BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
SIMULASI TUMPAHAN MINYAK DI DELTA MAHAKAM

BAB IV SIMULASI MODEL TUMPAHAN MINYAK (MoTuM) RISK ANALYSIS FLOWCHART Bagan Alir Analisis Resiko

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. haves and the have nots. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN

REKLAMASI DAN JAMINAN REKLAMASI, BAGAIMANA PENGATURANNYA?

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

n.a n.a

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Indonesia s Oil and Gas situation and Struggle against Transnational Companies. by : Jatam, Indonesia September 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

ULANGAN HARIAN I. : Potensi SDA dan SDM

BAB I PENDAHULUAN. (per-januari 2011). Menyebabkan cadangan minyak akan habis dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2006 TENTANG : PENGELOLAAN PASIR BESI GUBERNUR JAWA BARAT

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peran Badan Lingkungan Hidup Prov. Kaltim sebagai Mitra DDPI. Oleh: Badan Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

Bab I. Pendahuluan. UUD 1945 menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ini memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan batasan masalah dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. seperti timah, emas, tembaga, hingga uranium dapat ditambang di tanah

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

BAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA. pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Batubara merupakan salah satu tambang yang berpotensi untuk. dimanfaatkan lebih lanjut oleh pemerintah selain minyak dan gas bumi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan penggunaannya dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia.

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. hampir setiap kehidupan manusia memerlukan energi. Energi ada yang dapat

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan harga minyak tanah tentunya akan berdampak pada kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, kebutuhan manusia akan energi semakin besar. Hampir setiap kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan sumber daya energi seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Indonesia merupakan salah satu penghasil sumber daya alam terbesar di dunia. Sebagai contoh, cadangan emas terbesar di dunia terdapat di Gunung Grasberg, Papua. Indonesia juga merupakan salah satu penghasil timah, tembaga, dan minyak bumi terbesar di dunia. Pada 2007, produksi minyak bumi di Indonesia mencapai angka 227 juta barel. 1 Jadi, energi juga merupakan salah satu sumber devisa terbesar bagi negara. Sebagai gambaran, pada tahun 2007 sektor energi dan sumber daya mineral Indonesia menyumbang US$56.9 miliar kepada penerimaan negara. Sedangkan dari sektor fiskal, devisa dari sektor ini diperkirakan mencapai lebih dari Rp 200 triliun. 2 Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di Indonesia harus terus dilakukan guna menjaga kelangsungan suplai energi domestik dan sebagai komoditi ekspor. Tuntutan produksi serta proyeksi bisnis yang cukup menjanjikan dari sektor energi dan sumber daya mineral membuat berbagai pihak yang berkepentingan berlomba-lomba memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Lokasi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tersebut tersebar di berbagai wilayah, seperti Pulau Jawa, Sulawesi, dan Papua. Namun yang terbesar berada di Pulau Kalimantan, terutama di Provinsi Kalimantan Timur. Di provinsi tersebut terdapat banyak pihak yang melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, termasuk dari pemerintah, perusahaan nasional swasta, maupun perusahaan multinasional yang sudah mengantongi izin dari pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah. 1 http://www.migas.esdm.go.id 2 http://www1.esdm.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=954&itemid=94 1

Perusahaan minyak dan gas asing yang beroperasi di Kalimantan Timur antara lain TOTAL E&P INDONESIE yang mempunyai lapangan di daerah Delta Mahakam, UNOCAL yang beroperasi di wilayah Tanjung Santan, dan Vico Indonesia yang area operasinya meliputi Badak, Anggana, dan Marangkayu. Dengan banyaknya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di Indonesia, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan di wilayah setempat. Hal terburuk yang dapat terjadi yaitu adanya tumpahan minyak, yang dapat merusak sebagian besar ekosistem laut. Semakin lambat penanggulangan penyebaran tumpahan minyak tersebut, semakin besar kerugian yang akan diderita baik oleh perusahaan maupun masyarakat lokal, terutama orang-orang yang mata pencahariannya bergantung kepada alam seperti nelayan. Oleh karena itu, setiap perusahaan pasti membutuhkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. 3 Dengan adanya Amdal, kerusakan yang berpotensi untuk terjadi di kawasan eksplorasi dan eksploitasi dapat diperhitungkan, serta diminimalisir secara optimal. Seperti disebutkan sebelumnya, Provinsi Kalimantan Timur merupakan kawasan di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang besar. Banyaknya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang terletak di provinsi tersebut memperbesar kemungkinan adanya pencemaran lingkungan, termasuk di daerah sekitar Delta Mahakam. Secara khusus, tugas akhir ini akan membahas mengenai penyebaran tumpahan minyak dan risk assessment yang terdapat di daerah Delta Mahakam tersebut. 3 http://id.wikipedia.org/wiki/analisis_mengenai_dampak_lingkungan 2

Gambar 1.1. Peta Delta Mahakam, Kalimantan Timur 1.2. Tujuan Tujuan dikerjakannya tugas akhir ini yaitu untuk mengetahui serta mempelajari arah pergerakan tumpahan minyak yang dihasilkan oleh perusahaan yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi di wilayah Delta Mahakam. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan berpotensi menghasilkan tumpahan minyak yang terdapat di perairan Delta Mahakam. Perhitungan probabilitas adanya tumpahan minyak di perairan Delta Mahakam juga dilakukan, agar dapat terkumpul data-data yang bisa digunakan untuk mendukung terselesaikannya risk assessment dari tumpahan minyak tersebut. Dengan adanya risk assessment ini, maka dapat diperkirakan besarnya minyak yang tumpah ke perairan Delta Mahakam, sehingga kerusakan ekosistem dapat diminimalisir dan dicegah sehingga tidak merugikan banyak pihak seperti perusahaan dan masyarakat yang tinggal di sekitar Delta Mahakam, terutama yang penghasilan hidupnya bergantung kepada alam. 3

1.3 Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan dalam tugas akhir ini yaitu: 1. Hindcasting. 2. Perhitungan Flushing Time. 3. Pengukuran elevasi pasang surut. 4. Pemodelan arah dan pergerakan arus di Delta Mahakam. 5. Pemodelan pola dan arah penyebaran minyak yang terjadi. 6. Penghitungan probabilitas area Delta Mahakam yang terkena minyak. 7. Penentuan Environmental Sensitivity Index Number (ESIN) wilayah Delata Mahakam. 8. Perhitungan Oil Spill Risk Number (OSRN). 1.4 Batasan Masalah Masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini dibatasi sebagai berikut: 1. Analisis risiko hanya dilakukan pada wilayah-wilayah yang terdapat dalam model domain dan memiliki kemungkinan terkena minyak. 2. Arus yang diperhitungkan hanya arus yang terdapat di permukaan. 3. Penyebaran minyak yang ditinjau hanya yang terjadi di permukaan. 4. Perhitungan Oil Spill Risk Number (OSRN) hanya dilakukan pada dataran kering (dry land). 5. Jumlah minyak yang tersebar di permukaan diasumsikan sama dengan jumlah minyak yang keluar dari outfall. 1.5 Metodologi Penelitian Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam tugas akhir ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai macam informasi serta data. Kumpulan informasi dan data tersebut lalu dijadikan sebagai input dari pemodelan yang penulis gunakan. Pemodelan tumpahan minyak dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak MoTuM (Model Tumpahan Minyak). MoTuM digunakan untuk membuat simulasi dari pergerakan arus laut tiga dimensi yang dipengaruhi oleh faktor angin, pasang surut, perbedaan densitas, dan sungai dengan cepat dan akurat. 4

1.6 Sistematika Penulisan Laporan Laporan tugas akhir ini disusun dan terbagi ke dalam enam bab pembahasan dengan rincian sebagai berikut. Bab pertama yaitu Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika laporan. Bab dua yaitu Metodologi, yang berisi tentang penjelasan mengenai Risk Assessment Oil Spill Model, Model Tumpahan Minyak (MoTuM), rumus-rumus umum yang digunakan untuk mendukung penghitungan di dalam laporan tugas akhir ini, penjelasan mengenai prilaku tumpahan minyak di perairan, evaporasi, dan penyebaran tumpahan minyak Bab tiga berjudul Daerah Studi, yang menjelaskan mengenai daerah tinjauan penelitian dalam laporan tugas akhir ini. Penelitian terfokus kepada daerah Delta Mahakam di Provinsi Kalimantan Timur. Bab ini juga berisi gambar-gambar lokasi daerah tinjauan, serta peta tata guna lahan (land use) Delta Mahakam. Bab empat adalah Simulasi MoTuM. Dalam bab ini terdapat data-data yang digunakan sebagai input dalam aplikasi penggunaan MoTuM. Dijelaskan juga mengenai simulasi penggunaan MoTuM di Delta Mahakam sebagai daerah tinjauan penelitian. Bab lima yaitu Analisa. Bab ini berisi pembahasan hasil dari simulasi program MoTuM di Delta Mahakam, penentuan Environmental Sensitivity Index Number, dan Oil Spill Risk Number untuk wilayah-wilayah yang memiliki probabilitas untuk terkena tumpahan minyak. Bab enam yaitu penutup. Dalam bab ini dijelaskan kesimpulan dari pembahasan yang terdapat dalam laporan tugas akhir ini, serta saran yang diambil dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan. 5