Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

dokumen-dokumen yang mirip
Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Pertanyaan yang Sering Diajukan PalmGHG Calculator

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO

RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi Kelompok RSPO untuk Produksi TBS. Agustus 2017 Versi 1

RINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)

Bekerja sama untuk konservasi hutan

Prosedur Penilaian GRK RSPO untuk Penanaman Baru

Sorot warna hijau: Perubahan teks berdasarkan persyaratan-persyaratan baru yang ditambahkan RSPO.

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Sustainability Policy

Transformasi Pasar untuk Membuat Minyak Sawit Lestari Menjadi Suatu Norma Pengantar untuk Perangkat Hitung PalmGHG

Skema Penilai berlisensi (ALS): Introduksi untuk pengusaha (grower) Kelapa Sawit. 8, 9 dan 10 Agustus

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU DAN

Corporate Presentation Tentang Musim Mas

Corporate Presentation Tentang Musim Mas

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

Studi Hutan SKT. dipresentasikan di. Seminar REDD+ Task Force. Arief Muria Perkasa Program Manager TFT

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Indikator Verifikasi. Maret Palm Oil Innovation Group. Foto oleh: DAABON. Foto oleh: Paul Hilton / Rainforest Action Network

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

Tantangan dan strategi pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan sumberdaya alam dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Prosedur dan Daftar Periksa Evaluasi Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

Catatan Penjelasan untuk Konsultasi Publik September 2015

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK

Memahami Keragaman Sistem Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Penghitungan Opportunity Cost

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

Corporate Presentation Tentang Musim Mas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

Kajian Hukum Penataan Ruang Berbasiskan Ekosistem dan Peluang Penerapan EU RED (EU Renewable Energy Source Directive)

Hesti Lestari Tata Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi, KLHK

Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi Terkait Pembukaan Lahan tanpa didahului Kajian NKT

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

LAHAN GAMBUT INDONESIA DAN TARGET PENURUNAN EMISI KARBON. Dipa Satriadi Rais Wetlands International Indonesia Programme

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Laporan Independen Komite Teknik. Ringkasan Lengkap

HIGH CARBON STOCK (HCS) Sejarah, Kebijakan dan Identifikasi

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

Setitik Harapan dari Ajamu

PANDUAN PELAPORAN UNTUK SAWIT YANG BERTANGGUNG JAWAB

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

Stok Karbon SCPP dan Jejak Karbon di Sektor Kakao Indonesia

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

GAR dan SMART melaksanakan proyek pilot konservasi hutan stok karbon tinggi

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

USAID LESTARI DAMPAK PELARANGAN EKSPOR ROTAN SEMI-JADI TERHADAP RISIKO ALIH FUNGSI LAHAN, LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: PERSPEKTIF LINGKUNGAN. Mukti Sardjono, Saf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan,

Perkiraan Sementara Emisi CO 2. di Kalimantan Tengah

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru 1 November 2016

Judul Dokumen: Kode Dokumen: Lingkup: Jenis Dokumen: FAQ Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru Internasional Lain-lain Terakhir Diperbarui: 1 November 2016 Kontak: Sekretariat RSPO Unit A-37-1, Menara UOA Bangsar, Number 5 Jalan BangsarUtama 1 Kuala Lumpur 59000, Malaysia 1

1. Apakah Prosedur Penilaian GHG RSPO untuk Penanaman Baru? Prosedur Penilaian GHG RSPO untuk penanaman baru memberikan suatu metodologi praktis kepada para penanam untuk memperkirakan stok karbon pada lahan yang telah diperuntukkan bagi pembangunan perkebunan. Berdasarkan hal ini, maka stok karbon sesuai yang diharapkan berubah (di atas dan di bawah tanah) dan emisi GHG yang terkait dengan hasil penutupan lahan yag berubah ke kelapa sawit dan drainase gambut dapat diperkirakan dan rencana pembangunan dapat disesuaikan untuk mengurangi emisi rumah kaca yang terkait dengan pembangunan perkebunan baru. Prosedur ini dirujuk di dalam RSPO P&C 2013 sebagai Alat Penilaian Karbon RSPO dan harus dirujuk agar dapat memenuhi Kriteria 7.8. Prosedur ini dimaksudkan agar sesuai dengan proses-proses saat ini yang diwajibkan di bawah Prinsip 7 terutama survei tanah, SEIA dan penilaian HCV. 2. Apakah Kriteria 7.8? Kriteria 7.8 adalah suatu kriteria baru yang diperkenalkan didalam RSPO P&C 2013. Kriteria tersebut mewajibkan agar pembangunan perkebunan baru didesain untuk meminimalkan emisi gas rumah kaca (GHG). Indikator-indikator di bawah kriteria ini mencakup identifikasi dan estimasi dari sumber emisi yang potensial dan penyerapan karbon yang berkaitan dengan pembangunan baru. Suatu indikator lain adalah bahwa pembangunan baru harus didesain untuk meminimalkan GHG, yang memperhitungkan dihindarkannya bidang tanah dengan cadangan karbon tinggi serta pertimbangan dari opsi penyerapan. 3. Kapan Kriteria 7.8 menjadi efektif? Penerapan dari Kriteria 7.8 mempunyai jangka waktu pelaksanaan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016, setelah mana laporan akan diunggah sebagai bagian dari dokumen pemberitahuan NPP. Tujuan dari jangka waktu pelaksanaan adalah agar memberikan waktu kepada Kelompok Kerja Pengurangan Emisi (ERWG) RSPO untuk memeriksa kembali dan mendetailkan instrumen, faktor emisi dan metodologi, serta memberikan bimbingan tambahan, mengenali tantangan-tantangan yang berkaitan dengan mengestimasi stok karbon dan memproyekskan emisi GHG dari pembangunan baru. Pelaporan publik adalah sukarela selama jangka waktu tersebut. 4. Apakah pemenuhan terhadap Kriteria 7.8 sukarela selama jangka waktu pelaksanaan? Pemenuhan terhadap Kriteria 7.8 adalah wajib bagi semua penyampaian NPP sejak tanggal 1 Januari 2015. Perusahaan harus menyampaikan laporannya kepada ERWG melalui Sekretariat RSPO. Hanya pelaporan publik adalah sukarela selama jangka waktu pelaporan. Setelah tanggal 1 Januari 2017, pada saat mana pelaporan publik menjadi wajib, maka persyaratan di bawah Kriteria 7.8 akan dipublikasikan bersama-sama dengan laporan NPP standar. 5. Apakah emisi perubahan penggunaan lahan historis dipertimbangkan di bawah Kriteria 7.8? Tidak. Hal ini tidak boleh dibingungkan dengan analisa penggunaan perubahan lahan untuk menentukan perubahan pada vegetasi sejak bulan Novembe 2005 di bawah Kriteria 7.3. Perusahaan harus hanya menilai stok karbon sebelum pembangunan baru yang direncanakan. 2

6. Apakah ambang batas untuk menentukan Stok Karbon Tinggi? RSPO mengenali adanya tantangan-tantangan bilamana menempatkan suatu ambang batas kuantitatif untuk menentukan Stok Karbon Tinggi, khususnya saat mempertimbangkan perbedaan regional dalam jenis vegetasi, tata kelola dan kebutuhan sosial-ekonomi. RSPO tidak menetapkan apa itu Stok Karbon Tinggi. Suatu definisi tentang apa Stok Karbon Rendah diberikan di dalam Lampiran 2 dari RSPO P&C 2013 Stok karbon rendah adalah yang mempunyai (di atas dan di bawah tanah) penyimpanan karbon, di mana kehilangan sebagai hasil dari konversi adalah sama atau lebih kecil dari perolehan stok karbon di daerah pembangunan baru, termasuk daerah yang dikesampingkan (daerah yang tidak ditanami) selama jangka waktu satu rotasi. Prosedur Penilaian GHG ini telah dibuat bagi para anggota agar mengidentifikasi perubahan stok karbon dan emisi GHG berkaitan dengan suatu pembangunan tertentu. Dengan mengintegrasikan penemuan bersama-sama dengan hasil dari penilaian HCV serta penilaian masyarakat (sebagai bagian dari SEIA), maka para anggota dapat memilih skenario pembangunan optimal dan membuat suatu rencana untuk mengurangi kemungkinan dampak yang timbul dan melaporkan tentang apa yang akan merupakan perubahan dan emisi yang diproyeksikan. Perusahaan diwajibkan untuk memeriksa pro dan kontra dari berbagai skenario pembangunan dengan mempertimbangkan: Menghindari lahan dengan stok karbon tinggi dan/atau potensi emisi GHG tinggi (bila dibangun). Opsi untuk meningkatkan penyerapan karbon (daerah konservasi, zona penyangga sungai, dsb.). Menghindari daerah HCV sebagaimana ditetapkan di dalam penilaian HCV. Menghindari lahan gambut. Isu-isu pengelolaan praktis seperti akses dan konektivitas, masalah sosial-ekonomi, dsb. Alasan untuk memilih opsi pembangunan yang disukai akan diberikan. 7. Apakah isi dari ringkasan laporan yang harus disampaikan agar memenuhi Kriteria 7.8? Penyampaian harus mengandung suatu ringkasan dari penilaian stok karbon (dengan mengacu kepada indikator 7.8.1) dan suatu ringkasan dari rencana pengelolaan (dengan mengacu kepada 7.8.2). Prosedur penilaian GHG memberikan suatu garis besar yang komprehensif tentang persyaratan pelaporan. Perusahaan disarankan untuk mematuhi kerangka pelaporan yang diberikan di dalam prosedur penilaian GHG pada saat membuat laporannya untuk disampaikan. 3

8. Apakah isu-isu umum yang dihadapi pada saat memeriksa penyampaian? Isu-isu umum yang dihadapi tercantum di bawah: Kebingungan dengan Analisa Perubahan Penggunaan Lahan (C7.3). Dalam beberapa hal, stok karbon diestimasi berdasarkan garis besar November 2005 yang tidak diperlukan. Peta tidak dijelaskan dengan baik (yaitu daerah rencana pembangunan dan daerah konservasi, dampak dari pembenaran tanah pada stratifikasi). Deskripsi jang buruk tentang vegetasi dan stok karbon yang sesuai. Dalam hal pembangunan yang sedang berlangsung (di mana pembangunan perkebunan baru dimulai sebelum bulan Januari 2010 dan dilanjutkan sesudahnya) atau dalam hal penanaman baru diusulkan di unit manajemen yang telah beroperasi (sudah ada kebun dan pabrik yang beroperasi), maka emisi dari pembangunan baru yang diusulkan tidak secara jelas dibedakan dari operasi yang ada. Kurangnya uji skenario dan hamparan peta (map terintegrasi yang memperlihatkan hasil penilaian HCV, SEIA dan penilaian stok karbon). Dalam hal di mana perusahaan sudah memiliki kebijakan khusus tentang isu-isu deforestasi dan pembangunan gambut, maka beberapa pengaturan skenario juga diharapkan di dalam lingkup kebijakan mereka. Skenario dijelaskan dengan buruk dan pilihan skenario juga tidak dibenarkan dengan baik. Tidak jelas apakah penilaian stok karbon menghasilkan daerah tambahan di luar daerah HCV yang diidentifikasi untuk dikesampingkan. Deskripsi yang buruk tentang bagaimana atau apakah penilaian stok karbon bersama-sama dengan penilaian terkait lainnya, seperti HCV dan SEIA, mempengaruhi hasil dari rencana dan desain perkebunan. 9. Bagainmana para petani kecil diharapkan untuk memenuhi Kriteria 7.8? Pemenuhan terhadap skema petani kecil merupakan tanggung jawab perusahaan yang mengelola skema tersebut. Pada saat ini tidak ada mekanisme bagi petani kecil independen untuk memenuhi Kriteria 7.8. 10. Apakah perusahaan anggota RSPO menggunakan metodologi yang digariskan di dalam Studi HCS+ untuk memenuhi Kriteria 7.8? Perusahaan angota RSPO yang ingin mengikuti Metodologi HCS+ harus: i) Menerapkan metodologi yang diuraikan oleh HCS+ untk memetakan dan mengestimasi karbon di atas tanah (harus menggunakan alat pemetaan High-res, yaitu Lidar/alat lain) dan karbon tanah dan membuat suatu peta tutupan lahan dengan stok karbon. ii) Menerapkan ambang batas stok karbon 75tC/ha (AGB, akar dan kayu mati) dan merencanakan untuk pembangunan netral karbon sesuai dengan rekomendasi HCS+ untuk menetapkan daerah bagi pembangunan. iii) Menerapkan ambang batas stok karbon 75tC/ha untuk karbon tanah. iv) Mengikuti Prosedur GHG RSPO/Kalkulator GHG Pembangunan Baru untuk: a. Memprediksi emisi GHG berkaitan dengan operasi pabrik; 4

b. Membuat suatu rencana pengelolaan dan mitigasi termasuk langkah-langkah pengurangan emisi; dan c. Menetapkan suatu proses monitoring. 11. Apakah perusahaan anggota RSPO menggunakan perangkat (toolkit) Pendekatan HCS untuk memenuhi Kriteria 7.8? Perusahaan anggota RSPO yang ingin mengikuti perangkat (toolkit) Pendekatan HCS harus: i) Menerapkan metode yang diuraikan oleh perangkat (toolkit) HCSA untuk memetakan potensi hutan HCS. (Catat bahwa HCSA tidak memiliki suatu proses estimasi karbon tanah yang potential karena adanya komitmen TIDAK BOLEH GAMBUT yang ketat. Perusahaan yang memilih opsi ini juga harus berkomitmen terhadap opsi pembangunan TIDAK BOLEH GAMBUT ). Tanah gambut tropis (Histosols) ditetapkan sebagai tanah organik dengan 65% atau lebih hal organik dan suatu kedalaman 50 cm atau lebih (lihat Manual RSPO tentang Praktek Pengelolaan Terbaik (BMPs atau Best Management Practices) untuk Pengolahan Kelapa Sawit di atas Gambut Yang Ada). ii) Membuat suatu rencana berdasarkan keputusan di mana akan dilakukan pembangunan dan di mana akan dipelihara / dilestarikan sebagai daerah yang dikesampingkan. iii) Mengikuti Prosedur GHG RSPO/Kalkulator GHG Pembangunan Baru untuk: a. Memprediksi emisi GHG yang berkaitan dengan operasi perkebunan dan pabrik; b. Membuat suatu rencana pengelolaan dan mitigasi termasuk langkah-langkah pengurangan emisi; dan c. Menetapkan suatu proses monitoring. 12. Apakah perusahaan anggota RSPO dapat menggunakan Pendekatan HCS dan metodologi konvergen Studi HCS+ untuk memenuhi Kriteria 7.8? Para pihak dibalik HCSA dan HCS+ telah mengidentifikasi daerah-daerah sinergi dan sedang berlangsung suatu dialog tentang konvergen yang juga melibatkan Sekretariat RSPO dan beberapa anggota dari ERWG. Metode konvergen sebagai hasil proses konvergen saat ini dapat diadopsi untuk memenuhi bagian-bagian dari Prosedur, terutama memfokus pada Bab 3 dari Prosedur ini. Bab 4 dari Prosedur ini yaitu Penilaian tentang Emisi GHG dari Penanaman Baru tetap masih harus diterapkan. 5

RSPO akan merubah pasar untuk membuat kelapa sawit berkelanjutan menjadi norma KETAHUILAH LEBIH BANYAK DI www.rspo.org Roundtable on Sustainable PalmOil Unit A- 37-1, Level 37, Tower A, Menara UOA Bangsar No. 5, Jln Bangsar Utama 1, 59000 Kuala Lumpur, Malaysia T : +603 2302 1500 F : +603 2302 1542 E :rspo@rspo.org Kantor RSPO yang lain Jakarta, Indonesia London, United Kingdom Beijing, China