BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

HUBUNGAN KONSUMSI SUSU DENGAN STATUS GIZI SISWA DI SD NEGERI 2 BOROKULON KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO. Fetty Chandra Wulandari, Wahyu Utami

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanam di Malang mempunyai nama Apel Malang. Buah dan sayur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting. bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesak/akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama dan memadai yaitu banyaknya bencana, masalah gizi buruk, meningkatnya berbagai penyakit menular seperti penyakit malaria, Flu Burung, dan DBD. Permasalahan dan tantangan dibidang kesehatan yaitu belum meratanya kemajuan dan kualitas kesehatan diseluruh negeri. Hal ini ditandai dengan masih adanya disparitas status kesehatan kelompok masyarakat miskin dengan kelompok masyarakat lainnya cukup besar. Selain tantangan di Indonesia, dunia juga sedang menghadapi krisis pangan, krisis ekonomi, krisis energi, peningkatan suhu bumi, yang kesemuanya langsung maupun tidak,akan berdampak pada kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2010) Pembangunan kesehatan juga meliputi pembangunan berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan (Depkes, 2000). Berbagai masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat turut mempengaruhi upaya pelaksanaan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya adalah masalah gizi. Ketidakseimbangan gizi dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia (Latief, 1999). Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi,

masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama dikota-kota besar (Supariasa dkk, 2002). Masalah gizi perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Sekitar 37,3 juta penduduk hidup dibawah garis kemiskinan, setengah dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang dan lebih dari 100 juta penduduk beresiko terhadap berbagai masalah kurang gizi. Itulah sebagian gambaran tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh untuk diatasi. Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja. Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan spiritual. Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita, dengan demikian, akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pangan dan jumlah dan mutu yang memadai harus selalu tersedia dan dapat diakses oleh semua orang pada setiap saat. Bahasan tersebut menggambarkan betapa eratnya kaitan antara gizi masyarakat dan pembangunan pertanian. Kelompok anak sekolah (6-13 tahun) termasuk kedalam kelompok yang mempunyai resiko tinggi, salah satunya karena masalah pertumbuhan. Hal ini juga menyangkut dengan asupan gizi apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya

dapat menghambat pertumbuhan anak. Dalam istilah pertumbuhan anak harus diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Anak merupakan bagian dari masyarakat yang perlu diperhatikan dari segi tumbuh kembangnya, karena anak-anak paling rentan terhadap berbagai gangguan tumbuh kembang sehingga usaha perbaikan gizi harus ditujukan terutama pada anak-anak. Kualitas tumbuh kembang pada masa anak-anak akan menentukan banyak aspek kehidupan termasuk kesehatan, intelektual, prestasi, dan produktivitas dikemudian hari (Suhardjo, 2003). Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak usia tersebut merupakan generasi penerus bangsa. Tumbuh kembangnya anak sekolah usia yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemebrian nutrisi atau asupan zat gizi pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Banyak sekali masalah yang ditimbulkan dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ dan system tubuh anak (Judarwanto, 2008). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 ditemukan angka kekurusan di Sumatera Utara adalah 12,4 % untuk anak laki-laki dan 9,7 % pada anak perempuan, angka kekurusan pada anak baru sekolah di Kota Medan adalah 11,1 % pada anak laki-laki dan 7,4 % pada anak perempuan. Angka ini lebih tinggi dari angka kekurusan Provinsi Sumatera Utara yaitu 12,4 % pada anak laki-laki dan 9,7 % pada anak perempuan. Konsumsi susu per kapita di Indonesia tahun 2010 adalah 11,84 liter. Indonesia berada pada deretan terbawah konsumsi susu di Asia Tenggara maupun negara

berkembang lain. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, India yang masing-masing adalah 50,26 liter, 47,35 liter, dan 12,35 liter. Orang Thailand mengkonsumsi Sembilan gelas, dan orang Filipina delapan gelas per orang setiap bulan. Kalau dihitung tingkat dunia, konsumsi perkapita per tahun adalah 40 liter. Thailand 21 liter perkapita per tahun. Filipina juga 21 liter per tahun. Negara-negara di Asia jumlah konsumsi susunya masih jauh lebih sedikit dibandingkan negara lainnya didunia. Cina mengkonsumsi 17,2 liter per ton per tahun, jerman mencapai 92,3 liter, Amerika 83,9 liter, diikuti Belanda 122,9 liter, Swedia 145,5 liter, dan Finlandia 183,9 liter (Tempo, 2008). Jadi, lengkaplah alasan mengapa susu masih menjadi barang mahal. Alasan kedua mengapa kita jarang minum susu adalah takut dengan masalah laktosa. Pada usia bayi dan anak-anak tubuh kita menghasilkan enzim laktosa dalam jumlah cukup sehingga susu dapat dicerna dengan baik. Ketika menginjak usia dewasa keberadaan enzim lactase semakin menurun sehingga sebagian dari kita akan menderita diare bila minum susu. Penelitian di AS membuktikan bahwa konsumsi susu satu-dua cangkir pada penderita laktosa ini tampaknya perlu bagi kita untuk sesering mungkin memperkenalkan susu kepada tubuh kita sehingga akan semakin terlatih untuk menerima laktosa. Susu secara terus-menerus mungkin akan bermanfaat bagi tubuh untuk tidak memberikan respons negatif terhadap kehadiran laktosa. Piramida makanan di negara maju seperti Amerika menempatkan susu dan produk lainnya seperti keju dan mentega pada posisi puncak. Piramida makanan Indonesia menempatkan lauk pauk secara keseluruhan (termasuk susu) pada posisi teratas. Hal ini menunjukkan bahwa susu bagi bangsa Indonesia belum memiliki status penting

seperti halnya di negara- negara yang sudah maju. Terkait dengan masalah osteoporosis (keropos tulang), maka susu mempunyai peranan penting untuk mencegah penyakit ini. Susu adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat penting untuk pembentukan tulang. Tulang manusia mengalami penurunan yaitu peluruhan dan pembentukan secara berkesinambungan. Pada saat usia muda khususnya anakanak, formasi tulang berlangsung lebih intens dibandingkan resorpsinya. Sementara pada usia tua resorpsi berlangsung lebih cepat di bandingkan formasinya. Itulah sebabnya pada usia tua terjadi apa yang disebut gradual lose of bone ( proses kehilangan masa tulang). Angka kecukupan gizi kalsium adalah 800-1200 mg/orang/hari. Ini setara dengan tiga-empat gelas susu (Roberts, 2000). Menurut Khomsan (2007), Dosen Gizi Masyarakat menjelaskan bahwa budaya minum susu yang masih sangat rendah dipahami dari beberapa segi. Pertama, susu masih dianggap barang luks yang harganya mahal. Ditengah kehidupan yang semakin sulit akibat krisis berkepanjangan, maka dapat dimaklumi kalau mayoritas masyarakat Indonesia lebih mementingkan membeli pangan sumber karbohidrat daripada sumber protein/mineral. Yang penting perut seluruh anggota keluarga bisa kenyang, sementara gizi adalah urusan belakangan. Mahalnya harga susu mungkin disebabkan oleh sistem peternakan sapi perah di Indonesia yang belum efisien. Dan hal ini terjadi karena sapi perah sebenarnya berasal dari negara-negara subtropis, sehingga ketika harus berproduksi dinegara tropis seperti Indonesia susu yang dihasilkan tidak sebanyak seperti dinegara asalnya. Susu mengandung lima kelengkapan gizi utama, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Namun, konsumsi susu orang Indonesia saat ini masih

sangat rendah, yaitu sekitar dua gelas per orang setiap bulan. Jadi kalau dirataratakan, setiap harinya orang Indonesia hanya minum dua-tiga sendok. Rendahnya konsumsi susu di Indonesia itu, disebabkan banyak faktor, misalnya susu dianggap mahal, sehingga daya beli masyarakat kecil. Tetapi, bisa juga akibat kurangnya pemahaman akan manfaat susu. Mengingat usia anak sekolah pada masa perkembangan dan pertumbuhan maka untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan perilaku minum susu pada anak sekolah. Karena kita ketahui perilaku minum susu merupakan perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan yang sudah menjadi kebiasaan pada masa dini akan menjadi dampak yang baik dan berguna di masa yang akan datang.(depkes, 2000) Sekolah SD Budi Murni 1 merupakan salah satu sekolah swasta terbaik diantara sekolah lainnya yang berada di Kecamatan Medan Timor. Dimana sekolah ini memiliki kategori baik dan berprestasi dalam belajar. Dari observasi dan wawancara peneliti di SD Budi Murni 1 pada bulan November 2011 kepada Kepala Sekolah terdapat 365 jumlah siswa kelas I-VI SD dengan rentang usia pada sekolah ini berada pada usia 6-12 tahun atau masih tergolong usia anak-anak. Ketika diwawancarai didapatkan jumlah siswa yang minum susu adalah sekitar 80 % dari 365 siswa. Oleh karena itu peneliti memilih lokasi tersebut karena perlu menemukan gambaran karakteristik siswa SD dan kebiasaan minum susu di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012. 1.2.Perumusan Masalah Mengetahui gambaran karakteristik siswa dan kebiasaan minum susu di SD di Budi Murni 1 Medan tahun 2012.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran karakteristik siswa dan kebiasaan minum susu pada siswa SD di Budi Murni 1 Medan tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik siswa yaitu : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan orang tua, dan sumber informasi siswa di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012. 2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa dan kebiasaan minum susu di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012. 3. Untuk mengetahui tingkat sikap siswa dankebiasaan minum susu di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012. 4. Untuk mengetahui frekuensi minum susu siswa di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012. 5. Untuk mengetahui waktu minum susu siswa di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012. 6. Untuk mengetahui akses atau tempat siswa mendapatkan susu di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012. 1.4.Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa pihak :

1. Bagi pihak Sekolah sebagai bahan informasi mengenai gambaran karakteristik siswa dan kebiasaan minum susu pada siswa SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012. 2. Bagi lintas sektor terkait (Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan) dapat memberikan informasi tentang pentingnya minum susu sejak usia dini guna untuk memperbaharui kesehatan.