HUBUNGAN KESEHATAN RUMAH TINGGAL TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA BALITA DI DESA SAMBANGAN KECAMATAN BATI-BATI KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

SUMMARY HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KAIDUNDU KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR RISIKO TERJADINYA PNEUMONIA PADA ANAK BALITA

Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

Unnes Journal of Public Health

Sukmawati 1), Sri Dara Ayu1 ) 1) Dosen Jurusan Gizi Poltekes Makassar ABSTRACT

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

Fator-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care K4 di Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: Latar Belakag

ABSTRACT. : Unmet need, Family Planning

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

ASUPAN MAKANAN DAN PERTUMBUHAN BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

ABSTRACT. : Ice chocolate, hygiene handler, Coliform, Escherichia coli

PENGETAHUAN IBU TENTANG KEPUTIHAN DI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado * Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Program Studi D III Kesehatan Lingkungan STIKes Muhammadiyah Palembang 2

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN PUTRI HIJAU KABUPATEN BENGKULU UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

Pengaruh Riwayat Pemberian ASI Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI MADRASAH ALIYAH AL-HUDA KOTA GORONTALO

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN ISPA NON PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PINANG

BAB V HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan neonatus yang memenuhi kriteria inklusi

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche Siswi SMP Adabiah

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke Dalam Upaya Rehabilitasi Di RS St. Elisabeth Medan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

Unnes Journal of Public Health

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATISAMPURNA KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

POLA SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

Unnes Journal of Public Health

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

HUBUNGAN GAYA HIDUP IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA CORRELATION LIFESTYLE OF PREGNANT WOMEN WITH PREECLAMPSIA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitan ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

Julia Alistawaty Purba 1, Erna Mutiara 2, Heru Santosa 2 ABSTRACT

Sri Lestari Kartikawati, Endang Sutedja, Dzulfikar DLH ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Keywords : Bank Waste, Community Participation, Characteristics, Enabling Supporting

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

Transkripsi:

HUBUNGAN KESEHATAN RUMAH TINGGAL TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA BALITA DI DESA SAMBANGAN KECAMATAN BATI-BATI KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 Nata Lisa Erviana Sari 1, Lenie Marlinae, 2 Frieda Anie Noor 3 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 2 Bagian Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 3 Bagian Eidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Abstrak Pneum meruakan enyakit infeksi yang memerlukan erhatian khusus, sebab neum termasuk dalam enyebab utama kesakitan dan kematian ada anak balita khususnya di Indonesia. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan meruakan faktor risiko dalam enularan berbagai jenis enyakit berbasis lingkungan, salah satunya neum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesehatan rumah tinggal terhada kejadian neum ada balita di Desa Sambangan Kecamatan Bati-Bati Kabuaten Tanah Laut tahun 2012. Penelitian ini meruakan enelitian observasional analitik dengan endekatan cross sectional dengan engambilan samel secara urosive samling. Ditemukan sebanyak 36 resonden terdiri dari 12 resonden dengan neum dan 24 resonden bukan neum. Analisis uji Fisher Exact ada taraf keercayaan 95%. Hasil enelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara ventilasi (=0,029), langit-langit (=0,011), jendela (=0,020), embagian ruang (=0,011) dan keadatan hunian (=0,007) dengan kejadian neum. Hal ini didukung dengan hasil observasi yang menunjukkan beberaa bagian konstruksi rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Sedangkan ata (=0,727), dinding (=0,536), dan lantai (=0,278) tidak ada hubungan dengan kejadian neum. Kata-kata kunci: neum, konstruksi rumah, balita Abstract Pneum is an infectious disease that requires secial attention, because it is included in the leading cause of neum morbidity and mortality in children under five years old, esecially in Indonesia. Construction of homes and neighborhoods that do not meet the health requirement is a risk factor in the transmission of various tyes of disease-based environment, one of neum. This study aimed to determine the relationshi of home health care live on the incidence of neum in children under five in the village of Bati-Bati district Sambangan Tanah Laut in 2012. This study was observational analytic cross-sectional aroach to samling urosive samling. Found a total of 36 resondents consisted of 12 resondents with neum and 24 resondents not neum. Fisher Exact test analysis at 95% confidence level. The results showed that there is a relationshi between ventilation ( = 0.029), ceiling ( = 0.011), window ( = 0.020), the division of sace ( = 0.011) and residential density ( = 0.007) with the incidence of neum. This matter was suorted with result of observation showing house construction some art of ineligibility. While roof ( = 0.727), walls ( = 0.536), and floor ( = 0.278) there was no association with the incidence of neum. Keywords: neum, home construction, children under five years old 34

PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah enyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk jaringan adneksanya, seerti sinus, rongga telinga tengah dan leura. Dari beberaa enyakit ISPA tersebut, neum meruakan enyakit infeksi yang memerlukan erhatian khusus, sebab neum termasuk dalam enyebab utama kesakitan dan kematian ada anak balita khususnya di Indonesia (1). Di dunia setia tahun dierkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena neum (1 balita/15 detik) dari 9 juta total kematian balita (2). Berdasarkan survei morbiditas subdit ISPA Deartemen Kesehatan RI yang dilakukan di 10 rovinsi ada tahun 2004 cakuan enderita neum balita sebanyak 625.611 dengan ersentase 36% (3). Riset kesehatan dasar tahun 2007 menyatakan bahwa satu dari lima kematian balita di Indonesia disebabkan oleh neum (4). Insidensi neum ada balita di Kalimantan Selatan sejak tahun 1997 samai tahun 2006 cenderung mengalami eningkatan, yaitu dari 18,5 er 1000 balita naik menjadi 47 er 1000 balita tahun 2007 (5). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian neum terbagi atas faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliuti umur, jenis kelamin, status gizi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status imunisasi, emberian Air Susu Ibu (ASI), emberian vitamin A dan emberian makanan terlalu dini. Faktor ekstrinsik meliuti keadatan temat tinggal, olusi udara, tie rumah, ventilasi, asa rokok, enggunaan bahan bakar, enggunaan obat nyamuk bakar serta faktor orang tua sosial ekonomi, endidikan, umur mauun engetahuan ibu (2). Penelitian Riana ada tahun 2008 tentang keemilikan rumah sehat menunjukkan bahwa kondisi erumahan yang tidak sehat memunyai hubungan terhada kejadian enyakit. Kondisi rumah dan lingkungan daat memengaruhi kejadian enyakit neum. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan meruakan faktor risiko dalam enularan berbagai jenis enyakit berbasis lingkungan, salah satunya neum (6). Rumah sehat adalah bangunan temat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana embinaan keluarga yang menumbuhkan kehiduan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga daat bekerja secara roduktif (7). Data laoran tahunan Puskesmas Bati-Bati menunjukkan bahwa enyakit neum juga banyak terjadi di Kecamatan Bati-Bati. Kasus neum ada balita terbanyak yang ditemukan adalah di desa Sambangan sebanyak 12 kasus atau 46,15% dari 26 kasus, sedangkan target dari uskesmas hanya 2 kasus dalam 1 tahun (8). Berdasarkan latar belakang di atas, enulis melakukan enelitian untuk mengetahui hubungan kesehatan rumah tinggal terhada kejadian neum balita di Desa Sambangan Kecamatan Bati-Bati Kabuaten Tanah Laut. Kesehatan rumah tinggal yang akan diteliti yaitu dari segi komonen dan enataan ruang rumah yang meliuti ventilasi, ata, langit-langit, dinding, jendela, lantai, embagian ruang serta keadatan hunian rumah. Tujuan dalam enelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kesehatan rumah tinggal terhada kejadian neum ada balita di Desa Sambangan, Kecamatan Bati-Bati, Kabuaten Tanah Laut. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode enelitian observasional analitik dengan endekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa Sambangan Kecamatan Bati-Bati ada bulan Februari samai November 2012 Poulasi yang diambil adalah seluruh balita berusia 0-5 tahun di Desa Sambangan Kecamatan Bati-Bati Kabuaten Tanah Laut sebanyak 106 balita. Pengambilan samel ada enelitian ini secara non robability samling dengan teknik urvosive samling. Jumlah samel yang didaatkan berdasarkan kriteria inklusi tersebut adalah sebanyak 36 resonden dengan balita yang mengalami neum sebanyak 12 resonden dan balita yang tidak mengalami neum sebanyak 24 resonden. 35

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi variabel bebas (indeenden), variabel terikat (deenden) mauun deskrisi karakteristik resonden. Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya engaruh antara variabel bebas dan variabel terikat daat dilakukan dengan uji statistik chi square ada tingkat keercayaan 95% dengan menggunakan rogram komuter SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Distribusi karakteristik resonden berdasarkan tingkat endidikan orang tua ditamilkan ada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat endidikan orang tua resonden yang aling banyak adalah tamat SD sebanyak 21 orang (58,33%), tamat SMP sebanyak 6 orang (16,67%), tamat SMA sebanyak 5 orang (13,89%), tidak sekolah/tidak tamat SD dan erguruan tinggi memiliki frekuensi yang sama yaitu sebanyak 2 orang (5,56%). Penelitian amungkas ada tahun 2012 menyebutkan bahwa tingkat endidikan berengaruh terhada engetahuan. Pengetahuan orang tua terutama ibu yang dalam hal cara mengenali neum dan engelolaan neum akan berengaruh terhada enurunan angka kematian dan angka kesakitan akibat enyakit neum (9). Tabel 2 Karakteristik resonden berdasarkan ekerjaan orang tua No Pekerjaan Frekuensi % 1 bekerja 0 0 2 Petani 8 22,22 3 Buruh 15 41,67 4 Swasta 5 13,89 5 PNS 2 5,56 6 Lainnya 6 16,67 Jumlah 36 100% Tabel 2 menunjukkan bahwa ekerjaan orang tua resonden yang aling banyak adalah sebagai buruh yaitu 15 orang (41,67%) dan yang aling sedikit adalah PNS yaitu 2 orang (5,56%). Status sosial ekonomi diantaranya tergantung ada jenis ekerjaan seseorang. Pekerjaan dengan Tabel 1 Karakteristik resonden berdasarkan tingkat endidikan orang tua N o Pendidika n Frekuens i Persentas e (%) 1 sekolah/ tidak tamat 2 5,56 SD 2 SD 21 58,33 3 SMP 6 16,67 4 SMA 5 13,89 5 Perguruan Tinggi 2 5,56 Jumlah 36 100 tingkat enghasilan rendah menyebabkan orang tua sulit menyediakan fasilitas erumahan yang, erawatan kesehatan dan gizi anak yang memadai. Rendahnya kualitas gizi anak menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan mudah terkena enyakit infeksi termasuk neum (10). Tabel 3 Karakteristik resonden berdasarkan tingkat endaatan orang tua No Pendaatan Frekuensi % 1 < 250.000 0 0 2 250.000-500.000 6 16,67 3 > 500.000 30 83,33 Jumlah 36 100 Tabel 3 Menunjukkan bahwa tingkat endaatan orang tua resonden sebagian besar adalah lebih dari R. 500.000,00 yaitu sebanyak 30 orang (83,33%). Menurut enelitian Pamungkas ada tahun 2012, keluarga dengan endaatan yang tinggi bereluang lebih besar untuk mencukui makanan untuk bayi dan anak balitanya dibandingkan dengan keluarga yang memiliki endaatan rendah, sehingga anak akan memunyai daya tahan yang lebih untuk menangkal ISPA atau neum. Selain itu, tingkat endaatan yang tinggi juga akan memberikan eluang yang lebih besar untuk memunyai erumahan yang lebih memenuhi syarat sehingga lebih memungkinkan terhindar dari serangan ISPA atau neum (9). Tabel 4 Karakteristik resonden berdasarkan status imunisasi 36

No Status Imunisasi Frekuensi % 1 Lengka 34 94,44 2 Kurang lengka 2 5,56 Jumlah 36 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa hamir seluruh resonden mendaatkan imunisasi lengka yaitu sebanyak 34 resonden (94,44%). Sedangkan yang status imunisasinya kurang lengka sebanyak 2 resonden (5,56%). Imunisasi meruakan emberian kekebalan agar tubuh tahan terhada enyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang sehingga imunisasi daat menurunkan risiko untuk terkena neum (11). Tabel 5 Karakteristik resonden berdasarkan status emberian ASI No Status Pemberian Frekuensi % ASI 1 ASI eksklusif 26 72,22 2 Bukan ASI eksklusif 10 27,78 Jumlah 36 100 Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar resonden mendaatkan ASI eksklusif sejak lahir yaitu sebanyak 26 resonden (72,22%) dan yang tidak mendaatkan ASI eksklusif sebanyak 10 orang (27,78%). ASI mengandung nutrien, antioksidan, hormon dan antibodi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, berkembang dan membangun sistem kekebalan tubuh. Pemberian ASI yang tidak memadai meruakan salah satu faktor yang memengaruhi kejadian neum ada balita (12). B. Analisis Hubungan Kesehatan Rumah Tinggal terhada Kejadian Pneum ada Balita Komonen fisik rumah yang diteliti antara lain adalah ventilasi, ata, langitlangit, dinding, jendela, embagian ruang dan keadatan hunian. 1. Ventilasi ventilasi rumah dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan Kecamatan Bati-Bati Kabuaten Tanah Laut dianalisis dan ditamilkan ada tabel 6. Tabel 6 Tabel silang antara ventilasi rumah dengan kejadian neum Ventila Pneum si neum Baik 4 18 22 8 6 14 0,02 9 Hasil analisis uji fisher exact ada taraf keercayaan 95%, ditemukan nilai value 0,029 ( < 0,05). Hal ini berarti Ho ditolak yaitu terdaat hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. Hasil enelitian ini sesuai dengan enelitian Yuwono ada tahun 2008 yang menyatakan bahwa ventilasi rumah memunyai hubungan dengan kejadian neum dan balita yang tinggal di rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat berisiko terkena neum 6,3 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan luas ventilasi memenuhi syarat (14). Ukuran ventilasi yang memenuhi syarat yaitu 10% dari luas lantai. Luas ventilasi rumah selain bermanfaat untuk sirkulasi udara, temat masuknya cahaya ultraviolet dan daat mengurangi kelembaban dalam ruangan (14). Rumah resonden dengan neum banyak yang tidak memiliki sistem ventilasi memadai. Sebagian besar rumah resonden dengan neum tidak menematkan ventilasi untuk setia ruangan, tetai hanya ada ruang tamu. Selain itu, ada ula jenis ventilasi tertutu atau terbuat dari kaca sehingga tidak berfungsi sebagai ertukaran udara. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan ada resonden dengan neum memungkinkan terdaatnya hubungan antara ventilasi terhada kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. 37

2. Ata ata rumah dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan Kecamatan Bati-Bati Kabuaten Tanah Laut dianalisis dan ditamilkan ada tabel 7. Tabel 7 Tabel silang antara ata rumah dengan kejadian neum Ata Pneumo neumon nia ia Baik 4 10 16 Tida k 8 14 20 0,72 7 Hasil analisis menggunakan uji fisher exact ada taraf keercayaan 95% ditemukan nilai value 0,727 ( > 0,05). Hal ini berarti Ho di terima yaitu tidak terdaat hubungan antara ata rumah dengan kejadian neum ada balita di Desa sambangan. Hal ini tidak sejalan dengan enelitian sebelumnya oleh Oktaviani ada tahun 2009 yang menyebutkan bahwa ata rumah memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian neum (13). Ata rumah sebagian besar resonden menggunakan seng, asbes atau daun rumbia. Keutusan Menteri Kesehatan Nomor 829 tahun 1999 tentang syarat rumah sehat yang menyatakan bahwa ata yang digunakan adalah ata genteng karena daat meredam suhu anas dan suara bising hujan. Ata jenis asbes tidak digunakan karena asbes menghasilkan residu akibat emuaian ada suhu anas yang berhubungan dengan enyakit asbestosis. Seng juga kurang memenuhi syarat kesehatan karena menimbulkan udara anas ada siang hari dan dingin di malam hari (15). Hal inilah yang memungkinkan tidak terdaatnya hubungan yang signifikan antara ata terhada kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. 3. Langit-langit langit-langit dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan Kecamatan Bati-Bati Kabuaten Tanah Laut dianalisis dan ditamilkan ada tabel 8. Tabel 8 Tabel silang antara langit-langit dengan kejadian neum Langit Pneum -langit neum Baik 4 19 23 8 5 13 0,01 1 Hasil analisis menggunakan uji fisher exact ada taraf keercayaan 95% ditemukan nilai value 0,011 ( > 0,05). Hal ini berarti Ho ditolak yaitu terdaat hubungan antara langit-langit dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. Hasil enelitian ini sesuai dengan enelitian Nurjazuli ada tahun 2008 yang menyatakan bahwa terdaat hubungan antara langit-langit dengan kejadian neum balita (16). Rumah resonden dengan neum sebagian besar memiliki langit-langit yang masih belum sesuai syarat kesehatan yaitu hanya disebagian ruangan saja yang diberi langit-langit misalnya ada ruang tamu. Sedangkan ada resonden bukan neum sebagian besar rumahnya sudah secara menyeluruh tertutu langit-langit dan langit-langit selalu dibersihkan dari kotoran. Hal inilah yang mengakibatkan langit-langit memiliki hubungan yang signifikan terhada kejadian neum ada balita. 3. Dinding dinding dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan Kecamatan Bati- Bati Kabuaten Tanah Laut dianalisis dan ditamilkan ada tabel 9. Tabel 9 Tabel silang antara dinding rumah dengan kejadian neum Dindin Pneum g neum Baik 0 3 3 12 21 33 0,536 Hasil analisis menggunakan uji fisher exact ada taraf keercayaan 95% ditemukan nilai value 0,536 ( > 0,05). 38

Hal ini berarti Ho di terima yaitu tidak terdaat hubungan antara dinding rumah dengan kejadian neum ada balita di Desa sambangan. Dalam enelitian Yuwono ada tahun 2009 menyebutkan bahwa balita yang tinggal di rumah dengan kondisi dinding rumah tidak memenuhi syarat memiliki risiko terkena neum sebesar 2,9 kali lebih besar dibandingkan balita yang tinggal di rumah dengan kondisi dinding memenuhi syarat (14). Hasil enelitian Yuwono ada tahun 2009 menyatakan bahwa dinding yang adalah dinding yang terbuat secara ermanen atau dari tembok dan terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar (14). Jenis dinding yang terbuat dari kayu digunakan dengan syarat harus tertutu raat dan harus selalu dibersihkan dari debu mauun kotoran agar tidak menjadi temat atau media bagi virus atau bakteri enyebab enyakit neum (15). Jenis dinding rumah yang dibuat secara tidak ermanen daat memengaruhi kelembaban di dalam rumah dan kelembaban daat memengaruhi berkembangnya enyebab neum (14). Rumah resonden dengan neum mauun bukan neum sebagian besar terbuat dari kayu yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Hal inilah yang memungkinkan tidak terdaat hubungan yang signifikan antara dinding terhada kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. 4. Jendela jendela dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan Kecamatan Bati- Bati Kabuaten Tanah Laut dianalisis dan ditamilkan ada tabel 10. Tabel 10 Tabel silang antara jendela dengan kejadian neum Jendela Pneu neumon m ia Baik 5 20 25 7 4 11 0,02 0 Hasil analisis uji fisher exact ada taraf keercayaan 95%, ditemukan nilai value 0,020 ( < 0,05). Hal ini berarti Ho ditolak yaitu terdaat hubungan antara jendela dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. Hasil enelitian ini sesuai dengan enelitian Adnani ada tahun 2006 yang menyatakan bahwa terdaat hubungan antara jendela dengan kejadian neum dan balita yang tinggal di rumah dengan jendela yang tidak memenuhi syarat berisiko terkena neum 6,9 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan jendela memenuhi syarat (17). Jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurangkurangnya 15% samai 20% dari luas lantai yang terdaat di dalam ruangan rumah (8). Jendela rumah sebagian besar resonden dengan neum bersifat ermanen atau tidak daat dibuka. Penelitian oktaviani ada tahun 2009 menyebutkan bahwa rumah yang jendelanya tidak memenuhi ersyaratan menyebabkan ertukaran udara tidak daat berlangsung dengan, akibatnya asa daur dan asa rokok daat terkumul dalam rumah, bayi dan anak yang sering menghisa asa tersebut di dalam rumah lebih mudah terserang ISPA atau neum. Hal inilah yang memungkinkan terdaatnya hubungan antara jendela dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. 5. Lantai lantai rumah dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan Kecamatan Bati- Bati Kabuaten Tanah Laut dianalisis dan ditamilkan ada tabel 11. Tabel 11 Tabel silang antara lantai rumah dengan kejadian neum Lantai Pneumoni neumoni a a Baik 0 4 4 sztida 12 20 3 k Total 12 24 2 3 6 0,27 8 Hasil analisis menggunakan uji fisher exact ada taraf keercayaan 95% ditemukan nilai value 0,278 ( > 0,05). Hal ini berarti Ho di terima yaitu tidak terdaat 39

hubungan antara lantai rumah dengan kejadian neum ada balita di Desa sambangan. Hal ini tidak sejalan dengan enelitian sebelumnya oleh Yuwono ada tahun 2008 yang menyebutkan bahwa lantai rumah memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian neum. Dalam enelitian Yuwono ada tahun 2008 menyebutkan bahwa balita yang tinggal di rumah dengan kondisi lantai rumah tidak memenuhi syarat memiliki risiko terkena neum sebesar 3,9 kali lebih besar dibandingkan balita yang tinggal di rumah dengan kondisi lantai memenuhi syarat (14). Menurut Keutusan Menteri Kesehatan nomor 829 tahun 1999 tentang syarat rumah sehat mengemukakan bahwa lantai rumah untuk temat tinggal harus keda air, mudah dikeringkan dan mudah dibersihkan. Lantai rumah yang termasuk kategori memenuhi syarat kesehatan yaitu lantai yang terbuat dari keramik atau ubin. Sedangkan yang termasuk kategori tidak memenuhi syarat kesehatan terbuat dari bambu dan tanah (18). Sedangkan berdasarkan enelitian Retnaningsih ada tahun 2009 menyatakan bahwa untuk di daerah edesaan lantai dari kayu digunakan dengan syarat tidak berdebu ada musim kemarau dan tidak lembab ada musim hujan (15). Lantai rumah yang digunakan resonden sebagian besar terbuat dari aan atau kayu yang tidak memenuhi syarat kesehatan karena kotor dan berdebu. Hal inilah yang memungkinkan tidak terdaatnya hubungan yang signifikan terhada kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. 7. Pembagian ruang embagian ruang dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan Kecamatan Bati-Bati Kabuaten Tanah Laut dianalisis dan ditamilkan ada tabel 12. Tabel 12 Tabel silang antara embagian ruang dengan kejadian neum Pemba gian Pneum neum ruang Baik 4 19 23 8 5 13 0,01 1 Hasil analisis uji fisher exact ada taraf keercayaan 95%, ditemukan nilai value 0,011 ( < 0,05). Hal ini berarti Ho ditolak yaitu terdaat hubungan antara jendela dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. Hasil enelitian ini sesuai dengan enelitian Yulianti ada tahun 2003 yang menyatakan bahwa terdaat hubungan antara embagian ruang dengan kejadian neum dan balita yang tinggal di rumah dengan embagian ruang yang tidak memenuhi syarat berisiko terkena neum 2,03 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan embagian rumah memenuhi syarat (19). Sebagian besar rumah resonden dengan neum tidak memiliki sistem embagian ruang yang seerti tidak adanya emisah atau dinding embatas antara kamar tidur keala keluarga dengan anaknya serta keadaan kamar tidur yang tidak tertutu dan bersebelahan dengan daur. Berdasarkan enelitian Nurjazuli ada tahun 2008 menyebutkan bahwa tata ruang dalam rumah bisa menjadi faktor risiko kejadian neum ada balita. Salah satu diantaranya adalah letak daur yang digunakan untuk aktivitas memasak keluarga dalam memenuhi kebutuhan makan setia harinya. Peletakan daur yang menjadi satu dengan rumah induk tana emisah daat menyebabkan olusi udara asa daur menyebar ke dalam ruang rumah induk. Bila kondisi ini terjadi maka akan meningkatkan risiko balita menderita neum (16). terdaatnya embagian ruang yang ada resonden dengan neum memungkinkan terdaatnya hubungan antara embagian ruang dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. 6. Keadatan hunian keadatan hunian dengan kejadian neum ada balita di Desa Sambangan Kecamatan Bati-Bati Kabuaten Tanah Laut dianalisis dan ditamilkan ada tabel 13. Tabel 13 Tabel silang antara keadatan hunian dengan kejadian neum Keadat an Pneumo neumo hunian nia nia Baik 4 20 2 0,00 40

Total 8 4 12 24 4 7 1 2 3 6 Hasil analisis uji fisher exact ada taraf keercayaan 95%, ditemukan nilai value 0,007 ( < 0,05). Hasil enelitian ini sesuai dengan enelitian Yuwono ada tahun 2008 yang menyatakan bahwa terdaat hubungan antara keadatan hunian dengan kejadian neum dan balita yang tinggal di rumah dengan keadatan hunian yang tidak memenuhi syarat berisiko terkena neum 2,7 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan keadatan hunian memenuhi syarat (14). Rumah resonden dengan neum memiliki tingkat keadatan hunian yang tidak memenuhi syarat. Dalam 1 kamar tidur dihuni oleh 3 samai 4 orang dengan ukuran luas kamar tidur kurang dari 8 m 2. Selain itu tidak ada emisah antara kamar tidur anak dengan orang tuanya. Jumlah kamar tidur juga tidak sesuai dengan luas rumah. Keutusan Menteri Kesehatan tahun 1999 menyatakan bahwa luas ruangan tidur minimal 8 m 2 dan tidak dianjurkan lebih dari 2 orang. Bangunan yang semit dan tidak sesuai dengan jumlah enghuninya akan memunyai damak kurangnya oksigen dalam ruangan sehingga daya tahan tubuh enghuninya menurun, kemudian ceat timbulnya enyakit saluran ernafasan seerti ISPA atau neum (18). Keterbatasan enelitian ini adalah bahwa faktor-faktor terjadinya neum ada balita tidak hanya terjadi karena kesehatan rumah tinggal tetai juga banyak faktor enyebab lainnya seerti faktor anak, sosial ekonomi keluarga mauun tingkat engetahuan dan sika ibu. Diharakan ada enelitian selanjutnya erlu menggunakan variabel enelitian lainnya dengan ukuran dan metode yang lebih. PENUTUP A. Simulan 1. Karakteristik resonden berdasarkan tingkat endidikan adalah aling banyak tamat SD (58,33%), berdasarkan jenis ekerjaan aling banyak adalah sebagai buruh (41,67%), berdasarkan tingkat endaatan orang tua aling banyak adalah >500.000 (83,33%), berdasarkan status imunisasi resonden yang mendaatkan imunisasi lengka sebesar 94,44% dan yang tidak mendaatkan imunisasi lengka sebesar 5,56% dan berdasarkan status emberian ASI resonden yang mendaatkan ASI eksklusif sebesar 72,22% dan yang tidak mendaatkan ASI eksklusif sebesar 27,78%. 2. Kriteria komonen rumah resonden berdasarkan ventilasi adalah sebanyak 22 resonden, berdasarkan ata adalah sebanyak 16 resonden, berdasarkan langit-langit sebanyak 23 resonden, berdasarkan dinding adalah sebanyak 3 resonden dan, berdasarkan jendela adalah sebanyak 25 resonden, berdasarkan lantai adalah sebanyak 4 resonden, berdasarkan embagian ruang adalah sebanyak 23 resonden dan berdasarkan keadatan hunian adalah sebanyak 24 resonden. 3. Hasil uji fisher exact terdaat hubungan antara ventilasi (=0,029), langit-langit (=0,011), jendela (=0,020), embagian ruang (=0,011) dan keadatan hunian (=0,007) terhada kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. Sedangkan hasil uji fisher Exact ada ata (=0,727), dinding (0,536) dan lantai (=0,278) sehingga tidak terdaat hubungan terhada kejadian neum ada balita di Desa Sambangan. B. Saran 1. Bagi masyarakat agar daat menjaga sanitasi fisik rumah dengan. 2. Bagi instansi terkait yaitu uskesmas Bati-Bati agar daat membuat kebijakan dalam hal enanganan kasus neum yang banyak terdaat di Desa Sambangan. 3. Penelitian selanjutnya agar daat mencari hubungan antara ata yang sesuai dengan sumber daya alam daerah, mengetahui jarak antara daur dengan ruang-ruang lainnya serta mengetahui kriteria langit-langit yang sesuai dengan jenis ata dan mencari hubungannya dengan kejadian neum ada balita. 41

DAFTAR PUSTAKA 1. Hidayati AN, B Wahyono. Hubungan elayanan uskesmas berbasis manajemen teradu balita sakit dengan kejadian neum balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2011; 7(1): 39-46. 2. Pramudiyani NA, GN Praweswari. Hubungan antara sanitasi rumah dan erilaku dengan kejadian neum balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2011; 6(2): 71-78. 3. Sinaga LA, Suhartono, Y Hanani. Analisis kondisi rumah sebagai faktor risiko kejadian neum ada balita di wilayah Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan tahun 2008. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 2008; 8(1): 26-34. 4. Hartanto S, S Halim, OY Yuliana. Pemetaan enderita neum di surabaya dengan menggunakan geostatistik. Jurnal Teknik Industri 2010; 12(1): 41-46. 5. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 17 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kalimantan Selatan 2005-2025. Kalimantan Selatan: Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, 2009. 6. Riana B. Pengaruh karakteristik individu, engetahuan, sika dan eran etugas terhada keemilikan rumah sehat di Kecamatan Peureulak Timur Kabuaten Aceh Timur Tahun 2008. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008. 7. Keman S. Kesehatan erumahan dan lingkungan emukiman. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2005; 2(1): 29-42. 8. Laoran Tahunan Puskesmas Bati-Bati tahun 2011. Bati-Bati: Dinas Kesehatan Bati-Bati, 2011. 9. Pamungkas DR. Analisis faktor risiko neum ada balita di 4 rovinsi di wilayah Indonesia timur. Skrisi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012. 10. Mairusnita. Karakteristik enderita infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ada balita yang berobat ke Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (BPKRSUD) Kota Langsa tahun 2006. Skrisi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, 2007. 11. Santoso FP, S Pingit, Purhandi. Faktor-faktor eksternal neum ada balita di Jawa Timur dengan endekatan Geografically Weighted Regression. Jurnal Sain dan Seni ITS 2012; 1(1): 37-42. 12. Sukmawati, SD Ayu. Hubungan status gizi, berat badan lahir, imunisasi dengan kejadian ISPA ada balita di wilayah kerja Puskesmas Tunikamaseang Kecamatan Bontoa Kabuaten Maros. Media Gizi Pangan 2010; X(2): 1-5. 13. Oktaviani VA. Hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian infeksi saluran ernafasan atas (isa) ada balita di Desa Ceogo Kecamatan Ceogo Kabuaten Boyolali. Skrisi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009. 14. Yuwono A. Faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian neum ada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Kawunganten Kabuaten Cilaca. Tesis. Semarang: Universitas Dionegoro, 2008. 15. Retnaningsih E. Survei rumah sehat di Kota Palembang tahun 2007. Jurnal Pembangunan Manusia 2009; 8(2): 121-129. 16. Nurjazuli dan R Widyaningtyas. Faktor risiko dominan kejadian neum ada balita. Skrisi. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Dionegoro, 2008. 17. Adnani H, A Mahastusi. Hubungan kondisi rumah dengan enyakit TBC aru di wilayah Kerja Puskesmas Karangmojo II Kabuaten Gunungkidul Tahun 2003-2006. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta: 76-79. 18. Kornelia k, S Pusitawati. Hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan 42

kejadian neum ada balita di Kelurahan Argasari Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Kesehatan Komunitas Indonesia 2010; 6(1): 282-295. 19. Yulianti I, D Ismail, S Suardi. Faktor risiko kejadian neum ada anak balita di Kota Banjarmasin. Berita Kedokteran Masyarakat 2003; XVIII(2): 99-104. 43