METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA KULIAH :STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA & SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBERADAAN BAHASA DAN DINAMIKA KEHIDUPAN MASYARAKAT (LANGUAGE EXISTENCE AND SOCIAL LIFE DYNAMIC)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. khasanah pengetahuan suatu masyarakat atau suku bangsa. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewariskan nilai-nilai luhur budaya bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dan saling mengisi (Tarigan, 2013:1). Setiap keterampilan, erat. semakin cerah dan jelas pula jalan pemikiranya.

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

Games Book sebagai Media Peningkatan Minat Baca pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi

Lersianna Saragih *)

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

Transkripsi:

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran bahsa-sastra di sekolah yang selama ini masih memunculkan berbagai kendala khususnya yang bergayutan dengan pemikiran metode. Terkait dengan pemikiran atau penerapan metode ada dua aspek yang sangat esensial untuk diperhatikan, yaitu prosedur dan kultur. Prosedur dapat dimaknai bahwa dalam penerapan metode idealnya mempertimbangkan perkembangan intelektual pembelajar, fasilitas di sekolah, dan penyesuaian sifat dan tujuan pembelajar. Sementara yang berkenaan dengan kultur mengisyaratkan agar pengajar senantiasa memanfaatkan latar belakang sosial budaya dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran bahasa-sastra. Kata Kunci : metode pembelajaran, prosedur, dan kultur. PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui bahwa bahasa memiliki peran yang sangat esensial dalam berkomunikasi. Peran bahasa yang esensial itu adalah sarana komunikasi. Oleh sebab itu, bahasa harus dipelajari setiap individu agar mudah dalam berkomunikasi. Dalam kaitannya dengan belajar bahasa dikenal dua terminologi yang diketengahkan para pakar, yaitu pemerolehan bahasa (language acquisition) dan pembelajaran bahasa ( language learning). Pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama (B1), sedangkan pembelajaran bahasa berkaitan dengan bahasa kedua (B2). Konsepsi ini agak berbeda dengan pandangan Krashan (1988) yang menyebutkan bahwa, baik pemerolehan maupun pembelajaran dapat terjadi pada B2. Secara khusus dalam makalah ini pembahasan akan difokuskan pada pembelajaran bahasa. Berbicara tentang pembelajaran bahasa, tentu tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran sastra. Sebab, kedua bidang itu (bahasa dan sastra) memiliki keterkaitan satu sama lain. Pembelajaran bahasa sastra dimaksudkan agar para pembelajar dapat menghayati bahasa dan sastra. Di 34

35 samping itu, pembelajaran bahasa sastra diharapkan bisa membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri, budayanya, budaya orang lain, dan dapat menyampaikan gagasan. Dalam konteks pembelajaran bahasa-sastra ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan. Salah satu komponen yang dimaksud adalah metode pembelajaran. Richards dan Rodgers (200 7) menyatakan bahwa metode merupakan keseluruhan rencana untuk menyajikan atau mempresentasikan materi bahasa (bandingkan Brown dalam Richards dan Renandya, 2002 : 9). Atau, dapat juga dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang disusun dalam bentuk kegiatan nyata untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Terkait dengan metode pembelajaran bahasa akan dikupas dua permasalahan pokok yang berkenaan dengan metode itu, yaitu prosedur dan kultur. Prosedur bertalian dengan pelaksanaan dan pemilihan metode dalam proses pembelajaran, sedangkan kultur berhubungan dengan aspek budaya yang perlu menjadi pertimbangan dalam menggunakan metode pembelajaran. Baik prosedur maupun kultur secara mendetail akan dipaparkan pembahasannya berikut ini. METODE 2.1 Prosedur Sebelumnya telah diketengahkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, menyenangkan dan mendukung kelancaran pelaksanaan pembelajaran. Oleh sebab itu, dalam memilih metode pembelajaran seyogianya memperhatikan berbagai prosedur sebagai acuan. Sejalan dengan itu, Sunaryo (1995) (dalam sitirohmania.blogspot.com) menyebutkan kriteria pemilihan metode pembelajaran berikut : 1) menyesuaikan tingkat perkembangan intelektual dan sosial; 2) mempertimbangkan fasilitas yang tersedia di sekolah; dan 3) menyesuaikan sifat dan tujuan pembelajaran. Kriteria pemilihan metode di atas tentu saja sangat penting untuk dijadikan pertimbangan. Sebab, jika metode yang digunakan tidak tepat, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Jadi, metode merupakan salah satu komponen

36 dalam proses belajar mengajar yang menentukan keberhasilan pembelajaran. Mengingat peran metode yang demikian penting, maka dalam memilih metode seharusnya memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang secara kreatif. Di samping itu, dengan penggunaan metode diharapkan dapat menghindari situasi pembelajaran yang verbalistis. Dengan kata lain, situasi kondusif dalam pembelajaran harus diwujudkan agar dapat membangkitkan motivasi, minat, atau gairah belajar di kalangan siswa. Dari pengamatan awal yang dilakukan mengindikasikan bahwa pembelajaran bahasa-sastra menemui kendala disebabkan oleh metode yang diterapkan guru tidak cocok untuk siswa, dan ditunjang pula alat bantu yang kurang memadai. Di pihak lain, pengajar bahasa-sastra kurang memahami teori bahasa-sastra, teori pembelajaran, peran pembelajaran, peran pengajar, dan peran bahan ajar, serta tujuan pembelajaran bahasa-sastra. Selain beberapa hal yang dikemukakan di atas, pemilihan metode juga seyogyanya memperhatikan pendekatan. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa pendekatan merupakan cara pandang yang senantiasa mewarnai dalam pembelajaran bahasa-sastra khususnya. Hendaknya diketahui bahwa metode pada dasarnya merupakan penjabaran dari pendekatan. Karena itu, metode yang dipakai seyogiyanya sejalan dengan yang diisyaratkan pendekatan. Justru itu, sebelum menentukan metode paling tidak memahami secara mendalam pendekatan pembelajaran yang akan dijadikan sebagai rujukan. Dalam perkembangan pembelajaran bahasa-sastra Indonesia, setidaknya dikenal pendekatan struktural dan pendekatan komunikatif. Pendekatan struktural lebih menekankan pada struktur atau bentuk-bentuk bahasa, sedangkan pendekatan komunikatif menitikberatkan pada pemakaian bahasa sebagai sarana komunikasi. Dengan kata lain, pendekatan struktural mengajarkan tentang bahasa, sedangkan pendekatan komunikatif mengajarkan bahasa. Kedua pendekatan tersebut tentu saja memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Pendekatan struktural menjadikan pembelajar menghapal kaidah-kaidah bahasa, tetapi tidak terampil mengunakan bahasa dalam berbagai situasi. Sementara pendekatan

37 komunikatif menjadikan para pembelajar mampu menggunakan bahasa, dalam berbagai situasi tetapi agak lemah dalam penguasaan kaidah kebahasaan. Terkait dengan paparan di atas, sudah menjadi kewajiban bagi para guru agar memahami konsep dan operasional pendekatan komunikatif. Sebab, tanpa adanya pemahaman yang mendalam terhadap pendekatan itu maka tujuan pembelajaran bahasa dan sastra yang diisyaratkan dalam kurikulum dewasa ini sulit tercapai. Meskipun demikian, perlu disadari juga bahwa menerapkan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa dan sastra bukan berarti benar-benar menghilangkan pendekatan struktural. Dengan perkataan, porsi penggunaan pendekatan struktural diminimalkan, sedangkan penggunaan pendekatan komunikatif lebih dioptimalkan. Secara historis pendekatan struktural lahir karena dilatarbelakangi linguistik struktural yang pernah Berjaya di Amerika. Linguistik struktural ekstrim yang ditokohi oleh Bloomfield (1930 -an) menyatakan bahwa yang merupakan objek analisis yang paling sentral dalam analisis bahasa adalah struktur, sedangkan makna dikesampingkan. Alasannya adalah karena strukturlah yang bersifat konkrit, sedangkan makna dianggap bersifat abstrak. Menurut Pringgawidagda (2002), pendekatan komunikatif sangat tepat dipilih karena beberapa pertimbangan berikut. 1) Pembelajar mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kompetensi komunikatif nya 2) Pendekatan komunikatif berorientasi pada pembelajar untuk aktif, kreatif, dan produktif, sementara pengajar mengkondisikan situasi belajar agar pembelajar aktif berpendapat, kreatif menghadirkan ide, dan produktif dalam tindak ajaran. 3) Pendekatan komunikatif mementingkan konteks. Dalam hal ini, pengajar dapat menciptakan konteks yang sesungguhnya ditiru dan dihadirkan di depan kelas. 4) Pelaksanaan pendekatan komunikatif senantiasa melibatkan aspek linguistik dan nonlinguistik (aspek sosial).

38 5) Kesalahan berbahasa dianggap wajar sebagai isyarat bahwa terjadi proses pembelajaran di dalam diri pembelajar. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif menunjukkan terjadi pergeseran dari tujuan pembelajaran sebelumnya yang lebih didominasi pada kaidah kebahasaan dan kesastraan. Siswa menguasai kaidah tetapi tidak mampu menggunakan bahasa secara praktis. Demikian pula pada aspek pembelajaran sastra, pembelajaran sastra yang bermakna dan apresiatif tidak tampak. Akibatnya adalah siswa tidak memiliki kemampuan berbahasa dan bersastra secara memuaskan. Oleh sebab itu, dalam kaitannya dengan prosedur pemilihan metode yang diketengahkan di atas sudah selayaknya mempertimbangkan pelaksanaan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa-sastra Indonesia. PEMBAHASAN Kultur Kultur (budaya) merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari berbagai unsur termasuk di dalamnya sistem kepercayaan, politik, adat-istiadat, bahasa dan sebagainya (lihat Mahmud dan Suntana, 2012). Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang tidak terpisahkan dengan manusia. Manusia akan menyesuaikan diri ketika berkomunikasi dengan orang lain di luar kelompoknya. Hal ini membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Terkait dengan hal di atas, ratna (2010:418) mengemukakan bahwa pendekatan apa pun yang dilakukan dapat dipastikan bahwa bahasalah yang dianalisis sebab merupakan satu-satunya alat atau medium yang membentuk karya sastra. Dalam karya sastra, bahasa merupakan medium. Dalam karya sastra bahasa dipelajari melalui retorika dan stilistika. Lebih lanjut, Ratna (2010:418) memaparkan bahwa membaca karya sastra berarti harus memecahkan dua gejala sekaligus, yaitu bahasa dan sastra itu sendiri. Hal ini jelas berbeda dengan seni lukis, misalnya penikmat tidak harus terlibat dengan masalah-masalah yang berkaitan material yang lain. Masalah yang terpenting yang perlu diperhatikan

39 dalam kaitannya dengan bahasa sastra adalah banyak sifat-sifat yang dimiliki, misalnya ambiguitas, konotatif, metaforis, simbolis dan sebagainya. Dengan demikian, bahasa tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat penuturnya (Hymes, 1972 dan 1989) karena selain merupakan fenomena sosial, bahasa juga merupakan fenomena budaya. Sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan suatu bentuk perilaku sosial yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Oleh karena itu, berbagai faktor sosial yang berlaku dalam komunikasi, seperti hubungan peran di antara peserta komunikasi, tempat komunikasi berlangsung, tujuan komunikasi, situasi komunikasi, status sosial, pendidikan, usia, dan jenis kelamin peserta komunikasi, juga berpengaruh dalam penggunaan bahasa. Sementara itu, sebagai fenomena budaya, bahasa selain merupakan salah satu unsur budaya, juga merupakan sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai budaya masyarakat penuturnya. Atas dasar itu, pemahaman terhadap unsur-unsur budaya suatu masyarakat di samping terhadap berbagai unsur sosial yang telah disebutkan di atas merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari suatu bahasa. Perlu disadari bahwa dalam suatu tatanan masyarakat tidak bisa dihindari bahwa setiap individu dipastikan terikat oleh konvensi atau nilai sosial dari nilai budaya masyarakatnya termasuk dalam pemakaian bahasa. Nilai dalam konteks ini bertalian dengan kaidah dalam pemakaian bahasa (kaidah sosial). Terkait dengan kebudayaan, guru membantu pembelajar dalam proses transformasi nilai-nilai kehidupan. Adapun nilai-nilai yang ditransformasikan mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai sains dan teknologi, nilai-nilai seni, dan nilai-nilai keterampilan. Nilai-nilai yang ditransformasikan tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan, melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan yang lebih baik dan maju. Dalam hubungan ini, salah satu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsa adalah dengan memperkenalkan budaya lokal kepada anak didik. Nilainilai budaya lokal ini adalah jiwa dari kebudayaan lokal dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan di daerahnya. Memperkenalkan cerita rakyat dalam bentuk mendongeng sebelum tidur misalnya merupakan budaya bangsa kita

40 dahulu, yang pada masa kini sudah mulai meluntur seiring berkembangnya zaman. Cerita merupakan salah satu sarana penting untuk mempertahankan eksistensi diri. Cerita tidak hanya digunakan untuk memahami dunia dan mengekspresikan gagasan, ide-ide, dan nilai-nilai, melainkan juga sebagai sarana penting untuk memahamkan dunia kepada orang lain, menyimpan, mewariskan gagasan dan nilai-nilai tersebut dari generasi ke generasi berikutnya. Bertolak pada paparan di atas, dapat dipastikan bahwa dalam pemilihan metode pembelajaran bahasa-sastra aspek kultur seyogiyanya diperhatikan guru. Selain pembelajaran bahasa, aspek kultur juga menarik dijadikan bahan pertimbangan dalam pembelajaran sastra. Dengan memperhatikan kultur, maka pembelajaran sastra akan lebih bermakna. Namun satu hal yang pasti, faktor penggunaan metode pembelajaran sastra di sekolah erat sekali hubungannya dengan penumbuhan minat belajar pada siswa. Hasil pengamatan dan wawancara dengan rekan-rekan guru menunjukkan bahwa selama ini pembelajaran sastra cenderung bersifat teoritis. Hal ini berhubungan dengan berbagai faktor, termasuk faktor kemampuan guru dan fasilitas belajar. Kurikulum sebenarnya tidak menuntut pemberlakuan metode tertentu melainkan menghendaki untuk menggunakan berbagai metode secara bervariasi dalam penyajian materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Karena itu, orientasi pada pengajaran mengenai konsep teori sastra tampaknya sudah saatnya supaya porsinya dikurangi. Yang lebih dipentingkan dewasa ini adalah mengupayakan pengakraban siswa dengan karya sastra sehingga mereka menemukan keasyikan personal dalam membaca, mengkritik, dan mengkreasi teks sastra. Metode respon-analisis, strata norma, dan pendekatan-pendekatan lain secara bervariasi sudah saatnya digunakan dalam pengkajian teks sastra di kelas. Untuk itu, guru perlu membaca buku dan media cetak lain yang menjelaskan konsep dasar dan teknik penerapan metode. SIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran

41 bahasa-sastra seyogyanya memperhatikan dua aspek, yaitu prosedur dan kultur (budaya). Prosedur berkaitan dengan pemilihan metode pembelajaran dengan menyesuaikan tingkat perkembangan intelektual dan sosial, mempertimbangkan fasilitas yang tersedia di sekolah, dan menyesuaikan sifat dan tujuan pembelajaran. Kemudian, bertalian dengan kultur menghendaki agar dalam pembelajaran bahasa-sastra senantiasa mempertimbangkan aspek kultur (budaya). DAFTAR PUSTAKA Hymes, Dell. 1972. Model of the Interaction of Language and Social Life dalam Gumperz, John and Hymes, Dell (ed). Directions in Sociolinguistics. New York: Holt, Rinehart, and Winston, hlm. 59-65. Hymes, Dell. 1989. Foundations in Sociolinguistics: An Etnographic Approach. Philadelphia: The University of Pennsylvania Inc. Krashen, S.D. 1988. Second Language Acquisition and Second Language Learning. New York : Prentice Hall International Ltd. Mahmud, H dan Suntana, 2012. Antropologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Priggawidagda, Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta : Adicita. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan Cultural Studies (Representasi Fiksi dan Fakta.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Richards, J.C. dan Rodgers, Th.S. 2002. Methodology in Language Teaching. Cambridge : Cambridge university press. Richards, J.C. dan Rodgers, Th.S. 2007. Approach and Method In Language Teaching. Cambridge : Cambridge university press. Sitirohaniah.blogspot.com diakses 25 Februari 2016.