Aris Efendi Universitas Negeri Malang. ABSTRAK Kata Kunci: Mobilitas Ulangalik, kerusakan lahan, produktivitas lahan, pendapatan

dokumen-dokumen yang mirip
Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas dan dampak yang ditimbulkan bencana terhadap manusia dan

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002,

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai. mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang dapat memperlambat lajunya pembangunan, walaupun

Universitas Gadjah Mada

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

I. PENDAHULUAN. bertempat tinggal. Mobilitas penduduk terjadi antara lain karena adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.1

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Sapikerep yaitu Gunung Bromo yang merupakan gunung terkenal di Jawa. Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang.

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA

KAJIAN MIGRAN ULANG-ALIK DI DESA ABAR-ABIR KECAMATAN BUNGAH KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Tanjung Bira terletak di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

ASPEK KEPENDUDUKAN IV

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

BAB I PENDAHULUAN. asing maupun domestik. Wisatawan biasanya datang untuk melihat panorama

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyatnya. Menurut Tjiptoherijanto (2000) mobilitas penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Tiongkok merupakan pasar wisatawan asing terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

Mobilitas Penduduk II

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

PENGARUH PROSES MOBILITAS PENDUDUK TERHADAP ASPEK EKONOMI

ANALISIS MIGRASI KE KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. langsungnya adalah bagi pemerintah, pengelola, dan masyarakat yang secara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

MIGRASI PENDUDUK MENUJU DAERAH PINGGIRAN KOTA BANDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Rambah dan waktu penelitiannya dilakukan pada bulan Juli

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah secara geografis berada pada koordinat ' 19" BT

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN MOBILITAS PENGEMIS DI KOTA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Migrasi dalam arti luas merupakan perpindahan penduduk secara

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

ASPEK KEPENDUDUKAN I. Tujuan Pembelajaran

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang

Transkripsi:

KARAKTERISTIK, KERUSAKAN FISIK DAN NON FISIK SERTA PENDAPATAN PELAKU MOBILITAS ULANG ALIK PASCA LETUSAN GUNUNG BROMO TAHUN 2010 DI DESA NGADISARI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO Aris Efendi Universitas Negeri Malang ABSTRAK Kata Kunci: Mobilitas Ulangalik, kerusakan lahan, produktivitas lahan, pendapatan Mobilitas Ulang alik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang secara ulang alik dalam satu hari, yaitu pergi pada pagi hari dan kembali sore hari atau dihari yang sama, dilakukan secara terus menerus setiap harinya. Kegiatan ini dilakukan oleh 50 orang masyarakat Desa Ngadisari, hal ini dilakukan sebagai upaya mengganti pemasukan yang berkurang dari sektor pertanian dan sektor pariwisata akibat letusan Gunung Bromo tahun 2010. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan beberapa hal yang berkaitan dengan (1) karakteristik pelaku ulang alik setelah letusan Gunung Bromo (2) kerusakan fisik dan non fisik yang dialami pelaku ulang alik setelah letusan Gunung Bromo dan (3) pendapatan pelaku ulang alik setelah letusan Gunung Bromo. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif. Data penelitian berupa data dalam bentuk angka yang diperoleh dari masyarakat pelaku ulang alik. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan angket. Kegiatan penyajian data dimulai dari tahap identifikasi, klasifikasi dan menganalisis data menggunakan tabulasi tunggal dan silang. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tiga simpulan hasil penelitian sebagai berikut. (1) Karakteristik pelaku mobilitas Ulangalik umumnya adalah ber jenis kelamin laki-laki, usia adalah 34-40 tahun, dan tingkat pendidikan adalah SMP, (2) Kerusakan yang dialami pelaku mobilitas ulang alik yaitu kerusakan fisik berupa kerusakan lahan sebesar 72%, penurunan produktivitas lahan sebesar 82%, penurunan kunjungan wisatawan sebesar 60%, kerusakan non fisik berupa penurunan jam kerja pertanian dan pariwisata sebesar 68%, (3) Penurunan pendapatan pelaku mobilitas ulang alik sebesar 75%. Desa Ngadisari merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Sukapura abupaten Probolinggo, penduduknya beraktivitas di bidang pertanian dan pariwisata. Sebagaimana judul penelitian ini yang berkaitan dengan masalah mobilitas ulang alik yang diakibatkan bencana letusan Gunung Bromo yang kemudian menghilangkan pendapatan para pelaku mobilitas Ulang alik dari sektor pertanian dan pariwisata. Hal ini telah mendorong mereka untuk mencari pekerjaan di luar desanya dalam rangka mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga yang ditanggung. Keputusan untuk melakukan ulang alik sebagai upaya mencari pemasukan yang hilang dari sektor pertanian dan pariwisata akibat letusan Gunung Bromo. Pengaruh ekonomi yang bersumber pada kerusakan atau kehilangan sumber mata pencaharian tersebut merupakan salah satu pendorong untuk berpindah dengan menetap sementara untuk bekerja di tempat lain atau melakukan aktivitas yang disebut sebagai migrasi harian atau ulang alik. Budijanto (1988) menyatakan bahwa sempitnya kesempatan kerja di daerah pedesaaan baik di sektor pertanian maupun di luar sektor pertanian dapat mendorong penduduk mencari pekerjaan di luar desanya. Kemudian, Simanjuntak (1990) menyatakan bahwa seseorang akan pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar. Hal ini juga dipertegas oleh Mantra (1988) yang

mengemukakan bahwa pokok tekanan yang berat di daerah asal (pedesaan) merupakan alasan utama penduduk melakukan mobilitas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang: 1. Karakteristik pelaku ulang alik setelah letusan Gunung Bromo. 2. Kerusakan fisik dan non fisik yang dialami pelaku ulang alik setelah letusan Gunung Bromo. 3. Pendapatan pelaku ulang alik setelah letusan Gunung Bromo. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan memperkaya materi pokok bahasan antroposfer, khususnya kompetensi dasar 1.4 aspek kependudukan dalam fokus kajian tentang aktivitas migrasi dengan pola ulang alik di kelas XI SMA semester ganjil Dapat menambah masukan bagi pemerintah untuk menganalisis dampak bencana alam bagi masyarakat sekitar lokasi sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan guna mengatasi permasalahan masyarakat, terutama berkaitan dengan permasalahan sosial ekonomi penduduk. Dan diharapkan memberikan referensi bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian dengan lingkup yang sama. Metode Pengambilan data dalam penelitian ini dengan kuesioner sebagai alat yang digunakan dengan cara wawancara. Sumber data adalah para pelaku mobilitas ulangalik yang melakukan kegiatanya karena berkurangnya atau hilangnya pendapatan mereka dari pertanian dan pariwisata karena bencana letusan Gunung Bromo. Data yang diperoleh dari sumber diolah dengan tabulasi tunggal dan silang. Hasil a. Distribusi Jenis Kelamin Berdasarkan hasil data yang diperoleh, pelaku Mobilitas Ulang alik dengan jenis kelamin laki-laki lebih besar dari jumlah kaum perempuan, Jenis kelamin laki-laki sebesar 86% atau 43 orang dan jenis kelamin perempuan 7 orang atau sebesar 14%. b. Usia Pelaku Mobilitas Ulang Alik Persentase terbesar pelaku ulang alik 34-40 tahun sebanyak 12 orang yaitu dengan persentase 24%. Diikuti usia 41-46 tahun dan 48-55 tahun sebesar 22%, usia 20-26 tahun sebesar 20% dan usia 27-33 tahun sebesar 12 % sebanyak 6 orang. c. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan pelaku ulang alik yang paling besar adalah lulusan tingkat SMP sebesar 44%, diikuti tingkat SD sebesar 40%, tingkat SMA 16%. d. Luas Lahan Pertanian Sebagian besar pelaku ulang alik memiliki luas lahan 1 ha yaitu sebesar 46%, luas lahan 0,5 ha 10%, luas lahan 1,5 ha 20%, dan sebesar 2 persen yang memiliki lahan diatas 2 ha. e. Kerusakan Lahan kerusakan luasan lahan yang dialami pelaku mobilitas ulang alik, kerusakan lahan pertanian berada pada pada kisaran 0,7 0,94 ha. Secara keseluruhan, kerusakan lahan 0,2-0,44 dialami oleh 14 responden, sementara itu 15 responden memberikan jawaban yang mengindikasikan tingkat kerusakan tanah pertanian pada kisaran 0,45-0,69 ha. 3 orang memberikan masukan yang mengindikasikan kerusakan lahan pada kisaran 0,95-1,19 ha, 2 orang mengalami kerusakan 1,2-1,5 ha. f. Tingkat Produktivitas Lahan Pertanian penurunan produktivitas lahan pertanian yang dimiliki responden berada pada pada tingkat yang relatif tinggi yaitu pada kisaran 28 kuintal. Secara keseluruhan penurunan produktivitas lahan dengan penurunan

12-23,5 dialami 20 orang, 23,6-35,1 kuintal dialami 19 orang, 35,2-46,7 kuintal dialami 8 orang dan penurunan produktivitas lahan 46,8-58,3 dialami 3 orang pelaku mobilitas Ulang alik. g. Tingkat Kunjungan Wisatawan Dapat disimpulkan terjadi penurunan pendapatan dari pelayanan jasa pariwisata pelaku mobilitas ulang alik namun penurunanya tidak teratur dari semua jenis kegiatan pariwisata yang dilakukan pelaku mobilitas ulang alik. yang Berdasarkan jawaban yang penulis dokumentasikan, secara umum rata-rata wisatawan yang menggunakan jasa transportasi kuda adalah 8 orang sebelum terjadinya letusan, sementara setelah letusan jumlah tersebut menurun rata-rata menjadi 3 wisatawan per hari yang dapat dilayani masing-masing responden. Dengan demikian secara proporsional tingkat penurunan rata-rata jumlah wisatawan yang dapat dilayani adalah sebesar 63% atau 5 orang dari potensi layanan terhadap 8 orang wisatawan. Untuk penyewa kendaraan jeep sebelum letusan dapat melayani rata-rata 14 wisatawan dalam beberapa kali jalan, setelah letusan hanya 5 wisatawan saja yang menggunakan Jeep mereka. Hal ini dikarenakan kondisi Gunung Bromo yang saat itu status awas dan penutupan beberapa titik lokasi kunjungan di Gunung bromo juga karena ada pembatalan penyewaan kendaraan mereka yang telah jauh hari telah dipesan oleh wisatawan. Dan untuk pemilik homestay atau penyewa jasa pencari homestay sebelum letusan dapat melayani belasan Penyewa homesatay, setelah letusan rata-rata mereka hanya memberikan jasa rata-rata 4 wisatawan saja. h. Tingkat Penurunan Jam Kerja Pertanian Berdasarkan masukan responden, Secara keseluruhan penurunan jam kerja pertanian produktif 2-3 jam dialami oleh 12 responden (24%), penurunan 3,1-4 dan 4,1-5 sebesar 8%, 5,1-6 jam dialami responden sebesar 18%, 6,1-7 jam kerja pertanian dialami oleh 19 responden dan 7,1-8 penurunan jam kerja pertanian dialami oleh 2 orang atau sebesar 4% i. Tingkat Penurunan Jam Kerja Pariwisata Berdasarkan masukan responden, penurunan jam kerja produktif pariwisata berada pada kisaran 4,1-5 jam. Secara keseluruhan penurunan jam kerja pertanian produktif 1,1-2 jam dan 2,1-3 jam dialami oleh 7 orang, 3,1-4 jam dialami oleh 9 orang, 4,1-5 jam dialami oleh 11 orang, 5,1-6 jam dialami oleh 10 orang dan 6,1-7 jam dialami oleh 5 orang. j. Pendapatan Pertanian Penurunan pendapatan pertanian mengalami penurunan dengan kecenderungan pada persentase tinggi. Secara umum pendapatan pertanian maksimum pada kondisi normal mencapai rata-rata 8,4 juta, mengalami penurunan hingga mencapai 83% atau sebesar 7 juta, sehingga hanya menyisakan penghasilan rata-rata sebesar 1 juta k. Pendapatan Pariwisata penurunan pendapatan pariwisata berada pada kisara Rp 350.000. Secara keseluruhan penurunan 150-230 ribu dialami oleh 10 responden (20%), 230,1-310 ribu dialami oleh 11 orang, 310,1-390 ribu dialami oleh 8 orang, 390,1-470 ribu dialami oleh 11 orang dan 470,1-550 ribu dialami oleh 10 orang. Pembahasan Setelah pencarian data dan pengolahan data telah menemui tujuan penelitian, yaitu : 1. Karakteristik pelaku mobilitas Ulang alik umumnya adalah ber jenis kelamin laki-laki, usia adalah 34-40 tahun, dan tingkat pendidikan adalah SMP. 2. Kerusakan yang dialami pelaku mobilitas ulang alik yaitu kerusakan fisik berupa kerusakan lahan sebesar 72%, penurunan produktivitas lahan sebesar 82%, penurunan kunjungan wisatawan sebesar 60%, kerusakan non fisik berupa penurunan jam kerja pertanian dan pariwisata sebesar 68%. 3. Penurunan pendapatan pelaku mobilitas ulang alik sebesar 75%. Penjelasan hasil capaian tujuan sebagai berikut :

a. Karakteristik Pelaku Mobilitas Ulang Alik Berdasarkan hasil data dan temuan dapat dipaparkan bahwa mayoritas jenis kelamin dari pelaku mobilitas Ulang alik adalah laki-laki. Dari kenyataan ini, kebanyakan adalah jenis kelamin laki-laki, disebabkan karena tanggung jawab seorang laki-laki yang berperan sebagai kepala keluarga yang memiliki rasa tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan orang-orang yang ditanggungnya. Usia pelaku mobilitas ulang alik adalah 34 sampai 40 tahun, usia ini adalah usia produktif hal ini karena kaum muda atau kaum produktif memiliki daya tenaga yang lebih besar dari usia lainya, memiliki etos dan daya kerja tinggi. Sehingga mereka lebih memilih peluang-peluang dan kesempatan yang ada dengan segala daya dan potensi yang mereka miliki. Berdasarkan temuan data mayoritas pelaku mobilitas ulang alik berpendidikan SMP. Hal ini menunjukan tingkat pendidikan pelaku mobilitas ulang alik masih relatif rendah. Dari karaktreistik yang telah didapat dari plaku mobilitas diketahui bahwa mayoritas pelaku mobilitas ulang adalah laki-laki yang berumur produktif dengan mayoritas pendidikan adalah SMP, hal ini sesuai dengan pendapat Mantra dalam Budijanto (1989) bahwa semakin tinggi umur, maka paling banyak melakukan mobilitas adalah migran laki-laki hal ini terkait dengan status perkawinan migrant, laki-laki dengan status perkawinan menikah akan cenderung memiliki tanggungjawab yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan berstatus kawin sehingga dorongan pergi ke tempat lain untuk mencari pekerjaan dan memperoleh pendapatan cenderung lebih tinggi. Status laki-laki sebagai kepala keluarga sebagai satu unit pengambil keputusan kerja menyusun strategi seperti dikemukakan untuk memaksimumkan tingkat kepuasan keluarga secara keseluruhan (Payaman J. Simanjuntak, 2001). Pendidikan merupakan faktor pendorong seseorang melakukan ulang alik, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seorang pekerja, maka keinginan untuk melakukan mobilitas ulang alik semakin besar. b. Kerusakan Fisik berupa Kerusakan Lahan Pertanian, Penurunan Produktivitas Lahan, Penurunan Kunjungan Wisatawan 1. kerusakan luas lahan pertanian Dari keseluruhan pelaku ulang alik luasan lahan rata-rata yang dimiliki adalah 1 ha, dengan demikian lahan yang masih bisa memberikan pemasukan hanya 28 persen atau hanya seluas 0,3 ha. Jika dilihat pada paparan tabel tabulasi silang antara luasan lahan yang dimiliki dengan kerusakan yang terjadi dapat disimpulkan kerusakan lahan berada pada kisaran yang relatif tinggi yaitu kisaran 0,7 hingga 1 ha. Hal ini diakibatkan debu vulkanik dan material lain hasil erupsi Gunung Bromo berdampak pada tingkat kerusakan lahan pada kisaran yang relatif tinggi. Dan menyebabkan tanaman tertimbun sebagian atau keseluruhan yang menyebabkan gagal panen bahkan lebih jauh lahan pertanian tersebut untuk sementara waktu tidak dapat digunakan. Menurut Robert (1972) jika pendapatan masyarakat dari sektor pertanian menurun sangat drastis yang pada akhirnya akan mendorong seseorang untuk melakukan mobilitas ulang alik. Sependapat juga dengan Budijanto (1988) yang menyatakan bahwa sempitnya kesempatan kerja di daerah pedesaaan baik di sektor pertanian maupun di luar sektor pertanian dapat mendorong penduduk mencari pekerjaan di luar desanya. Hal ini juga dipertegas oleh Mantra (1988) yang mengemukakan bahwa pokok tekanan yang berat di daerah asal (pedesaan) merupakan alasan utama penduduk melakukan mobilitas. 2. Penurunan Produktivitas Pertanian Tingkat penurunan produktivitas pertanian didapat dari persentase panenan yang bisa di dapat atau dipanen pada saat normal dengan hasil panen yang diperoleh saat terjadi letusan Gunung Bromo atau hasil panen actual saat bencana letusan. Data yang diperoleh menunjukan tingkat produktivitas lahan yang dimiliki pelaku ulang alik rata-rata bisa mencapai 30 kuintal. Dan panen aktual saat bencana rata-rata hanya mencapai 18 persen dari hasil panen potensial sebelum bencana atau hanya mencapai 6 kuintal. Angka tersebut menunjukan adanya penurunan produktivias lahan pertanian dengan tingkat yan tinggi atau sebesar 82 persen

atau rata-rata kehilangan panenan sebesar 26 kuintal. Dengan keadaan lahan yang rusak dan tidak bisa diolah dan ditanami itulah yang menyebabkan produktivitas pertanian di Desa Ngadisari menurun. Walaupun masih ada masyarakat yang pergi meladang, pengorbanan yang dilakukannya tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dari ladangnya, dan pada akhirnya memaksa sebagian individu yang terkena bencana melakukan perpindahan untuk mendapatkan penghasilan (Hayati, 2007). 3. Kunjungan Wisata kegiatan wisata yang dilakoni oleh pelaku mobilitas ulang alik. Yaitu sebagai guide, penyewa homestay, penyewa kuda, jeep dan pedagang di areal wisata Gunung Bromo. Dengan adanya bencana letusan Gunung Bromo telah memicu kebijakan pemerintah daerah untuk menutup dan menghentikan kegiatan pariwisata sejauh 1 km dari pusat letusan yang otomatis mengurangi aktivitas pelaku mobilitas ulang alik pada bidang pariwisata. Penurunan aktivitas tersebut turut memberi kontribusi bagi penurunan pendapatan masyarakat. Sejak Gunung Bromo dinyatakan berstatus siaga dan waspada, jumlah wisatawan yang datang mengalami penurunan drastis hingga menjadi hanya 10-15 orang setiap harinya. Sementara sebelumnya pada situasi normal minimal ada 100 turis asing memadati Bromo setiap hari dan jumlahnya melonjak pada akhir pekan. Hal ini juga mengakibatkan sektor pendapatan dari homestay atau tempat penginapan menjadi berkurang karena jumlah wisatawan yang datang menurun. Wisatawan domestik maupun mancanegara yang nekat datang juga tak bisa turun hingga ke kaldera Bromo, yang selama ini menjadi daya tarik tertinggi di kawasan tersebut Hal ini senada dengan Hayati dan Yani (2007) yang menjelaskan tentang faktor bencana yang terjadi di daerah asal akan menyebabkan pendapatan turun pada akhirnya mendorong seseorang melakukan perpindahan. c. Penurunan Jam Kerja Pertanian Dan Pariwisata Penurunan jam kerja pertanian dan pariwisata yang dialami pelaku ulang alik diukur melalui tingkat penurunan aktivitas kerja pelaku ulang alik atau jam kerja pada sektor pertanian dan sektor pariwisata. 1. Penurunan Jam Kerja Produktif Sektor Pertanian Dari paparan tabel distribusi jam kerja pertanian sebelum letusan yaitu rata-rata mencapai 7 hingga 9 jam perhari. Dengan rusaknya lahan pertanian menjadikan lahan yang diolah menjadi sedikit dan minimnya produktivitas lahan menyebabkan jam kerja pelaku mobilitas ulang alik bidang pertanian berkurang hingga rata-rata 5-6 jam perhari, atau terjadi penurunan jam kerja sebesar 71 persen. Rusaknya lahan pertanian karena tertutup abu vulkanik Gunung Bromo membuat lahan tidak bisa diolah dan tanaman yang ada diatasnya menjadi rusak. Hal ini menyebabkan jam kerja petani ke ladang atau ke sawah menjadi berkurang. Keinginan mendapatkan penghasilan yang lebih besar pada daerah tujuan menyebabkan sebagian masyarakat melakukan ulang alik. Hal ini sesuai dengan teori economic human capital, yanng menjelaskan alasan seseorang melakukan perpindahan untuk mencari penghasilan yang lebih besar dari tempat asal. Senada dengan pendapat Maryani (2002) salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan melakukan perpindahan adalah kurang menguntungkanya lahan pertanian daerah asal yang disebabkan oleh kerusakan lahan Letusan Gunung Bromo. Mantra (2003) seseorang akan mengambil keputusan melakukan perpindahan karena dipengaruhi oleh faktor kebutuhan dan stress (need and stress), dengan terjadinya letusan Gunung Bromo telah mengakibatkan lahan masyarakat mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari menjadi rusak, hal ini menyebabkan masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan akibatnya akan berdampak pada psikologis seseorang, seseorang akan mengalami stress dan akan memicu keputusan seseorang berpindah untuk mencari penghasilan yang nantinya

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perpindahan untuk mencari pekerjaan atau penghasilan ini tertuju pada daerah yang memiliki kefaedahan wilayah (place utility) tinggi atau memiliki ketersediaan lapangan pekerjaan atau berpindah pada daerah yang tidak terkena letusan Gunung Bromo. 2. Penurunan Jam kerja Produktif Sektor Pariwisata Dari paparan tabel jam kerja pariwisata sebelum letusan dapat dilihat bahwa rata-rata jam kerja pelaku mobilitas uang alik sebelum letusan mencapai 400 menit atau kurang lebih 7 jam. Dan dari tabel tabulasi silang antara jam kerja produktif sektor pariwisata dengan penurunan jan kerja produktif sektor pariwisata dapat disimpulkan penurunan jam kerja pariwisata pelaku ulang alik rata-rata mencapai 5 jam. Dari bahasan tersebut mendorong para pelaku melakukan mobilitas ulang alik karena faktor jam kerja berkurang yang juga berimbas pada pendapatan. Pendapat serupa dikemukakan oleh Maryani (200) bahwa pengambilan keputusan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sifatnya sangat kompleks dan selektif, salah satunya adalah daya dorong oleh keadaan ekonomi yaitu rendahnya pendapatan dan tidak adanya pekerjaan di daerah asal yaitu karena letusan Gunung Bromo yang menyebabkan rusaknya lahan mata pencaharian masyarakat yang berimbas pada pendapatan yang menurun. d. Pendapatan Pendapatan pelaku mobilitas ulang alik yang menurun mendorong mereka untuk melakukan mobilitas ulang alik. Kondisi ini sesuai dengan deskripsi pada paparan data bahwa mayoritas responden melakukan ulang alik karena didorong adanya penurunan tingkat pendapatan. Penurunan pendapatan ini disebabkan oleh kerusakan lahan karena letusan Gunung Bromo, diantaranya berupa rusaknya lahan pertanian, gagalnya panen, penurunan produktivitas lahan, menurunya jam kerja dari sektor pertanian dan pariwisata, dan adanya tarikan dari daerah-daerah atau kota terdekat dengan asumsi bahwa mereka bisa menggantikan pendapatan yang hilang atau berkurang dengan bekerja di kota. Hal ini sesuai dengan teori perpindahan yang dikemukakan oleh Lee (2000) mengemukakan bahwa Motif sesorang untuk pindah adalah motif ekonomi, mobilitas ini cenderung ke daerah kota karena adanya harapan memperoleh pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari daerah asal, sehingga dapat untuk mememnuhi kebutuhan ekonomi mereka. Perpindahan atau gerak mereka bersifat sementara Ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mitchell (Mantra, 1984) bahwa: Ada beberapa kekuatan yang menyebabkan orang-orang terikat dengan daerah asalnya dan ada pula kekuatan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asal. Kekuatan yang mengikat orang untuk tetap tinggal disebut dengan kekuatan sentripetal (centripetal forces) sedang kekuatan yang menarik orang untuk keluar disebut kekuatan sentrifugal (centrifugal forces) Keputusan seseorang untuk tetap tinggal di daerah asal atau pergi meninggalkan daerah asal tergantung pada kekuatan sentripetal dan kekuatan sentrifugal yang berlaku pada tiap orang. Teori ini juga telah bisa menjelaskan mengapa pada hasil penelitian pada daerah yang terkena pengaruh letusan Gunung Bromo, Desa Ngadisari, tidak semua masyarakat melakukan mobilitas ulang alik. Sementara itu dalam konsep push-pull theory, Lee (1992) mengembangkan pandangan yang menyerupai teori kebutuhan dan tekanan. Dalam teori ini Lee mengembangkan faktor-faktor yang mendasari seseorang melakukan migrasi adalah adanya faktor pendorong, faktor penarik, serta faktor rintangan yang berada diantara dua faktor pendorong penarik. Interaksi ketiga faktor tersebut yang akan mendasari keputusan seseorang melakukan migrasi. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, salah satu penyebab mobilitas ulang alik adalah kondisi

lingkungan alam terkait dengan terjadinya suatu bencana. Dan pada umumnya sifat perpindahan penduduk tersebut adalah sementara, bergantung pada intensitas bencana dan dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Kondisi seperti ini dialami oleh masyarakat Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo. Kesimpulan dan saran Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu karakteristik pelaku mobilitas Ulang alik menurut jenis kelamin 86% adalah laki-laki, mayoritas usia adalah 34-40 tahun sebesar 24%, mayoritas pendidikan SMP sebesar 44%. Kerusakan lahan, penurunan produktivitas lahan, penurunan jumlah kunjungan wisatawan, penurunan jam kerja pertanian dan yang dialami pelaku Ulang alik di Desa Ngadisari rata-rata sebesar 70%. Penurunan tingkat pendapatan pelaku Ulang alik pada sektor pertanian dan pariwisata di Desa Ngadisari rata-rata sebesar 75%. Daftar rujukan Ari Fajar Ani. 2000. Karakteristik Geografis Pelaku Mobilitas Sirkuler Penduduk Desa Kenongo Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. IKIP Malang. Tidak diterbitkan. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik, 1997. Perpindahan Penduduk dan Urbanisasi di Indonesia, hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995, Seri S4, Jakarta, Indonesia. Budijanto. 1989. Mobilitas Penduduk dan Remitensi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Daerah Asal (Studi Kasus di Desa Rembun Kecamatan Dampit Kabupaten Malang). IKIP Malang: P3T. Damayanti, Irmaja. 1994. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Beban Tanggungan Terhadap Mobilitas Sirkuler di Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Skripsi. Tidak diterbitkan. Daryono, Januari 2011. Badai La-Nina menerjang Indonesia. (Online), (http://www.suaramedia.com, diakses januari 2011). Hayat, M. 2003. Bertahannya Tradisi Tengger Dalam Masyarakat Yang Sedang Berubah. Hasil penelitian fakulatas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhamadiyah Malang. Malang. Indonesiahai. 2011. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. (online). (http://indonesiahai.com) Koesomadinata, Matahalemual, 2011. (online) Literatur Perpustakaan online UPI, diakses Januari 2011. Kosong. 2008. Kuda bagi Masyarakat Tengger. (online). http://kosong.blogsome.com/2008/06/21/kudabagi-masyarakat-tengger/trackback. Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Edisi Kedua. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta Prasetyo, B. & Miftahuljannah, L. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ravenstein, 1985. Teori Migrasi. Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta. Samsul, Akbar. 2011. Pertanian Desa Ngadisari mulai menggeliat. (http://kabprobolinggo.go.id). Diakses mei 2012 Sari, L. 2009. Gunung Bromo dan Keunikan Masyarakat Tengger Sebagai Objek Wisata Di Jawa Timur. Medan. USU. Sugiyono. 2004. Statistik Penelitian. Cetakan Pertama. Penerbit CV. Alpha Beta. Bandung. Suwarno, H.B. 2008. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.