Perbedaan Aktivitas Ovarium Sapi Bali Kanan dan Kiri serta Morfologi Oosit yang Dikoleksi Menggunakan Metode Slicing

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN A.

Z. Udin, Jaswandi, dan M. Hiliyati Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang ABSTRAK

Jurnal Kajian Veteriner Volume 3 Nomor 1 : ISSN:

SUPLEMENTASI FETAL BOVINE SERUM (FBS) TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO SEL FOLIKEL KAMBING PE

I. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO

(In Vitro Quality of Filial Ongole Bovine Oocytes Collected from Ovary after Transported in Different Transportation Period) ABSTRAK

Pengaruh Waktu dan Suhu Media Penyimpanan Terhadap Kualitas Oosit Hasil Koleksi Ovarium Sapi Betina Yang Dipotong Di TPH

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

Perlakuan Superovulasi Sebelum Pemotongan Ternak (Treatment Superovulation Before Animal Sloughter)

PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH FOLIKEL PER OVARI TERHADAP KUALITAS OOSIT KAMBING LOKAL

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

Folikulogenesis dan ovum ternak

TINGKAT PEMATANGAN OOSIT KAMBING YANG DIKULTUR SECARA IN VITRO SELAMA 26 JAM ABSTRAK

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

PENGARUH UMUR TERHADAP BOBOT DAN DIAMETER OVARIUM SERTA KUALITAS OOSIT PADA DOMBA LOKAL

Penggunaan Pregnant Mare's Serum Gonadotropin (PMSG) dalam Pematangan In Vitro Oosit Sapi

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini berupa ovarium domba lokal umur <1 tahun 3 tahun

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Akurasi Diagnosa Ultrasonografi Transrektum untuk Pemeriksaan Struktur Ovaria Sapi

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi Bali (Bos sondaicus, Bos javanicus, Bos/Bibos banteng) merupakan plasma

Kelahiran Anak Sapi Hasil Fertilisasi secara in Vitro dengan Sperma Hasil Pemisahan

PEMANFAATAN SEL KUMULUS PADA MEDIUM KULTUR IN VITRO EMBRIO MENCIT TAHAP SATU SEL

KUALITAS OOSIT DARI OVARIUM SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) PADA FASE FOLIKULER DAN LUTEAL

PENGARUH PREGNANT MARE SERUM GONADOTROPIN (PMSG) PADA MATURASI DAN FERTILISASI IN VITRO OOSIT KAMBING LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium. Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap bobot ovarium domba

Korelasi antara Oosit Domba yang Dikoleksi dari Rumah Pemotongan Hewan dengan Tingkat Fertilitasnya setelah Fertilisasi in vitro

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Superovulasi Koleksi Sel Telur

Implikasi Pengetahuan Ayat Tentang Pemotongan Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Terhadap Sapi Bali

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

Lampiran 1. Jumlah Zigot yang Membelah >2 Sel pada Hari Kedua

PENGARUH WAKTU PRESERVASI OVARIUM TERHADAP DIAMETER FOLIKEL DAN OOSIT DOMBA LOKAL

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

TINGKAT FERTILISASI OOSIT DOMBA DARI OVARIUM YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN WAKTU YANG BERBEDA SECARA IN VITRO

Efektivitas Manipulasi Berbagai Ko-Kultur Sel pada Sistem Inkubasi CO 2 5% untuk Meningkatkan Produksi Embrio Sapi Secara In Vitro

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Teknologi reproduksi manusia telah berkembang. sangat pesat pada beberapa dekade terakhir ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. (a) Luar kandang, (b) Dalam kandang

Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2: ISSN : Agustus 2012

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat...

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

Anatomi/organ reproduksi wanita

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERFORMANS SAPI BALI INDUK SEBAGAI PENYEDIA BIBIT/BAKALAN DI WILAYAH BREEDING STOCK BPTU SAPI BALI

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

PENGARUH MEDIA IVM DAN IVC PADA PERKEMBANGAN EMBRIO SAPI SECARA IN VITRO

DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPI DENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO. DOSEN PENGAMPU Drh.

Hubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi

Pengaruh Serum Domba dan Serum Domba Estrus terhadap Tingkat Maturasi dan Fertilisasi Oosit Domba In Vitro

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

PENGARUH PENYUNTIKAN PROSTAGLANDIN TERHADAP PERSENTASE BIRAHI DAN ANGKA KEBUNTINGAN SAPI BALI DAN PO DI KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR PUSTAKA. Bearden, J and J. W Fuquay, Applied Animal Reproduction Fourth Edition. Prentice Hall, Inc. USA

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

Tingkat Pematangan Inti Oosit Domba dari Ovarium dengan Status Reproduksi dan Medium Maturasi yang Berbeda

Salmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

Kompetensi Perkembangan Oosit Kambing Kacang dengan Diameter Berbeda pada Medium yang Disuplementasi Cairan Folikel

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

Pembuatan Preparat Utuh (whole mounts) Embrio Ayam

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. domestik dari banteng ( Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik. Sapi asli

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Volume 14, Nomor 4, Oktober 2006 Artikel Penelitian:

II. METODE PENELITIAN

Animal Agriculture Journal 3(2): , Juli 2014 On Line at :

HUBUNGAN JUMLAH FOLIKEL PER OVARI DENGAN KUALITAS OOSIT DAN LAMA HARI TERBENTUKNYA BLASTOSIT FERTILISASI IN VITRO PADA SAPI FRIES HOLLAND

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

KONTRAK PERKULIAHAN FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI REPRODUKSI HEWAN

MATERI DAN METODE. Materi

PEMATANGAN OOSIT DOMBA SECARA IN VITRO DALAM BERBAGAI JENIS SERUM IN VITRO MATURATION OF OVINE OOCYTE IN VARIOUS SERUM

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT SAPI BETINA MUDA (JUVENILE)

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

Viabilitas Demi Embrio Sapi In Vitro Hasil Splitting Embrio Segar dan Beku

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

Transkripsi:

Perbedaan Aktivitas Ovarium Sapi Bali Kanan dan Kiri serta Morfologi Oosit yang Dikoleksi Menggunakan Metode Slicing IMAM SOBARI 1), I G.N. B. TRILAKSANA 2), I KETUT SUATHA 1) 1) Lab Anatomi, 2) Lab Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Jl.P.B.Sudirman Denpasar Bali tlp. 0361-223791 ABSTRAK Sapi bali (Bos banteng) adalah jenis sapi keturunan banteng dan merupakan plasma nutfah ternak asli yang terdapat di Indonesia. Ovarium, merupakan bagian organ kelamin betina yang utama, bentuk dan ukuran ovarium, berbeda-beda setiap spesies, umur, dan status reproduksinya. Pada sapi ovarium berbentuk oval dan bervariasi dalam ukuran menurut struktur yang berada di dalamnya. Untuk itu diperlukan usaha untuk mengetahui aktivitas ovarium sapi bali kanan dan kiri serta morfologi oosit yang dikoleksi dengan metode slicing. Penelitian dilakukan dengan membandingkan aktivitas ovarium kanan dan kiri dalam hal panjang, lebar, jumlah korpus luteum, ukuran korpus luteum, jumlah folikel, dan jumlah oosit dari ovarium tersebut serta morfologi oosit sapi bali yang dikoleksi menggunakan metode slicing. Sampel yang digunakan berjumlah 18 pasang ovarium kanan dan kiri dari sapi bali yang telah dipotong di RPH Pesanggaran. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji chi-square dan dilanjutkan dengan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan aktivitas antara ovarium kanan dan ovarium kiri, tetapi pengujian secara statistika dengan uji wilcoxon tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Pada hasil koleksi diperoleh oosit dengan morfologi yang memenuhi seluruh kriteria (A, B, C,dan D). 1

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nampak terjadi perbedaan aktivitas antara ovarium kanan dengan ovarium kiri, namun secara statistik tidak memberikan perbedaan yang nyata. Dengan metode slicing diperoleh oosit dengan morfologi yang memenuhi kriteria morfologi A sampai D. Kata Kunci: Sapi, Oosit, Slicing PENDAHULUAN Sapi bali (Bos banteng) adalah jenis sapi keturunan banteng yang sudah didomestikasi (Payne, 1970) dan merupakan plasma nutfah ternak asli yang terdapat di Indonesia. Menurut Yasin dan Dilaga (1993) ternak asli Indonesia ini mempunyai genetik dan nilai ekonomi yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai ternak potong. Dalam perkembangan sapi bali di Indonesia, pulau Bali merupakan sumber sapi bali murni, dan dari sini disebarkan, antara lain ke Sulawesi, NTB, NTT, Kalimantan, Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Tetapi sejak munculnya penyakit jembrana tahun 1964 sampai tahun 2006 Bali tidak mengeluarkan sapi bibit (Purwanti dan Harry, 2006). Adanya kebijakan menggalakkan penyebaran sapi bali melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi peternakan, maka diperlukan bibit sapi bali yang berkualitas baik dengan jumlah yang banyak. Untuk memenuhi kebutuhan sapi bibit ini, maka dengan berpegang pada UU Peternakan no. 06 tahun 1968 Pemerintah menetapkan pulau Bali sebagai sumber bibit sapi bali murni, dan untuk melestarikan kemurnian sapi bali maka tidak diperkenankan memasukkan bangsa sapi lain ke pulau Bali (Purwanti dan Harry, 2006). Dewasa ini peningkatan produksi sapi bali dapat dipercepat dengan penerapan berbagai teknologi di bidang peternakan yang telah berkembang pesat, mulai dari teknologi pakan hingga reproduksi. Terkait masalah reproduksi salah satu dari perkembangan teknologi dalam reproduksi hewan ternak adalah fertilisasi in vitro (FIV). Fertilisasi in vitro adalah teknik pembuahan sel telur 2

(ovum) di luar tubuh induk. Teknik tersebut telah dibuktikan keberhasilannya lebih dari 28 tahun yang lalu, yaitu dengan kelahiran pedet jantan hasil fertilisasi in vitro (Brackett et al., 1982). Sejak itu penerapannya diperluas pada hewan domestik lainnya antara lain : domba (Cheng et al., 1986; Mattioli et al., 1989) dan pada kambing (De Smedt et al., 1992). Saat ini penelitian pada sapi bali masih kurang terutama dalam bidang teknologi reproduksi. Aplikasi teknologi reproduksi dapat meningkatkan mutu genetik (Vivanco-Mackie, 2001), dan memungkinkan hewan dengan mutu genetik tinggi untuk memproduksi anak lebih dari kapasitasnya (Baldassarre dan Karatzas, 2004). Peningkatan mutu genetik hewan secara in vitro dapat memanfaatkan sel gamet yang dikoleksi dari hewan yang masih hidup maupun telah mati. Oosit yang dikoleksi dari ovarium yang memiliki aktivitas berbeda baik kanan maupun kiri memberikan jumlah serta morfologi oosit yang berbeda. Bentuk dan ukuran ovarium berbeda-beda setiap spesies hewan, pada sapi ovarium berbentuk oval dan bervariasi dalam ukuran, panjang dan lebar (Toelihere, 1979). Pada sapi bali ovarium kanan dan kiri mempunyai aktivitas yang sama atau peluang beraktivitas sama (Pemayun, 1986). Untuk itu diperlukan usaha guna mengetahui aktivitas antara ovarium kanan dengan kiri pada sapi bali serta morfologi oosit yang diperoleh dengan metode koleksi slicing ovarium. Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah ada perbedaan aktivitas antara ovarium kanan dengan kiri pada sapi bali serta bagaimana morfologi oosit yang diperoleh dengan metode koleksi slicing ovarium. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan aktivitas antara ovarium kanan dengan kiri pada sapi bali serta morfologi oosit yang diperoleh dengan metode koleksi slicing ovarium. 3

MATERI DAN METODE Materi 18 pasang ovarium kanan dan kiri ternak sapi bali yang dipotong di Rumah Potong Hewan Pesanggaran dengan umur 3-4 tahun. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan NaCl 0,9% dan laktat ringer. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah plastik pembungkus, silet, pena, kertas, jangka sorong, pipet pasteur, gelas objek, penggaris, pinset, api bunsen, spiritus, korek gas, cawan petri, mikroskop stereo dan mikroskop cahaya. Prosedur Penelitian Ovarium dipisahkan dari organ reproduksi yang diambil dari sapi bali yang baru dipotong di RPH pesanggaran, kemudian dibersihkan dari lemak yang menempel. Selanjutnya ovarium sapi bali disimpan dalam plastik pembungkus yang diberi label dan telah berisi NaCl fisiologis 0,9%. Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan pengamatan terhadap ovarium tersebut, apakah terdapat tumor, kista atau abnormalitas lain yang terdapat pada ovarium tersebut, kemudian melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong terhadap panjang dan lebar ovarium, diameter korpus luteum dan menghitung jumlah folikel ovarium. Koleksi oosit dilakukan dengan slicing. Ovarium di slicing dalam cawan petri yang telah berisi laktat ringer. Perhitungan jumlah oosit dilakukan di bawah mikroskop stereo dengan pembesaran 20X, kemudian untuk pengambilan gambar dilakukan pemindahan oosit dengan menggunakan pipet mikro yang telah dimodifikasi dari cawan petri ke gelas objek atau kedalam cawan petri yang memiliki ukuran lebih kecil. Morfologi oosit sapi bali diklasifikasikan berdasarkan cumulus oocyte complex (COC) dan dikelompokkan sesuai kriteria A, B, C, dan D. Semua data yang telah diperoleh tentang perbedaan aktivitas antara ovarium kanan dan ovarium kiri pada sapi bali diuji dengan uji chi square dan dilanjutkan dengan uji wilcoxon sedangkan morfologi oosit sapi bali yang diperoleh dengan metode koleksi slicing disajikan secara kualitatif. 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang didapat dari perbedaan aktivitas, morfo-metrik ovarium kanan dan kiri pada sapi bali serta morfologi oosit yang dikoleksi menggunakan metode slicing adalah sebagai berikut : Tabel 1. Rerata (X±SD ) Ukuran Korpus Luteum, Jumlah Korpus Luteum, Jumlah Folikel, dan Jumlah Oosit pada Ovarium Kanan dan Kiri Sapi Bali. Parameter Ovarium Kanan Kiri X±SD X±SD Jumlah korpus luteum 0,89±0,323 0,94±0,236 Ukuran korpus luteum (mm) 6,83±3,111 7,00±2,401 Jumlah folikel 9,06±1,869 9,00±1,715 Jumlah oosit 6,78±1,555 7,89±1,451 Tabel 2. Analisa Statistik Aktivitas Ovarium Kanan dan Kiri pada Sapi Bali. Jumlah korpus luteum kanan dan jumlah korpus luteum kiri Ukuran korpus luteum kanan dan ukuran korpus luteum kiri Jumlah folikel kanan dan jumlah folikel kiri Jumlah oosit kanan dan jumlah oosit kiri Z -.577 -.029 -.269-2.305 Asymp. Sig. (2-tailed).564.977.788.021 Tabel 3. Rerata (X±SD) Ukuran (Panjang dan Lebar) Ovarium pada Sapi Bali. 5

Ovarium Parameter Kanan Kiri X±SD X±SD Panjang (cm) 2,261±0,4552 2,239±0,4692 Lebar (cm) 1,561±0,3292 1,489±0,3984 Tabel 4. Analisa Statistik Morfo-Metrik Ovarium Kanan dan Kiri pada Sapi Bali. Panjang ovarium kanan Lebar ovarium kanan dan dan panjang ovarium lebar ovarium kiri kiri Z -.261 -.688 Asymp. Sig. (2-tailed).794.492 Morfologi oosit sapi bali yang dikoleksi dengan metode slicing ovarium ditampilkan pada gambar 1 dan 2 sebagai berikut : 100µm Gambar 1. Morfologi Oosit Sapi Bali pada Ovarium Kanan 6

100µm Gambar 2. Morfologi Oosit Sapi Bali pada Ovarium Kiri Keterangan : A : B : C : D : Oosit tampak jelas, COC terang, transparan, dan ooplasma homogen. Oosit tampak jelas, COC agak gelap, ooplasma homogen Oosit tidak jelas, COC gelap, ooplasma tidak homogen Oosit tidak jelas, COC gelap, ooplasma tidak homogen Ovarium berbeda-beda menurut spesies, umur, dan status reproduksi struktur yang berada didalamnya (Hardjopranjoto, 1995). Pada ovarium berbentuk oval dan bervariasi dalam ukuran panjang dan lebar dan menurut struktur yang ada didalamnya (Toelihere, 1979). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai perbedaan aktivitas antara ovarium kanan dan kiri pada sapi bali untuk panjang ovarium kanan-kiri yaitu 2,261±0,4552 cm dan 2,239±0,4692 cm, lebar ovarium kanan-kiri yaitu 1,561±0,3292 cm dan 1,489±0,3984 cm, jumlah korpus kanan-kiri yaitu 0,89±0,323 dan 0,94±0,236, ukuran korpus luteum kanan-kiri yaitu 6,83±3,111 mm dan 7,00±2,401 mm, jumlah folikel kanan-kiri yaitu 9,06±1,869 dan 9,00±1,715,dan jumlah oosit kanan-kiri yaitu 6,78±1,555 dan 7,89±1,451. Penelitian menunjukkan adanya perbedaan aktivitas antara ovarium kiri dan ovarium kanan, tetapi pengujian secara statistik dengan uji wilcoxon tidak 7

17 menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Hal ini disebabkan karena inervasi saraf dan pembulu darah ke ovarium kanan dan kiri sama dan hal ini menunjukkan bahwa sapi bali lebih fertil dibandingkan dengan ternak sapi lainnya (Pemayun, 1986). Klasifikasi terhadap morfologi oosit berdasarkan warna dan bentuk. Klasifikasi oosit menurut warna yaitu : warna terang untuk kriteria A (baik), warna agak gelap untuk kriteria B (cukup baik), warna gelap untuk kriteria C dan D. Klasifikasi oosit menurut bentuk yaitu : kriteria A dan B memiliki bentuk bulat, penampilan cumulus oocyte complex dan sel granulosa yang utuh, kriteria C dan D bentuknya tidak begitu jelas dan penampilan cumulus oocyte complex dan sel granulosa tidak teratur (Blondin, 1995). Penggunaan slicing dapat memberikan hasil lebih banyak, jumlah oosit yang diambil dan jumlah blastosis yang dihasilkan dengan pengambilan oosit secara slicing memberikan hasil 2 kali lipat (Vajta et al., 1996). Peneliti menunjukkan bahwa slicing adalah metode yang paling baik untuk memproduksi sejumlah besar embrio. Mengingat waktunya yang lama, slicing memiliki kemungkinan untuk terkontaminasi sepanjang prosedur berlangsung (Hageman, 1999). Pada penelitian ini diperoleh oosit dengan morfologi yang memenuhi seluruh kriteria (A, B, C, dan D) menurut Blondin. Hal ini menunjukkan dengan metode slicing, oosit yang diperoleh dapat berasal dari seluruh tahapan folikulogenesis yaitu dari folikel primer sampai folikel tersier, sehingga jumlah oosit yang ditemukan akan lebih banyak dibandingkan dengan metode aspirasi. Perubahan yang terjadi pada oosit dapat disebabkan oleh faktor mekanik yaitu tekanan. Tekanan yang besar pada saat mengeluarkan cairan ovarium mempengaruhi kekompakan sel granulosa yang mengelilingi oosit juga mengurangi jumlah oosit yang terkoleksi (Hashimoto et al., 1999). Ketajaman silet juga merupakan salah satu pemicu terjadinya perubahan pada morfologi oosit, sebab apabila silet yang digunakan dalam hal ini tidak tajam, menyebabkan tekanan pada silet tersebut menjadi besar dan hasil irisan pun kurang maksimal 8

dan menyebabkan kerusakan pada sel granulosa yang mengelilingi oosit atau merusak oosit tersebut (Vajta et al., 1996). Pengujian Hipotesis H 0 : Tidak ada perbedaan aktivitas antara ovarium kanan dengan kiri pada sapi bali. H 1 : Ada perbedaan aktivitas antara ovarium kanan dengan kiri pada sapi bali. Penunjang : Ukuran ovarium, ukuran korpus luteum, jumlah korpus luteum, jumlah folikel, dan jumlah oosit tidak signifikan. Kesimpulan : H 0 diterima KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil bahwa nampak terjadi perbedaan aktivitas antara ovarium kanan dengan ovarium kiri, namun secara statistik tidak memberikan perbedaan yang nyata (p>0,05). Dengan metode slicing diperoleh oosit dengan morfologi yang memenuhi kriteria morfologi a sampai d. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kualitas embrio hasil fertilisasi in vitro (FIV) menggunakan oosit yang diperoleh dengan metode slicing. 9

DAFTAR PUSTAKA Baldassare H, Karatzas CN. 2004. Advanced Assisted Reproduction Technologies (Art) In Goats. Anim Reprod Sci 82-83: 255-266. Batan IW. 2006. Sapi Bali dan Penyakitnya. Universitas Udayana, Denpasar. Brackett BG, D Bousquet, ML Boice, WJ Donawick, JF Evans, MA Dressel. 1982. Normal Development Following In vitro Fertilization in the Cow. Biology of Reprodution 27:147-156. Blakely J, Bade DH. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi ke-empat. Terjemahan B. Srigandono. UGM-Press, Yogyakarta. Blondin P, Sirard MA. 1995. Oocyte and Follicular Morphology as Determining Characteristics for Developmental Competence in Bovine Oocytes. Mol Reprod Dev; 39:54 62. Cheng, WTK, RM MOOR, C Polge. 1986. In vitro Fertilization of Pig and Sheep Oocytes Matured In vivo and In vitro. Theriogenology 25:146. De Smedt VN, Crozet, M Ahmed-Ali, A Martino, Y Congnie. 1992. In vitro Maturation and Fertilization of Goat Oocyte. Theriogenology 37: 1049-1060. Dellman HD, Brown EM, 1987. Histologi Veteriner. Universitas Indonesia. Galli C, Crotti G, Notari C, Turini P, Duchi R, Lazzari G. 2001. Embryo Production by Ovum Pick Up from Live Donors, Theriogenology. Gordon IR. 2003. Laboratory Production of Cattle Embryos. CABI Publishing; Wallingford UK. Hageman LJ. 1999. Influence of the Dominan Follicle on the Oocytes from Subordinate Follicles. Theriogenology, 51: 449-459. Hardjopranjoto S, 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press, Surabaya. Hashimoto S, Takakura R, Kishi M, Sudo T, Minami N, Yamada M, 1999. Ultrasound-Guide Follicle Aspiration the Collection of Bovine Cumulus- Oocyte Complexes from Ovaries of Slaughtered or Live Cows, Theriogenology. Mantovani R. 1999. The Molecular Biology of the CCAAT-binding Factor NF-Y. Gene 239 (1) : 15-27. 10

Mattioli M, ML Bacci, G Galeati, E Seren. 1989. Developmental Competence of Pig Oocyte Matured and Fertilized In vitro. Theriogenology 31 : 1202. Partodihardjo s, 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta Payne WJA. 1970. Cattle Production in the Tropics. Tropical Agriculture Series, 1 Breeds and Breeding, Longman, 117-118. Pemayun T.G.O. 1986. Aktivitas Ovarium Sapi Bali yang Dipotong di Rumah Potong Hewan Pesanggaran Denpasar-Bali. Purwanti M, Harry. 2006. Upaya Pemulihan dan Pelestarian Sapi Bali di Provinsi Bali. Jurnal Penyuluhan Pertanian 1. 1. STPP. Bogor. Romans JR, Costello WJ, Carlson CW, Greaser ML, Jones KW. 1994. The Meat We Eat. Interstate publisher, inc., danville, illinois. Smith, M.C., 1986. Caprine Reproduction. In: Current Therapy in Theriogenology, Marrow, D.A. Ed. W.B. Saunders, Philadelphia, USA : 577-579. Toelihere, 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung. Vajta G, Booth PJ, Holm P, Greeve T, Callesen H. 1996. Successful Vitrification of Early Stage Bovine In vitro Produced Embryo With the Open Pull Straw Method (OPS). Cryoletter 18:191-195. Vivanco-Mackie HW. 2001. Embryo Transfer in Ovine and Caprine. In: Palma G. (ED), Biotechnology of Reproduction. Buenos Aires. Ediciones Inta. Wildan Y, 1990 Embryologi. Tarsito, Bandung. Yasin S, Dilaga SH. 1993. Peternakan Sapi Bali dan Permasalahnnya. Bumi Aksara. Jakarta. 11