BAB II KAJIAN TEORETIS. Dengan membaca, wawasan pengetahuan dan kecerdasan seseorang semakin bertambah luas.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB II KAJIAN TEORITIS. membaca mencakup : membaca merupakan suatu proses. Membaca. bahwa membaca pada anak usia dini adalah keterampilan membaca dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning

PENDAHULUAN. semakin pesat, terutama dalam teknologi percetakan maka semakin banyak. Dengan membaca siswa akan memperoleh berbagai informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. TULADENGGI. Berdasarkan keputusan Bupati Gorontalo Nomor 500 Tahun 2006 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan perkembangan otak anak selama hidupnya artinya Golden Age. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Suyanto, 2003:6).

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan senang terhadap aktivitas membaca, sehingga siswa mau melakukan

DASAR PRESENTASI. Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar bagi perkembangan bangsa suatu negara. Melalui. pada negara dengan potensi dan bakat yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Implementasi Pembelajaran dan Peningkatan Kegemaran Membaca di SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi

BAB I PENDAHULUAN. dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainya yang ada disekitarnya. Usaha

BAB V PEMBAHASAN. observasi, interview, maupun dokumentasi, maka peneliti akan menganalisa temuan

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lembaga pendidikan khususnya sekolah merupakan tumpuan harapan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB II KERANGKA TEORI. dengan berbagai sudut pandang yang berbeda, sehingga menghasilkan definisidefinisi

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Proses belajar mengajar yang dikatakan berhasil apabila ada perubahan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

PERBEDAAN INDIVIDUAL Haryani, S.Pd

A. KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Oleh karena itu, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan psikis (rasa ingin tahu, rasa aman), setiap manusia selalu ingin memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu peranan penting dalam kemajuan suatu. bangsa, karena maju tidaknya suatu bangsa tergantung pada kualitas

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI METODE IQRO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Membaca Aktivitas membaca tidak terbatas pada buku pelajaran. Akan tetapi, aktifitas membaca memiliki cakupan yang luas. Hal ini karena bahan bacaan dapat meliputi majalah, surat kabar, buku cerita atau komik. Mereka yang tidak gemar membaca, telah menunjukan proses pembodohan. Hal ini karena membaca tidak bisa dilepaskan dari proses memiliki pengetahuan. Dengan membaca, wawasan pengetahuan dan kecerdasan seseorang semakin bertambah luas. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai beragai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat belajar membaca untuk belajar ( Lerner, 1988 : 349 ). Kemampuan membaca tidak hanya memungkinkan seseorang meningkatkan keterampilan kerja dan penguasaan berbagai bidang akademik, tetapi juga memungkinkan berpartisipasi dalam kehidupan social budaya, politik, dan memenuhi kebutuhan emosional ( Marcer, 1979 : 197 ). Membaca juga bermanfaat untuk rekseasi atau untuk memperoleh kesenangan. Mengingat banyaknya manfaat kemampuan membaca dan kesulitan belajar membaca kalau dapat harus diatasi secepat mungkin. Meskipun membaca merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan, tetapi ternyata tidak mudah untuk menjelaskan hakikat membaca. Bond ( 1983 : 5 ) Mengemukakan bahwa membaca membaca merupakan pengenalan symbol symbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk

membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar ( 2008 : 246 ) menguraikan bahwa membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks bacaan. Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah dikemukan dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktifitas kompleks yang mencangkup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencangkup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat symbol symbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan. Tahap perkembangan kesiapan membaca mencakup tentang rentang waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca diberikan, umumnya pada saat masuk kelas satu SD. Kesiapan menunjuk pada taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar secara efisien. Menurut Krik, Kliebhan, dan Lerner seperti yang dikutip oleh Mercer ( 1979 : 202 ) ada delapan faktor yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan belajar membaca, yaitu (1) kematangan mental, (2) kemampuan visual, (3) kemampuan mendengarkan, (4) perkembangan wicara dan bahasa, (5) keterampilan berfikir, (6) perkembangan smotorik, (7) kematangan social dan emosional, dan (8) motivasi dan minat. 2.2 Pengertian Kesulitan Membaca Kesulitan membaca sering disebut juga disleksia ( dyslexia ). Perkataan dileksia berasal dari bahasa Yunani yang artinya kesulitan membaca. Istilah dileksia banyak digunakan dalam dunia kedokteran dan dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi neurofisiologis. Bryan dan Bryan seperti dikutip oleh Mercer ( 1979 : 200 ) mendefinisikan dileksia sebagai suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen komponen kata dan kalimat,

mengintegrasikan komponen komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa. Jadi dapat disimpulkan kesulitan membaca adalah kesulitan mengenali kata dan membunyikan komponen komponen kalimat. 2.3 Karakteristik Kesulitan Membaca Menurut Marcer ( 1983 : 309 ) ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca, yaitu berkenaan dengan (1) kebiasan membaca, (2) kekeliruaan mengenal kata, (3) kekeliruan pemahaman, (4) gejala gejala serbaneka. Anak kesulitan belajar membaca sering memperlihatkan kebiasaan membaca tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan adanya gerakan gerakan yang penuh ketegangan seperti mengeryitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir. Mereka juga sering memperlihatkan adanya perasaan tidak aman yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau mencoba melawan guru. Pada saat membaca mereka sering kehilangan jejak sehingga sering terjadi pengulangan atau ada baris yang terlompat sehingga tidak dibaca. Mereka juga sering memperlihatkan adanya gerakan kepala kea rah lateral, ke kiri atau ke kanan, dan kadang kadang meletakkan kepalanya pada buku. Anak yang berkesulitan membaca juga sering memegang buku bacaan yang terlalu menyimpang dari kebiasaan anak normal, yaitu jarak antara mata dan buku bacaan kurang dari 37 cm. Setiap sekolah pasti menghadapi murid yang tidak mampu membaca. Terlepas dari siapa siswa yang tidak mampu membaca, tetapi yang jelas masalah tersebut merupakan masalah yang dihadapi oleh setiap sekolah. Sebagai suatu masalah, tentu saja hal ini menimbulkan dampak negativ baik bagi siswa yang bersangkutan maupun bagi sekolah pada umumnya. Murid yang tidak mampu membaca tentu saja akan ketinggalan dari temannya temannya dalam pelajaran yang kadang kadang mengakibatkan kesulitan ataupun kegagalan pada murid yang

bersangkutan. Misalnya saja murid tersebut akan mengikuti ulangan dan setiap siswa dibagikan lembaran soal, sudah pasti siswa yang tidak mampu membaca tidak dapat menjawab soal dan akan mendapatkan nilai dibawah rata rata. Lebih lebih lagi jika hal itu terjadi pada bidang bidang studi yng nilainya tidak boleh rendah dan menjadi syarat untuk kenaikan kelas tentunya akibatnya lebih besar lagi. Meskipun dalam teori teori dikemukakan, bahwa guru / konsselor harus memberikan perhatian dan bantuan khusus pada murid yang bersangkutan, namun kadang kadang kegagalan itu tetap terjadi terutama pada siswa siswa yang memang memiliki kemampuan rendah dan juga selama ini guru masih menghadapi kelas dengan jumlah siswa yang cukup banyak, ditambah dengan tugasnya harus mencapai target yang sudah ditentukan dalam kurikulum. Keadaan ini mengakibatkan murid murid yang kurang mampu membaca kurang mendapatkan perhatian yang cukup dari guru. Dari uraian di atas jelas bahwa masalah siswa yang tidak mampu membaca dapat menjadi suatu kendala dalam pendidikan, apalagi jika masalah ini kurang mendapat perhatian yang serius dari guru dan personil personil lainnya yang terlibat dalam keseluruhan program pendidikan. 2.4 Faktor faktor Penyebab Siswa Tidak Mampu Membaca Jumlah siswa yang tidak mampu membaca akan bertambah banyak apabila guru tidak berhasil membimbing siswa siswa yang mempunyai masalah membaca. Keadaan ini seterusnya akan dapat berakibat antara lain siswa yang bersangkutan akan mengulang lagi dikelas itu sendiri. Namun ada juga orang tua siswa selalu memaksakan anak mereka untuk naik kelas dengan berbagai alasan sehingga guru menaikkan siswa dengan satu syarat jika siswa tersebut sudah dinaikkan dan tetap tidak mampu membaca maka akan dikembalikan lagi ke kelas sebelumnya, namun hal itu tidak pernah terjadi.

Menurut Lamb and Arnold ( 1976 : 1 ) faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca antara lain sebagai berikut : 2.4.1 Bersumber Dari Anak Itu Sendiri a) Faktor fisiologis dan faktor intelektual - Faktor fisiologis Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Guru hendaknya cepat menemukan tanda tanda yang menjadi penyebab siswa sulit membaca. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya mungkin sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengaran. Guru harus waspada terhadap beberapa kebiasaan anak, seperti anak sering menggosok gosok matanya, dan mengerjap ngerjapkan matanya ketika membaca. Jika menemukan siswa seperti di atas, guru harus menyarankan kepada orang tuanya untuk membawa si anak ke dokter spesialis mata. Dengan kata lain, guru harus sensitif terhadap gangguan yang dialami oleh seorang anak. Makin cepat guru mengetahuinya, makin cepat pula masalaha anak dapat diselesaikan. Sebaiknya, anak anak diperiksa matanya terlebih dahulu sebelum ia mulai membaca permulaan. Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam membedakan simbol simbol cetakan, seperti huruf huruf, angka

angka, dan kata kata misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d. Perbedaan pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan membaca anak. - Faktor Intelektual Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan. 2.4.2 Bersumber Dari Keluarga - Latar belakang dan pengalaman anak di rumah Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Siswa yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca. Di samping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak. Anak yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya, orang tua tunggal, seorang pembantu rumah tangga, atau orang tua angkat akan memengaruhi sikap dan tingkah laku anak. Anak yang dibesarkan oleh ibu saja berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh seorang ayah saja. Kematian salah seorang anggota keluarga umumnya akan menyababkan tekanan pada anak anak. Perceraian juga merupakan pengalaman yang traumatis bagi anak

anak. Guru hendaknya memahami tentang lingkungan keluarga anak dan peka pada perubahan yang tiba tiba terjadi pada anak. Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anak anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan sekolah di mana anak anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca. - Faktor sosial ekonomi Ada kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak anak mereka siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang tua hendaknya tidak berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang tua harus melanjutkan kagiatan membaca anak secara terus menerus. Anak lebih membutuhkan perhatian daripada uang. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka untuk berbicara dengan anak mereka agar anak menyenangi membaca dan berbagi buku cerita dan pengaaman membaca dengan anak anak. Sebaliknya, anak anak yang berasal dari keluarga kelas rendah yang berusaha mengejar kegiatan kegiatan tersebut akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi pembaca yang baik. 2.4.3 Bersumber Dari Sekolah Sebagaimana lingkungan keluarga, sekolah seringkali juga menjadi penyebab siswa tidak mampu membaca. Faktor faktor yang bersumber dari sekolah antara lain : a) Guru

Guru yang selalu mengajar dengan menggunakan metode ceramah atau diskusi terus menerus, dapat menyebabkan siswa menjadi bosan. Demikian juga dengan beban mengajar guru yang terlalu banyak kadang kadang menjadi penyebab siswa berlarut larut tidak mampu membaca. Karena guru mengajar terus menerus sepanjang hari, membuatnya lelah, tidak bergairah, dimana keadaan ini sudah tentu akan menimbulkan akibat tertentu bagi siswa. Fasilitas sekolah yang kurang lengkap Dewasa ini terdapat beberapa sekolah yang memiliki fasilitas sekolah yang kurang lengkap, misalnya ruang kelas yang sedikit sehingga siswa terpaksa berdesak desakan dalam satu kelas, tidak terdapatnya ruang perpustakaan, sehingga menyebabkan siswa tidak berminat membaca. 2.4.4 Besumber dari Lingkungan Masyarakat a) Faktor teman bergaul Sobur ( 2003 : 251 ) mengemukakan bahwa, faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula mempengaruhi kegiatan belajar anak. Pengaruh teman bergaul sering menyebabkan anak malas membaca karena mungkin dilingkungannya dia memiliki teman yang tidak seusia dengannya. Alangkah baiknya anak yang bersangkutan mempunyai teman bergaul dilingkungannya yang sekelas dengannya dan memiliki prestasi yang baik sehingga temannya itu dapat membimbingnya untuk belajar.. 2.5 Usaha Usaha Yang Dapat Ditempuh Dalam Mengatasi Anak Yang Sulit Membaca Penyebab anak tidak mampu membaca tidak sepenuhnya terletak pada anak itu sendiri. Masalah ini tentu saja tidak dapat dibiarkan berlarut larut, melainkan perlu segera kita melakukan usaha usaha mengatasi anak tidak mampu membaca. Sekurang kurangnya dapat mengurangi presentase anak tidak mampu membaca. Mungkin lebih tepat apabila usaha usaha

itu lebih diarahkan dalam kegiatan memperbaiki faktor faktor yang menyebabkan anak tidak mampu membaca. Supaya hal ini berhasil, maka pihak pihak yang menjadi sumber penyebab anak tidak mampu membaca hendaknya menyadari pentingnya kerjasama dalam menciptakan kondisi kondisi yang dapat memberikan motifasi bagi anak untuk belajar membaca dengan baik. Berikut ini akan dikemukakan beberapa usaha yang dimaksud. 2.5.1 Usaha usaha yang dapat dilakukan oleh sekolah a) Menciptakan sekolah sebagai tempat yang menarik dan menyenangkan Menciptakan sekolah sebagai tempat yang menarik dan menyenagkan bagi siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat taman bacaan di halaman sekolah, disetiap kelas dipajang majalah dinding, sehingga bisa menarik perhatian bagi anak anak untuk membacanya. Sekolah juga perlu menyediakan ruang perpustakaan agar siswa dapat meminjam buku untuk dibacanya di rumah. b) Usaha usaha dari guru Seorang guru yang baik selalu berusaha untuk mengetahui kemampuan setiap muridnya dan menyesuaikan cara mengajarnya dengan kemampuan yang ada pada murid muridnya. Metode mengajar yang digunakan guru hendaknya bervariasi, sehingga tidak membosankan siswa, Dalam setiap pembelajaran juga seharusnya guru membuat media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas harus sanggup menunjukkan kewibaannya dalam menumbuhkan situasi demokratis, sehingga setiap murid turut aktif dalam kegiatan belajar dan dapat meningkatkan kemampuannya dalam membaca. c) Meningkatkan layanan bimbingan dan konseling

Secara formal kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam Undang Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta perangkat Peraturan Pemerintahannya. Hal hal yang berkenaan dengan Pendidikan Dasar, di mana Sekolah Dasar ada di dalamnya, dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28/1989. Pada pasal 25 dalam PP tersebut dikatakan bahwa : (1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka supaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan; (2) Bimbingan diberikakn oleh guru pembimbing.hal ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan di sekolah dasar perlu dilaksanakan secara terprogram dan ditangani oleh orang yang memiliki kemampuan untuk itu. Untuk pendidikan di Sekolah Dasar pada saat ini dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa serta penyelenggaraan system pendidikan sekolah dasar yang ditangani oleh guru kelas, maka layanan bimbingan di sekolah dasar dalam banyak hal masih lebih efektif dilaksanakan secara terpadu dengan proses pembelajaran dan ditangani oleh guru kelas. Oleh karena itu guru sekolah dasar dikehendaki memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyelenggarakan bimbingan terutama bagi siswa yang belum mampu membaca yang ada di kelas III Sekolah Dasar SDN 3 Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru. d) Meningkatkan kerjasama dengan orang tua Sekolah diharapkan secara kontinu mengadakan kontak dengan orang tua siswa, sehingga dapat diketahui keadaan siswa dirumah dan sebaliknya orang tua dapat mengikuti perkembangan anaknya di sekolah. 2.5.2 Usaha usaha Yang Dapat Dilakukan Orang Tua a) Memberikan perhatian sepenuhnya terhadap anak di rumah

Orang tua sebagai pemimpin dalam rumah tangga perlu menunjukan sikap demokrais sehingga setiap anak bebas mengemukakan masalah yang dihadapinya dalam belajar. Dengan sikap anak yang terbuka, seharusnya orang tua perlu berusaha untuk mencukupi kebutuhan anak sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Orang tua dapat membelikan buku buku yang menarik perhatiain anak untuk membaca. b) Menciptakan suasana yang harmonis dalam keluarga Hubungan antara ayah dan ibu, antara ibu, ayah dan anak anak serta keadaan dalam rumah yang aman dan tentram, tentu akan memberikan ketenangan bagi anak dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah. c) Selalu mengadakan kontak dengan sekolah Tidak saja bila ada rapat atau penyerahan raport orang tua datang ke sekolah, namun diwaktu waktu lain orang tua perlu mengunjungi sekolah atau mengujungi perwaliain kelas untuk mengetahui keadaan anaknya di sekolah, sehingga orang tua tetap dapat mengikuti perkembangan anaknya di sekolah. 2.6 Peranan Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Siswa Yang Mengalami Kesulitan Membaca Prayitno ( 1997 : 67 ) mngemukakan bahwa dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa sekolah dasar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta menyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi, Untuk itu peranan dari bimbingan dan

konseling sangatlah besar dalam membantu siswa agar mampu membaca dengan lancar. Hal ini dikarenakan dalam bimbingan dan konseling mewajibkan langkah langkah yang prosedural dan terstruktur dalam menangani setiap kesulitan atau masalah yang dialami oleh siswa. Langkah langkah bimbingan dan konseling diawali dengan pengungkapan masalah yang dialami oleh siswa sampai dengan penentuan layanan yang tepat serta pelaksanaan pembimbingan. Kesulitan membaca termasuk pada bidang bimbingan pribadi dan belajar, olehnya konselor dapat memberikan bantuan kepada siswa yang kemampuan membacanya masih rendah melalui bimbingan dan konseling dengan layanan layanan yang sesuai seperti penguasaan konten, konseling individual, dan bimbingan kelompok. Kesulitan membaca siswa merupakan masalah yang serius karena dapat mempengaruhi kelanjutan studi siswa, membaca merupakan faktor penunjang penerimaan dan pemahaman siswa terhadap semua materi pelajaran. Untuk memecahkan permasalahan ini maka peran bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan, karena dengan dilaksanankannya layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa sulit membaca diyakini siswa yang sulit membaca akan meningkat kemampuan membacanya.