Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn:

dokumen-dokumen yang mirip
Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

IPA TEMA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS PEDAGOGY FOR SUSTAINABILITY

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Pengembangan Alat Praktikum Gelombang Stasioner untuk Melatihkan Keterampilan Proses Siswa SMA Kelas XI

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.3 (2016) : ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Agung Setiabudi et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika...

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA POKOK BAHASAN KALOR

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI SETS PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF MAKANAN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 GOMBONG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

Emiliani Indah Safputri, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SD DENGAN POKOK BAHASAN ENERGI

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Yang Berorientasi Pada Kurikulum 2013 Dengan Materi Fluida Statis Di Kelas X SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

Penerapan Mind Mapping pada Pembelajaran Biologi Konsep Sistem Pernapasan Manusia terhadap Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Penggunaan Modul Pembelajaran

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 02, Mei 2015, ISSN:

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS Volume 2, No 2, September 2015 ( ) Tersedia Online:

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS X SMA NEGERI 1 KEDUNGPRING PADA MATERI ALAT UKUR LISTRIK

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

PADA KELAS X 3 SMA NEGERI 4 BARABAI TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN:

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ARITMATIKA SOSIAL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 SURABAYA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERPENDAKATAN SCIENTIFIC PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran kimia menekankan pada pembelajaran pengalaman

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY)

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 03, September 2015, ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

E-journal Prodi Edisi 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKDP) BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN PRACTICAL SKILLS DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA PESERTA DIDIK SMP

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI PAILKEM METODE GALLERY WALK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Pendidikan Biologi, FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2) MTsN II Pamulang koresponden: Abstrak

Abstrak PENDAHULUAN ISSN : X

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

Unnes Physics Education Journal

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK BERBASIS IT PADA POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Syitaul Umaha, Sri Wahyuni, Subiki

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2

SAMPAH. , Winarsih 2 ) dan Martini 3) Abstrak. Abstract. and the positive UAN PENDAHULU. aktif. mengajar. yang. yang diperoleh

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

Transkripsi:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP Resty Rahmatika Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya resty_rahmatika@yahoo.com Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA dengan Pendekatan Scientific pada materi Sistem Ekskresi yang layak digunakan untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa ditinjau dari tingkat validitas dan respons siswa. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan model Dick dan Carey (1990) dan dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan pembela jaran di kelas menggunakan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Dari hasil penelitian ini berupa perangkat pembelajaran yang layak digunakan dalam pembelajaran materi Sistem Ekskresi di SMP memiliki persentase keterlaksanaan pembelajaran sebesar 96%; skor ketuntasan hasil belajar dari Tes Hasil Belajar Siswa (THB) sebesar 85,29%; skor dari tes kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh presentase sebesar 85,29%; skor afektif siswa pada sikap spiritual 87%, sikap bijaksana 87% dan sikap tanggung jawab 88%; skor keterampilan psikomotor siswa 100% tuntas dengan presentase 55,88% siswa mendapat nilai B dan 41,11% siswa mendapat nilai A; frekuensi aktifitas siswa yang menonjol adalah berdiskusi dengan teman sekelompok sebesar 16,64%, mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas sebesar 15,81%; dan mendapatkan respon positif dari siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran dengan Pendekatan Scientific pada materi sistem ekskresi layak digunakan untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPA SMP. Kata kunci: Berpikir Kritis, Perangkat Pembelajaran, IPA SMP, Pendekatan Scientific. Abstract This is research development which aims to develop science learning tool with Scientific Approach on Excretion system topic to training student critical thinking based on validity and student responses. This research use Dick and Carey (1990) model. After that, it will be implemented in class using one group pretest-posttest design. The result of this research are the feasibility of learning tool on excretion system 15,96%; score of student study result from test is 91,17%; score of students critical thinking ability test is 83,33%; score of student affective on spiritual attitude is 87%, wisdom attitude is 87% and responsibility attitude is 88%; score of student psychomotor skill is 100% with score of student B is 55,88% and score of student A is 44,11%; student activity frequency are discussion in groups is 16,64%, communicating the results of group discussions in front of the class is 15,81%. Moreover, student give positive response toward learning tool have developed. Based on analysis result, the conclusion is learning tool with scientific approach on excretion system topic is feasible to training student critical thinking on junior high school science class learning. Keywords: Critical Thinking, Learning Tool, Science Class on Junior High School, Scientific Approach. 102

Pendahuluan Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan ini tidak terlepas dari pengaruh perubahan global yakni perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat mendorong upaya untuk menciptakan manusia yang berkualitas. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan sumber daya manusia (SDM) adalah pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia seutuhnya. Pendidikan juga sebagai sarana untuk mengembangkan kreatifitas bangsa Indonesia menuju bangsa yang berkepribadian, berkarakter dan berbudi luhur. Di samping itu, pendidikan juga harus sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan tidak tertinggal dengan perkembangan zaman sehingga dapat menyiapkan siswa dalam menghadapi masa kini dan masa depan. Salah satu upaya yang ditempuh adalah penyempurnaan kurikulum. Menurut Mulyasa (2013), dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Perubahan dan pengembangan kurikulum diperlukan karena adanya beberapa kesenjangan kurikulum pada KTSP. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang berlangsung cepat dalam era globalisasi dewasa ini, terdapat beberapa kesenjangan kurikulum pada KTSP yakni sebagai berikut: (1) untuk kompetensi lulusan belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter, belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan, serta pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh 103 masih banyak yang lepas; (2) materi pembelajaran belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan dan beban belajar terlalu berat, terlalu luas dan kurang mendalam; (3) proses pembelajaran masih berpusat pada guru, berorientasi pada buku teks, sementara buku teks hanya memuat materi bahasan; (4) penilaian lebih menekankan pada aspek kognitif dan tes menjadi cara penilaian yang dominan; (5) pendidik dan tenaga kependidikan hanya memenuhi kompetensi pofesi saja dan lebih terfokus pada ukuran kinerja PTK; (6) Satuan pendidikan mempunyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum dan masih terdapat kecenderungan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, dan potensi daerah, pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlunya dilakukan pengembangan kurikulum 2013 untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan masa depan yang semakin lama semakin rumit dan kompleks. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah Kurikulum 2013. Pengembangan Kurikulum 2013 akan menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual. Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan

pemahaman terhadap apa yang dipelajari (Mulyasa, 2013). Guru berperan utama dalam peningkatan mutu pendidikan. Di mana tugas seorang guru adalah mendidik, membelajarkan, dan melatih siswa melalui proses pembelajaran yang sistematis dan terencana. Tugas mendidik berarti bahwa guru membantu siswa untuk mengembangkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan dan masa depan peserta didik sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Tugas membelajarkan berarti bahwa guru bertugas untuk memfasilitasi dan memberikan peluang untuk belajar dan merancang suasana yang kondusif dan mendukung proses belajar siswa. Sedangkan tugas melatih berkaitan dengan upaya membantu siswa dalam mengembangkan keterampilanketerampilan yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya. Maka dari itu guru harus berupaya mengembangkan kemampuan dan keterampilannya secara berkesinambungan (Wahab, 2013). Guru harus memberikan keteladanan kepada peserta didik didalam proses pembelajaran. Guru bertugas untuk: 1) merencanakan pembelajaran, 2) melaksanakan proses pembelajaran, dan 30 menilai hasil dan proses pembelajaran. Ketiga point tersebut dituangkan dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Guru dituntut untuk mampu membuat perangkat pembelajaran, menguasai kurikulum, menguasai materi, menguasai metode, dan tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu mengelola kelas sedemikian rupa sehingga pembelajaran berlangsung aktif, inovatif dan menyenangkan. Proses keterlibatan siswa secara aktif dapat berjalan efektif apabila pengorganisasian dan penyampaian materi sesuai dengan kesiapan mental siswa dan dilengkapi dengan adanya perangkat pembelajaran yang memadai untuk mendukung keaktifan dan berpikir kritis siswa. Perangkat pembelajaran memiliki peranan penting dalam pembelajaran yaitu dapat membantu kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif. Namun, saat ini perangkat pembelajaran belum mencakup banyak aktifitas yang melibatkan siswa untuk berpikir tingkat tinggi, karena kurangnya kegiatan yang menantang. Padahal pergeseran paradigma pendidikan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mulai dari penggunaan pedagogi, sekarang juga dianjurkan untuk menggunakan pendekatan andragogi di dalam pembelajaran kurikulum 2013 (Mulyasa, 2013). Pendekatan ini mengandung arti bahwa andragogi menempatkan peran peserta didik lebih dominan dalam pembelajaran, yang meletakkan perhatian dasar pada individu secara utuh. Keterampilan berpikir merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Arends (2008), kemampuan berpikir yaitu proses menggunakan pikiran untuk (1) mencari makna dan pemahaman kata terhadap suatu perkara yang dilihat, didengar, diingat atau dibaca; (2) membuat pertimbangan dan keputusan; (3) menyelesaikan masalah. Pendapat lain tentang keterampilan berpikir dikemukakan oleh Ennis (1995), bahwa berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan refleksi yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. pentingnya berpikir yang kompetitif saat ini. Penggunaan perangkat pembelajaran dengan pendekatan scientific dalam Kurikulum 2013 diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, yaitu semakin meningkatnya aktifitas siswa dan waktu menjadi lebih efisien terhadap 104

pencapaian hasil belajar. Agar perangkat pembelajaran tersebut dapat terkonsep dengan baik, sehingga mampu melatihkan berpikir kritis siswa, maka perangkat tersebut dapat dikembangkan dengan menggunakan model yang mendukukng siswa untuk aktif. Aktifitas bertanya ketika siswa berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Filsaime, 2008). Berpikir kritis merupakan proses mental yang terorganisir dengan baik dan berperan dalam proses mengambil keputusan untuk memecahkan masalah dalam menganalisis dan menginterpretasi data dalam kegiatan ilmiah (Wahab, 2013). Seorang dikatakan berpikir kritis apabila mampu menunjukkan kecakapan mengidentifikasi masalah yang signifikan, menganalisis argumen, mengevaluasi dan membandingkan kebenaran dari interpretasi, menemukan unsur-unsur yang diperlukan dalam membuat kesimpulan, memberikan penjelasan yang meyakinkan, dan membuat keputusan dari hasil yang diperoleh (Filsaime, 2008). Kemampuan dalam berpikir kritis ini dapat memicu keaktifan siswa (Fisher, 2009). Berdasarkan hasil observasi di MTs Negeri Kediri kelas VIII D, siswa terlihat pasif selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Siswa lebih suka diam hanya ada beberapa siswa saja yang aktif bertanya sementara yang lainnya cenderung hanya mendengarkan guru. Kemungkinan hal ini terjadi karena kurangnya minat siswa dalam belajar dan belum mengetahui tentang materi yang disampaikan saat pembelajaran berlangsung. Keadaan yang seperti ini mengakibatkan siswa hanya mengikuti alur guru pada saat mengajar dan cenderung melakukan hafalan, sehingga siswa sulit untuk mencapai ketuntasan belajar. Guru sebenarnya sudah memotivasi siswa untuk lebih aktif dengan cara pemberian tambahan nilai partisipasi selama kegiatan pembelajaran aktif, bahwa setiap materi pembelajaran yang baru dikaitkan dengan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya (Arends, 2008). Materi pembelajaran diambil dari materi pelajaran kelas VIII semester genap yaitu tentang sistem ekskresi sesuai dengan kurikulum 2013. Peneliti memilih materi sistem ekskresi pada manusia karena materi ini dianggap cukup sulit untuk dikuasai siswa. Materi sistem ekskresi yang dipilih sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD), yakni menganalisis informasi/data dari berbagai sumber tentang sistem ekskresi, gangguan dan kelainan pada sistem ekskresi, serta pola hidup sehat merawat kesehatan organ ekskresi. Melihat penguasaan siswa yang masih rendah terhadap penguasaan IPA di MTs 2 Kediri khususnya pokok bahasan sistem ekskresi pada manusia, maka dalam penelitian ini peneliti ingin melatihkan keterampilan berpikir kritis pada siswa. Dengan kemampuan berpikir kritis mereka dapat membuat solusi untuk mengatasi permasalahan melalui observasi dan tidak hanya sekedar diberi tahu. Setiap siswa secara aktif mengkonstruk konsep melalui tahapan-tahapan mengamati, menjelaskan, dan menyimpulkan dalam suatu permasalahan yang diamati. Hal ini sesuai dengan pendekatan scientific yaitu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah), mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep yang dikemukakan. Atas dasar itu maka akan dilakukan suatu penelitian 105

tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA pada Materi Sistem Ekskresi dengan Pendekatan Scientific untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penelitian pengembangan karena mengembangkan sejumlah perangkat pembelajaran. Adapun model pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran pada mata pelajaran IPA (Biologi) adalah model pengembangan Dick & Carey. Subyek penelitian yaitu siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Kediri pada 34 siswa kelas VIII D semester genap tahun ajaran 2014-2015 semester genap tanggal 11 Juni 2015 hingga 12 Juni 2015. Implementasi pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran dengan pendekatan scientific dilakukan dengan menggunakan one group pretes-postes design: O 1 X O 2 Keterangan: O 1 :Uji awal (pretest), untuk mengetahui penguasaan awal siswa terhadap pengetahuan tentang materi sebelum diberikan perlakuan. X : Perlakuan yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan scientific. O2 :Uji akhir (posttest), untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang materi. dan angket sedangkan instrumen yang digunakan yaitu: lembar kelayakan perangkat pembelajaran, keterlaksanaan pembelajaran, lembar penilaian keterampilan berpikir kritis, lembar penilaian hasil belajar, dan lembar angket respon siswa. Berdasarkan data belajar siswa maka dicari persentase ketuntasan hasil belajar dan ketercapaian tujuan pembelajaran. Siswa dikatakan tuntas belajar dengan KKM 75. Kualitas peningkatan tiap siswa dihitung dengan rumus N-gain (Normalisasi Gain) kemudian dikategorikan pada tingkatan tinggi, sedang, dan rendah. Respon siswa dibagi menjadi beberapa kategori yaitu ya dan tidak kemudian dari data tersebut dihitung persentase tiap aspek respon siswa. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil dari tes hasil belajar mengalami peningkatan pada posttest dan diperoleh rata-rata N-Gain sebesar 0,75. hasil belajar siswa sebelum diterapkan pembelajaran IPA pendekatan scientific, ketuntasan individual siswa tidak mencapai 75%, sedangkan ketuntasan klasikal sebesar 0%. Setelah dilakukan pembelajaran IPA pendekatan scientific, rata-rata ketuntasan klasikal sebesar 85,29%. Hasil kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan pada saat pelaksanaan posttest. Peningkatan tersebut dapat diukur menggunakan N-Gain dengan rata-rata sebesar 0,615. Secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode validasi, observasi, tes 106

Tabel 1 Keterampilan Berpikir Kritis Siswa No. Urut Nilai Ketuntasan Individual N(g) Siswa Pretest Posttest Pretest Posttest 1 43 92 0,86 TT T 2 45 87 0,76 TT T 3 77 92 0,65 TT T 4 22 77 0,71 TT T 5 40 78 0,63 TT T 6 85 92 0,47 TT T 7 50 85 0,70 TT T 8 13 53 0,46 TT TT 9 38 78 0,65 TT T 10 53 83 0,64 TT T 11 13 77 0,74 TT T 12 53 55 0,04 TT TT 13 28 88 0,83 TT T 14 45 95 0,91 TT T 15 40 48 0,13 TT TT 16 58 87 0,69 TT T 17 3 68 0,67 TT TT 18 55 77 0,49 TT T 19 2 77 0,77 TT T 20 40 77 0,62 TT T 21 45 87 0,76 TT T 22 28 75 0,65 TT T 23 37 47 0,16 TT TT 24 35 78 0,66 TT T 25 42 75 0,57 TT T 26 60 92 0,80 TT T 27 25 77 0,69 TT T 28 53 77 0,51 TT T 29 40 87 0,78 TT T 30 67 77 0,30 TT T 31 77 92 0,65 TT T 32 47 92 0,85 TT T 33 55 73 0,40 TT T 34 28 78 0,69 TT T Rata-rata 42,41176 78,61765 0,615 Berdasarkan Tabel 1diperoleh hasil bahwa untuk hasil belajar siswa dari tes kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diterapkan pembelajaran IPA pendekatan scientific, ketuntasan individual siswa tidak mencapai 75%, sedangkan ketuntasan klasikal sebesar 0%. Setelah dilakukan pembelajaran IPA pendekatan scientific, rata-rata ketuntasan klasikal pada soal berpikir kritis sebesar 85,29%. Respon siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran IPA dengan pendekatan scientific pada materi sistem ekskresi untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa diperoleh dengan menggunakan angket yang diisi oleh siswa setelah dilakukan tes akhir ( posttest). 107

Berdasarkan Tabel 4.21 dapat diketahui bahwa siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran IPA dengan pendekatan scientific pada materi sistem ekskresi untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa yang telah dilaksanakan dan siswa juga merasa tertarik terhadap perangkat pembelajaran IPA dengan pendekatan scientific yang telah dikembangkan. Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya. Wahab, J. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Perangkat pembelajaran IPA yang dikembangkan menggunakan pendekatan scientific dinyatakan valid dan praktis, namun kurang efektif untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi Sistem Ekskresi. Daftar Pustaka Abdullah, R. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arends, R. (2008). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ennis, R.H. (1995). Crtical Thinking. USA: Prentice-all, Inc. Filsaime, Dennis K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. 109 108