Perbedaan Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Terhadap Orientasi Tujuan Instruksional Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP ORIENTASI TUJUAN INSTRUKSIONAL PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR

Identifikasi Guru Pendidikan Jasmani Terhadap Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Kemampuan Gerak Dasar Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Bawah

Upaya Guru Meningkatkan Keterampilan Dasar Dribling Dalam Permainan Bolas Basket Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas 5

1 Didin Budiman 1. (FPOK Universitas Pendidikan Indonesia)

KEMAMPUAN GURU PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PEMBELAJARAN DI SLB BAGIAN A KOTA BANDUNG

Hubungan Kualifikasi Guru Pendidikan Jasmani dengan Efektifitas Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

PENINGKATAN KETERAMPILAN LAY-UP SHOOT PADA PERMAINAN BOLA BASKET MELALUI PRINSIP URUTAN LATIHAN. Oleh: Zulfadhli Husni. Guru SMK Negeri 1 Sumedang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT.

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 2 No.1 Pebruari 2016 ISSN

JURNAL SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN KETEPATAN DAN PENDEKATAN KECEPATAN TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

SILABUS PEDAGOGI OLAHRAGA (SPORT PEDAGOGY) DASAR. 1. Identitas mata kuliah Nama mata kuliah : Pedagogi Olahraga (Sport Pedagogy) Nomor kode : OK 304

Dedi Asmajaya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN-SARAN. penjas terhadap kemampuan mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan Prodi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

PENGARUH PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK DASAR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SPRINT

ARTIKEL. Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Penjaskesrek

Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Evaluasi Program Pendidikan Jasmani dan Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Lensa Vol. 2 No. 2, ISSN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

DAMPAK SARANA OLAHRAGA REKREASI TERHADAP PARTISIPASI BEROLAHRAGA. Mudjihartono. (Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak

UPAYA PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN LEMPAR LEMBING GAYA HOP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BERMAIN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mas Athi Sugiarthi, 2013

ELLISIA KUMALASARI Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

DASAR PROFESIONALITAS GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan 1. Bagaimanakah kinerja guru pendidikan jasmani di Kecamatan Conggeang

Kata kunci: modifikasi alat bantu, hasil belajar memukul bola kasti, permainan bola kasti.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

PENERAPAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PROGRAM PJOK BERDASARKAN PENDEKATAN GOAL-ORIENTED EVALUATION MODEL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAKBOLA DENGAN PENERAPAN VARIASI MENGAJAR PADA SISWA/I KELAS VIII SMP KARTIKA 1 2 MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EDUTAINMENT (EDUCATION-ENTERTAINMENT)

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

HUBUNGAN MOTOR EDUCABILITY, INDEKS MASSA TUBUH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES. Myrza Akbari*)

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisa

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KECAMATAN SENTOLO

III. METODOLOGI PENELITIAN. memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dipilih teknik purposive sampling

DESKRIPSI PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SD SE-KECAMATAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA JENJANG SLTP DI KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendidikan Tata Boga Jurusan PKK FPTK UPI, Jln. Dr. Setiabudi No. 207

HUBUNGAN ANTARA PEMBELAJARAN PENJAS DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI BAKUNG 02 UDANAWU

BAB III METODE PENELITIAN. Restoran Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Cimahi, Jl. Sukarasa No. 136 Cimahi.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK TAKRAW MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN JALA HIP HOP

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BEBERAPA MACAM METODE LATIHAN TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT

Program pengajaran pendidikan jasmani (penjas)

Hubungan Antara Pembelajaran Penjas Dengan Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskriptif di SMA Negeri 10 Kota Bandung)

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol 1, No. 2, Oktober 2016,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian

MEDIA MODIFIKASI PIRING PLASTIK UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR LEMPAR CAKRAM. Yudha Ranto Hari Bowo * Abstract

BAB III METODE PENELITIAN. Surakhmad (Andrianto, 2011: 29) mengungkapkan ciri-ciri metode korelasional, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani termasuk bagian integral dari sistem pendidikan secara

PENGARUH METODE PEMBELAJAR GUIDE DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR BERMAIN SEPAK BOLA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prayogo Dwi Santoso 1, Mudjihartono 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. dapat diserap dan dipahami oleh siswa-siswanya. Untuk mencapainya, guru harus

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Langsung dalam menanamkan disiplin. santri di Pondok Pesantren Ma dinul ulum Campurdarat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN PEER TEACHING DALAM PEMBELAJARAN TENNIS

Zen Fadli Ardiansyah Harahap Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan, Medan, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kata kunci: kemampuan motorik kasar, anak tunagrahita, SLB Negeri Pembina Yogyakarta.. ABSTRACT

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

dengan cara menjelaskan hubungan secara kausalitas dan menguji keterkaitan yang

ELEMEN DASAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN. secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu untuk mendapatkan fakta-fakta dalam

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

SKRIPSI. oleh : FEBRIAN RIZKI SUSANDI NIM :

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI

BAB III METODE PENELITIAN. Kemampuan komunikasi siswa yang diukur adalah kemampuan berkomunikasi

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA

DESKRIPSI DAYA SERAP SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 BUA DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

Universitas Nusantara PGRI Kediri. Oleh : MATSURAH P

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah, agar pendidikan dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan suatu metode yang sesuai dengan apa yang akan diselidiki maka akan

Transkripsi:

Perbedaan Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Terhadap Orientasi Tujuan Instruksional Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Yudy Hendrayana 1 Agus Mulyana 2 (Universitas Pendidikan Indonesia) (Universitas Pendidikan Indonesia) Dian Budiana 3 (Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak Penelitian ini difokuskan pada pencarian data dan fakta tentang cara-cara menyampaikan tujuan instruksional yang sering dilakukan dan dianggap berhasil oleh guru pendidikan jasmani. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan angket sebagai instrument penelitian. Sampel penelitian adalah 40 orang guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar yang memiliki pengalaman mengajar minimal 6 tahun dan bertugas di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa taraf serap dari kedua sub variabel diketahui bahwa cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa sebesar 82,50 %, sedangkan yang berorientasi pada tujuan keseluruhan sebesar 81,15 %. Jika dilihat perbedaan maknanya, terbukti tidak terdapat perbedaan yang berarti persepsi guru pendidikan jasmani terhadap orientasi tujuan instruksional pada pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Kata kunci : Persepsi, Orientasi tujuan instruksional, pembelajaran pendidikan jasmani 1 PENDAHULUAN Kompleksitas tujuan pembelajaran pendidikan jasmani mengharuskan guru lebih cermat dalam merumuskan tujuan instruksional pembelajaran. Perumusan tujuan instruksional merupakan langkah awal dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Guru pendidikan jasmani harus pandai menentukan prioritas target belajar siswa yang sesuai dengan tingkat perkembangan belajarnya, sekaligus mampu menyampaikan tujuan tersebut dalam setiap kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh seluruh siswa. Dengan penjelasan yang baik, siswa akan mengerti tujuan dari kegiatan belajar yang dilakukannya. 1 Penulis adalah Dosen tetap di Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Pendidikan S1 (Sarjana Pendidikan Olahraga IKIP Bandung), Pendidikan S2 (Magister Ilmu Kedokteran Dasar SPS UNPAD), Pendidikan S3 (Doktor Pendidikan Olahraga) e-mail: yudy_h2000@yahoo.com/yudy@upi.edu 14

Penyampaian tujuan pembelajaran yang sementara ini banyak dilakukan oleh guru adalah berorientasi kepada minat dan kebutuhan siswa serta berorientasi pada tujuan keseluruhan (Suherman, 1998). Penyampaian tujuan yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa dilakukan ketika guru berpegang pada prinsip mengajar bahwa guru harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. Ini mengandung arti bahwa setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal minat dan kebutuhannya terhadap materi pelajaran yang disajikan guru. Sedangkan penyampaian tujuan instruksional yang berorientasi pada tujuan keseluruhan disampaikan ketika tujuan pembelajaran digambarkan sebagai bagian integral dari keseluruhan proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada setiap pokok bahasan atau tingkatan kelas. Ketika guru menyampaikan tujuan instruksional yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa kemungkinan besar siswa akan lebih termotivasi dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Sedangkan jika guru menyampaikan tujuan instruksional yang berorientasi kepada tujuan keseluruhan, untuk siswa tingkat Sekolah Dasar kemungkinan siswa malah mengalami kebingungan karena target belajar yang harus dicapainya sangat luas atau kompleks. Perbedaan persepsi guru pendidikan jasmani terhadap orientasi tujuan instruksional menyebabkan cara penyampaiannyapun relatif berbeda pula. Dari pengalaman mengajar yang dimiliki oleh setiap guru pendidikan jasmani, kemungkinan besar guru pendidikan jasmani akan memiliki penafsiran terhadap perlunya memilih suatu tujuan instruksional yang dianggapnya lebih penting dan lebih baik dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Perbedaan persepsi ini dikarenakan proses pembentukan persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya karakterisitik kepribadian guru, pengalaman, stimulus yang diterima oleh guru, dan lingkungan sekitarnya. Tujuan instruksional pendidikan jasmani pada prinsipnya berkaitan erat dengan pengelompokkan kondisi-kondisi belajar sesuai dengan tujuantujuan belajar yang ingin dicapai (Gagne dalam Hasibuan dan Moedjiono, 1988). Secara lebih khusus setiap kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani memiliki tujuan instruksional, yaitu tujuan yang berbentuk tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar. Pemahaman terhadap tujuan instruksional merupakan salah satu bagian penting dari kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan jasmani. Indikator dari guru pendidikan jasmani yang baik adalah mempunyai tujuan tertentu pada setiap pelajaran yang diberikannya (Nasution, 1982). Guru akan memiliki tujuan umum yang sesuai dengan tujuan pendidikan secara keseluruhan dan tujuan khusus 15

yang berhubungan dengan materi yang diajarkannya. Kedua tujuan ini merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus dirumuskan guru dalam proses pembelajaran (Sudjana, 1987). Menurut Suherman (1998), terdapat dua cara menyampaikan tujuan pembelajaran yang banyak dilakukan oleh guru. Pertama, berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa. Orientasi tujuan ini berusaha membangkitkan minat dan semangat siswa. Kedua, berorientasi pada tujuan keseluruhan. Orientasi tujuan ini adalah cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berusaha menghubungkan tujuan pembelajaran yang sedang dilaksanakan dengan tujuan pembelajaran secara keseluruhan, baik sebelumnya maupun dengan yang akan datang. Penyampaian orientasi tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dipengaruhi oleh persepsi guru itu sendiri. Setiap guru pendidikan jasmani akan memiliki persepsi yang relatif berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lainnya. Perbedaan ini terjadi karena persepsi pada hakikatnya merupakan proses individu menyadari segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimilikinya. Proses penyadaran ini dilewati individu melalui pengenalan, membandingkan, menggolongkan dan menginterpretasikan informasi yang datang dari luar (Dahlia, 1999). Kemampuan menafsirkan atau menginterpretasikan suatu obyek memegang peranan penting dalam membentuk persepsi guru pendidikan jasmani. Pengalaman dan kondisi lingkungan pembelajaran memungkinkan guru pendidikan jasmani memiliki kemampuan menginterpretasikan sesuatu hal secara cepat atau lambat, sesuai atau tidak sesuai dengan persepsi umum guru pendidikan jasmani yang lainnya. Oleh karena itu, diduga akan terjadi perbedaan persepsi guru pendidikan jasmani terhadap orientasi tujuan instruksional pada pembelajaran pendidikan jasmani. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, karena ingin mengetahui dan mengungkapkan cara-cara penyampaian tujuan instruksional pendidikan jasmani yang sudah dan sering dilakukan oleh guru pendidikan jasmani sekolah dasar pada saat yang lalu dan saat ini. Subyek Penentuan subyek penelitian menggunakan pendekatan purposive sampling. Kemudian menentukan jumlah sampel sebanyak 40 orang guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar berdasarkan proporsi wilayah Kecamatan Soreang bagian barat, timur, selatan, dan utara. Instrumen 16

Instrumen dalam penelitian menggunakan observasi, angket dan wawancara. Observasi dilakuan pada bulan September 2008, sementara penyebaran angket dan wawancara dilakukan pada bulan Oktober 2008. Pengolahan dan Analisis Data Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data penelitian ini meliputi (1) menyediakan jalur-jalur kelompok masalah sub variabel masalah penelitian sesuai dengan kebutuhan; (2) menghitung prosentase dari setiap kategori untuk setiap butir soal; (3) perhitungan pengolahan data (Arikunto, 1993). HASIL Semua data yang telah diolah dibuat ke dalam bentuk tabel. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan gambaran mengenai skor faktual setiap butir pernyataan, taraf serap, dan ranking. Dari tabel tersebut diketahui bahwa skor faktual, tarap serap dan ranking tertinggi adalah pada butir soal nomor 13 dengan pernyataan Saya selalu mengungkapkan keseluruhan aspek perilaku siswa yang akan dikembangkan dalam kegiatan pem- Tabel 1: Skor Faktual, Taraf Serap, dan Ranking Persepsi Guru Pendidikan Jasmani terhadap Orientasi Tujuan No. Soal Skor Faktual Taraf Serap Rankin g 1 165 82,5 7 2 162 80 13 3 170 85 2 4 163 81,5 11 5 165 82,5 8 6 160 80 17 7 166 83 5 8 161 80,5 16 9 157 78,5 18 10 162 76,5 14 11 170 85 3 12 153 76 20 13 172 86 1 14 163 81,5 12 15 155 77,5 19 16 165 82,5 9 17

17 162 81 15 18 166 83 6 19 165 82,5 10 20 169 84,5 4 belajaran pendidikan jasmani. Butir soal nomor 13 termasuk ke dalam indikator panyampaian tujuan pembel-ajaran yang berorientasi pada tujuan keseluruhan. Ini mengandung arti bahwa sebagian besar guru pendidikan jasmani selalu menyampaikan tujuan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan kepada siswa karena hal itu dianggap berhasil dalam mencapai tujuan belajar siswa. Sedangkan skor faktual, tarap serap, dan ranking terendah dari seluruh butir pernyataan ada pada butir soal nomor 12 dengan pernyataan Mengklasi-fikasikan tujuan instruksional berdasarkan karakteristik siswa merupakan cara saya dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Butir soal nomor 12 termasuk ke dalam indikator cara menyampaikan tujuan instruksional yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa. Hal ini mengandung arti bahwa mayoritas guru pendidikan jasmani jarang mengungkapkan tujuan pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa. Hal itu dilakukan karena guru pendidikan jasmani berasumsi akan membingungkan siswa dalam upayanya mencapai tujuan belajar. Agar data di angket lebih menunjukkan kekhususannya, kemudian data-data tersebut dikelompokkan berdasarkan sub variabel penelitian. Tabel 2: Skor faktual, Taraf Serap, dan Keterangan Sub Variabel Penyampaian Tujuan Instruskional Berorientasi Pada Minat dan Kebutuhan Siswa No. Soal Skor Faktual Taraf Serap Keterangan 3 170 85 Terbesar 6 160 80 Terkecil 7 166 83 8 161 80,5 11 170 85 12 165 82,5 14 163 81,5 16 165 82,5 17 162 81 20 169 84,5 Jumlah 1651 825,5 18

Rata-rata 165,1 82,55 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa skor faktual dan taraf serap terbesar ada pada butir soal nomor 3 dengan pernyataan Saya selalu mengusahakan siswa untuk dapat mengetahui tujuan belajar dan dapat melakukan aktivitas belajarnya. Hal ini mengandung arti bahwa mayoritas guru sering berusaha agar setiap siswa selalu mengetahui tujuan belajarnya dan dapat melakukan aktivitas belajarnya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan skor faktual dan taraf serap terendah adalah butir soal nomor 6 dengan pernyataan Saya menyampaikan tujuan instruksional dengan cara memusatkan kekhususan tujuan pada diri siswa. Hal ini mengandung arti bahwa hanya sebagian kecil saja dari guru pendidikan jasmani yang menjelaskan tujuan instruksionalnya secara khusus berdasarkan pada karakter siswa. Sedangkan sebagian besar guru pendidikan jasmani tidak menyampaikan tujuan instruksional secara jelas untuk diketahui oleh siswa. Pada sub variabel penyampaian tujuan yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa, guru pendidikan jasmani selalu berusaha agar siswa selalu mengetahui tujuan belajarnya. Tabel 3: Skor Faktual, Taraf Serap, dan Keterangan Sub Variabel Penyampaian Tujuan Instruskional Berorientasi Pada Tujuan Keseluruhan No. Soal Skor Faktual Taraf Serap Keterangan 1 165 82,5 2 162 81 4 163 81,5 5 165 82,5 9 157 78,5 10 153 76,5 Terkecil 13 172 86 Terbesar 15 155 77,5 18 166 83 19 165 82,5 Jumlah 1623 811,5 Rata-rata 162,3 81,15 Dari tabel di atas diketahui bahwa skor faktual dan tarap serap tertinggi adalah pada butir soal nomor 13 dengan pernyataan Saya selalu 19

mengungkapkan keseluruhan aspek perilaku siswa yang akan dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Upaya tersebut dilakukan para guru pendidikan jasmani karena akan selalu mengingatkan siswa bahwa setiap tugas gerak yang dilakukannya selalu melibatkan keseluruhan aspek siswa. Dengan demikian tujuan belajar siswa juga mencakup keseluruhan potensi yang dimiliki setiap siswa. Sedangkan skor faktual dan taraf serap terendah berada pada butir soal nomor 10 dengan pernyataan Saya selalu menyampaikan rumusan perilaku yang masih bersifat umum sebagai target capaian belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Hal ini mengandung arti bahwa hanya sebagian kecil guru pendidikan jamani yang menyampaikan tujuan pembelajarannya dalam bentuk rumusan perilaku yang masih bersifat umum. Taraf serap pada sub variabel cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan keseluruhan terlihat sedikit kontradiktif. Di satu sisi, upaya yang sering dilakukan dan dianggap berhasil oleh para guru pendidikan jasmani dalam mencapai tujuan belajar siswa melalui cara penyampaian tujuan instruksional dilakukan dengan cara mengungkapkan keseluruhan aspek perilaku siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor). Ini mengandung arti bahwa penyampaian tujuan instruksional benar-benar berorientasi pada tujuan keseluruhan. Sementara di sisi lain, hanya sebagian kecil saja dari taraf serap sub variabel ini yang menunjukkan cara penyampain tujuan instruksional berdasarkan pada rumusan perilaku yang bersifat umum sebagai target belajar siswa. Tabel 4: Skor faktual, taraf serap, dan keterangan Cara Penyampaian Tujuan Instruksional Sub Variabel Skor Faktual Taraf Serap Berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa 1651 82,50% Keterangan Beroriantasi pada tujuan keseluruhan 1623 81,15% Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa cara penyampaian tujuan instruksional pendidikan jasmani oleh guru pendidikan jasmani dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa 20

Banyak guru pendidikan jasmani yang sudah melakukan cara penyampaian tujuan instruksional yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan belajar siswa. Tindakan tersebut dipilih karena guru pendidikan jasmani memiliki persepsi bahwa setiap anak memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan setiap tugas gerak. Untuk itulah tujuan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani untuk siswa harus disampaikan dengan berlandaskan pada minat dan kebutuhan siswa sebagai bagian dari perbedaan karakteristik siswa itu sendiri. 2. Berorientasi pada tujuan keseluruhan Banyak guru pendidikan jasmani yang sudah melakukan cara penyampaian tujuan instruksional yang berorientasi pada tujuan keseluruhan. Upaya itu dianggap berhasil oleh guru penjas dalam meningkatkan pencapaian tujuan belajar siswa. Tindakan tersebut dipilih karena guru pendidikan jasmani memiliki persepsi bahwa bagaimanapun juga tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang meliputi keseluruhan aspek siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) di tingkat Sekolah Dasar harus secara menyeluruh ditumbuhkembangkan. Guru pendidikan jasmani harus secara menyeluruh menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya sekaligus merupakan tujuan belajar yang dapat dicapai oleh setiap siswa. Dari kedua sub variabel di atas, maka diketahui bahwa cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa lebih banyak dilakukan oleh guru pendidikan jasmani daripada cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan keseluruhan, meski hanya memiliki selisih taraf serap yang sangat kecil yaitu 1,35 %. Jika dilihat perbedaan maknanya maka tidak diperoleh perbedaan yang signifikan. Dengan kata lain bahwa para guru pendidikan jasmani yang menjadi sampel penelitian sama-sama memiliki anggapan bahwa cara penyampaian tujuan yang berorientasi pada minat dan kebutuhan dan yang berorientasi pada tujuan keseluruhan telah sama-sama dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dan itu dianggap berhasil dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan belajar siswa. PEMBAHASAN Penyampaian tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa pada prinsipnya dilandasi oleh prinsip individulisme. Artinya bahwa setiap siswa berbeda dalam hal kemampuan menyelesaikan atau menguasai suatu tugas gerak. Untuk itu pula maka tujuan pembelajaran harus realistik dan disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai pelaku kegiatan pembelajaran. Kesemua itu 21

diarahkan sebagai salah satu cara agar siswa tidak mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar gerak pada siswa akan dapat diminimalisir atau dihindarkan apabila guru mampu manyajikan materi yang sesuai dengan kemampuan siswa (Husdarta dan Saputra, 2000). Langkah awal untuk mencapai terjadinya kesesuaian antara materi yang disajikan oleh guru pendidikan jasmani dengan kemampuan siswa adalah melalui cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa. Ketika guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa maka hal itu bukan merupakan beban berat bagi siswa. Beberapa guru pendidikan jasmani berpersepsi bahwa hal itu justru harus menjadi tantangan yang mengasikan sekaligus dapat diselesaikan oleh setiap siswa. Cara ini bertujuan untuk membangkitkan minat dan semangat siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Cholik dan Lutan (1996/1997) mengungkapkan salah satu tujuan pendidikan jasmani yaitu melalui aktivitas jasmani diupayakan untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotor, dan sosial. Pernyataan ini mungkin yang secara tegas dijadikan asumsi dasar oleh guru pendidikan jasmani dengan memilih cara menyampaikan tujuan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan keseluruhan. Sedangkan untuk memudahkan penyampaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan agar mudah dimengerti oleh siswa, upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani adalah dengan merumuskan tujuan umum atau menyeluruh tersebut dirumuskan secara khusus. Secara eksplisit, tujuan-tujuan khusus pembelajaran pendidikan jasmani termuat dalam kompetensi dasar pada setiap semester dan tingkatan kelas yang menjadi target belajar siswa. Perbedaan persepsi guru pendidikan jasmani dalam cara menyampaikan tujuan pembelajaran lebih disebabkan karena faktor lingkungan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Faktor lingkungan tersebut bisa meliputi keadaan siswa, sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani, dan yang lebih penting adalah keadaan guru itu sendiri. Penekanan terhadap suatu perilaku yang ditargetkan guru pendidikan jasmani sebagai target belajar yang harus dicapai siswa sebagai bagian dari tujuan pembelajaran pendidikan jasmani menyebabkan perilaku itu pada umumnya tidak bertahan lama. Hal ini sangat mungkin terjadi karena terkadang guru pendidikan jasmni juga sering lupa mengenai karakteristik siswanya. Misalnya guru pendidikan jasmani masih menganggap bahwa siswa Sekolah dasar merupakan miniatur orang dewasa. Sehingga cara menyampaikan tujuan pembelajarannya sering tidak dimengerti oleh siswa sebagai dampak dari kurang dimengertinya pernyataan yang dikemukakan oleh guru pendidikan jasmani (Sudjana, dkk., 2001). 22

Masih banyak guru pendidikan jasmani yang mengeluhkan fasilitas dan sarana pendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kebutuhan menyajikan bahan ajar. Alasannya adalah guru pendidikan jasmani berpegang pada pernyataan bahwa ketersediaan fasilitas pendukung pembelajaran sangat diperlukan agar penyajiannya jelas dan utuh (Husdarta dan Saputra, 2000). Namun demikian, konsistensi cara penyampaikan tujuan pembelajaran juga dipengaruhi oleh tingkat pemahaman para guru pendidikan jasmani terhadap tujuan instruksional pembelajaran itu sendiri. Hal ini diyakini sebagai salah satu bagian penting dari kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan jasmani. Indikator dari guru pendidikan jasmani yang baik adalah mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya (Nasution, 1982). KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yakni: (1) banyaknya guru pendidikan jasmani yang memilih cara penyampaian tujuan yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa dilatarbelakangi oleh persepsi bahwa setiap anak memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan setiap tugas gerak; (2) banyaknya guru pendidikan jasmani yang memilih cara penyampaian tujuan yang berorientasi pada tujuan keseluruhan yang dilatarbelakangi oleh persepsi tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang meliputi keseluruhan aspek siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) di tingkat sekolah dasar harus secara menyeluruh ditumbuhkembangkan; (3) cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa lebih banyak dipilih oleh guru pendidikan jasmani daripada cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan keseluruhan. Namun diantara kedua orientasi tersebut tidak terdapat perbedaan makna yang signifikan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hindun Dahlia. (1999). Kontribusi Persepsi Tentang Perilaku Dalam Proses Belajar Mengajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Skripsi Sarjana pada FIP IKIP Bandung. Husdarta, J.S. dan Yudha M. Saputra (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D III. 23

Lutan, Rusli, (2001), Asas-Asas Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar, Jakarta: Depdiknas: Dirjen Dikdasmen bekerja sama dengan Dirjen Olahraga. S. Nasution. (1982). Didaktik Asas Asas Mengajar. Bandung: Jemars. Sudjana, Nana dan Ibrahim (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suherman, Adang, (1998), Revitalisasi Keterlantaran Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani, Bandung : IKIP Bandung Press. Cholik, Toho dan Lutan, Rusli. (1996), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan Penidikan Guru Sekolah Dasar. Korespondensi untuk artikel ini dapat dialamatkan ke Sekretariat Research Journal of Physical Education Departemen Pendidikan Olahraga FPOK UPI. Jln. Dr. Setiabudi Nomor 229 Bandung. Hp. 081321994631; 081395402906. e-mail: jurnal_por2009@yahoo.com atau ke Yudi Hendrayana FPOK Universitas Pendidikan Indonesia, e-mail: yudy_h2000@yahoo.com/yudy@upi.edu atau Dian Budiana e-mail: a_deanz@yahoo.com Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia 24