Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu 2006 hingga 2010. Alasan dipilihnya industri manufaktur sebagai sampel dikarenakan penelitian terdahulu yang dilakukan Setiawan (2010) menyebutkan bahwa dari tahun 2000 hingga 2009, tingkat leverage perusahaan manufaktur di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Ozkan (2001) menyebutkan leverage yang tinggi dapat mengindikasikan adanya agresivitas pajak perusahaan. Pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive (judgement sampling) dengan tujuan mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria pengumpulan sample adalah (1) sampel merupakan perusahaan manufaktur, (2) sampel konsisten terdaftar di BEI sejak tahun 2006 hingga tahun 2010, (3) sampel adalah perusahaan yang mengalami keuntungan berturut-turut dari tahun 2006 hingga 2010, (4) sampel menggunakan mata uang rupiah, (5) sampel menyediakan data 31
32 yang digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan sampel secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Prosedur Pemilihan Sampel Keterangan Jumlah Perusahaan manufaktur 192 Perusahaan yang tidak konsisten listing di BEI (18) tahun 2006-2010 Mengalami kerugian pada kurun waktu tahun (112) 2006-2010 Menggunakan mata uang selain rupiah pada (23) laporan keuangan tahun 2006-2010 Jumlah 39 Suber : data sekunder yang diolah, 2012 Penelitian ini menggunakan data panel yang merupakan gabungan antara data time series dan cross section. Data time series terdiri dari data tahahunan selama 5 tahun, yaitu tahun 2006-2010. Berdasarkan metode purposive sampling jumlah data cross section terdiri dari 39 perusahaan. Sehingga panel data yang digunakan sejumlah 195 (39 x 5). 3.2 Pengukuran Variabel Penelitian 3.2.1 Pengukuran Variabel Agresivitas Pajak Untuk pengukuran agresivitas pajak digunakan metode pengukuran seperti yang digunakan oleh Chen dkk. (2010), yaitu effective tax rate (ETR) dan cash effective tax rate (CETR). ETR merupakan ukuran hasil berbasis pada laporan laba
33 rugi yang secara umum mengukur efektifitas dari strategi pengurangan pajak dan mengarahkan pada laba setelah pajak yang tinggi. ETR digunakan karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank dkk. 2009). Sedangkan CETR digunakan karena diharapkan dapat mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer. Cara ketiga yang digunakan untuk melihat agresivitas pajak perusahaan adalah melalui book tax difference. Menurut Desai dan Dharmapala (2006), book tax difference bisa timbul karena adanya aktivitas perencanaan pajak. Keterangan : ETRit : Effective Tax Rate perusahaan i pada periode ke t CETRit : Cash Effective Tax Rate perusahaan i pada periode ke t
34 Beban pajakit : total beban pajak perusahaan i pada periode ke t Pembayaran Pajakit : jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan i pada periode ke t Pendapatan sebelum pajakit : pendapatan sebelum kena pajak i pada periode ke t 3.2.2 Pengukuran Variabel Likuiditas Likuiditas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rasio lancar. Rasio lancar merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam jangka pendek dengan melihat aktiva lancar perusahaan terhadap utang lancarnya (utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). 3.2.3 Pengukuran Variabel Leverage Leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang jika suatu perusahaan dilikuidasi. Leverage dalam penelitian ini diukur dengan rasio total utang.
35 3.2.4 Pengukuran Variabel Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004). Proporsi dewan komisaris dilambangkan dengan variabel prop. Proporsi dewan komisaris independen dalam penelitian ini diukur dengan membagi jumlah dewan komisaris independen dengan total jumlah dewan komisaris (Lai, 2005). Semakin tiggi perwakilan dari outside director maka semakin tinggi independensi suatu dewan direksi. 3.2.4 Pengukuran Variabel Manajemen Laba Ukuran manajemen laba pada penelitian ini adalah menggunakan nilai discretionary accruals (DA). Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model, dengan alasan bahwa model modifikasi Jones merupakan model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba
36 dibandingkan model-model lainnya dan telah dipakai luas untuk menguji hipotesis mengenai manajemen laba (Indraswari, 2009). Model tersebut dituliskan sebagai berikut :... (5) Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi Ordinary Least Square (OLS) sebagai berikut : Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus : Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikit : Keterangan : DAit : Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t. NDAit : Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t. TAit : Total akrual perusahaan i pada periode ke
37 Nit t. : Laba bersih perusahaan i pada periode ke t. CFOit : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode t. Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1. Revt : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t. PPEt : Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t. Rect : Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t. e : error terms. 3.2.6 Variabel Kontrol Variabel kontrol digunakan untuk mengontrol hubungan kausalnya supaya menjadi lebih baik sehingga mendapatkan model empiris yang lengkap dan lebih baik. Penelitian ini menggunakan tiga variabel kontrol, yaitu ukuran perusahaan, tarif pajak yang digunakan dan proporsi saham publik. Ukuran perusahaan diproksikan dengan natural algoritma dari laba bersih. Dimana perusahaan besar memiliki kemampuan memperoleh laba bersih yang besar. Perusahaan besar pada
38 umumnya mendapatkan sorotan dari masyarakat luas, sehingga perusahaan tersebut akan lebih berhati-hati dan transparan dalam mengelola perusahaan. Hal ini akan meminimalkan kesempatan perusahaan untuk melakukan agresivitas pajak. Oleh karena itu, ukuran perusahaan diprediksi akan berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Ukuran perusahaan dilambangkan dengan variabel size. Tarif pajak dilambangkan dengan variabel tarif. Variabel ini merupakan variabel dummy, dimana bernilai 1 jika perusahaan telah menggunakan tarif pajak tetap. Sedangkan jika perusahaan menggunakan tarif pajak progresif akan bernilai 0. Diprediksi bahwa perusahaan yang telah menggunakan tarif pajak tetap, tingkat agresivitas pajaknya akan lebih rendah daripada ketika perusahaan masih menggunakan tarif pajak progresif. Hal ini disebabkan tarif pajak tetap lebih rendah dari pada tarif pajak progresif, sehingga beban pajak akan berkurang. Variabel kepemilikan saham publik merupakan variabel dummy. Perusahaan dengan jumlah saham publik lebih dari 40% bernilai 1, dan 0 jika sebaliknya. Berdasarkan pasal 17 ayat 2a UU
39 Nomor 36 tahun 2008, wajib pajak badan dalam negeri yang paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham diperdagangkan di BEI, akan mendapatkan potongan pajak sebesar 5% dari beban pajak yang sebenarnya. Potongan tarif pajak tersebut akan mengurangi beban pajak perusahaan sehingga agresivitas pajak perusahaan akan semakin kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mendapatkan potongan tarif pajak sebesar 5%. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Data mengenai perusahaan manufaktur, jumlah komisaris independen dan kepemilikan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini diambil dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) periode 2007 sampai 2010. Data keuangan perusahaan diperoleh dari website BEI yaitu www.idx.co.id. 3.4 Teknik Analisis 3.4.1 Statistik Diskriptif
40 Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai statistik atas variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yakni likuiditas, leverage, proporsi komisaris independen, manajemen laba, ETR, CETR, ukuran perusahaan, tarif pajak dan jumlah saham publik. Dengan statistik deskriptif dapat diketahui nilai rata-rata, minimun, maksimum, dan standar deviasi dari variabelvariabel yang diteliti. 3.4.2 Pengujian Asumsi Klasik Suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi ekonometrika yang melandasinya. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada agar dapat menentukan model analisis yang paling tepat digunakan. Untuk mendapatkan model regresi yang tidak bias dan efisien, maka dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi klasik dengan menggunakan bantuan software SPSS 20. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi memiliki distribusi data yang normal. Hal ini dilakukan mengingat bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
41 distribusi normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini akan melihat nilai skewness dan kurtosis dari tiap variabel penelitian. Apabila nilai skewness berada disekitar 0 dan kurtosis berada antara nilai 3 dan -3, maka distribusi variabel penelitian adalah normal. Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak terjadi korelasi di antara variabel-variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolonieritas di dalam model regresi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Variance Inflation Factor (VIF) dan melihat nilai tolerance. Jika nilai VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,10, maka antar variabel independen terjadi persoalan multikolinieritas. Model dinyatakan bebas dari persoalan multikolinieritas apabila nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 (Ghozali, 2006). Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
42 lainnya, sehingga terjadi kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan Durbin Watson Test (DW test). Angka-angka yang diperlukan dalam model DW-test tersebut adalah lower bound (dl), upper bound (du), 4 dl, dan 4 du. Jika nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan 4-du, maka koefisien aoutokorelasi = 0, sehingga tidak ada autokorelasi (Ghozali, 2006). Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dalam model regresi dalam penelitian ini dilakukan dengan Uji Glejser. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Hubungan signifikan terjadi apabila nilai α = 5%, sehingga model regresi dinyatakan bebas dari persoalan heteroskedastisitas apabila semua variable independent memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 5%.
43 3.4.3 Pemilihan Model Penelitian menggunakan regresi data panel yang terdiri dari tiga model, yaitu Ordinary Least Square (OLS), Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effects Model (REM). Untuk memilih model yang paling tepat, maka menggunakan dua uji formal yaitu restricted F test dan Hausman test. Restricted F test merupakan uji yang digunakan untuk melihat antara metode Ordinary Least Square dan Fixed Effect Model. Adapan rumus restricted F test adalah : Dimana : R 2 UR : R 2 untuk persamaan unrestricted (FEM) R 2 R m n k : R 2 untuk persamaan restricted (OLS) : jumlah restriction : jumlah pool data : jumlah variabel bebas Jika nilai restricted F test hasil pengujian lebih besar dari F tabel maka model yang akan digunakan adalah Fixed Effect Model, begitu juga sebaliknya. Hausman test digunakan untuk menguji antara model Fixed Effect Model dan Random Effects Model yang paling tepat digunakan. Jika hasil
44 Hausman test signifikan pada α = 5% maka metode yang digunakan dalam pengolahan panel data adalah FEM, jika tidak signifikan akan digunakan model REM. Pada penelitian ini, perhitungan Hausman test menggunakan bantuan software Limdep. 3.4.4 Pengujian Hipotesis Untuk menganalisis pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, maka digunakan analisis regresi. Analisis data pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Keterangan : APit : Agresivitas Pajak perusahaan i pada periode t yang dihitung dengan menggunakan model ETRit dan CETRit. KIit : Jumlah komisaris independen dibandingkan dengan jumlah anggota komisaris. Liqit : Likuiditas dari perusahaan i pada periode ke t. Levit : Leverage dari perusahaan i pada periode ke t. DAit : Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t.
45 Sizeit : Ukuran perusahaan i pada periode ke t. Tarifit : Dummy variable, bernilai 1 jika tahun pajak sebelum tahun 2009 dan 0 jika tahun pajak setelah tahun 2009. Sahamit : Dummy variabel, bernilai 1 jika saham publik lebih dari 40% dan 0 jika saham publik kurang dari 40%. a : konstanta eit : error terms Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan melakukan pengujian signifikansi dan pengujian dominasi variabel independen terhadap variabel dependen, dan dilakukan dengan cara uji statistik t (signifikansi parameter individual). Pengujian signifikansi (pengaruh nyata) dilakukan terhadap variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian signifikansi menggunakan level of significant 5%, sehingga apabila nilai signifikansi t lebih kecil dari 0,05, maka berarti variable dependen dan independen berhubungan secara signifikan (Ghozali, 2006).