DESAIN PENANGANAN JALAN YANG BERKESELAMATAN DI RUAS JALAN HANOMAN KOTA TEGAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

Aspek Keselamatan Jalan dalam Pembangunan Jalan. BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB III LANDASAN TEORI. tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global dan bukan semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

IMPLEMENTASI PROGRAM KESELAMATAN JALAN

KAJIAN LAIK FUNGSI JALAN (Studi Kasus pada Jalan Provinsi Nomor Ruas 171 Pare - Kediri Km 8 - Km 22)

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

UPAYA PENANGANAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN RUAS JEMBATAN CIKUNDUL JALAN RAYA PUNCAK JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN DI JALAN LINGKAR SELATAN YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Zona Selamat Sekolah di SD Sukasenang Jalan P.H.H. Mustofa Kota Bandung

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN DESAIN BUNDARAN KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS JEMBER

Penempatan marka jalan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

BAB II STUDI PUSTAKA

D4 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan Cihampelas Sta Sta Kota Bandung Untuk Masa Pelayanan Tahun 2017 BAB I PENDAHULUAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERIKSAAN KESESUAIAN KRITERIA FUNGSI JALAN DAN KONDISI GEOMETRIK SIMPANG AKIBAT PERUBAHAN DIMENSI KENDARAAN RENCANA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

ANALISIS LAIK FUNGSI JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR. Kata kunci : transportasi, laik fungsi, standar teknis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. no. 22 Tahun 2009 adalah ; Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan. kerusakan kendaraan dan/atau barang,

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA RUAS JALAN ARTERI PRIMER (STUDI KASUS JALAN MAOSPATI SOLO, SEGMEN , STA )

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tugas Akhir D4 TPJJ 2013 BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MELIBATKAN SEPEDA MOTOR DI KABUPATEN KARANGASEM TUGAS AKHIR. Oleh: I KETUT CAHYADI

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI. Garis besar penelitian secara singkat ditunjukkan dalam bagan alur pada Bagan 3.1. berikut.

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

BAB III LANDASAN TEORI

TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990

STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOYOTA KIJANG NOMOR KENDARAAN T 1756 DC TERJUN KE SUNGAI LUBAI, JEMBATAN BERINGIN

ANALISIS KESELAMATAN JALAN PADA RUAS JALAN AHMAD YANI DALAM KOTA PANGKALPINANG

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

ANALISIS KECELAKAAN TIKUNGAN JALAN YOGYAKARTA - SEMARANG DI DUSUN KEDUNGBLONDO, DESA NGIPIK, KECAMATAN PRINGSURAT, TEMANGGUNG. Laporan Tugas Akhir

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY KM SBY 118)

BAB III LANDASAN TEORI

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA WONOSARI KM 18 SAMPAI DENGAN KM 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN JALAN (STUDI KASUS RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK DAN RUAS JALAN GOR FLOBAMORA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

ABSTRAK. Kata Kunci: Kerusakan Jalan, bangunan pelengkap, fasilitas pendukung.

STUDI KELAYAKAN GEOMETRI JALAN PADA RUAS JALAN SANGGAU - SEKADAU

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Peningkatan Ruas Jalan Ketapang Pasir Padi (KM PKP s/d KM PKP ) Di Kota Pangkalpinang Provinsi Kep.

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. sekunder berupa data-data yang diperoleh dari instansi terkait.

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

DESAIN PENANGANAN JALAN YANG BERKESELAMATAN DI RUAS JALAN HANOMAN KOTA TEGAL Sugiharto Taruna D-IV Manajemen Keselamatan Transportasi Politeknik Keselamatan Transportasi Jln. Perintis Kemerdekaan No. 17, Kampus PKTJ, Tegal, 52125 Telp: 085786134664 sugiharto.mktjb@gmail.com; Rahmat Syafi i Romadhon Taruna D-IV Manajemen Keselamatan Transportasi Politeknik Keselamatan Transportasi Jln. Perintis Kemerdekaan No. 17, Kampus PKTJ, Tegal, 52125 rahmatsyafii25@gmail.com Anugerah Fasikhullisan Taruna D-IV Manajemen Keselamatan Transportasi Politeknik Keselamatan Transportasi Jln. Perintis Kemerdekaan No. 17, Kampus PKTJ, Tegal, 52125 anugerah.efel@gmail.com Firman Dosen Politeknik Keselamatan Transportasi, Jln. Perintis Kemerdekaan No. 17, Kampus PKTJ, Tegal, 52125 firman3_zein@yahoo.com Abstract The number of accidents caused by bad performance of road infrastructure is a problem that must be addressed. Hanoman has a very important role as one of the main access of Tegal Regency societies into Tegal City or otherwise has some dangerous points that could potentially cause an accident. To make the design confectionary resulting in Road Safety, conducted field surveys. From the survey, it is known that the width of Hanoman need to be added, needed narrowing warning signs before the bridge, on a bend chevron signs, rumble strip before entering intersection with a small road on a sharp bend, bend mirror installation to overcome the problems of visibility and alignment improvement to make more easily pass through the bend. With crash reduction factor tables of Australia, it is known that the proposed treatment has a reduction factor of 50% to reduce the potential for accidents. Keywords: accident, treatment, reduction, road Abstrak Banyaknya kecelakaan yang diakibatkan kinerja infrastruktur jalan yang tidak optimal merupakan satu permasalahan yang harus ditangani. Hanoman Kota Tegal memiliki peran yang sangat penting sebagai salah satu akses utama masyarakat Kabupaten Tegal menuju Kota Tegal atau sebaliknya, memiliki beberapa titik yang berbahaya sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan. Untuk membuat desain penganan sehingga menghasilkan jalan yang berkeselamatan, dilakukan survey lapangan. Dari hasil survey, diketahui bahwa lebar badan Hanoman perlu ditambah, diperlukan rambu peringatan penyempitan sebelum jembatan, rambu chevron pada tikungan, pita penggaduh sebelum memasuki perismpangan dengan jalan kecil pada tikungan tajam, pemasangan cermin tikungan untuk mengatasi permasalahan jarak pandang pada tikungan serta perbaikan alinyemen agar pengguna jalan lebih mudah melewati tikungan. Dengan tabel faktor reduksi kecelakaan dari Australia, diketahui bahwa penanganan yang diusulkan memiliki faktor reduksi sebesar 50% untuk mengurangi potensi kecelakaan. Kata Kunci: kecelakaan, penanganan, reduksi, jalan

PENDAHULUAN Latar Belakang memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung kegiatan masyarakat di segala bidang. Kondisi jalan yang baik harus dipelihara secara berkesinambungan agar fungsi jalan dapat terlaksana secara optimal. Namun, di sekitar kita sering dijumpai kondisi jalan yang jauh dari kata standar hingga menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Data Korlantas POLRI menunjukkan bahwa di sepanjang 2014, kecelakaan akibat kinerja infrastruktur jalan yang tidak mantap sebanyak 5.290 kejadian, antara lain kerusakan jalan, jalan berlubang, jarak pandang terbatas, jalan licin, kurangnya penerangan jalan, kurangnya marka dan rambu, kerusakan marka dan rambu, serta kondisi geometri jalan, dengan persentase terbesar adalah akibat jalan berlubang, yaitu sebanyak 951 kejadian atau 18% dari 5.290 kejadian. Diperlukan langkah penanganan yang tepat dalam rangka memperbaiki kinerja infrastruktur jalan yang ada. Hanoman merupakan salah satu ruas jalan di Kota Tegal yang menjadi akses masyarakat Kabupaten Tegal menuju Kota Tegal, karena sangat pentingnya peran jalan tersebut sehingga kondisi jalan tersebut harus dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat baik yang menuju Kota Tegal maupun Kabupaten Tegal. Walaupun frekuensi kecelakaan rendah, tetapi terdapat beberapa titik bahaya yang harus ditangani. Untuk itu Secara teori dalam hal penanganan jalan terdapat 3 (tiga) jenis penanganan, yaitu: (1) peningkatan jalan; (2) pembangunan ulang; dan (3) pemeliharaan rutin. Agar penanganan jalan mendapatkan hasil optimal, maka dalam melakukan penanganan jalan juga diperlukan pendekatan accident reduction, sehingga penanganan dapat dilakukan dengan tepat. Rumusan Masalah Bagaimana desain penanganan jalan yang berkeselamatan ruas Hanoman Kota Tegal? Batasan Masalah Dalam penelitian ini, permasalahan yang dibahas dibatasi hanya pada ruas jalan Hanoman, Kota Tegal. Maksud dan Tujuan Maksud dari kegiatan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja infrastruktur jalan menjadi lebih aman, nyaman, dan berkeselamatan. Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah: (1) membuat desain ruas jalan yang berkeselamatan; dan (2) memberikan rekomendasi penanganan jalan yang berkeselamatan. STUDI PUSTAKA Definisi Menurut Undang-undang Nomor 38 tahun 2004 tentang, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Infrastruktur jalan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat untuk melayani pergerakan angkutan orang dan barang, dimana hal tersebut harus dibarengi dengan penyediaan prasarana jaringan jalan (supply) yang memadai untuk kelancaran distribusi (Pandey, 2013). Penyediaan infrastruktur jalan merupakan kunci dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan sebagai penghubung antar daerah untuk memberikan dampak positif terhadap perkembangan wilayah dan merupakan tanggung jawab pemerintah (European Research Area dan Dardak dalam Pandey, 2013). Sementara infrastruktur jalan yang berkualitas mempengaruhi aksesibilitas dan mobilitas pengembangan suatu wilayah (Wahab dalam Pandey, 2013). Prinsip Yang Berkeselamatan Untuk mewujudkan ruas jalan yang berkeselamatan ada tiga aspek yang perlu dipenuhi oleh suatu ruas jalan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan. Ketiga aspek tersebut yaitu Self-explaining, Self-enforcing, dan Forgiving road. Self-explaining (pasal 25) yaitu setaip jalan yang digunakan lalu lintas wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan. Tujuan dari penyedian infrastruktur jalan tersebut diharapkan mampu memandu pengguna jalan tanpa adanya komunikasi secara langsung dengan penyelenggara jalan. Perancang jalan menggunakan aspek keselamatan yang maksimal pada geometrik, desain jalan beserta elemen-elemen jalan yang mudah dicerna sehingga dapat membantu pengguna jalan untuk mengetahui situasi dan kondisi segmen jalan berikutnya. Self-enforcement (pasal 8) yaitu kegiatan penyelenggraan jalan berupa pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan prasarana jalan. Kegiatan ini diharapkan mampu menciptakan kepatuhan dari para pengguna jalan tanpa adanya peringatan kepada pengguna jalan tersebut. Perancang jalan memenuhi desain perlengkapan jalan yang maksimal. Perlengkapan jalan seperti rambu dan marka mampu mengendalikan pengguna jalan untuk tetap pada jalurnya. Selain itu juga harus mampu mengendalikan pengguna jalan untuk memenuhi kecepatan dan jarak antar kendaraan yang aman. Forgiving-road (pasal 22) yaitu jalan yang dioperasikan harus memenuhi laik fungsi jalan secara teknis maupun administratif yang wajib dilaksanakan oleh penyelenggara jalan baik sebelum maupun setelah jalan dioperasikan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kesalahan pengguna jalan sehingga dapat meminimalisir tingkat keparahan korban akibat kecelakaan. Perancang jalan tidak hanya memenuhi aspek geometrik serta perlengkapan jalan akan tetapi juga memenuhi bangunan pelengkap jalan serta perangkat keselamatan. Desain pagar keselamatan jalan serta perangkat keselamatan jalan lainnya mampu mengarahkan pengguna jalan agar tetap berada pada jalurnya dan kalaupun terjadi kecelakaan tidak menimbulkan korban fatal. Desain perangkat keselamatan jalan yang mampu mengingatkan pengguna jalan/meminimalisir kesalahan pengguna jalan Rekayasa Keselamatan Menurut buku Serial Keselamatan : Panduan Teknis 1 Rekayasa Keselamatan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, pelaksanaan kegiatan perekayasaan keselamatan jalan bertujuan untuk meningkatkan keselamatan jalan khususnya di lokasi rawan kecelakaan dengan cara mengembangkan tindakan pencegahan terpadu dengan biaya murah namun manfaatnya banyak bagi pengguna jalan.

Untuk memperoleh persentase kemungkinan pengurangan kecelakaan akibat tindakan pencegahan, dibutuhkan Tabel Faktor Reduksi Kecelakaan. Profesional keselamatan jalan di Indonesia belum cukup berpengalaman dalam hal perbaikan lokasi blackspot untuk menghasilkan Tabel Faktor Reduksi Kecelakaan di Indonesia. Beberapa negara lain sudah memiliki tabel semacam itu, satu di antaranya dari Australia. Tabel Faktor Reduksi Kecelakaan memungkinkan ahli rekayasa keselamatan jalan untuk mengestimasi persentase kemungkinan pengurangan kecelakaan. Tidak masalah jika rekomendasi itu berasal dari negara lain. Tabel 1 Faktor Reduksi Kecelakaan menurut Austroads Penanganan Faktor Reduksi Tabrakan Usia Penanganan PERSIMPANGAN Bundaran baru 85% 20 Modifikasi bundaran (defleksi pada jalur pendekat) 55% 20 APILL baru 45% 20 Mengubah simpang APILL ke bundaran 30% 20 Dua simpang T berdekatan untuk volume rendah 70% 20 Memindahkan persimpangan Y 85% 20 Membuat pulau lalu lintas/median di kawasan pedesaan volume 45% 20 rendah Pengecatan marka garis untuk menjelaskan jenis pengaturan 10% 5 simpang Memperbaiki jarak pandang (hilangkan/relokasi objek yang 50% 20 menghalangi) Pita penggaduh pada pendekat 30% 5 Menempatkan rambu berhenti 30% 15 Menempatkan rambu-rambu yang diperlukan 30% 15 Mengubah menjadi rambu berhenti 5% 15 PEKERJAAN PERKERASAN Rekonstruksi jalan 25% 20 Membuat jalur ganda setempat 30% 20 Memasang peninggian median 30% 20 Menambahkan garis median 20% 20 Melebarkan perkerasan jalan 10% 20 Membangun lajur menyiap 25% 20 Menambah lajur 10% 20 Melebarkan jalan untuk Lajur Berbelok Kanan 50% 20 Melebarkan jalan untuk lajur Berbelok Kiri 15% 20 Pelebaran lajur 0,3 m 5% 20 Pelebaran jalur 0,6 m 12% 20 Pelebaran bahu tanpa ikatan tepi 0,3 m 3% 20 Pelebaran bahu tanpa ikatan tepi 0,6 m 7% 20 Pelebaran bahu tanpa ikatan tepi 1,0 m 10% 20 Pelebaran bahu dengan ikatan jalan 0,3 m 4% 20 Pelebaran bahu dengan ikatan jalan 0,6 m 8% 20 Pelebaran bahu dengan ikatan jalan 1,0 m 12% 20 DELINEASI Patok pengarah reflektif 30% 20 Rambu dini jalan berkelok secara statik 20% 15 Rambu dini jalan berkelok secara dinamis 75% 15 Memasang rambu chevron normal 35% 15 Memasang rambu chevron papan elektronik 50% 15

Pengecatan garis tengah 30% 5 Pembuatan garis tengah tactile 40% 5 Pengecatan garis tepi jalan 25% 5 Pembuatan garis tepi jalan tactile 35% 5 Deretan barikade 30% 5 Marka timbul dengan bahan reflektif 20% 5 Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 2012 CATATAN : Faktor Reduksi Tabrakan adalah persentase pengurangan tabrakan yang diharapkan dari suatu jenis penanganan. Jika lebih dari satu penanganan yang diusulkan, gunakan nilai faktor yang terbesar untuk perhitungan. METODOLOGI Proses Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data Dalam mendesain penanganan jalan yang berkeselamatan, dilakukan beberapa survey untuk mendapatkan data existing dan titik berbahaya dari lokasi penelitian, yaitu, ruas Hanoman, Kota Tegal. Survey yang dilakukan antara lain survey inventarisasi jalan dan jembatan, dan survey kondisi jalan. Data yang didapatkan kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui celah (gap analysis) antara kondisi existing dengan kondisi yang sesuai dengan standar pedoman yang ada. Untuk melakukan penanganan titik-titik berbahaya, digunakan pendekatan accident reduction dengan menggunakan Tabel Faktor Reduksi dari Australia. Data Primer: 1. Data Inventarisasi 2. Data Kerusakan Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Pengolahan Data 1. Tabulasi Data 2. Gambar Existing Analisis Kesimpulan Data Sekunder: 1. Citra Google Earth Gambar 1 Bagan Alir Penelitian Proses Pembuatan Gambar Desain Menggunakan AutoCAD dan Google Earth AutoCAD merupakan aplikasi komputer yang digunakan untuk menggambar 2 dimensi dan 3 dimensi. Fungsi program tersebut dapat digunakan untuk membuat gambar desain penanganan jalan, salah satunya adalah Detailed Engineering Design, dengan cara sebagai berikut.

Pengambilan Gambar Dasar Gambar dasar digunakan sebagai acuan dalam membuat desain jalan, cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan aplikasi Google Earth. Diawali dengan menentukan lokasi, kemudian mengukur bentang gambar menggunakan fitur Ruler yang ada di Google Earth dan simpan gambar dalam bentuk image file. Penyesuaian Skala Pada aplikasi AutoCAD, gambar dari Google Earth dimasukkan ke layar kerja, kemudian skala gambar disesuaikan dengan ukuran sebenarnya, seperti yang telah diukur pada saat menyimpan gambar di Google Earth. Proses Desain Setelah gambar dengan ukuran sebenarnya didapatkan, maka proses selanjutnya adalah membuat gambar existing lokasi penelitian, yang selanjutnya akan dibuat gambar desain penaganan jalan dengan Detailed Engineering Design. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Data Inventarisasi Dari hasil survey inventarisasi ruas Hanoman, didapatkan data seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Survey Inventarisasi Hanoman No. KM from ; KM to Tipe Panjang Lebar Lebar Bahu Kiri Kanan Tata Guna Lahan 1. 0+0 ; 0+50 2/2UD 50 m 5,4 m 1,2 m 1,2 m pemukiman 2. 0+50 ; 0+100 2/2UD 50 m 5,5 m 2,5 m 1,1 m pemukiman 3. 0+100 ; 0+150 2/2UD 50 m 4,6 m 0 m 1,9 m pemukiman 4. 0+150 ; 0+200 2/2UD 50 m 5,8 m 0,5 m 0 m pemukiman 5. 0+200 ; 0+250 2/2UD 50 m 5,9 m 0 m 0 m pemukiman 6. 0+250 ; 0+300 2/2UD 50 m 5,9 m 0 m 0 m pemukiman 7. 0+300 ; 0+350 2/2UD 50 m 6,0 m 0 m 0 m pemukiman 8. 0+350 ; 0+400 2/2UD 50 m 5,5 m 0 m 0 m jembatan 9. 0+400 ; 0+450 2/2UD 50 m 4,7 m 3,2 m 3,2 m perkebunan 10. 0+450 ; 0+500 2/2UD 50 m 4,8 m 1.3 m 3,5 m sekolah 11. 0+500 ; 0+550 2/2UD 50 m 5,0 m 1,9 m 2,0 m tempat ibadah 12. 0+550 ; 0+600 2/2UD 50 m 4,7 m 2,2 m 2,75 m tempat ibadah 13. 0+600 ; 0+650 2/2UD 50 m 5,2 m 1,6 m 2,60 m tempat ibadah 14. 0+650 ; 0+700 2/2UD 50 m 5,0 m 2,0 m 2,7 m persawahan 15. 0+700 ; 0+750 2/2UD 50 m 4,8 m 1,9 m 2,5 m pertokoan 16. 0+750 ; 0+800 2/2UD 50 m 5,5 m 0,9 m 3,3 m persawahan 17. 0+800 ; 0+850 2/2UD 50 m 5,8 m 2,7 m 2,5 m persawahan 18. 0+850 ; 0+900 2/2UD 50 m 5,8 m 2,7 m 2,5 m persawahan 19. 0+900 ; 0+950 2/2UD 50 m 5,8 m 2,7 m 2,5 m persawahan 20. 0+950 ; 1+000 2/2UD 50 m 5,8 m 2,7 m 2,5 m persawahan 21. 1+000 ; 1+050 2/2UD 50 m 5,8 m 2,7 m 2,5 m persawahan 22. 1+050 ; 1+100 2/2UD 50 m 5,8 m 2,7 m 2,5 m persawahan

Data Kerusakan Berdasarkan hasil survey kondisi jalan (road condition survey) yang telah, didapatkan hasil yang ditunjukkan pada tabel. Tabel 3 Hasil Survey Kerusakan Hanoman No Jenis Kerusakan Lokasi (STA) 1. Alur (Rutting) 0+040; 0+048; 0+644 2. Kerusakan Tepi (Edge Break) 0+109; 0+118; 0+262; 0+406; 0+536 3. Lubang (Potholes) 0+145 4. Gerusan (Erosion Gullies) 0+157; 0+171; 0+759; 0 +762 5. Retak Garis 0+245; 0+267; 0+288; 0+555; 0+565; 0+575; 0+675 6. Kegemukan Aspal (Bleeding) 0+317 7. Alur Dengan Retak 0+480; 0+587 Terdapat 23 titik kerusakan di sepanjang ruas Hanoman yang memiliki panjang 1,1 km, apabila diambil rata-rata, maka terdapat 1 (satu) kerusakan tiap 5 meter panjang jalan. Selain itu, kondisi marka jalan sudah memudar, baik marka pemisah lajur (garis sumbu jalan) maupun marka batas sisi jalan. Maka, diperlukan penanganan berupa perbaikan perkerasan jalan dan pengecatan garis tengah serta garis tepi jalan. Penanganan Mengacu pada standar pedoman dari Permen PU No. 19 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis dan Kriteria Teknis, standar minimal lebar badan jalan lokal adalah 7,50 meter, maka diperlukan pelebaran pada badan jalan Hanoman. Adapun pelebaran yang dimaksud, hanya dapat dilakukan pada STA 0+400 (setelah jembatan) sampai dengan STA akhir karena pada segmen jalan sebelumnya sisi badan jalan langsung berbatasan dengan pagar rumah penduduk. Besaran dari pelebaran badan jalan yang dimaksud, ditentukan dengan mengambil kekurangan dari rata-rata lebar badan jalan saat ini dengan lebar badan jalan sesuai standar pedoman yang digunakan. Rata-rata lebar badan jalan dari STA 0+400 sampai dengan STA akhir adalah 5,3 m, maka diperlukan pelebaran jalan sebesar 2,2 m pada lokasi yang dimaksud. Dalam hal perambuan, pada STA 0+400 sampai dengan STA akhir tidak dijumpai satu pun rambu-rambu lalu lintas. Oleh karena itu, pemasangan rambu-rambu lalu lintas juga diperlukan untuk memberikan informasi tentang kondisi jalan. Perambuan yang dimaksud antara lain: (1) Pada STA 0+500 diperlukan rambu peringatan penyempitan/jembatan, karena lebar badan jalan pada jembatan lebih sempit daripada lebar badan jalan di permukaan tanah; (2) Pada STA 0+550 sampai STA 0+650 diperlukan rambu chevron di sisi kiri jalan untuk menginformasikan adanya tikungan kepada pengguna jalan.

Gambar 2 Usulan pemberian rambu peringatan penyempitan/jembatan, rambu chevron dan perbaikan alinyemen Pada STA 0+750 dan 0+850 merupakan tikungan tajam yang memiliki akses keluar masuk di puncak tikungan, pada lokasi ini diperlukan pita penggaduh untuk memperingatkan pengguna jalan agar mengurangi kecepatan, dan meningkatkan kewaspadaan akan kendaraan yang masuk atau keluar melalui jalan kecil tersebut. Cermin tikungan juga diperlukan untuk mengatasi permasalahan jarak pandang di tikungan ini. Gambar 3 Usulan pemberian rumble strip, cermin tikungan dan perbaikan alinyemen Perbaikan alinyemen jalan diperlukan dari STA 0+550 sampai STA 0+650 dan dari STA 0+750 sampai STA 0+850. Perbaikan tersebut berupa penambahan panjang tikungan, karena panjang tikungan saat ini sangat kecil sehingga tidak memungkinkan pengguna jalan untuk melewati tikungan dengan mudah. Dengan kecepatan rencana 60 km/h, maka panjang tikungan minimum yang sesuai dengan standar adalah 105 m. Untuk memperoleh persentase kemungkinan pengurangan kecelakaan terhadap usulan penanganan yang ada, digunakan tabel faktor reduksi. Karena penganan yang diusulkan

lebih dari satu penanganan, maka faktor reduksi terbesar digunakan sebagai perhitungan, dan didapatkan bahwa persentase kemungkinan pengurangan kecelakaan sebesar 50%. Tabel 4 Perhitungan Faktor Reduksi Tabrakan dari usulan penanganan Hanoman Jenis Penanganan Faktor Reduksi Tabrakan Memperbaiki jarak pandang (hilangkan/relokasi objek yang menghalangi) 50% Pita penggaduh pada pendekat 30% Menempatkan rambu-rambu yang diperlukan 30% Melebarkan perkerasan jalan 10% Memasang rambu chevron - normal 35% Pengecatan garis tengah 30% Faktor Reduksi Terbesar 50% KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Desain penanganan jalan yang berkeselamatan pada ruas Hanoman Kota Tegal, dibuat dengan mencari titik dan segmen berpotensi kecelakaan. Setelah dianalisis, desain penanganan jalan yang diambil adalah pemasangan rambu peringatan penyempitan/jembatan pada STA 0+500, pada STA 0+550 sampai STA 0+650 diperlukan rambu chevron di sisi kiri jalan, pada STA 0+750 dan 0+850 diperlukan pita penggaduh untuk memperingatkan pengguna jalan agar mengurangi kecepatan, dan meningkatkan kewaspadaan akan kendaraan yang masuk atau keluar melalui jalan kecil, serta pemasangan cermin tikungan untuk mengatasi permasalahan jarak pandang di tikungan ini. Perbaikan alinyemen horizontal berupa penambahan panjang tikungan diperlukan dari STA 0+550 sampai STA 0+650 dan dari STA 0+750 sampai STA 0+850. Dengan kecepatan rencana 60 km/h, maka panjang tikungan minimum yang sesuai dengan standar adalah 105 m. Usulan-usulan penanganan tersebut, berdasarkan tabel faktor reduksi kecelakaan dari Australia memiliki persentase kemungkinan pengurangan kecelakaan sebesar 50%. Saran Saat ini, kondisi jalan di Kota Tegal belum masuk dalam kategori jalan yang berkeselamatan, bahkan standar pun juga belum. Oleh karena itu, diperlukan kontribusi dari semua pihak yang bertanggung jawab di bidang Lalu Lintas dan Angkutan untuk mewujudkan jalan yang berkeselamatan. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Allah, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan paper ini, dan kepada Bapak Firman yang bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulisan paper ini. Kepada para Taruna dan Taruni PKTJ Angkatan 3 jurusan MKTJ yang memberikan tenaga dan sumbangan pemikiran dalam penelitian ini. Semoga bermanfaat. DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. 2004. Geometri Perkotaan. Jakarta

Direktorat Jenderal Bina Marga. 2012. Serial Rekayasa Keselamatan : Panduan Teknis 1 Rekayasa Keselamatan. Jakarta Pandey, Sisca V. 2013. MEWUJUDKAN JALAN YANG BERKESELAMATAN. Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Volume 11, Nomor 59 Agustus 2013 Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang. Jakarta Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan. Jakarta