HUBUNGAN SEJARAH JAWA BARAT DENGAN SEJARAH DEPOK DAN MASUKNYA ISLAM KE DEPOK. Mumuh Muhsin Z.

dokumen-dokumen yang mirip
SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

HARI JADI PROVINSI JAWA BARAT

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

PENYEBARAN ISLAM DI JAWA BARAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

SEJARAH JAKARTA. Jakarta berasal dari kata Jayakarta Betawi berasal dari perubahan penyebutan Batavia

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

LINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERDAGANGAN CIREBON DAN SUNDA KALAPA ABAD XVI: SUATU STUDI SEJARAH EKONOMI

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

KONTROVERSI TENTANG NASKAH WANGSAKERTA

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

PERANAN TOKOH KUNINGAN dari Masa Pergerakan hingga Revolusi Kemerdekaan. Mumuh Muhsin Z.

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

BAB IV GAMBARAN UMUM

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA BARAT

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

CIREBON MASA PENDUDUKAN JEPANG ( )

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Labuhan Deli berada di pesisir Sumatera Timur dimana letaknya

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1511 Malaka sebagai pelabuhan terpenting di Nusantara jatuh ke

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

Pendidikan Agama Islam

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB VII RAGAM SIMPUL

Masa Hindu-Buddha. Masa Islam dan awal kolonialisme Barat

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melainkan juga dalam literatur Barat (Portugis, Belanda, Inggris, dan. Semeriramis istri dari Raja Babilonia

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

Cagar Budaya Candi Cangkuang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

Toponimi Cilacap Berdasarkan Perspektif Linguistik dan Sejarah. Linda Sari Wulandari

BAB I PENDAHULUAN. mengingat sejak zaman Kerajaan Padjajaran sesuai dengan bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya

I. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan

NOVEL DAN SEJARAH MAKALAH

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

Pembukaan. Semoga berkenan, terima kasih.

Pendidikan Agama Islam

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TERBENTUKNYA KERESIDENAN PRIANGAN

Zaman Kesultanan Banten Sunday, 29 January :38

Transkripsi:

HUBUNGAN SEJARAH JAWA BARAT DENGAN SEJARAH DEPOK DAN MASUKNYA ISLAM KE DEPOK MAKALAH Makalah disampaikan dalam Seminar Penelusuran Arsip Sejarah Depok Diselenggarakan oleh Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Depok, 18 Oktober 2012 di Aula Lantai I Balaikota Depok Jalan Margonda Raya Nomor. 54 Depok oleh Mumuh Muhsin Z. FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012

HUBUNGAN SEJARAH JAWA BARAT DENGAN SEJARAH DEPOK DAN MASUKNYA ISLAM KE DEPOK 1 oleh Mumuh Muhsin Z. 2 ABSTRAK Sejarah pemerintahan Depok diwarnai oleh perubahan yang sangat dinamis. Dinamika ini sangat terkait dengan posisi geografis Depok yang berbatasan dengan DKI Jakarta sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia. Kedekatan letak geografis ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keragaman aspek demografis. Dengan demikian, meskipun Depok termasuk wilayah Jawa Barat namun etnis dan kuturnya sangat bervariasi, Sunda tidak lagi sebagai etnis dan kultur dominan. Bagaimana hubungan sejarah Jawa Barat dengan Depok dan bagaimana masuknya Islam ke Depok menjadi bahasan utama makalah ini. I. Pengantar Salah satu persoalan elementer dalam sejarah adalah ruang/tempat atau spasial (space). Ruang atau tempat berkaitan dengan pertanyaan where sebuah peristiwa sejarah terjadi. Pertanyaan elementer lainnya adalah when, what, who, why, dan how. Depok adalah ruang atau tempat peristiwa sejarah terjadi. Demikian juga Jawa Barat. Akan tetapi berbeda dengan Jawa Barat yang diketahui kapan istilah itu muncul sebagai nama wilayah geografis, nama Depok tidak. Belum diketahui sejak kapan nama Depok digunakan untuk menyebut wilayah geografis. Yang 1 Makalah disampaikan dalam Seminar Penelusuran Arsip Sejarah Depok; diselenggarakan oleh Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Depok, 18 Oktober 2012 di Aula Lantai I Balaikota Depok Jalan Margonda Raya Nomor. 54 Depok. 2 Staf pengajar Jurusan Ilmu Sejarah,Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran, Bandung. Alamat korepondensi: mumuhmz@unpad.ac.id. 2

pasti adalah dalam realitas kekinian Depok adalah ruang geografis yang mempunyai status administratif kota. Depok sediri sekarang ini termasuk bagian wilayah administratif Provinsi Jawa Barat. Masalah utama yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana latar belakang sejarah Kota Depok menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu terlebih dahulu dibahas sejarah Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat Berkait dengan identifikasi wilayah geografis bagian barat Pulau Jawa ini secara historis muncul tiga peristilahan, yaitu Sunda, Priangan, dan Jawa Barat. Di mata awam, istilah Sunda, Priangan, dan Jawa Barat seringkali diidentikkan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Sunda adalah Jawa Barat, Jawa Barat adalah Sunda. Demikian juga dengan Priangan. Sejatinya, ketiga istilah tersebut memiliki latar sejarahnya sendiri-sendiri. Perkembangan selanjutnya pun berjalan masing-masing. 2.1 Sunda Secara etimologis, kata sunda berasal dari bahasa Sanskerta sund atau suddha yang berarti bersinar, terang, putih. Dalam bahasa Kawi dan bahasa Bali pun terdapat kata sunda yang berarti: bersih, suci, murni, tak bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada. Ptolemaues (90 168 M.), ahli geografi berkebangsaan Yunani, dianggap sebagai orang pertama yang menyebut Sunda sebagai nama tempat. Kata ini digunakannya untuk menunjuk suatu wilayah yang terletak di sebelah timur India. Terinspirasi oleh Ptolemaeus, para geolog Eropa generasi-kemudian menamai Sunda untuk suatu dataran bagian barat-laut India Timur, sedangkan bagian tenggaranya dinamai Sahul. Selanjutnya, sejumlah pulau yang terbentuk di 3

dataran Sunda diberi nama Kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil. Istilah yang pertama mengacu pada himpunan pulau yang berukuran besar yang terdiri atas pulau-pulau Sumatera, Jawa. Madura, dan Kalimantan. Istilah yang kedua mengacu pada gugusan pulau-pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Selanjutnya, Sunda menjadi nama kerajaan di bagian barat Pulau Jawa, Kerajaan Sunda. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda berdiri pada abad ke-7 dan berakhir pada tahun 1579 M. Sejak tahun 1482 Kerajaan Sunda beribu kota di Pakuan Pajajaran (Bogor, sekarang); sebelumnya beribu kota di Galuh dan Kawali. Salah satu pelabuhan penting yang juga menjadi nama kerajaan vassal dari Kerajaan Sunda yang ada di wilayah Kerajaan Sunda adalah Sunda Kalapa (kemudian nama Sunda Kalapa berubah menjadi Jayakarta 1527-1619, Batavia 1619-1942, Jakarta 1942- sekarang). Sejak keruntuhan kerajaan itu, nama Sunda terutama yang mengacu pada pengertian geografis tidak begitu menonjol. Istilah Sunda mengemuka lagi pada awal abad ke-20 melalui kelahiran organisasi Paguyuban Pasundan (1914). Perkumpulan ini bertujuan meningkatkan derajat, harkat, martabat, dan kesejahteraan orang Sunda. 2.2 Priangan Kata priangan berasal dari kata parahyangan. Akar kata parahyangan adalah hyang atau rahyang kemudian mendapat awal para- dan akhiran -an atau awalan pa- dan akhiran -an. Pengertian kata ini adalah daerah yang menjadi tempat tinggal tuhan atau dewa (hyang) yang harus dihormati atau daerah yang menjadi tempat tinggal leluhur yang harus dihormati (Ayatrohaedi, 1969). Selain itu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kata priangan itu berasal dari kata prayangan, yang berarti menyerah dengan hati yang tulus. Pengertian yang kedua ini dikaitkan pada peristiwa sejarah, yaitu menyerahnya Pangeran 4

Suriadiwangsa (Raja Sumedanglarang) kepada Sultan Agung Mataram pada tahun 1620. Pada pendapat yang kedua ini terdapat kelemahan, karena ia mengesankan bahwa kata priangan baru muncul pada tahun 1620. Padahal jauh sebelum itu, yakni pada akhir abad-ke 16, kata priangan sudah muncul dan menjadi judul sebuah naskah Carita Parahyangan. Naskah ini disusun sekitar akhir abad ke-16, pada masa akhir Kerajaan Sunda. Dalam naskah ini diceritakan sejarah Kerajaan Sunda sejak awal hingga akhir. Di dalamnya dikemukakan daftar raja Sunda berikut lama masa pemerintahannya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi serta masalah yang muncul pada masa pemerintahan tiap-tiap Raja Sunda. Isi naskah ini diakhiri oleh cerita mengenai kemunduran Kerajaan Sunda dan masuknya pengaruh Islam ke wilayah kerajaan. Akan tetapi, memang, nama parahyangan yang menjadi judul naskah tersebut tidak menunjukkan nama wilayah geografis. Oleh karena itu, boleh jadi, pemberian nama priangan untuk wilayah geografis bekas Kerajaan Sunda itu terilhami oleh judul naskah itu. Priangan sebagai nama wilayah geografis di bagian barat Pulau Jawa ini terjadi pada tahun 1620. Selanjutnya, nama Priangan terus digunakan pada periode-periode berikutnya. Nama Priangan resmi menjadi nama keresidenan terjadi pada tahun 1815 sewaktu Pulau Jawa dikuasai oleh Pemerintahan Interregnum Inggris pimpinan Thomas Stamford Raffles (1811 1816). Pada periode ini Keresidenan Priangan meliputi lima kabupaten: Cianjur, Bandung, Sumedang, Sukapura, dan Parakanmuncang. Batas-batas administratif wilayah Keresidenan Priangan waktu itu adalah sebelah utara Keresidenan Batavia dan Cirebon, sebelah timur Keresidenan Cirebon dan Banyumas, sebelah selatan dan barat daya adalah Samudera Hindia, dan sebelah barat adalah Keresidenan Banten. Batas-batas alam wilayah ini adalah sebelah utara rangkaian pegunungan Salak-Gede dan Burangrang-Tangkubanparahu; sebelah timur Sungai Citanduy; sebelah barat adalah Pelabuhanratu (Wijnkoopsbaai) dan Ciletu (Zandbaai), sebelah tenggara Selat Pananjung, dan di sebelah selatan dan tenggara adalah Cilauteureun. 5

Setelah kemerdekaan, Keresidenan Priangan meliputi lima kabupaten dan satu kotapraja, yaitu: Kabupaten Bandung, Garut, Sumedang, Tasikmalaya, Ciamis, dan Kotapraja Bandung. Pada tahun 1964 status keresidenan dihapus, dan diganti dengan istilah wilayah. Provinsi Jawa Barat terdiri atas lima wilayah, salah satunya adalah Wilayah V Priangan. 2.3 Jawa Barat Provinsi Jawa Barat dibentuk tanggal 1 Januari 1926. Pembentukan provinsi ini dituangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) Tahun 1925 Nomor 378 tanggal 14 Agustus. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang pertama kali dibentuk. Kemudian menyusul dibentuk Provincie Oost Java (Provinsi Jawa Timur) pada tahun 1928, dan Provincie Midden Java (Provinsi Jawa Tengah) tahun 1929. Provinsi Jawa Barat pada awal pembentukannya meliputi lima keresidenan dan enam kotapraja (stadsgemeente). Kelima keresidenan itu adalah Banten, Batavia (Jakarta), Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon; dan keenam kotaptaja itu adalah: Batavia, Meester Cornelis, Buitenzorg, Bandung, Cirebon, dan Sukabumi. Dalam perkembangan selanjutnya, Batavia keluar dari Provinsi Jawa Barat (1959), disusul oleh Banten pada tahun 2000. Dengan demikian, hubung kait antara Sunda, Priangan, dan Jawa Barat dapat dijelaskan sebagai berikut. Sunda lebih merupakan identitas kultural dengan ciri-cirinya tersendiri, lepas dari aspek administratif-geografis. Priangan menunjuk pada ciri kultural dan administratif-geografis. Melekat pada kata Priangan adalah ciri kultur kesundaan dan sekaligus menjadi salah satu keresidenan di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan Jawa Barat adalah nama yang merujuk pada aspek geografis-administratif. Secara geografis, Jawa Barat terletak di bagian barat Pulau Jawa; secara administratif Jawa Barat merupakan level pemerintahan provinsi. Memang, secara historis dan realitasnya etnis mayoritas penghuni Provinsi Jawa Barat adalah Sunda, kultur dominannya pun Sunda. Akan tetapi, Jawa Barat tidak identik dengan Sunda atau Priangan. 6

II. Depok Memang belum diketahui sejak kapan nama Depok digunakan sebagai nama tempat untuk wilayah geografis yang kemudian sekarang dikenal dengan nama Kota Depok. Namun, sekedar untuk menduga-duga, hal itu bisa dilacak secara toponomis. Pertama ada yang berpendapat bahwa nama Depok itu merupakan singkatan dari De Eerste Protestants Onderdaan Kerk. Nama ini sejalan dengan sebutan untuk daerah otonom milik Cornelis Chastelein sebagai Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok. Sebutan ini terjadi pada akhir abad ke-17 ketika saudagar berkebangsaan Belanda ini membeli tanah seluas 12,44 km persegi. Berdasarkan kenyataan di atas muncul kemungkinan bahwa daerah tersebut dinamai Depok terjadi pada akhir abad ke-17. Akan tetapi dugaan tersebut lemah, mengingat nama Depok itu umum dan terdapat di banyak tempat. Misalnya, di Kabupaten Bandung, Garut dan Sumedang ada tempat yang bernama Depok. Kedua, dilihat dari segi bahasa, kata depok (bahasa Sunda kuna) berarti perkampungan atau pertapaan (LBSS, 2007: 108; Danadibrata, 2006: 164). Daerah ini disebut depok kemungkinan karena sejak zaman kuna daerah ini menjadi tempat pemukiman atau tempat pertapaan. Kedua-duanya sangat memungkinkan karena di daerah ini (Bogor) menjadi pusat Kerajaan Sunda Pajajaran. Dengan demikian, Depok digunakan sebagai nama tempat sudah terjadi setidaknya sejak abad ke-15. Bila Depok sebagai wilayah dilihat dari ruang sejarah, secara kronologis bisa dikatakan demikian: 1. Depok menjadi bagian dari Kerajaan Tarumanagara (sampai abad ke-7) 2. Depok menjadi bagian dari Kerajaan Sunda Pajajaran (abad ke-7 s.d. abad ke- 16). 7

3. Depok bagian dari kekuasaan VOC 3 (abad ke-16 s.d. abad ke-18) 4. Depok bagian dari Pemerintah Hindia Belanda (termasuk Keresidenan Buitenzorg) (abad ke-19 s.d. 1942) 5. Depok bagian dari Pemerintah Pendudukan Jepang (1942 s.d. 1945) 6. Depok bagian dari Pemerintah Republik Indonesia (sejak 1945) 6.1 Depok menjadi bagian dari Parung; 6.2 Parung menjadi bagian dari Kabupaten Bogor; 6.3 Kabupaten Bogor menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat. Tahun 1981 Depok menjadi Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982. Berdasarkan Undang-undang No. 15 tahun 1999, status Depok ditingkatkan menjadi Kotamadya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan diresmikan tanggal 27 April 1999. III. Masuknya Islam ke Depok Mengenai masuknya dan berkembangnya Islam ke Depok sementara ini, sepengetahuan penulis, belum banyak terungkap. Untuk itu harus ada penelitian khusus. Akan tetapi, sementara ini akan diuraikan sedikit tentang masuknya Islam ke Cirebon, Banten, dan Sunda Kalapa karena daerah-daerah ini menjadi sentral setting spasial masuk dan berkembangnya Islam di Jawa Barat pada masa-masa awal. Secara geografis Cirebon terletak di pesisir utara Jawa, atau di tepi pantai sebelah timur ibu kota Pajajaran. Penduduknya mempuyai mata pencaharian menangkap udang dan membuat terasi. Cirebon memiliki muara-muara sungai yang berperan penting bagi pelabuhan yang dijadikannya sebagai tempat menjalankan kegiatan pelayaran dan perdagangan lokal, regional, dan bahkan internasional. Pada tahun 1513, Tome Pires menceritakan bahwa pelabuhan Cirebon tiap hari disinggahi tiga atau empat buah kapal (junk) untuk berlabuh. 3 Sejak 1695 Cornelis Chastelein membeli tanah yang kemudian dikenal nama Depok dari seorang tuan tanah Cina bernama Tio Tiong Ko. Tanah ini kemudian berstatus sebagai tanah partikelir. Tanah partikelir Depok dihapus pada 1952 (Purwoto, 2003). 8

Dari pelabuhan ini diekspor beras, jenis-jenis makanan, dan kayu dalam jumlah banyak sebagai bahan membuat kapal. Penduduknya berjumlah sekitar 1.000 orang (Cortesoa, 1944: 183; Ekadjati, 2005: 78). Cirebon sebagai kota pelabuhan sudah berlangsung sejak lama, yakni sejak Cirebon menjadi vassal Kerajaan Sunda (Tjandrasasmita, 2009: 159). Dalam sumber-sumber lokal, Babad Cirebon (edisi Brandes) dan Carita Purwaka Caruban Nagari misalnya, diceritakan bahwa Cirebon dulunya sebagai dukuh yang diperintah oleh seorang juru labuan (syahbandar), kemudian menjadi desa yang dipimpin oleh seorang kuwu. Pelabuhannya berlokasi di Muara Amparan Jati yang berada di Dukuh Pasambangan. Yang menjadi kepala atau juru labuhannya ialah Ki Gedeng Kasmaya, Ki Gedeng Sedangkasih, kemudian diganti oleh Ki Gedeng Tapa, selanjutnya diganti lagi oleh Ke Gedeng Jumajan Jati. Konsekuensi sebagai vassal Kerajaan Sunda, setiap tahun Cirebon menyerahkan upeti berupa garam dan terasi (Tjandrasasmita, 2009: 159). Sebelum tempat yang sekarang menjadi kota Cirebon dihuni orang, tidak jauh di sebelah utara tempat itu terdapat kehidupan masyarakat. Masyarakat yang tinggal di tempat itulah yang merupakan cikal bakal penduduk kota Cirebon. Di situ terdapat pelabuhan Muhara Jati dan Pasambangan. Di sebelah utaranya terdapat negeri Singapura di sebelah timurnya terdapar negeri Japura, sedangkan di sebelah selatan di bagian pedalaman terdapat Caruban Girang. Pada perempat pertama abad ke-14 Masehi saudagar-saudagar yang berasal dari Pasai, Arab, India, Parsi, Malaka, Tumasik (Singapura), Palembang, Cina, Jawa Timur, dan Madura datang berkunjung ke Pelabuhan Muhara Jati dan Pasar Pasambangan untuk berniaga dan memenuhi keperluan pelayaran lainnya. Kedatangan mereka, yang telah memeluk Islam, di Pelabuhan Muhara Jati dan Pasar Pasambangan memungkinkan penduduk setempat berkenalan dengan agama Islam. Banten, merupakan pelabuhan yang penting bila dilihat dari sudut geografi dan ekonomi karena letaknya yang strategis dalam penguasaan Selat Sunda, yang menjadi matarantai pula dalam pelayaran dan perdagangan melalui lautan Indonesia di bagian selatan dan barat Sumatera. Pentingnya Banten lebih 9

dirasakan terutama waktu Selat Malaka berada di bawah pengawasan politik Portugis di Malaka (Tjandrasasmita, 1993: 20). Banten disebut pertama kali dalam Babad Cirebon (edisi Brandes) sebagai tempat singgah Syarif Hidayatulloh ketika ia baru tiba di Pulau Jawa sepulangnya dari Tanah Arab. Di Banten waktu itu telah ada yang menganut agama Islam, walaupun masih merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Pajajaran. Penduduk Banten diislamkan oleh Demak dan Cirebon tanpa peperangan. Menurut Carita Purwaka Caruban Nagari, pada waktu Syarif Hidayatulloh singgah di Banten, tempat itu telah menjadi kota pelabuhan. Menurut Tome Pires, Banten pada tahun 1513 merupakan pelabuhan dagang milik Kerajaan Sunda (Cortesao, 1944: 166; 170-171). Empat belas tahun kemudian (1627) orang Portugis lain bernama Barros mendapatkan Banten sebagai kota pelabuhan besar sejajar dengan Malaka dan Sumatera. Pada tanggal 22 Juni 1596 rombongan orang Belanda yang pertama datang di Banten dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Ia mendapatkan Banten sebagai pusat kekuasaan Islam, di samping sebagai kota pelabuhan besar. Di pelabuhan itu banyak berniaga saudagar dari Cina, Persi, Arab, Turki, India, dan Portugis. Eksistensi Sunda Kalapa disaksikan dan diceritakan oleh Tome Pires tahun 1513, J. De Barros tahun 1527, dan Cornelis de Houtman tahun 1598 (Cortesao, 1944; Hageman, 1866; Vlekke, 1967). Ketiga orang itu menyatakan bahwa Sunda Kalapa merupakan kota pelabuhan yang indah dan ramai dikunjungi para pedagang. Pada mulanya kota pelabuhan ini merupakan pelabuhan utama Kerajaan Sunda, kemudian diduduki oleh pasukan Islam dari Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Faletehan (1527). Setelah dikuasai pasukan Islam, Sunda Kalapa berubah nama menjadi Jayakarta. Depok secara geografis berada di tengah-tengah antara ketiga wilayah itu (Cirebon, Banten, dan Sunda Kalapa). Oleh karena itu, masuknya Islam ke Depok bisa jadi setelah ketiga wilayah itu diislamkan. Dengan demikian diduga bahwa Islam sudah mulai masuk wilayah Depok sejak abad ke-17/18. Edi S. Ekadjati (1975: 104) memetakan rute yang ditempuh penyebaran Islam di Jawa Barat ialah sebagai berikut: 10

1. Cirebon Kuningan Talaga Ciamis. 2. Cirebon Kadipaten Majalengka Darmaraja Garut. 3. Cirebon Sumedang Bandung. 4. Cirebon Talaga Sagalaherang Cianjur. 5. Banten - Jakarta Bogor Sukabumi. 6. Banten Banten Selatan Bogor Sukabumi. Dengan demikian, masuknya Islam ke Depok diperkirakan melalui rute nomor 5 dan 6. IV. Simpulan Hubungan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dengan Depok memiliki akar dan latar belakang sejarah yang panjang. Perjalanan sejarah ini melegitimasi keberadaan Depok sebagai bagian dari Provinsi Jawa Barat. Masuk, berkembang, dan pengaruh Islam di Depok sementara ini belum banyak terungkap secara komprehesif. Akan tetapi secara asumsi patut diduga bahwa Islam sudah masuk ke wilayah Depok sejak abad ke-17/18. 11

Daftar Sumber Atja. 1968. Carita Parahiangan. Bandung: Yayasan Kebudayaan Nusalarang. -------. 1972. Carita Purwaka Caruban Nagari. (Sejarah Mula Jadi Cirebon). Jakarta: Proyek Pengenbangan Permuseuman Jawa Barat. Atja dan Saleh Danasasmita. 1981. Sang Hyang Siksakanda Ng Karesian (Naskah Sunda Kuno Tahun 1518). Bandung: Ikatan Karyawan Mseum. Cortesao, Armando. 1944. The Suma Oriental of Tome Pires; an Account of the East from the Red Sea to Japan; Written in Malacca and in India in 1512-1515. 2 jilil. London: Hakluyt Society. Danadibrata, R.A. 2006. Kamus Basa Sunda. Bandung: Kiblat. Djajadiningrat, R.A. Husein. 1983. Tinjauan Kritis tentang Sajarah Banten; Sumbangan bagi Pengenalan Sifat-sifat Penulisan Sejarah Jawa. Jakarta: Djambatan KITLV. Ekadjati, Edi S. 1975. Penyebaran Agama Islam di Jawa Barat, dalam Teguh Asmar et al. Sejarah Jawa Barat; dari Masa Pra-Sejarah hingga Masa Penyebaran Agama Islam. Bandung: Proyek Penunjang Penigkatan Kebudayaan Nasional Provinsi Jawa Barat, hlm. 82 107. -------. 2005. Sunan Gunung Jati; Penyebar dan Penegak Islam di Tatar Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya. LBSS. 2007. Kamus Basa Sunda. Bandung: Tarate. Muhsin Z., Mumuh. 2010. Penyebaran Islam di Jawa Barat. Makalah disampaikan dalam Saresehan Nasional Sejarah Perjuangan Syaikhuna Badruzzaman (1898 1972) Diselenggarakan pada tanggal 13 Juni 2010 di Pondok Pesantren al-falah, Mekargalih, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Jatinangor: Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. 12

Muhsin Z., Mumuh. T.th. Sunda, Priangan dan Jawa Barat dalam http://blogs.unpad.ac.id/mumuhmz/2009/11/19/sunda-priangan-dan-jawabarat/ (17 Oktober 2012). Purwoto, Anggoro. 2003, Penghapusan Tanah Partikelir Depok dan Dampaknya bagi Warga Depok Asli (1947-1952). Skripsi Tidak Diterbitkan. Jatinangor: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Tjandrasasmita, Uka ed. 1993. Jaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, dalam Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Cetakan ke-18. Jakrta: Balai Pustaka... 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: KPG bekerja sama dengan EFEO dan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatulloh. 13