BAB I PENDAHULUAN. yang ditanam di Malang mempunyai nama Apel Malang. Buah dan sayur memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

Sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi dalam pemenuhan gizi balita di wilayah binaan puskesmas I Gatak kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sayur-mayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Masalah gizi rentan terjadi pada semua

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi dapat dilihat dari sudut pandang yang umum disebut sebagai

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi asupan gizi tubuh. Susu

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2007 Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. H.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

Hasil Studi Biaya Pangan. Kerjasama BAPPENAS & WFP

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan. Harapan (PPH) merupakan rumusan komposisi pangan yang ideal yan g

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN UKDW. disebut the silence disease. Penyakit ini juga dikenal sebagai heterogenous group

BAB 1 PENDAHULUAN. yang masih belum bergizi-seimbang. Hasil Riskesdas (2007) anak balita yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (tiga) Kesehatan Bidang Gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia buah dan dan sayur merupakan bahan pangan yang sangat mudah didapatkan, bahkan disetiap daerah memiliki buah atau sayur sebagai ciri khas untuk daerah tersebut, misalnya kota Malang merupakan daerah penghasil apel dengan rasa yang spesifik yaitu rasa asam yang mendominasi, sehingga setiap apel yang ditanam di Malang mempunyai nama Apel Malang. Buah dan sayur memiliki peranan yang sangat besar bagi tubuh kita yaitu sebagai sumber vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh yang berfungsi sebagai zat pengatur. Buah dan sayur dengan beraneka jenis dan warna yang beranekaragam dapat saling melengkapi kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh kita. Disamping itu, salah satu bahan pangan yang banyak mengandung serat terdapat pada buah dan sayur. Serat mempunyai peranan dalam proses pencernaan yang sangat penting. Serat melancarkan pencernaan, bahkan pada mereka yang menderita kelebihan gizi, serat dapat mencegah dan mengurangi resiko penyakit akibat kegemukan (Jahari dan Sumarno, 2001). Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Sri Kuntarsih pada tanggal 14 Juni 2010 yang diliput oleh situs Republika Online, menuturkan, tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia termasuk yang paling rendah di dunia. Rakyat Indonesia hanya mengonsumsi 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dengan angka konsumsi sayuran yang dianjurkan organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture Organization/FAO),

yaitu 75 kilogram per kapita per tahun. Rendahnya konsumsi sayuran masyarakat mengakibatkan penyakit pencernaan dan sembelit yang bisa fatal bagi kesehatan (Anonim, 2010). Pada saat yang bersamaan Direktur Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Yul H Bahar, menambahkan, berdasarkan data terakhir yang dikeluarkan FAO, tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia hanya lebih tinggi dari Thailand. Kita ada di angka 35 kilogram per kapita per tahun, sedangkan Thailand 30 kilogram per kapita per tahun. Tingkat konsumsi sayuran masyarakat dunia secara berjenjang adalah Cina (270 kilogram per kapita per tahun), Singapura (120 kilogram per kapita per tahun), Myanmar (80 kilogram per kapita per tahun), Vietnam (75 kilogram per kapita per tahun), Filipina (55 kilogram per kapita per tahun), India (50 kilogram per kapita per tahun), Malaysia (49 kilogram per kapita per tahun), Indonesia (35 kilogram per kapita per tahun), dan Thailand (30 kilogram per kapita per tahun) (Anonim, 2010). Rata-rata konsumsi serat rumah tangga per orang diberbagai regional di Indonesia masih belum mencapai jumlah konsumsi serat yang dianjurkan. Rata-rata konsumsi serat rumah tangga per orang per hari di daerah kota sebesar 9,9 gram dan di daerah desa lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan daerah kota, yaitu sebesar 10,7 gram. Secara keseluruhan konsumsi rata-rata serat rumah tangga per orang per hari di Indonesia sebesar 10,5 gram/orang/hari. Sedangkan jumlah kecukupan konsumsi serat yang dianjurkan adalah 20-35 gram/orang/hari (Jahari dan Sumarno, 2001).

RISKESDA (Riset Kesehatan Dasar) Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 mengumpulkan data frekuensi dan porsi asupan buah dan sayur, dengan mengukur jumlah hari dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari. Hasil RISKESDA 2007 menunjukkan secara keseluruhan hanya 5,5% penduduk umur 10 tahun ke atas yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai dengan anjuran WHO di Sumatera Utara. Di Sumatera Utara secara keseluruhan kecukupan konsumsi buah dan sayur masih sangat rendah seperti di kabupaten Nias Selatan (0,1%), Nias (0,4%), Simalungun (0,8%), Tapanuli Tengah (0,9%) dan Kota Sibolga (0,8%). Sedangkan kecukupan makanan buah dan sayur sudah tinggi (di atas 10 persen) diantara yang lain adalah Kabupaten Dairi (15,9%) dan Kota Binjai (10,7%). Sedangkan Kota Medan sendiri hanya 5,4% dari penduduk umur 10 tahun ke atas yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai dengan yang dianjurkan WHO. Pemerintah menargetkan pada tahun 2014 mendatang, konsumsi beras masyarakat akan semakin menurun yang dipaparkan oleh Dr.Iskandar Adi Nuhung (Staf ahli menteri bidang Teknologi Kementrian Pertanian) pada tanggal 12 Maret 2010 yang diliput oleh Jawa Pos Group di Jakarta. Konsumsi pangan masyarakat diharapkan berupa makanan tambahan dari hasil pertanian lainnya seperti buah dan sayuran. Kementerian Pertanian berusaha menurunkan konsumsi beras dari sekitar 130 kg per kapita per tahun, menjadi di bawah 100 kg per kapita per tahun di tahun 2014. Target penurunan ini diharapkan akan mendorong konsumsi hasil pertanian seperti sayur dan buah-buahan, (Anonim, 2010). Tanggal 5 Agustus 2010 Koran Jakarta memuat tulisan dari Purwiyatno Hariyadi, Peneliti makanan dari Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian

Bogor (IPB), mengatakan jalan untuk mengatasi stres oksidatif adalah dengan mengonsumsi makanan yang mengandung banyak zat antioksidan. Buah dan sayur merupakan pangan yang didalamnya mengandung banyak vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk menghindari proses oksidasi oleh radikal bebas, dan sebaiknya memakan buah yang berwarna dan beranekaragam jenisnya karena dengan berwarna dan beranekaragam tentu mengandung pigmen-pigmen berisi vitamin yang bersifat antioksidan dan saling melengkapi zat gizi yang dibutuhkan dan menutupi kekurangan-kekurangan zat gizi lainnya (Anonim, 2010). Secara umum anak-anak Indonesia lebih sulit mengonsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan anak-anak negara maju. Mereka selalu menghindari menu makanan yang justru dianggap sangat penting bagi tubuh yaitu sayur-sayuran, karena itu pendidikan dan penyuluhan gizi penting sekali peranannya dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat, khususnya perbaikan gizi bayi dan anak-anak balita (Winarno, 1987). Menyuruh anak makan sayur mungkin menjadi hal yang sulit bagi kebanyakan ibu di Indonesia. Keadaan ini berbeda dengan di negara maju, sejak kecil anak-anak telah mendapat pendidikan gizi secara teratur. Melalui pelajaran di kelas dan program makan siang di sekolah (school lunch), anak-anak dididik supaya memahami dan mempraktikkan pedoman gizi seimbang. Dengan pedoman itu, hampir setiap hari mereka diingatkan agar menyukai beragam jenis makanan, terutama jenis sayuran dan buah-buahan (Nuryati, 2010). Hasil pertemuan antara FAO, UNESCO dan WHO menganjurkan agar pendidikan gizi diberikan segera setelah anak masuk sekolah dasar, dan dilanjutkan

disekolah-sekolah lanjutannya. Waktu anak masuk sekolah, mereka telah memiliki kebiasaan makan tertentu. Apabila kebiasaan makan tersebut belum sesuai dengan yang seharusnya, maka harus segera dilakukan upaya perbaikan agar jangan sampai berkelanjutan. Ditingkat sekolah dasar, program sebaiknya ditunjukan agar anak dapat memilih dan menikmati beragam makanan yang mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak secara baik dan sehat (Suhardjo, 2003). Sampai saat ini di Indonesia ada empat masalah gizi utama dalam tumbuh kembang anak yaitu kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi (AGB) (bahkan WHO (2004) mengungkapkan anak sekolah yang menderita anemia gizi besi sebanyak 40% dan diperkirakan prevalensi anemia untuk anak sekolah di negara berkembang sebanyak 53% dan negara maju sebanyak 9%), kurang vitamin A (KVA) dan gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Zat gizi mikro merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, namun esensial untuk tubuh, zat gizi mikro terdapat pada pangan hewani dan nabati, karena harga pangan hewani yang relative lebih mahal dibandingkan dengan pangan nabati maka lebih baik masyarakat diajak untuk lebih mengonsumsi pangan nabati yang berupa buahbuahan dan sayuran yang mengandung banyak mineral. Kekurangan salah satu zat ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dan dampaknya tidak akan dapat diperbaiki pada tahapan kehidupan selanjutnya (Harahap, 2004). Masalah gizi lain yang juga menjadi masalah pada usia sekolah adalah adanya gangguan pertumbuhan. Anak usia sekolah juga mengalami GAKY, walaupun prevalensinya telah menurun secara berarti. Pada tahun 1980, prevalensi

GAKY pada anak usia sekolah yang diukur dengan pembesaran kelenjar gondok (Total Goiter Rate /TGR ) adalah 30%. Angka ini menurun menjadi 27,9% pada tahun 1990, dan menjadi 11,1% pada tahun 2003 (Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010, 2010). Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa siswa yang bersekolah di SD Negeri 064975 bersifat heterogen baik dari segi suku dan agamanya. Disekitar lingkungan sekolah banyak dijual makanan yang tidak sehat baik dari hygiennya maupun keamanan jajanan tersebut. Jajanan yang tersedia di sekitar sekolah pun dapat merusak selera makan dari anak-anak tersebut, karena didominasi dengan rasa asin yang berasal dari MSG (Mono Sodium Glutamat), rasa manis yang berasal dari pemanis buatan dan sebagainya. Untuk mencegah agar para generasi bangsa tidak salah asupan gizi dan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah dilengkapi dengan poster tentang buah dan sayuran. Penyuluhan dilakukan agar sasaran dapat berpartisipasi aktif dan memberikan umpan balik terhadap materi penyuluhan. Metode ceramah dapat dipakai pada sasaran dengan pendidikan rendah maupun tinggi.

1.2. Perumusan Masalah Bagaimana pengaruh penyuluhan konsumsi buah dan sayuran terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD Negeri 064975 Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2010. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan konsumsi buah dan sayuran terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD Negeri 064975 Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2010. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa sebelum mendapatkan penyuluhan tentang konsumsi buah dan sayur. 2. Untuk mengetahui pengetahuan siswa sesudah mendapatkan penyuluhan tentang konsumsi buah dan sayur. 3. Untuk mengetahui sikap siswa sebelum mendapatkan penyuluhan tentang konsumsi buah dan sayur. 4. Untuk mengetahui sikap siswa sesudah mendapatkan penyuluhan tentang konsumsi buah dan sayur. 5. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan tentang konsumsi buah dan sayur. 6. Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa sebelum mendapatkan penyuluhan dan sesudah mendapatkan penyuluhan tentang konsumsi buah dan sayur.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan kepada pihak penentu atau pembuat kebijakan perbaikan gizi anak sekolah sebagai bagian dari upaya perbaikan mutu anak didik ditingkat daerah maupun tingkat nasional dengan memperhatikan pentingnya penyuluhan gizi di sekolah. 2. Sebagai bahan masukan kepada pihak petugas kesehatan di Puskesmas khususnya bidang gizi agar lebih memperhatikan pentingnya penyuluhan gizi di sekolah.