PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan suatu keunggulan kecerdasan manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan,

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN UNGGAH-UNGGUH BAHASA JAWA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 KALIWIRO KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

2016 PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA CIREBON DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi Kasus: TK Al-Hidayah 06 Candisari Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

AHMAD KHOIRUL ANWAR NIM A

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah memiliki fungsi dan peran utama dalam hal pengembangan

Kariman, Volume 02, No. 02, Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA INTERAKSI SISWA DAN GURU DALAM PEMBELAJARAN KAJIAN SOSIOLINGUISTIK DI MTS AL-HIKMAH PASIR DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang

SEMINAR KESUSASTERAAN MELAYU ANTAR BANGSA ( INDONESIA, BRUNEI DARUSSALAM, THAILAND DAN MALAYSIA ) 21 MEI 2001 DI LABORATORIUM PARIWISATA USU O L E H

2 Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dari makhluk-makhluk lain (Poerwadarminta, 2005: 106).

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

CERMINAN NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM VARIASI TINDAK TUTUR BAHASA JAWA DIALEK BANYUMAS

Pengertian Universal dalam Bahasa

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa adalah suatu alat yang dipakai oleh manusia untuk berkomunikasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

ANALISIS VARIASI PENGGUNAAN BAHASA CAPTION DI INSTAGRAM SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. ini dapat terlaksana dengan bahasa sebagai media perantaranya. Bahasa dalam hal ini

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

Penting Tidaknya Bahasa Indonesia

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi yang. mark having understood meanings.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam percakapan sehari-hari di sekolah, siswa lebih banyak menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wujud pengembangan bahasa salah satunya yaitu mampu berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

Transkripsi:

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan Program Studi Sastra Indonesia (S1) dan mencapai gelar Sarjana Sastra Oleh Teti Kartinawati NIM 010110201031 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2006

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSEMBAHAN... ii HALAMAN MOTTO... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN PENGESAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Ruang Lingkup dan Permasalahan... 13 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 14 1.3.1 Tujuan Penelitian... 14 1.3.2 Manfaat Penelitian... 15 1.4 Metode Penelitian... 16 1.4.1 Metode dan Teknik Penyediaan Data... 16 1.4.2 Metode dan Teknik Analisis Data... 17 1.4.3 Metode dan Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data... 21 1.5 Data dan Sumber Data... 21 1.5.1 Data... 21 1.5.2 Sumber Data... 22 1.6 Populasi dan Sampel Penelitian... 22 1.6.1 Populasi... 22 1.6.2 Sampel Penelitian... 22 viii

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI... 24 2.1 Tinjauan Pustaka... 24 2.2 Landasan Teori... 25 2.2.1 Pengertian Semantik... 25 2.2.2 Komponen Makna... 28 2.2.3 Analisis Bahasa... 30 a. Kata... 30 1. Kata Benda (Nomina)... 31 2. Kata Kerja (Verba)... 31 3. Kata Sifat (Adjektiva)... 32 b. Frase... 33 2.2.4 Ungkapan... 34 2.2.5 Istilah... 34 2.2.6 Fenomena Sopan-santun Berbahasa... 35 a. Tabu... 38 b. Eufimisme... 39 2.2.7 Kewajaran Penggunaan Bahasa... 40 2.2.8 Komunikasi Massa... 41 BAB III. PEMBAHASAN... 44 3.1 Deskripsi Makna dan Maksud yang Melanggar Kesopansantunan Berbahasa pada Tataran Kata... 44 3.1.1 Deskripsi Makna dan Maksud yang Melanggar Kesopansantunan Berbahasa pada Tataran Kata Benda (Nomina).. 45 3.1.2 Deskripsi Makna dan Maksud ix

yang Melanggar Kesopansantunan Berbahasa pada Tataran Kata Kerja (Verba)... 47 3.1.3 Deskripsi Makna dan Maksud yang Melanggar Kesopansantunan Berbahasa pada Tataran Kata Sifat (Adjektiva)... 55 3.2 Deskripsi Makna dan Maksud yang Melanggar Kesopan-santunan Berbahasa pada Tataran Frase... 60 3.3 Deskripsi Makna dan Maksud yang Melanggar Kesopan-santunan Berbahasa pada Tataran Ungkapan... 62 3.4 Deskripsi Makna dan Maksud yang Merupakan Bentuk Eufimisme... 68 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN... 78 4.1 Kesimpulan... 78 4.2 Saran... 80 DAFTAR PUSTAKA... 81 LAMPIRAN... 84 x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu bentuk, baik bunyi, tulisan maupun strukturnya, dan aspek makna, baik leksikal, fungsional dan struktural. Apabila dilihat bahasa itu dalam bentuk dan maknanya akan terlihat perbedaan-perbedaan kecil dan besar antara pengungkapannya yang satu dengan pengungkapan yang lain (Nababan, 1984: 13). Aspek bentuk yang dimiliki oleh bahasa membuat bahasa memiliki ciri-ciri yang disebut sebagai hakekat bahasa. Ilmu yang mempelajari hakekat dan ciri-ciri bahasa ini disebut ilmu linguistik (Nababan, 1984: 1). Ohoiwutun (1997: 3) menjelaskan bahwa kajian linguistik meliputi fonologi, morfologi dan sintaksis. Fonologi mempelajari dan mengidentifikasi bunyi suatu bahasa. Morfologi berkenaan dengan unit-unit bahasa yang bermakna yang disebut morfem. Sintaksis merujuk pada hubungan antarunsur-unsur kata dalam kalimat. Aspek makna pada bahasa memfokuskan tentang makna yang terkandung dalam unsur-unsur bahasa. Kajian yang membahas tentang makna dari unsur-unsur bahasa ini adalah kajian semantik. Chaer (1995: 2-3) menjelaskan bahwa semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa dan cakupan semantik hanyalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Berkaitan dengan pemahaman tentang semantik ini, Hayakawa (dalam Chaer, 1995: 16-17) menjelaskan bahwa untuk menemukan arti sebuah kata bukanlah dengan membuka kamus, sebab arti atau definisi di dalam kamus sifatnya sirkumlokasi. Yang benar adalah kita harus mengamati bagaimana kata itu

2 digunakan dalam berbagai teks, misalnya, sebuah benda yang disebut kursi tidak sama dengan benda lain yang disebut kursi juga. Contoh lain yaitu pada penyebutan rumah, tidak sama dengan benda lain yang disebut rumah. Dengan kata lain, yang disebut kata adalah simbol belaka dari benda-benda dalam dunia nyata. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki hasrat untuk menjalin komunikasi dengan sesamanya dalam suatu kelompok sosial kemasyarakatan yang lebih luas dengan menggunakan bahasa sebagai media penyampaian. Bahasa yang berkembang dalam kelompok masyarakat berhubungan erat dengan kebudayaan yang dimiliki. Nababan (1984: 49) menjelaskan bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh manusia merupakan sistem aturan-aturan komunikasi dan interaksi yang memungkinkan suatu masyarakat terjadi, terpelihara dan terlestarikan. Bahasa yang di dalamnya mengandung nilai-nilai masyarakat ini digunakan sebagai transfer budaya dari generasi ke generasi. Hubungan antara bahasa, masyarakat, dan kebudayaan dikaji dalam sosiolinguistik. Istilah sosiolinguistik terdiri atas dua unsur yaitu sosio- dan linguistik. Unsur yang pertama, linguistik, memiliki arti ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa, khususnya unsur-unsur bahasa (fonem, morfem, kata, kalimat) dan hubungan antara unsur-unsur itu (struktur), termasuk hakekat dan pembentukan unsur-unsur itu. Unsur sosio- memiliki arti yang seakar dengan sosial, yaitu berhubungan dengan masyarakat, kelompokkelompok masyarakat dan fungsi-fungsi kemasyarakatan. Jadi, sosiolinguistik ialah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat. Dapat juga dikatakan bahwa sosiolinguistik

3 mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan atau sosial (Nababan, 1984: 2). Interaksi antarmanusia dalam kelompok sosial masyarakat tidak terlepas dari tindak laku berbahasa. Sistem tindak laku berbahasa ini disebut tata cara berbahasa (linguistic etiquette) (Nababan, 1984: 53). Tindak laku berbahasa dalam kelompok masyarakat memiliki aturan kebahasaan yang dianut bersama. Kesatuan masyarakat karena menganut norma-norma linguistik yang sama ini disebut komunitas bahasa (Ohoiwutun, 1997: 38). Bloommfield (dalam Ohoiwutun, 1997: 37) menjelaskan bahwa komunitas bahasa atau masyarakat tutur (Speech Community) dibentuk oleh kumpulan orang yang secara bersama-sama memiliki aturan-aturan bahasa (linguistic rules) yang sama. Masyarakat tutur yang terbentuk mempunyai ciri perilaku dan kebiasaan yang berbeda dengan masyarakat tutur lainnya. Kebiasaan yang berbeda ini sebagai penegas ciri identitas dalam berkomunikasi. Aturan-aturan kebahasaan tersebut diterima dan digunakan oleh masyarakat penuturnya. Tiap-tiap masyarakat tutur memiliki tindak laku atau tata cara berbahasa yang berbeda-beda. Tindak laku berbahasa atau tata cara berbahasa ini berkaitan dengan kesopan-santunan berbahasa. Geertz (dalam Ohoiwutun, 1997: 88) menyebut kesopan-santunan berbahasa ini dengan kesopanan berbahasa, unda-usuk, atau etiket berbahasa. Ohoiwutun (1997: 88) menjelaskan bahwa kesopan-santunan berbahasa dilakukan oleh seseorang karena terdorong oleh sikap hormat kepada orang yang disapa, seperti lazim dijumpai hampir semua bahasa manusia. Sistem kesopan-santunan berbahasa tampak sangat jelas pada

4 masyarakat tutur bahasa Jawa. Pada masyarakat tutur bahasa Jawa, penerapan sopan-santun berbahasa mengandung makna yang lebih dalam (Ohoiwutun, 1997: 87). Hal ini karena masyarakat Jawa memiliki struktur sosial kemasyarakatan. Kuntjaraningrat (1984: 279) membagi struktur masyarakat Jawa atas empat tingkatan sosial, yaitu: 1) wong cilik, 2) wong saudagar, 3) priyayi dan 4) ndara. Dalam bahasa Jawa, sopan-santun berbahasa lebih banyak didorong oleh tuntutan penyesuaian berbahasa sebagai akibat dari struktur masyarakat priyayi, masyarakat pedesaan, masyarakat terpelajar, dan sebagainya (Ohoiwutun, 1997, 88). Adanya struktur sosial dalam masyarakat Jawa ini menyebabkan tindak laku atau tata cara berbahasanya disesuaikan dengan tingkatan dalam struktur masyarakatnya. Ohoiwutun (1997: 88) menyebut penerapan tindak laku atau tata cara berbahasa yang sesuai dengan tingkatan struktur sosial pada masyarakat Jawa ini disebut dengan tingkatan bahasa Jawa. Penerapan tingkatan bahasa Jawa ini menurut Nababan yang merujuk pada Geertz (dalam Ohoiwutun, 1997: 87) mengemukakan bahwa tentang kesopan-santunan berbahasa pada masyarakat tutur bahasa Jawa, perbedaan tingkat sosial antara pembicara dengan pendengar diwujudkan dalam seleksi kata dan sistem morfologi kata-kata tertentu, misalnya pemakaian kata nedo dan kata dhahar (=makan), memilih kata omah dan griyo (=rumah), menyebut pendengar kowe, sampeyan atau pandjenengan, menunjukkan perbedaan sikap atau kedudukan sosial antara pembicara, pendengar, dan orang yang dibicarakan. Tingkat tutur bahasa Jawa yang dipakai masyarakat Jawa tidak terlepas dari status sosial ini. Pemakaian bahasa antara wong cilik dengan wong saudagar misalnya, wong saudagar cenderung memakai bahasa yang lebih tinggi karena saudagar mempunyai

5 status yang lebih tinggi dari pada wong cilik, sedangkan wong cilik akan menggunakan bahasa yang lebih rendah karena wong cilik mempunyai status yang lebih rendah. Dalam situasi yang bersifat formal, tingkat tutur yang digunakan adalah tingkat tutur dalam konteks ragam resmi sedangkan dalam situasi non formal dapat dipakai tingkat tutur dalam konteks ragam santai. Kedudukan bahasa Jawa saat ini sebagai bahasa ibu masyarakat Jawa terlihat masih kokoh, karena merupakan penutur terbesar yaitu sekitar 60 juta orang di samping bahasabahasa derah lainnya. Daerah pemakaian bahasa Jawa menempati peringkat tertinggi sebagai bahasa ibu dibandingkan dengan bahasa daerah lain, seperti bahasa Madura, Batak, Bali, dan Sunda. Bahasa Jawa tidak hanya dipakai di daerah pulau Jawa, tetapi pemakainnya sudah sampai di luar pulau Jawa, terutama di daerah-daerah transmigrasi seperti pulau Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, Irian Jaya, Maluku, dan pulau-pulau lainnya. Bahasa Jawa sendiri adalah bahasa ibu bagi masyarakat Jawa yang tinggal terutama di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur (Poedjosoedarmo, 1979: 1). Pembagian tingkatan bahasa Jawa ini menurut Poedjosoedarmo (1979: 13) dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu; muda krama, kramantara, wreda krama, madya krama, mudyantara, madyangoko, basa antya, antya basa, ngoko lugu, sedangkan Sudaryanto (1991: 4) mengemukakan pendapatnya bahwa secara umum bahasa Jawa memiliki tingkat tutur yang cukup canggih dan rapi, yang meliputi ngoko lugu, ngoko andhap antya basa, ngoko andhap basa antya, wreda krama, muda krama, kramantara, madya ngoko, madya krama, madyantara, dan krama inggil. Pembagian masing-masing tingkat tutur tersebut sebetulnya merupakan pembagian kasar dari bentuk induknya

6 yaitu bentuk krama, madya, dan ngoko yang dibagi ke dalam subtingkat yang lebih kompleks. Hal ini disebabkan oleh masingmasing bentuk tersebut ada yang dianggap halus dan kasar. Dalam perkembangannya, oleh kebanyakan orang tingkat tutur bahasa Jawa dibagi menjadi dua bagian yaitu tingkat tutur ngoko dan basa (Poedjosoedarmo, 1979: 9). Sudaryanto (1991: 5) juga menyatakan hal yang sama dengan pendapat Poedjosoedarmo yaitu, bahwa yang dipakai hanyalah dua tingkat tutur yang masing-masing tingkat dibedakan atas dipakai tidaknya kosa kata yang berkadar pakai halus, yaitu tingkat tutur ngoko dan krama. Pemakaian tingkat tutur bahasa Jawa ini berbeda antara masyarakat tutur bahasa Jawa daerah yang satu dengan daerah yang lain. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan kondisi geografis dan karakter masing-masing daerah. Adanya perbedaan ini akan melahirkan berbagai macam dialek bahasa Jawa. Menurut Parera (1993: 33) dialek adalah variasi-variasi dari sebuah bahasa standar yang bercirikan daerah atau variasi bahasa yang bersifat regional, sehingga masing-masing dialek membawa ciri-ciri atau karakteristik masing-masing daerahnya, yang berbeda antara masyarakat tutur yang satu dengan lainnya. Terdapat beberapa dialek bahasa Jawa yang terjadi karena perbedaan letak dan kondisi geografis masing-masing daerah ini, di antaranya adalah hadirnya Bahasa Jawa Dialek Surabaya. Berdasarkan pengklasifikasian bahasa Jawa, Bahasa Jawa Dialek Surabaya (selanjutnya disebut BJDS) termasuk ke dalam klasifikasi bahasa Jawa Bagian Timur, bersama dengan dialek Madiun, dialek Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro), dialek Malang, dialek Tengger, dialek Banyuwangi (atau disebut bahasa Osing). Dialekdialek tersebut sering disebut bahasa Jawa Timuran (Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia).