BAB III PENYAJIAN DATA. prakteknya. Membangun hubungan ini juga sangat penting bagi klien untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENYAJIAN DATA. kegiatan konseling yang dilaksanakan di Kantor Kementerian Agama, maka

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi yang dilakukan dalam aktifitas sehari-hari berfungsi sosial

BAB V PENUTUP. pra nikah khusus calon pengantin di BP4 kota pekalongan dan dampak. mengambil kesimpulan sebagai berikut:

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

Instrumen Wawancara. (Penerapan Metode Konseling Islami Dalam Menangani Konflik Suami Isteri Di BP4 Kota Yogyakarta)

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB III PENYAJIAN DATA. Efektifitas Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan. Kepercayaan Diri pada Remaja Kasus Pembunuhan Di Lembaga

BAB V PENUTUP. 1. Sebab-sebab terjadinya kasus perceraian

BAB III PENYAJIAN DATA. lokasi penelitian, yaitu di YOGA ATMA CONSULTING PEKANBARU. Counsulting Pekanbaru, penulis mendapatkan informasi bahwasanya :

BAB IV ANALISIS PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BP4 KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis tentang bentuk-bentuk Disharmoni Keluarga yang terjadi di. Desa Mojorejo Pungging Mojokerto

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

Kuesioner. Bapak /Ibu terhormat,

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Qur an, Jakarta:1992, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB IV ANALISIS DATA. broken home di SMP Al Amanah Bilingual, maka analisis tersebut adalah

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang

TEKNIK LAYANAN KONSELING PERORANGAN

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1. melaksanakan tugasnya tersebut, KUA melaksanakan fungsi:

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

Berikut adalah analisis dari hasil penelitian yang didapat dari wawancara dengan

BAB III DESKRIPSI TENTANG PELAKSANAAN BIMBINGAN PERNIKAHAN DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN KUBU

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan

SUSI RACHMAWATI F

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pecandu narkoba di Lapas Wanita Kelas II.A Palembang.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah berdirinya Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian

BAB V HASIL PENELITIAN. 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB IV ANALISIS DATA. untuk menelaah semua data yang telah diperoleh peneliti. Selain itu, juga

BAB IV. Dari hasil data yang diperoleh dilapangan, melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang telah dipaparkan dibab sebelumnya, maka peneliti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PENYAJIAN DATA PELAKSANAAN KONSELING KELOMPOK DALAM MEMBENTUK JIWA KEPEMIMPINAN SISWA KELAS X1 DI SMAN 12 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI YANG SUAMINYA MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya yang berasal dari imajinasi pengarang, imajinasi

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

LAMPIRAN 1. Kepada Yth : Bapak/Ibu/Saudara Mitra Kerja Direktorat Jenderal Bina Marga Di tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan

PETUNJUK PENGISIAN. 4. Jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda. Kerahasiaan jawaban Anda serta Identitas Anda akan di jamin sepenuhnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat mereka yakin melangsungkan pernikahan dini. Tentunya bukan

TABEL IV Hasil Observasi Awal Perilaku Datang Terlambat Sekolah Sebelum Treatment. Sebelum Treatment Nama Tanggal Waktu Datang

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

No Skala : Usia pada waktu menikah : Jenis Kelamin : Usia sekarang : Lama Perkawinan : Pernah Bercerai : Ya / Tidak Alamat : PETUNJUK PENGISIAN Pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

PENGENALAN DOSEN PENASEHAT AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN HUKUM BP4 DALAM MEMINIMALISIR PERCERAIAN DI KABUPATEN BOJONEGORO

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis dari proses pelaksanaan Family Therapy dalam Menangani. Wilayah Perumnas Sukomulyo Lamongan

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses ta aruf pasca

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

Konseling & VCT. Dr. Alix Muljani Budi

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus

TEKNIK DAN PRAKTIK LABORATORIUM KONSELING. Achmad Suwandi Sisca Folastri Itsar Bolo Rangka Afriyadi Sofyan Rahmat Hidayat Fijriani

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

Transkripsi:

BAB III PENYAJIAN DATA Membangun hubungan konseling antara konselor dan klien dalam mengatasi konflik pernikahan sangat penting bagi seorang konselor dalam prakteknya. Membangun hubungan ini juga sangat penting bagi klien untuk mengatasi permasalahan yang dialaminya. Semakin baik seorang konselor dalam mengahadapi dan menangani klien dengan teknik-teknik membangun hubungan yang dimilikinya, maka klien akan semakin percaya dan terbuka kepada konselor. Dengan demikian pula proses hubungan konseling akan berjalan efektif. Dalam membangun hubungan konseling antara konselor dan klien dalam mengatasi konflik pernikahan di Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP 4) Kant or Kementerian Agama Kota Pekanbaru, maka peneliti menjadikan konselor dan klien di Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP 4) sebagai informan. Dengan 2 orang konselor yaitu Ibu Nurhayati, S.Ag, M.M dan Ibu Asma, SS serta 4 orang klien dengan inisial AF dan EP, YK, dan YF. A. Proses Membangun Hubungan Konseling antara Konselor dan Klien dalam Mengatasi Konflik Pernikahan di Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP 4) Kantor Kementerian Agama Kota Pekanbaru 1. Terjalinnya Kerjasama yang Baik antara Konselor dan Klien Menurut wawancara peneliti dengan Ibu Nurhayati yaitu konselor di Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP 4) Kantor 40

41 Kementerian Agama Kota Pekanbaru, dalam suasana tatap muka dilaksanakan interaksi langsung antara klien dan konselor, membahas berbagai hal tentang masalah yang dialami klien. Pembahasan tersebut bersifat mendalam menyentuh hal-hal penting tentang diri klien bahkan sangat penting yang bisa jadi penyangkut rahasia pribadi klien. Masalah tersebut bisa meluas meliputi berbagai sisi yang menyangkut permasalahan klien, namun juga bersifat spesifik menuju ke arah pengentasan masalah. Konselor tentu saja mendengarkan segala permasalahan yang dialami klien, agar klien merasa konselor memahami apa yang sedang terjadi pada diri klien. Dalam hal ini, tentu saja menurut ibu Nurhayati masing-masing konselor dan klien menyadari peran dan fungsinya masing-masing. Seperti klien yang datang ke BP 4 tentu saja yang sedang mengalami permasalahan dalam rumah tangganya. Klien pastinya akan meminta bantuan kepada konselor dengan berkonsultasi serta mengutarakan permasalahannya, begitu juga dengan konselor pasti seorang konselor akan membantu klien dengan mendengarkan segala yang dirasakannya terhadap pasangan masing-masing sampai si klien mendapatkan jalan keluar dari permasalahannya. (Wawancara tanggal 11 Februari 2014) Ibu Asma (konselor) juga mengatakan bahwa tentu saja konselor dan klien mengetahui peran dan fungsinya masing-masing. Peran klien yaitu sebagai individu yang mengalami permasalahan dalam rumah tangganya yang menurut dia tidak dapat dimusyawarahkan lagi dengan pasangannya

42 sehingga meminta bantuan konselor untuk mempertahankan rumah tangganya. Sedangkan fungsi konselor yaitu dapat memberikan bantuan serta jalan untuk keluar yang terbaik dalam masalah yang dialami oleh klien. (Wawancara tanggal 11 Februari 2014) Wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada ibu Nurhayati (konselor) mengenai materi yang diberikan kepada klien meliputi tentang pernikahan seperti hak suami, hak isteri, kewajiban suami dan kewajiban isteri dan hal-hal mengenai permasalahan yang dihadapi klien. Menurutnya penjelasan yang beliau berikan sudah sangat jelas kepada klien. Beliau juga mengatakan bahwa seorang konselor juga harus memiliki hubungan sosial yang bagus kepada setiap orang tidak hanya klien karena jika hubungan sosial konselor bagus, klien akan mudah memahami materi yang diberikan konselor. (Wawancara tanggal 11 Februari 2014) Menurut Ibu Asma (konselor) materi yang beliau sampaikan kepada para pasangan yang bermasalah sudah jelas. Materi yang diberikan sudah tentu berkenaan dengan masalah yang sedang dialami oleh klien. Hubungan antara beliau dan klien sangat dekat sehingga menjadikan hubungan terus mengalami kemajuan. Oleh karena itu, menurut beliau seorang konselor harus sangat memahami materi yang diberikan dengan penyampaian yang bagus kepada para klien. (Wawancara tanggal 11 Februari 2014) Selanjutnya wawancara yang dilakukan kepada pasangan klien yang berinisial AF dan EP mengenai penjelasan materi yang diberikan oleh konselor masing-masing menjawab dengan jawaban yang sama yakni

43 mereka cukup mengerti dengan penjelasan yang diberikan konselor. Apalagi konselor yang menangani masalah mereka sudah cukup lama berkecimpung dalam penanganan kasus perceraian. (Wawancara tanggal 12 Februari 2014) Klien yang berinisial YK yang diwawancarai dengan pertanyaan yang sama juga mengatakan bahwa dia sangat mengerti dengan penjelasan materi dan sesuai dengan masalah yang sedang dia alami. Namun, walaupun ia mengerti terhadap penjelasan konselor tetap saja keinginan untuk mempertahankan rumah tangga tidak dapat berjalan. (Wawancara tanggal 12 Februari 2014) Klien YF juga mengatakan bahwa segala usaha yang dilakukan konselor terhadapnya dengan memberikan pencerahan berupa materi-materi tentang pernikahan agar kedepannya pernikahan yang ia bina dengan suaminya dapat bertahan sudah sangat jelas. Dan ini membuat ia semakin yakin untuk mempertahankan rumah tangganya apalagi sekarang ia dan suaminya telah memiliki seorang anak. (Wawancara tanggal 12 Februari 2014) Selanjutnya wawancara mengenai apakah proses konseling berlanjut di luar jam yang telah ditentukan, Ibu Asma (konselor) mengatakan bahwa selama sesi konseling klien melihatkan keseriusan dan keinginannya untuk menyelesaikan masalah yang mereka alami. Konselor selalu berusaha melakukan pendekatan kepada klien agar klien sadar betapa pentingnya mengikuti konseling. Namun, walaupun begitu beliau mengatakan tidak menerima sesi konseling diluar jam yang telah ditentukan. Karena menurut

44 beliau, jam yang telah diberikan kepada klien selama kira-kira 1 jam sudah cukup dan bisa dilanjutkan kembali dihari berikutnya pada jam kerja yang telah ditentukan. (Wawancara tanggal 11 Februari 2014) Namun, Ibu Nurhayati (konselor) memberikan tanggapan yang berbeda. Menurutnya, sesi konseling antara beliau dan klien dapat dilanjutkan diluar jam yang telah ditentukan. Dengan adanya jam tambahan ini, menurutnya dapat melihat sejauh mana kemajuan yang telah dialami oleh klien. Dan beliau menambahkan konseling dilakukan tidak harus tatap muka langsung tetapi bisa melalui telepon dan media lainnya. (Wawancara tanggal 11 Februari 2014) Selanjutnya wawancara mengenai apakah klien merasa berkurang permasalahannya setelah mengikuti konseling, menurut Ibu Nurhayati (konselor) bahwa klien yang diberikannya nasehat dan bimbingan selalu merasa lega dan puas setelah mendapatkan pencerahan dari beliau. Beliau mengatakan, isi materi yang beliau sampaikan tidak lepas dari masalah akhirat. Beliau selalu memasukkan unsur-unsur keagamaan yang membuat klien merasa nyaman. (Wawancara tanggal 11 Februari 2014) Pendapat beliau dibenarkan oleh kliennya yang berinisial YF. YF mengatakan setelah ia berkonsultasi tentang permasalahnnya kepada konselor, ia merasa sangat lega. Semua yang ia rasakan dapat ia utarakan seluruhnya kepada konselor. Karena konselor sangat dapat meyakinkan ia sebagai seorang klien bahwa masalah yang ia alami pasti ada jalan keluarnya serta konselor dapat memegang kerahasiaan tentang

45 problematikanya dan selalu untuk mengingatkannya untuk dekat kepada Allah SWT. (Wawancara tanggal 13 Februari 2014) Ibu Asma (konselor) mengatakan hal yang serupa mengenai apakah klien merasa berkurang beban masalah yang dialaminya. Setiap klien merasakan lebih lega dan nyaman pada perasaannya ketika klien telah mengutarakan segala permasalahannya. Apapun hasil yang dipilih oleh klien memperbaiki hubungan atupun bercerai itu semua tergantung pada diri klien. (Wawancara tanggal 12 Februari 2014) Klien AF mengatakan bahwa ia merasa dengan adanya konseling masalah atau beban yang ia alami terasa berkurang. Ia memperoleh pemahaman yang baru terkait tentang dirinya dan permasalahannya. Sehingga ia memiliki rencana dan komitmen dalam penyelesaian permasalahannya. (Wawancara tanggal 13 Februari 2014) 2. Hubungan dapat Merubah Perilaku Klien Menurut wawancara peneliti dengan Ibu Nurhayati (konselor) mengenai apakah klien yakin untuk melanjutkan proses konseling pada tahap selanjutnya adalah klien sangat yakin untuk melanjutkan konseling. Karena menurutnya, klien sangat membutuhkan bantuan dari orang yang dianggap percaya untuk membantunya keluar dari masalah. Dan dari awal konseling telah dijelaskan bahwa konselor akan menjaga privasi dari klien. Dari keyakinan dan kepercayaan tersebut klien dapat melanjutkan konseling dan konselor memberikan motivasi ataupun dorongan kepada klien untuk

46 membangkitkan keinginan yang baik. (W awancara tanggal 13 Februari 2014) Ibu Asma (konselor) mengatakan terdapat beberapa kesulitan untuk dapat meyakinkan klien. Karena dari beberapa kasus yang beliau tangani, klien masih belum yakin kepada konselor. Menurutnya, tidak mudah untuk dapat meyakinkan klien karena dari latar belakang yang berbeda-beda. Klien biasanya masih ragu-ragu kepada konselor ada yang malu dan tabu untuk menceritakan permasalahannya. Jika hal ini terjadi, beliau biasanya lebih memperdalam hubungan lagi terhadap klien tersebut. (Wawancara tanggal 13 Februari 2014) Menurut EP (klien) tentang apakah ia menemukan jawaban setelah adanya konseling bahwa ia merasa segala kegelisahan dan ketidaknyamanan dari masalahnya sudah dapat ia jawab. Dalam pemberian materi sangat jelas dari konselor. Permasalahan perselingkuhan suami yang ia tuduhkan ternyata dapat diatasi. Dari penjelasan-penjelasan konselor inilah EP mendapatkan jawaban untuk memperbaiki kembali hubungan komunikasi dengan suaminya yang sempat memperkeruh rumah tangga begitupun sebaliknya. (Wawancara tanggal 13 Februari 2014) Selanjutnya mengenai apakah klien terbantu dengan konseling Ibu Nurhayati (konselor) menjelaskan ketika masalah terjadi pihak suami dan istri sebelumnya berusaha untuk menyelesaikan masalah secara kekeluargaan. Namun ketika langkah tersebut tidak berdampak pada perubahan hubungan antar kedua pasangan, mereka memilih untuk meminta

47 bantuan konselor yang telah difasilitasi oleh BP 4. Sebagian dari mereka percaya dengan adanya pihak ketiga yang professional, klien merasa dapat terbantu untuk melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik kedepannya. (Wawancara tanggal 13 Februari 2014) Ibu Asma (konselor) mengatakan tujuan konseling yaitu untuk membantu klien agar melakukan perubahan sikap klien yang lebih positif. Untuk memenuhi tujuan ini, konselor harus memiliki teknik-teknik yang baik pula agar klien dapat melakukan sikap dan perbuatan yang baik. Klien terbantu atau tidaknya dapat dilihat dari evaluasi konseling itu sendiri apakah klien melihatkan perubahan yang baik atau sama saja. (Wawancara tanggal 13 Februari 2014) 3. Konselor Memiliki Tingkat Perhatian yang Tinggi terhadap Klien Ibu Asma (konselor) menjelaskan klien yang datang ke BP 4 pada dasarnya adalah untuk meminta bantuan pihak ketiga apakah hubungan pernikahan mereka dapat dipertahankan atau tidak. Karena klien yang datang merasakan cemas pada perilakunya. Dengan kondisi tersebut, konselor harus memiliki sifat afektif yang baik, ramah, sopan santun serta ikut merasakan apa yang dirasakan klien untuk dapat mengungkapkan perasaan cemas yang ada didalam dirinya. (Wawancara tanggal 13 Februari 2014) Ibu Nurhayati (konselor) menambahkan bahwa pada umumnya klien berharap dengan konseling klien dapat menemukan informasi-informasi serta menurunkan kegelisahan yang mereka alami. Untuk membantu klien,

48 beliau mengatakan konselor harus dapat semaksimal mungkin untuk menggali permasalahan yang klien alami. Beliau juga mengatakan bahwa dari penggalian masalah tersebut banyak dari klien berurai air mata dalam menceritakan masalahnya. (Wawancara tanggal 13 Februari 2014) Dari hasil observasi yang peneliti lakukan didapatkan bahwa konselor telah melakukan layanan konseling dengan baik, seperti menentukan bahwa apakah klien mengikuti layanan jangka panjang ataupun layanan jangka pendek. Dalam menentukan layanan ini berkelanjutan atau tidak konselor telah dapat membangun hubungan secara baik, seperti menggali apa permasalahan yang sedang klien alami. Selanjutnya mengenai bagaimana konselor dapat mengetahui apa yang dinginkan klien Ibu Nurhayati (konselor) mengatakan bahwa seorang konselor haruslah memiliki banyak wawasan dan pengetahuan serta dari pengalaman yang telah lama beliau jalani. Setiap klien yang datang adalah untuk memperoleh jawaban dan jalan keluar atas permasalahannya. Konselor dapat mengetahui keinginan klien dengan komunikasi yang mendalam dan rasa penerimaan dari konselor terhadap klien. (Wawancara tanggal 14 Februari 2014) Menurut Ibu Asma (konselor) bahwa klien yang datang tentu saja mengharapkan yang terbaik pada dirinya dan termasuk hubungan pernikahan mereka. Dengan komunikasi yang berjalan baik dan lancar serta memberi manfaat, menurut beliau konselor harus memiliki komunikasi yang baik kepada klien. Dengan komunikasi yang baik ini, klien akan

49 mengungkapkan sendiri keinginannya bagaimana hubungan pernikahan yang ia jalani dipertahankan atau bercerai. (Wawancara tanggal 14 Februari 2014) YK (klien) mengemukakan pendapat bahwa ia sangat senang dengan konselor yang berada di BP 4 Kantor Kementerian Agama Kota Pekanbaru, karena mereka ramah, hangat serta memiliki perhatian yang tinggi terhadap klien-kliennya. Ia juga mengatakan sebagai seorang yang sedang mengalami konflik dalam rumah tangganya tentu saja ia dan isterinya memiliki keinginan-keinginan ketika konseling dilakukan. Salah satu keinginan tersebut adalah untuk mempertahankan rumah tangga mereka dan hidup bahagia dengan anaknya hingga akhir hayat mereka. Dengan konselor memiliki jam terbang yang tinggi serta pengetahuannya tentang konseling, YK merasa keinginannya tersebut dapat terpenuhi. (Wawancara tanggal 14 Februari 2014) 4. Klien Terbuka kepada Konselor Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu Nurhayati tentang bagaimana konselor dapat mendorong klien adalah tentunya dengan pemberian motivasi kepada klien. Klien yang datang sangat membutuhkan motivasi dalam penyelesaian masalahnya. Dengan motivasi tersebut akan menciptakan semangat dalam diri klien. Sebelum itu juga, konselor harus dapat meyakinkan klien bahwasannya konseling yang ia lakukan dapat berdampak pada diri mereka masing-masing kedepannya. Dengan meyakinkan klien seperti itu, klien dapat mengungkapkan masalah-

50 masalahnya secara terbuka dan tidak terkesan ditutup-tutupi. (Wawancara tangga 14 Februari 2014) Menurut Ibu Asma (konselor) dalam pertanyaan yang sama menerangkan bahwa ada dua tipe klien. Klien pertama, yaitu klien yang datang dengan sukarela, dan kedua, yaitu klien terpaksa. Jika yang datang adalah klien sukarela tentu saja proses konseling yang dilakukan akan berjalan dengan mudah. Namun, pada kasus klien yang datang karena terpaksa ini akan sulit walaupun sudah dilakukan dengan teknik-teknik tertentu. Klien yang datang dengan terpaksa ini misalnya seperti seseorang yang ingin memperlambat penyelesaian masalah mereka. Jika semua cara sudah dilakukan dan tidak memberikan hasil, beliau mengatakan akan mengalih tangan kasus klien tersebut kepada yang lebih ahli atau berpengalaman. (Wawancara tanggal 14 Februari 2014) Dari observasi yang peneliti lakukan didapatkan bahwa untuk klien yang datang dengan sukarela, konselor dapat lebih mudah untuk menarik perhatian klien dalam konseling. Namun untuk klien yang datang dengan terpaksa, konselor terlebih dahulu harus memberikan kesan yang baik kepada klien seperti konselor menerima klien dengan hangat dan ramah serta konselor harus dapat benar-benar meyakini klien dengan memberikan informasi-informasi yang mendukung tentang konseling yang ia jalani agar klien dapat percaya kepada konselor.

51 Dari wawancara peneliti terhadap EP (klien) tentang apakah ia dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh konselor ia menjawab bahwa ia dapat menjawab semua pertanyaan. Namun, ia mengaku pada proses awal awal dalam konseling ia masih tertutup kepada konselor. Tetapi karena konselor dapat meyakinkan ia dapat menjawab semua persoalan yang diajukan konselor. Menurutnya, konselor sangat bagus dalam hal usaha meyakinkan klien. Cara konselor memberikan konselingpun tidak terlihat seperti menggurui dan konselor juga tidak monoton dalam proses konsling itu berjalan. (Wawancara tanggal 13 Februari 2014) B. Faktor yang Mempengaruhi dalam Membangun Hubungan Konseling antara Konselor dan Klien dalam Mengatasi Konflik Pernikahan Dari hasil wawancara peneliti di Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestaraian Perkawinan (BP 4) Kantor Kementerian Agama Kota Pekanbaru, masih banyak hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses membangun hubungan konseling. Contohnya, menurut Ibu Nurhayati faktor luar yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya membangun hubungan konseling adalah dari sarana dan prasarana yang dimiliki. Apabila sarana dan prasarana konseling telah lengkap maka seterusnya sesi konseling dapat berlanjut ketahap berikutnya. Tetapi, di Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP 4) Kantor Kementer ian Agama Kota Pekanbaru tidak memiliki fasilitas yang lengkap. Ruang konseling yang tidak memadai menjadi faktor penghambat utama dalam sesi konseling. Jadi, sesi konseling dilakukan pada ruang terbuka yang dapat didengar ataupun dilihat banyak orang. Ini

52 membuat klien merasa tidak nyaman, mulai merasa tidak percaya dan masih tertutup dalam menceritakan masalahnya kepada konselor. (Wawancara tanggal 14 Februari 2014) Ibu Asma menjelaskan adapun yang menjadi faktor penghambat dalam membangun hubungan konseling antara konselor dan klien di Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP 4) Kantor Kementerian Agama Kota Pekanbaru antara lain: 1. Ruangan konseling yang tidak memadai 2. Ketidakpercayaan klien terhadap konselor 3. Ketertutupan klien 4. Waktu yang terbatas 5. Adanya hambatan komunikasi dari konselor kepada klien (Wawancara tanggal 14 Februari 2014) Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti mendapatkan bahwa klien kurang nyaman pada saat konseling dilakukan oleh karena tempat ataupun ruang konseling yang tidak memadai. Dengan kekurangan ruang konseling ini membuat klien merasa tidak nyaman serta kurang percaya kepada konselor. Dan klien takut jika permasalahan yang sedang ia alami tidak terjaga keberhasilannya.