BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB I PENDAHULUAN. kita sebagai bangsa yang dijajah, serba kekurangan dan miskin menggangap

MEDIA INFORMASI TENTANG MANFAAT SUSU SAPI

BAB I PENDAHULUAN. bantuan makanan melalui program PMT (Program Makanan Tambahan). 1)

HUBUNGAN KONSUMSI SUSU DENGAN STATUS GIZI SISWA DI SD NEGERI 2 BOROKULON KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO. Fetty Chandra Wulandari, Wahyu Utami

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

GAMBARAN PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA SISWA SMP AR-RAHMAN MEDAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bahkan nabi-pun juga mengkonsumsinya. Seperti diriwayatkan oleh Maimunah

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi asupan gizi tubuh. Susu

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berpengaruh pada pola makan dan pemilihan makanan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanam di Malang mempunyai nama Apel Malang. Buah dan sayur memiliki

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

inovatif, sekarang ini kita kenal rice burger yang berasal dari Jepang yang mengganti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sesuai hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 yaitu 373 per

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi dalam pemenuhan gizi balita di wilayah binaan puskesmas I Gatak kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB I PENDAHULUAN. lalu. Di negara Swiss terdapat lukisan pada tahun 1850 yang memperlihatkan bahwa

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN GAYA CENTRIFUGASI TERHADAP PENGUJIAN KANDUNGAN LEMAK PADA SUSU PEMERAHAN SAPI DENGAN SUSU RENDAH LEMAK PASTEURISASI

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. kamu makan sering dikutip tetapi tidak direnungkan lebih dalam apa maksud

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Frisian Flag Indonesia Raih Penghargaan PEDULI GIZI 2012 atas Inovasi Produk Pangan Peduli Gizi dan Inovasi Program CSR Peduli Pangan dan Gizi

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Ternak perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu lebih dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesak/akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama dan memadai yaitu banyaknya bencana, masalah gizi buruk, meningkatnya berbagai penyakit menular seperti penyakit malaria, DBD dan Flu Burung. Permasalahan dan tantangan di bidang kesehatan yaitu belum meratanya kemajuan dan kualitas kesehatan di seluruh negeri. Hal ini ditandai dengan masih adanya disparitas status kesehatan kelompok masyarakat miskin dengan kelompok masyarakat lainnya cukup besar. Selain tantangan di Indonesia, dunia juga sedang menghadapi krisis pangan, krisis ekonomi, krisis energi, peningkatan suhu bumi, yang kesemuanya langsung maupun tidak, akan berdampak pada kesehatan masyarakat. (www.departemenkesehatan_ri.com) Masalah gizi perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Sekitar 37,3 juta penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, setengah dari total rumah tangga mengonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk berisiko terhadap berbagai masalah kurang gizi. Itulah sebagian gambaran tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh untuk diatasi. Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja. Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki.

2 Kekurangan gizi pada bayi dan balita, dengan demikian, akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pangan dengan jumlah dan mutu yang memadai harus selalu tersedia dan dapat diakses oleh semua orang pada setiap saat. Bahasan tersebut menggambarkan betapa eratnya kaitan antara gizi masyarakat dan pembangunan pertanian. Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi yang dalam bahasa Inggris disebut malnutrition, dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah gizi-kurang (under nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik masalah gizi-makro ataupun gizi-mikro. (www.suarapembaruan_online.com) Kelompok anak sekolah termasuk kedalam kelompok yang mempunyai resiko tinggi, salah satunya karena masalah pertumbuhan. Hal ini juga menyangkut dengan asupan gizi apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan maka akan teerjadi defisiensi yang akhirnya dapat menghambat pertumbuhan anak. Dalam istilah pertumbuhan anak harus di perhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Anak merupakan bagian dari masyarakat yang perlu di perhatikan dari segi tumbuh kembangnya, karena anakanak paling rentan terhadap berbagai gangguan tubuh kembang sehingga usaha perbaikan gizi harus ditujukan terutama pada anak-anak. Kualitas tumbuh kembang pada masa anak-anak akan menentukan banyak aspek kehidupan termasuk kesehatan, intelektual, prestasi, dan produktifitas dikemudian hari. (Suhardjo, 1989) Data tahun 1998 menunjukkan bahwa permintaan susu di Indonesia adalah sebesar 1.034,6 ribu ton. Demand ini dipenuhi dari produksi dalam negeri 1/3 dan 2/3 sisanya berasal dari impor. Jadi, lengkaplah alasan mengapa susu masih menjadi barang mahal. Alasan kedua mengapa kita jarang minum susu adalah takut dengan masalah lactose intolerance. Pada usia bayi dan anak-anak tubuh kita menghasilkan enzim laktase dalam jumlah cukup sehingga susu dapat dicerna dengan baik. Ketika menginjak usia dewasa keberadaan enzim laktase semakin menurun sehingga sebagian dari kita akan menderita diare bila minum susu.

3 Penelitian di AS membuktikan bahwa konsumsi susu satu-dua cangkir pada penderita lactose intolerance tidak mendatangkan masalah. Dalam hal lactose intolerance ini tampaknya perlu bagi kita untuk sesering mungkin memperkenalkan susu kepada tubuh kita sehingga akan semakin terlatih untuk menerima laktosa. Ekspose susu secara terus-menerus mungkin akan bermanfaat bagi tubuh untuk tidak memberikan respons negatif terhadap kehadiran laktosa. Piramida makanan di negara maju seperti Amerika menempatkan susu dan dairy products lainnya seperti keju dan mentega pada posisi puncak. Piramida makanan Indonesia menempatkan lauk-pauk secara keseluruhan (termasuk susu) pada posisi teratas. Hal ini menunjukkan bahwa susu bagi bangsa Indonesia belum memiliki status penting seperti halnya di negara-negara yang sudah maju. Terkait dengan masalah osteoporosis (keropos tulang), maka susu mempunyai peranan penting untuk mencegah penyakit ini. Susu adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat penting untuk pembentukan tulang. Tulang manusia mengalami turning over yaitu peluruhan dan pembentukan secara berkesinambungan. Pada saat usia muda khususnya anak-anak, formasi tulang berlangsung lebih intens dibandingkan resorpsinya. Sementara pada usia tua resorpsi berlangsung lebih cepat dibandingkan formasinya. Itulah sebabnya pada usia tua terjadi apa yang disebut gradual lose of bone (proses kehilangan massa tulang). Angka kecukupan gizi kalsium adalah 800-1200 mg/ orang/hari. Ini setara dengan tiga-empat gelas susu. Menurut Prof Dr Ali Khomsan, Dosen Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga IPB, tepatnya didalam Tabloid Senior, 22 Mei 2003 menerangkan bahwa budaya minum susu yang masih sangat rendah bisa dipahami dari beberapa segi. Pertama, susu masih dianggap barang luks yang harganya mahal. Saat ini harga susu sekitar Rp 1.800 per liter atau setara dengan harga 1/2 kg beras. Di tengah kehidupan yang semakin sulit akibat krisis berkepanjangan, maka dapat dimaklumi kalau mayoritas masyarakat Indonesia lebih mementingkan membeli pangan sumber karbohidrat daripada sumber protein/mineral. Yang penting perut seluruh anggota keluarga bisa kenyang, sementara gizi adalah urusan belakangan. Mahalnya harga susu mungkin disebabkan oleh sistem peternakan sapi perah di Indonesia yang belum efisien. Dan hal ini terjadi karena sapi perah sebenarnya

4 berasal dari negara-negara subtropis, sehingga ketika harus berproduksi di negara tropis seperti Indonesia susu yang dihasilkan tidak sebanyak seperti di negara asalnya. Konsumsi susu di Indonesia masih sangat rendah. Pada 2005, konsumsi susu di Indonesia hanya 6,8 liter perkapita. Jumlah tersebut meningkat menjadi 7,7 liter perkapita pada tahun 2006. "Tahun 2007 jumlahnya hanya 9,0 liter perkapita," ujar Manajer Komunikasi Tetra Pak Indonesia Lenny Pratidina dalam siaran pers yang diterima Tempo, Jumat tanggal 26 september 2008. Angka itu, kata Lenny, sangat rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang mengkonsumsi 25,4 liter susu per kapita per tahun dan Vietnam sebanyak 10,7 liter per kapita per tahun pada 2007. Negara-negara di Asia jumlah konsumsi susunya masih jauh lebih sedikit dibandingkan negara lainnya didunia. Cina mengkonsumsi 13,2 liter per ton per tahun, Jerman mencapai 92,3 liter, Amerika 83,9 liter, diikuti Belanda 122,9 liter, Swedia 145,5 liter, dan Finlandia 183,9 liter. (Tempo, 26 september 2008) Dalam rangka Hari Susu Sedunia yang jatuh pada 1 Juni di Hotel Nikko, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada hari Rabu tanggal 26 juni 2007 yang lalu Dr Ali Khomsan, Dosen Jurusan Gizi Masyarakat IPB menegaskan bahwa Orang Indonesia kurang minum susu. Menurut data tahun 2006, konsumsi susu penduduk Indonesia hanya mencapai 7,7 liter per orang per tahun. Kalah jauh dengan konsumsi susu penduduk India yang mencapai 44,9 liter per orang per tahun. "Untuk mengejar konsumsi susu di India membutuhkan waktu 120 tahun. Bahkan konsumsi susu penduduk Indonesia kalah dengan negara tetangga Malaysia. Penduduk negeri jiran ini meminum 25 liter per orang per tahun. Indonesia menempati urutan ke delapan soal minum susu. India paling rajin, diikuti Thailand dengan 25,1 liter per orang per tahun, kemudian Malaysia. Singapura di urutan keempat dengan 20,8 liter per orang per tahun, Cina 13,2 liter per orang per tahun, Filipina 11 liter per orang per tahun, Vietnam 10,7 liter per orang per tahun, Hal ini disampaikan dia dalam diskusi "Minum Susu Setiap hari perisai kita".(www.okezone_economy.com)

5 Susu mengandung kelengkapan lima gizi utama, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Namun, konsumsi susu orang Indonesia saat ini masih sangat rendah, yaitu sekitar dua gelas per orang setiap bulan. Jadi kalau dirata-ratakan, setiap harinya orang Indonesia hanya minum dua-tiga sendok. Sementara Malaysia, kata Heiko Schipper, Marketing PT Nestle Indonesia 27 september 2008 lalu, bahwa mengonsumsi susu lima kali lebih banyak atau setara dengan 10 gelas per orang setiap bulan. Orang Thailand mengkonsumsi sembilan gelas, dan orang Filipina delapan gelas per orang setiap bulan. Kalau dihitung tingkat dunia, konsumsi perkapita per tahun adalah 40 liter. Thailand 21 liter per kapita per tahun. Filipina juga 21 liter per tahun. Sementara Indonesia cuma lima liter perkapita per tahun, kata Schipper kepada Media. Rendahnya konsumsi susu di Indonesia itu, Menurut Schipper, disebabkan banyak faktor, misalnya, susu dianggap mahal, sehingga daya beli masyarakat kecil. Tetapi, bisa juga akibat kurangnya pemahaman akan manfaat susu. Mengingat usia anak sekolah pada masa perkembangan dan pertumbuhan maka untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan perilaku minum susu pada anak sekolah. Karena kita ketahui perilaku minum susu merupakan perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan yang sudah menjadi kebiasaan pada masa dini akan menjadi dampak yang baik dan berguna di masa yang akan datang. ( www.bmf.litbang.depkes.go.id) Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena, pada saat praktikum kesmas yang dilakukan di bulan Febuari menemukan gambaran pengetahuan dan perilaku mengenai susu yang mempengaruhi tingkat kebiasaan minum susu siswa. Hasil yang didapat yaitu pada saat pre-test ditemukan siswa yang tingkat pengetahuannya tinggi (22,7%) dan perilaku minum susunya baik (39%). Pada saat post-test siswa yang tingkat pengetahuannya meningkat (36.0%). Namun, siswa yang perilaku minum susu nya baik, jumlahnya menurun menjadi (31%). Hal ini membuktikan bahwa faktor pengetahuan kurang mempengaruhi perilaku siswa. Maka dari itu, peneliti tertarik ingin mengetahui faktor lain selain pengetahuan yang dapat mempengaruhi kebiasaan minum susu siswa khususnya pada siswa SDN Pondok Cina 1 depok tahun 2009.

6 1.2 Perumusan Masalah Susu adalah sumber makanan paling bergizi dari segala jenis makanan dan susu hampir memiliki seluruh zat-zat nutrisi yang dibutuhkan orang untuk pertumbuhan dan menjaga kesehatan yang baik. Dengan kata lain, susu memiliki semua zat-zat nutrisi dalam jumlah yang besar dan dalam porsi yang sedemikian rupa sehingga dapat saling bekerja sebagai satu tim untuk membantu menjaga agar tubuh tetap sehat dan kuat.(heater Livingstone M.Sc. Vice President, Nutrition Training Scientific Advisory Board). Namun kenyataanya konsumsi susu di Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya 9,0 liter perkapita ujar Manajer Komunikasi Tetra Pak Indonesia Lenny Pratidina dalam siaran pers yang diterima Tempo, Jumat tanggal 26 september 2008. Rendahnya konsumsi susu juga dapat dilihat pada kalangan anak sekolah SDN Pondok Cina 1 khususnya kelas III A dan B yang terbukti pada hasil praktikum kesmas yang telah dilakukan sebelumnya mengenai intervensi perubahan perilaku. Hasil yang didapat yaitu pada saat pre-test ditemukan siswa yang tingkat pengetahuannya tinggi (22,7%) dan perilaku minum susunya baik (39%). Pada saat post-test siswa yang tingkat pengetahuannya meningkat (36.0%). Namun, siswa yang perilaku minum susu nya baik, jumlahnya menurun menjadi (31%). Hal ini membuktikan bahwa faktor pengetahuan kurang mempengaruhi perilaku siswa. Maka dari itu, peneliti tertarik ingin mengetahui faktor lain selain pengetahuan yang dapat mempengaruhi kebiasaan minum susu siswa khususnya pada siswa SDN Pondok Cina 1 depok tahun 2009. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran tentang kebiasaan minum susu pada siswa SDN Pondok Cina 1, Depok tahun 2009? 2. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kebiasaan minum susu pada siswa SDN Pondok Cina 1, Depok tahun 2009?

7 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kebiasaan minum susu dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan minum susu pada siswa kelas III A, III B dan IV di SDN Pondok Cina 1, Depok tahun 2009. 1.4.2 Tujuan Khusus Univariat 1. Mengetahui gambaran kebiasaan minum susu pada siswa kelas III A, III B dan IV di SDN Pondok Cina 1 Depok, tahun 2009. 2. Mengetahui gambaran faktor predisposisi pada siswa kelas III A, III B dan IV di SDN Pondok Cina 1 Depok, tahun 2009. 3. Mengetahui gambaran faktor pemungkin pada siswa kelas III A, III B dan IV di SDN Pondok Cina 1 Depok, tahun 2009. 4. Mengetahui gambaran faktor penguat pada siswa kelas III A, III B dan IV di SDN Pondok Cina 1 Depok, tahun 2009. Bivariat 1. Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi (pengetahuan dan persepsi) dengan kebiasaan minum susu siswa kelas III A, III B dn IV di SDN Pondok Cina 1, Depok tahun 2009. 2. Mengetahui hubungan antara faktor pemungkin (sarana-prasarana yang mendukung dan pekerjaan orang tua) dengan kebiasaan minum susu siswa kelas III A, III B dan IV di SDN Pondok Cina 1, Depok tahun 2009. 3. Mengetahui hubungan antara faktor peguat (anjuran dari lingkungan) dengan kebiasaan minum susu siswa kelas III A, III B dan IV di SDN Pondok Cina 1, Depok tahun 2009.

8 1.5 Manfaat Penelitian a. Pihak Sekolah SDN Pondok Cina 1 Sebagai bahan informasi mengenai gambaran kebiasaan minum susu pada siswa SDN Pondok Cina 1, Depok tahun 2009. Sehingga pihak Sekolah dapat melakukan pengendalian perilaku guna meningkatkan kebiasaan minum susu siswa di SDN Pondok Cina 1. b. Kepada Peneliti Lain Sebagai bahan acuan dan gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan minum susu. c. Kepada Mahasiswa FKM UI Menambah wawasan dan pengembangan keilmuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku khususnya pada kebiasaan minum susu siswa. d. Manfaat Bagi Penulis Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah di dapat serta menambah wawasan baru bagi penulis mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan minum susu pada siswa SDN Pondok Cina 1 Depok, tahun 2009. 1.6 Ruang lingkup Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pondok Cina 1 Depok, dengan alasan karena penulis telah melaksanakan kegiatan Praktikum Kesmas mulai 27 Januari 2009 sampai 17 April 2009, sehingga sebagian data dari Praktikum Kesmas dapat dilanjutkan dalam skripsi ini. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan minum susu pada siswa SDN Pondok Cina 1, Depok tahun 2009 dengan menggunakan faktor predisposisi, pemungkin (enabling), dan faktor penguat (reinforcing) dari teori (Lawrence green). Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional

9 dan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah menggunakan data primer.