SELAYANG PANDANG Buku ini merupakan buku pertama penulis. Penulisan buku ini lahir dari kerinduan penulis untuk memperlengkapi setiap mahasiswa STT, siswa Sekolah Alkitab, guru sekolah minggu, pendidik maupun orangtua yang ada agar memiliki pemahaman yang benar tentang pendidikan agama Kristen anak menurut kebenaran Firman Tuhan. Buku ini merupakan penggalian penulis dari Alkitab dan literature yang lain tentang Pendidikan Agama Kristen Anak, yang telah dilakukan penulis semenjak penulis mengampu mata kuliah ini pada tahun 2007. Dengan adanya pemahaman yang benar, penulis berharap mereka dapat menerapkannya baik di dalam kehidupan keluarga, gereja dan sekolah. Dengan demikian, anak-anak yang dihasilkan merupakan anak-anak yang takut Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama, bangsa dan Negara.
BAB I PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN ANAK Pendahuluan Di dalam artikel What Kids Really Need, Mark Steiner menuliskan tentang kondisi anakanak pada masa kini. Anak-anak pada zaman sekarang lebih mengenal video game daripada mengenal Allah, lebih mengasihi rekan sebaya daripada mengasihi Tuhan Yesus, memperhatikan diri mereka sendiri sebelum mereka memperhatikan kebutuhan satu sama lain. 1 Yayasan Kita dan Buah Hati mengadakan penelitian sejak tahun 2008 2010 terhadap 2.818 siswa sekolah dasar (SD) kelas 4, 5 dan 6 di wilayah Jabodetabek. 2 Hasil penelitian tsb. menyatakan, sebanyak 67 persen dari 2.818 1 Mark Steiner, Th.M., What Kids Really Need, DiscipleLand.com 2007, diunduh tanggal 3 Februari 2012. 2 terangdunia.com, Survei: 67% anak SD Jabodetabek pernah akses Pornografi, 30 Oktober 2010, diunduh tanggal 3 Februari 2012. 2
siswa sekolah dasar (SD) kelas 4, 5, dan 6 di wilayah Jabodetabek mengaku pernah mengakses informasi pornografi. Dengan demikian, hanya 33 persen siswa yang tidak pernah mengakses informasi pornografi. Tabel 1 Jumlah Persentase Keterangan 1888 anak 67% Pernah akses pornografi 930 anak 33% Tidak pernah akses pornografi Diagram 1 Penelitian tentang keterlibatan anak-anak SD kelas 4-6 Se-Jabodetabek terhadap pornografi 33% Pernah 67% Tidak pernah Anak-anak tsb. mengakses pornografi melalui berbagai media buku maupun elektronika, seperti: komik, internet, games, televisi dan telepon genggam. Sekitar 24 persen responden mengaku melihat pornografi melalui media komik. Selain itu, sekitar 22 persen 3
melihat pornografi dari situs internet, 17 persen dari games, 12 persen melalui film di televisi, dan enam persen lewat telepon genggam. Tabel 2 Jumlah Persentase Media akses 453 anak 24% Komik 415 anak 22% Internet 321 anak 17% Games 227 anak 12% Televisi 113 anak 6% Telepon genggam 359 anak 19% Lain-lain Diagram 2 Media Pornografi 24% 19% 6% 12% 22% 17% Komik Internet Games Televisi Telpon Genggam Lain-lain 4
Realita lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah anak jalanan yang ada di Indonesia. Foto 1 3 Foto 2 4 Foto 3 5 Di Jakarta, contohnya, peningkatan anak jalanan mencapai 50% setiap tahunnya. Menurut Komnas Perlindungan Anak, jika pada 2008 jumlahnya sekitar 8.000 orang, maka pada 2009 jumlah mereka mencapai lebih dari 12.000 jiwa. Badan Pusat Statistik (BPS) mendata pada 2009 jumlah anak jalanan di seluruh Indonesia mencapai 230 ribu orang. 6 3 http://ayumerdhiana.blogspot.com/2010/11/po rtrait-kehidupan-anak-jalanan.html diunduh tanggal 3 Februari 2011 4 http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dt_7510_11.ht ml diunduh tanggal 3 Februari 2012 5 http://ammalien.blogspot.com/2011/04/lindun gi-anak-terlantar-anak-jalanan.html diunduh tanggal 3 Februari 2012 6 Online Berdikari: Editorial Indonesia Bebas Anak Jalanan Tahun 2011! Bagaimana Caranya?, Selasa, 15 Maret 2011, diunduh pada tanggal 3 Februari 2012 5
Selain itu, fakta tentang anak-anak yang putus sekolah juga sangat memprihatinkan. Palupi Panca Astuti menyebutkan: Angka putus sekolah seluruh jenjang pendidikan di Indonesia empat tahun terakhir masih di atas satu juta siswa per tahun. Dari jumlah itu, sebagian besar (80 persen) adalah mereka yang masih duduk di jenjang pendidikan dasar (SD- SMP). Dilihat secara persentase, jumlah total siswa yang putus sekolah dari SD atau SMP memang hanya berkisar 2 hingga 3 persen dari total jumlah siswa. Namun, persentase yang kecil tersebut menjadi besar jika dilihat angka sebenarnya. Jumlah anak putus sekolah SD setiap tahun rata-rata berjumlah 600.000 hingga 700.000 siswa. Sementara itu, jumlah mereka yang tidak menyelesaikan sekolahnya di SMP sekitar 150.000 sampai 200.000 orang. 7 7 Palupi Panca Astuti, Putus Sekolah Masih Menjadi Masalah, Kementerian PP dan PA Jumat 13 februari 2009, diunduh pada tanggal 3 Februari 2012 6
Beberapa fakta tentang situasi dan kondisi anak-anak yang telah dipaparkan di atas tentunya bukan kabar yang menggembirakan, sebaliknya merupakan berita yang sangat memprihatinkan. Jika pada masa anak-anak, mereka telah berada di dalam kondisi seperti itu, tentunya kita bisa membayangkan bagaimana kondisi mereka pada saat remaja, pemuda dan dewasa. Hal ini tentunya bukan saja berdampak pada diri mereka sendiri, tetapi juga kepada keluarga, gereja, masyarakat dan bangsa. Fenomena ini seharusnya menyadarkan kita tentang betapa pentingnya memberikan pendidikan secara umum dan pendidikan agama Kristen secara khusus semenjak masa anak-anak. Walter A. Henrichsen menyatakan, pendidikan harus dimulai semenjak anak-anak jika kita menginginkan hal itu mempengaruhi masa depannya. 8 Berbicara tentang mendidik anak-anak sedini mungkin memiliki pengertian, memberi sesuatu yang berdampak positif baik dalam latihan akhlak maupun kecerdasan pikiran yang menghasilkan perubahan baik dalam 8 Walter A. Henrichsen., Discipleship Begins with Our Children, DiscipleLand.com 2011, diunduh tanggal 3 Februari 2012 7
pengertian, pengetahuan, maupun tingkah laku di dalam diri anak-anak. Sedangkan memberikan pendidikan agama Kristen kepada anak-anak berarti, sebuah usaha untuk membimbing anak-anak agar memiliki hubungan yang benar dengan Allah berdasarkan pada penyataan diri Allah di dalam Alkitab yang harus menghasilkan perubahan di dalam diri anak-anak. Tentunya hal ini bukan berarti hanya sekedar menginformasikan pengetahuan Alkitab kepada anak-anak tetapi harus membawa anak-anak memiliki hubungan yang intim dengan Kristus, memiliki karakter Kristus dan siap menjadi murid Kristus. Di dalam memberikan pendidikan agama Kristen tentunya tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsip yang telah diajarkan di dalam Alkitab. Perjanjian Lama banyak berbicara tentang bagaimana orangtua harus mendidik anak-anaknya. Di dalam Ulangan 6:4-9, dituliskan: Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anakanakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam 8
perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Hal ini memperlihatkan bahwa Allah sendiri yang memerintahkan orangtua untuk mengajarkan secara berulang-ulang kepada anak-anak di dalam segala situasi dan keadaan tentang bagaimana mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan. Apabila kita mencermati Perjanjian Baru, kita juga menjumpai perintah yang sama di dalam Efesus 6:4, Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Artinya, Allah menghendaki agar orangtua mendidik anak-anak mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Memberikan pendidikan agama Kristen kepada anak-anak sangat penting mengingat usia anak-anak merupakan masa untuk meletakkan dasar kekristenan yang nantinya akan menentukan masa depan anak-anak. Sebagaimana yang dituliskan di dalam Amsal 22:6. Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. Demikian juga yang ditulis di dalam Amsal 29:17 Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. 9