan trend seri. Parameter beta digunakan pada model yang memiliki komponen trend linier atau eksponensial yang tidak memiliki variasi musiman. Nilai beta berkisar 0 sampai 1. Jika nilai semakin besar, maka menunjukkan pemberian bobot yang semakin besar pada pengamatan terbaru. Parameter beta digunakan di dalam model Holt-Winters; 3) Gamma (γ) merupakan parameter yang mengontrol pembobotan relatif pada pengamatan yang baru dilakukan untuk kemunculan variasi musiman. Parameter gamma digunakan pada model yang memiliki variasi musiman. Nilai gamma berkisar dari 0 sampai 1. Jika nilai gamma semakin besar, maka menunjukkan pemberian bobot yang semakin besar pada pengamatan yang terbaru. Parameter gamma digunakan untuk model Holt-Winters. 2

Pada penelitian ini model Exponential Smoothing yang digunakan adalah model Holt- Winters yang menggunakan satu kali tahap pemulusan dengan satu parameter α yang merupakan metode dengan data musiman. Besarnya α terletak di antara 0 dan 1. Persamaan 2 digunakan untuk prediksi. Persamaan 2 adalah bentuk umum yang digunakan dalam penyusunan suatu prediksi dengan metode Exponential Smoothing model Holt-Winters. Pada metode ini nilai α terletak di antara 0 dan 1. S t merupakan nilai prediksi Curah Hujan pada satu tahun yang akan datang. S t-1 adalah nilai prediksi Curah Hujan pada tahun sebelumnya. X t-1 adalah nilai data Curah Hujan asli pada tahun sebelumnya [10]. Fungsi prediksi pada model Holt Winters aditif (untuk runtun waktu dengan panjang periode p) adalah [4] Yhat t + h = a t + h b t + s[t p + 1 + h 1 mod p] (2) dengan a t, b t dan s[t] didapat dari a t = α Y t s t p + 1 α (a t 1 + b t 1 ) b t = β a t a t 1 + 1 β b[t 1] s t = γ Y t a t + 1 γ s[t p] Ketepatan prediksi dapat diuji dengan menggunakan Mean Square Error (MSE) atau nilai tengah kesalahan kuadrat adalah metode alternatif untuk mengevaluasi teknik peramalan masing-masing kesalahan (selisih data aktual terhadap data peramalan) dikuadratkan, kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah data. MSE dapat dihitung dengan Persamaan 3 [11]. MSE = n E t 2 t=1 E t = X t F t (3) n dimana : t : periode ke-t E t : nilai kesalahan pada periode ke-t n : total jumlah periode X t : nilai data asli periode ke-t F t : forecast untuk periode ke-t Persamaan 3 adalah bentuk umum yang digunakan untuk menghitung kesalahan kuadrat suatu prediksi. Semakin kecil (mendekati nilai 0) jumlah error yang dihasilkan maka prediksi dinyatakan valid [12]. Penelitian yang dilakukan juga membahas tentang Standart Kesesuaian Lahan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tertentu. Dalam menilai kesesuaian lahan ada beberapa cara, antara lain dengan perkalian parameter, penjumlahan, atau menggunakan hukum minimum yaitu mencocokkan (matching) antara kualitas lahan sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas lainnya yang dievaluasi [13]. Berdasarkan penilaian yang dilakukan didapatkan tabel Kesetaraan Iklim yang merujuk pada penilaian kesesuaian lahan seperti ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Tabel Kesetaraan Iklim [13] Komoditas Curah Suhu Kelembaban Hujan Udara Udara Padi 175-500 24-29 33-90 Jagung 165-400 20-26 > 42 Ketela 200-400 22-25 < 75 3

Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dijelaskan sebagai berikut. Data Curah Hujan Boyolali Tahun 2000-2009 dipaparkan pada Tabel 3, Data Suhu Udara Boyolali Tahun 2000-2009 dipaparkan pada Tabel 4, dan Data Kelembaban Udara Boyolali Tahun 2000-2009 dipaparkan pada Tabel 5. Tabel 3 Data Curah Hujan Boyolali Tahun 2000-2009 THN JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES 2000 253 301 400 206 85 29 21 8 71 128 210 96 2001 359 316 320 208 100 78 14 0 44 190 240 135 2002 398 449 304 284 46 8 7 0 0 15 245 341 2003 322 404 285 75 96 30 0 14 31 50 210 210 2004 533 219 309 114 86 11 108 0 0 79 558 435 2005 426 391 632 579 84 165 292 0 236 235 482 491 2006 108 595 407 464 462 266 2 0 0 4 1 23 2007 136 448 305 452 67 22 0 0 0 42 194 2008 264 429.4 471 198 42.6 0 0 0 0 0 298 303 2009 551 735 202 230 265 184 0 0 0 39 246 87 Tabel 4 Data Suhu Udara Boyolali Tahun 2000-2009 THN JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES 2000 25.6 25.7 25.8 26.4 27.2 26.2 26.5 26.5 28.0 27.4 26.8 26.9 2001 25.9 25.6 25.7 26.1 26.2 25.6 25.0 24.8 26.5 25.9 26.2 25.9 2002 25.9 25.6 25.9 26.2 26.2 25.3 24.9 24.2 25.9 27.4 27.1 26.2 2003 26.3 26.0 27.0 28.7 27.0 25.3 24.0 24.3 27.6 27.8 27.5 26.6 2004 26.3 25.8 26.3 27.7 27.4 26.0 25.1 24.1 26.1 28.2 27.7 26.5 2005 26.6 26.4 26.8 27.1 27.4 27.2 26.6 26.5 27.5 27.8 27.9 25.6 2006 25.7 26.3 26.5 26.3 25.6 26.3 25.7 25.7 26.4 27.1 28.0 26.1 2007 26.2 25.6 26.2 26.7 27.3 26.8 26.4 26.3 25.4 26.8 25.9 25.6 2008 26.0 25.6 25.9 25.8 26.5 26.5 24.1 25.4 26.1 27.0 26.6 26.6 2009 26.0 25.5 26.9 27.0 26.9 26.8 26.4 26.4 27.3 28.9 27.7 27.6 Tabel 5 Data Kelembaban Udara Boyolali Tahun 2000-2009 THN JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES 2000 83 85 84 82 77 74 70 67 69 74 81 77 2001 85 84 85 83 81 82 81 77 76 83 85 82 2002 85 85 84 84 81 80 80 75 71 70 81 85 2003 86 88 87 81 80 80 78 76 67 71 75 83 2004 77 85 84 78 77 75 81 76 74 68 78 86 2005 82 83 83 81 78 78 75 70 69 74 74 87 2006 86 87 83 83 81 65 70 70 64 68 71 84 2007 80 86 84 85 79 76 71 68 72 74 82 82 2008 82 84 86 85 74 71 81 78 77 81 82 81 2009 86 87 80 80 81 77 67 68 69 68 75 76 3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Boyolali dengan acuan data klimatologi berupa data Curah Hujan, Suhu Udara, dan Kelembaban Udara berdasarkan referensi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh, dirancang sebuah sistem pola tanam dalam bentuk sebuah kalender tanam pertanian pada komoditas Padi, Jagung, dan Ketela. 4

Gambar 1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian pada Gambar 1, terbagi dalam lima tahapan yaitu : 1) Pengumpulan Data Klimatologi, merupakan langkah awal pengumpulan data klimatologi dari BMKG Semarang. Data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain : data Curah Hujan, data Suhu Udara, dan data Kelembaban Udara Boyolali pada tahun 2000-2009 [14]; 2) Interpolasi Polinomial Newton, tahapan untuk mencari nilai data yang hilang dengan menggambil nilai data di antara data yang hilang menggunakan Interpolasi Polinomial Newton dengan beda terbagi tiga; 3) Peramalan (Holt-Winters), tahapan peramalan data klimatologi Boyolali untuk tahun 2010, 2011, 2012, dan tahun 2013. Data klimatologi Boyolali diolah menggunakan metode prediksi Holt-Winters. Data melewati tiga proses yaitu : proses input menggunakan fungsi scan data.dat, proses penghalusan menggunakan fungsi Holt-Winters, dan proses peramalan menggunakan fungsi Prediction. Dimana ketiga proses ini dilakukan untuk 48 periode dengan merujuk pada 48 bulan atau sama dengan empat tahun, sehingga menghasilkan nilai ramalan tahun 2010, 2011, 2012, dan tahun 2013; 4) Pengujian Hasil Peramalan, tahapan pengujian dari hasil peramalan menggunakan standar deviasi untuk melihat seberapa jauh simpangan setiap data peramalan dari rata-rata; dan 5) Penyusunan Kalender Tanam, adalah tahapan penyusunan kalender tanam. Dimana nilai ramalan tahun 2013 dibandingkan secara manual terhadap tabel kesetaraan kalender tanam sehingga menghasilkan sebuah pola strategi tanam yang disebut dengan kalender tanam. Tabel kesetaraan kalender tanam mengacu pada klasifikasi kesesuaian lahan pertanian [13]. 5

4. Pembahasan dan Analisis Pada bagian ini, dibahas dan dianalisis hasil penerapan metode forecasting Holt-Winters pada data klimatologi Boyolali, serta perbandingan nilai prediksi terhadap tabel kesetaraan kalender tanam untuk mengetahui pola tanam per komoditas per bulan selama 12 bulan di Tahun 2013 untuk Kabupaten Boyolali. Pada Data Curah Hujan terlihat bahwa terdapat data yang bernilai nol dan kosong. Data yang bernilai nol tidak sama dengan data yang kosong. Data yang bernilai nol masih memiliki nilai yaitu nol, sedangkan data yang kosong dapat diasumsikan bahwa data tidak ada atau tidak ada pengisian (human missing) dikarenakan tidak dilakukannya pengukuran klimatologi lapangan. Pada kasus ini, bisa diasumsikan bahwa adanya data kosong pada data Curah Hujan Boyolali bulan Desember tahun 2007 dinilai atas dasar kelalaian dalam pengukuran klimatologi. Sehingga untuk data Curah Hujan Boyolali bulan Desember tahun 2007 diberi nilai nol (0) sebagai nilai data yang baru. Interpolasi Polinomial Newton digunakan untuk mencari nilai di antara data yang ada. Pada kasus ini data Curah Hujan bulan Desember tahun 2007 hilang. Sehingga untuk membangkitkan nilai pada data Curah Hujan bulan Desember tahun 2007 yang hilang, diambil nilai data pada bulan Oktober 2007, November 2007, Januari 2008, dan Februari 2008. Nilai data di antaranya dapat ditentukan dengan persamaan Interpolasi Polinomial Newton. Sehingga data Curah Hujan bulan Desember tahun 2007 dapat diperoleh 226.84 227. P 4 x = 20.58x 3 183.06x 2 + 557.12x 352.64 P 4 x = 226.84 227 Data Fix Curah Hujan Boyolali tahun 2000-2009 setelah dilakukan proses Interpolasi Polinomial Newton dipaparkan seperti pada Tabel 6. Tabel 6 Data Fix Curah Hujan Boyolali Tahun 2000-2009 THN JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES 2000 253 301 400 206 85 29 21 8 71 128 210 96 2001 359 316 320 208 100 78 14 0 44 190 240 135 2002 398 449 304 284 46 8 7 0 0 15 245 341 2003 322 404 285 75 96 30 0 14 31 50 210 210 2004 533 219 309 114 86 11 108 0 0 79 558 435 2005 426 391 632 579 84 165 292 0 236 235 482 491 2006 108 595 407 464 462 266 2 0 0 4 1 23 2007 136 448 305 452 67 22 0 0 0 42 194 227 2008 264 429.4 471 198 42.6 0 0 0 0 0 298 303 2009 551 735 202 230 265 184 0 0 0 39 246 87 Data Curah Hujan Boyolali tahun 2000-2009 digambarkan ke dalam bentuk Grafik Curah Hujan seperti ditampilkan pada Gambar 2. Gambar 2 Grafik Curah Hujan Boyolali Tahun 2000-2009 6

Untuk mendapatkan hasil peramalan pada tahun 2013 dari ketersediaan data 2000-2009, maka dilakukan peramalan selama 48 periode dengan merujuk pada 48 bulan atau sama dengan empat tahun, yaitu : tahun 2010, 2011, 2012, dan tahun 2013. Grafik Prediction memperlihatkan ada dua garis biru dan satu garis merah. Garis biru menggambarkan batas atas dan bawah dari prediksi, sedangkan garis merah adalah nilai tengahnya. Garis biru atas mewakili nilai upper (upr), garis merah mewakili nilai fit (fit), dan garis biru bawah mewakili nilai lower (lwr). Nilai upper (upr) dan nilai lower (lwr) merupakan batas simpangan kesalahan maximum pada permalan yang dilakukan. Grafik Prediction Curah Hujan Boyolali tahun 2010, 2011, 2012, dan tahun 2013 ditampilkan seperti pada Gambar 3. Gambar 3 Grafik Prediction Curah Hujan Boyolali Tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 Grafik Prediction memperlihatkan ada dua garis biru dan satu garis merah. Garis biru menggambarkan batas atas dan bawah dari prediksi, sedangkan garis merah adalah nilai tengahnya. Garis biru atas mewakili nilai upper (upr), garis merah mewakili nilai fit (fit), dan garis biru bawah mewakili nilai lower (lwr). Nilai upper (upr) dan nilai lower (lwr) merupakan batas simpangan kesalahan maximum pada permalan yang dilakukan. Grafik Prediction Suhu Udara Boyolali tahun 2010, 2011, 2012, dan tahun 2013 ditampilkan seperti pada Gambar 4. Gambar 4 Grafik Prediction Suhu Udara Boyolali Tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 7

Grafik Prediction memperlihatkan ada dua garis biru dan satu garis merah. Garis biru menggambarkan batas atas dan bawah dari prediksi, sedangkan garis merah adalah nilai tengahnya. Garis biru atas mewakili nilai upper (upr), garis merah mewakili nilai fit (fit), dan garis biru bawah mewakili nilai lower (lwr). Nilai upper (upr) dan nilai lower (lwr) merupakan batas simpangan kesalahan maximum pada permalan yang dilakukan. Grafik Prediction Kelembaban Udara Boyolali tahun 2010, 2011, 2012, dan tahun 2013 ditampilkan seperti pada Gambar 5. Gambar 5 Grafik Prediction Kelembaban Udara Boyolali Tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 Nilai fit dari R Process yang dilakukan pada data klimatologi BMKG Semarang menghasilkan peramalan klimatologi di Tahun 2013 seperti ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7 Prediksi Klimatologi Boyolali Tahun 2013 No Bulan Peramalan Klimatologi Boyolali tahun 2013 Curah Hujan Suhu Udara Kelembaban Udara 1 Januari 346 28.1 74 2 Febuari 448 27.7 76 3 Maret 338 28.5 74 4 April 271 28.7 73 5 Mei 130 28.8 69 6 Juni 77 28.6 65 7 Juli 26 27.6 64 8 Agustus -4 27.7 63 9 September 37 28.4 62 10 Oktober 83 29.6 63 11 November 270 29.0 68 12 Desember 218 28.6 71 Pengujian proses peramalan ini dilakukan untuk mendapatkan peramalan klimatologi di tahun 2013 dengan alpha, beta, dan gamma terpilih dengan trial & error yang disesuaikan dengan standar deviasi terkecil. Untuk Curah Hujan standar deviasi : 145.1229, untuk Suhu Udara standar deviasi : 0.651034, dan untuk Curah Hujan standar deviasi : 5.134079. Tabel parameter terpilih ditampilkan seperti pada Tabel 8. 8

Tabel 8 Parameter Klimatologi Boyolali Tahun 2013 Curah Hujan Suhu Udara Kelembaban Udara alpha 0.1832593 0.2712768 0.326593 beta 0 0.02851754 0.03166622 gamma 0.1820199 0.4151946 0.4405462 Hasil peramalan klimatologi menggunakan metode forecasting Holt-Winters tahun 2013 kemudian dianalisis dan disusun secara manual sehingga dapat menghasilkan sebuah pola tanam yang sesuai dengan standar kesetaraan iklim dan nantinya disebut dengan kalender tanam. Standar kalender tanam sendiri disesuaikan berdasarkan klasifikasi kesesuaian lahan [13]. Beberapa tipe klasifikasi tanah yang sesuai untuk pertanian, diklasifikasikan ke dalam setiap komoditas pertanian. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan sebagai standar kalender tanam ditampilkan pada Tabel 9. Komoditas Padi Jagung Ketela Tabel 9 Kesetaraan Iklim [13] Curah Suhu Kelembaban Hujan Udara Udara Keputusan 175-500 24-29 33-90 Diterima < 175 atau > 500 < 24 atau > 29 < 33 atau > 90 Ditolak 165-400 20-26 > 42 Diterima < 165 atau > 400 < 20 atau > 26 < 42 Ditolak 200-400 22-25 < 75 Diterima < 200 atau > 400 < 22 atau > 25 > 75 Ditolak Tahap penyusunan kalender tanam ini dibagi menjadi per komoditas yaitu : komoditas Padi, komoditas Jagung, dan komoditas Ketela. Penyusunan kalender tanam dilakukan berdasarkan perbandingan secara manual antara klasifikasi kesesuaian lahan dengan nilai prediksi klimatologi Boyolali Tahun 2013. Hasil prediksi pada Tabel 8 akan disesuaikan dengan Tabel 9 untuk menentukan strategi tanam dalam proses penyusunan kalender tanam. Dalam penelitian ini ditentukan dengan aturan berikut : Strategi Tanam apabila dua dari tiga parameter diterima Strategi Bera apabila kurang dari dua parameter yang diterima. Sebagai contoh pada komoditas padi untuk bulan Januari 2013, Curah Hujan diterima, Suhu Udara diterima, Kelembaban Udara diterima. Karena ketiga parameter diterima sehingga ditentukan untuk komoditas Padi pada bulan Januari tahun 2013 dengan strategi Tanam. Kalender Tanam Komoditas Padi, Jagung, dan Ketela Boyolali Tahun 2013 dipaparkan pada Tabel 10. Tabel 10 Tabel Kalender Tanam Boyolali Tahun 2013 Bulan Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Padi tanam bera tanam Jagung tanam bera tanam Ketela tanam bera tanam Berdasarkan pengujian atau observasi hasil penelitian Perancangan Kalender Tanam Berdasarkan Data Klimatologi Menggunakan Metode Prediksi Holt-Winters (Studi Kasus : Boyolali) yang dilakukan pada tanggal 15 Januari 2013 melalui Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Boyolali, didapatkan sebuah fakta bahwa kenyataan yang terjadi di lapangan berbeda dengan hasil penelitian. Hal ini bisa terjadi dikarenakan ada pembagian wilayah dalam sektor pertanian di kota Boyolali yang mana dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu : 1) Wilayah Utara, Pertanian Boyolali wilayah utara mencakup daerah : Juwangi, Wonosegoro, Kemusu, Andong, Klego, dan Karanggede. Daerah ini merupakan daerah yang bisa dikatakan rawan pertanian, dikarenakan sukarnya tanaman pertanian untuk bertahan hidup di daerah ini. 9

Kebanyakan para warga menggunakan lahan pertanian untuk menanam jenis tanaman untuk perkebunan dan jenis pepohonan besar; 2) Wilayah Selatan, Pertanian Boyolali wilayah selatan mencakup daerah : Ngemplak, Nogosari, Simo, Sambi, Bayudono, Sawit, dan Teras. Daerah ini merupakan daerah subur pertanian, dikarenakan daerah ini memiliki iklim yang cocok untuk pertanian dan dijadikan sebagai lumbung pertanian kota Boyolali. Dalam setahun saja dapat terjadi tiga masa tanam untuk daerah tersebut ini; dan 3) Wilayah Lereng, Pertanian Boyolali wilayah lereng mencakup daerah : Boyolali, Mojosongo, Musuk, Cepogo, Selo, dan Ampel. Daerah ini merupakan daerah yang sukar untuk pertanian karena berada di dalam jalur deret lereng gunung Merapi. Tanaman yang cocok dan sering digunakan warga untuk senjata pertanian adalah tanaman jenis perkebunan. Adanya pembagian wilayah pertanian Boyolali menjadi tiga, berdampak pada keakuratan data mentah, karena data satu wilayah tidak dapat mewakili value dari satu Kabupaten Boyolali. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data klimatologi dari BMKG Semarang yang merupakan rata-rata secara global dari Kabupaten Boyolali. Sedangkan di Kabupaten Boyolali sendiri terdapat tiga wilayah pertanian dengan tiga tipe klimatologi yang berbeda. Hal tersebut mengakibatkan adanya perbedaan antara hasil penelitian dengan kondisi kenyataan di lapangan pada saat dilakukan pengujian atau observasi lapangan. Sebagai contoh pada komoditas Padi, pada hasil penelitian menghasilkan satu setengah kali masa tanam (enam bulan). Sedangkan fakta yang didapatkan dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Boyolali bahwa kota boyolali memiliki antara dua kali sampai tiga kali masa tanam untuk komoditas Padi. 5. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model forecasting Holt-Winters dapat digunakan untuk meramalkan klimatologi yang akan terjadi di tahun 2013 guna menunjang dalam penelitian Perancangan Kalender Tanam Berdasarkan Data Klimatologi Menggunakan Metode Prediksi Holt-Winters (Studi Kasus : Boyolali) dengan menggunakan data klimatologi tahun 2000 2009 dari BMKG Semarang. Hal ini dibuktikan dengan dirancangnya sebuah pola tanam berupa kalender tanam menggunakan data Curah Hujan, Suhu Udara, dan Kelembaban Udara pada komoditas pertanian Padi, Jagung, dan Ketela. Sebagai saran pengembangan pada penelitian selanjutnya dapat ditambahkannya data sesuai dengan ketiga data klimatologi yang ada di tiga wilayah pertanian Boyolali secara terpisah, guna mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan lebih baik lagi. 6. Daftar Pustaka [1] Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (BPAH), 2008, Kalender Tanam Tanaman Pangan Pulau Jawa. pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr303082.pdf. Diakses 4 November 2012. [2] Wiriadiwangsa, Dedik, 2005, Pranata Mangsa, masih penting untuk pertanian. pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/st090305-1.pdf. Diakses pada 4 November 2012. [3] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 2008, Provinsi jawa Tengah. bappenas.go.id/get-file-server/node/8852/. Diakses pada 17 November 2012. [4] Suhartono, 2008, Analisis Data Statistik dengan R, Jurusan Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. [5] Susanti Endang P., 2009, Proyeksi Tingkat Produksi Ketersediaan Jagung Propinsi Sumatra Utara. http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14118/1/09e02364.pdf. Diakses pada 4 november 2012. 10

[6] Wisnu, Arista I., 2012, Perencanaan Kalender Tanam Berdasarkan Modifikasi Pranata Mangsa dan Klimatologi Menggunakan Metode Prediksi Exponential Smoothing. Skripsi Fakultas Teknologi Informasi Univesitas Kristen Satya wacana. [7] Munir, Rinaldi, 2003, Metode Numerik, Bandung. [8] Yusup, M., 2005, Penggunaan Metode Exponential Smoothing Dalam Prediksi Jumlah Calon Mahasiswa Baru Tahun 2006 Di Jurusan Matematika FMIPA Unnes, Semarang. [9] Badria, 2008, Penggunaan Metode Exponential Smoothing untuk meramalkan Kebutuhan Cengkeh di Pabrik Rokok Adi Bungsu. http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/24310/1/penggunaan-metode-exponentialsmoothing-untuk-meramalkan-kebutuhan-cengkeh-di-pabrik-rokok-adi-bungsu.pdf. Diakses pada 11 november 2012. [10] Subagyo, P., 1986, Forecasting Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. [11] Bahri S.T.M, Syaipul, 2009, Prediksi Produksi Jagung Kabupaten Simalungun pada Tahun 2012. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14032/1/09e02354.pdf. Diakses pada 24 oktober 2012. [12] Hendra, Riki, 2005, Peramalan Produk Dengan Menggunakan Metode Exponential Smoothing. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/30/jbptunikompp-gdl-s1-2005-rikihendra-1470-babii.doc. Diakses pada 14 november 2012. [13] D. Djaenudin, Marwan H., Subajo H., A. Hidayat, 2003, Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian, Badan Penelitian Tanah, Bogor. [14] Lutfiati, Evi, 2010, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Semarang, Semarang. 11