PENGARUH PENAMBAHAN BIOSIDA PENGOKSIDASI TERHADAP KANDUNGAN KLORIN UNTUK PENGENDALIAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA AIR PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH BIOKSIDA PENGOKSIDASI TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA AIR PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

PENGARUH BIOKSIDA PENGOKSIDASI TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA AIR PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

DISINFEKSI DAN NETRALISASI

EFEKTIVITAS VARIASI DOSIS KAPORIT DALAM MENURUNKAN KADAR AMONIAK LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

BAB VI PEMBAHASAN. Berdasarkan data hasil penelitian daya bunuh disinfektan uji terhadap. (Salmonella thyphosa dan Staphylococcus aureus) dibandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

FORUM IPTEK Vol 13 No. 03. PENGGUNAAN KAPORIT PADA PENGOLAHAN AIR BERSIH DAPAT MENYEBABKAN PENYAKIT KANKER Oleh : Mulyono, ST *)

KADAR SISA CHLOR DAN KANDUNGAN BAKTERI E.coli PERUSAHAAN AIR MINUM TIRTA MOEDAL SEMARANG SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN

MENURUNKAN KADAR AMONIAK (NH3) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H 2 O. Air merupakan suatu larutan

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak, bahkan orang dewasa pun menyukainya. Tempat tujuan utama yang

ISSN No Media Bina Ilmiah 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

PENURUNAN KANDUNGAN AMMONIA PADA LIMBAH CAIR DENGAN METODA AERASI BUBBLING DAN PEMANASAN. S a r i a d i *) ABSTRAK

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

JURNAL SKRIPSI. Disusun Oleh: OCKTAVIANNUS AMEN

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

= 4 x 10 4 (at 25 o C)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

EFEKTIVITAS KAPORIT PADA PROSES KLORINASI TERHADAP PENURUNAN BAKTERI

II. PRINSIP Elektroda gelas yang mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H + dalam air secara potensio meter.

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

I. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

ANALISIS DAN PENGENDALIAN KONDUKTIVITAS AIR PADA KOLOM RESIN CAMPURAN (MIX-BED) SISTEM AIR BEBAS MINERAL (GCA 01)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan satu atom O (oksigen) dengan formula atau rumus molekul H 2 O. Air yang berada

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

MAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK. Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan cairan dalam tubuhnya (Suriawiria, U., 1996). Sekitar 70 % tubuh

pertumbuhan tiga jenis tumbuhan air dalam (limbah cair) dengan kandungan klorin tinggi (0.66 ppm) sebagai medium tumbuhnya.

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

PENENTUAN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri


Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

KINERJA COUNSTRUCTED WETLAND DALAM MENURUNKAN KANDUNGAN PHOSPAT (PO 4) DAN AMMONIA (NH 3) PADA LIMBAH RUMAH SAKIT

BAB III Metodologi Penelitian

1. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup akan air tersebut berbeda beda semakin tinggi taraf kehidupan. maka semakin meningkat pula jumlah kebutuhan akan air.

Pupuk amonium klorida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

PEMERIKSAAN KADAR KLORIN PADA AIR PDAM TIRTA GALUH CABANG CIAMIS. Rohayati*, Euis Safarin, Galih Rizky Puji Mega Lestari ABSTRACT

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

TINJAUAN PUSTAKA. pesisir laut. Batas-batas wilayah tersebut yakni Laut Jawa di sebelah timur, selat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN DOSIS KAPORIT SEBAGAI DESINFEKTAN DALAM MENYISIHKAN KONSENTRASI AMMONIUM PADA AIR KOLAM RENANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BREAKPOINT CHLORINATION (BPC) TERHADAP JUMLAH BAKTERI KOLIFORM DARI LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menentukan keberhasilan program kultur jaringan. Oleh karena itu, Pierik (1997),

PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA ALIRAN SISTEM PENDINGIN DI INSTALASI RADIOMETALURGI

UJI PENGGUNAAN ASAP CAIR UNTUK MENGURANGI BAU PADA LIMBAH PENCUCIAN IKAN DENGAN METODE THRESHOLD ODOR TEST. Aditya W Dwi Cahyo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

8. ASIDI-ALKALINITAS

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

EVALUASI KEGAGALAN KINERJA SISTEM PENANGKAP BOLA SPONGE SISTEM PEMBERSIH MEKANIK PENUKAR PANAS RSG-GAS

Reaksi Oksidasi-Reduksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

STUDI TENTANG GAMBARAN KADAR SISA CHLOR PADA JARINGAN PIPA DISTRIBUSI BTA ( BAK TANDON AIR ) TERUNG BARU PDAM MAGETAN TAHUN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan

LOGO TEORI ASAM BASA

DISINFEKSI 13. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

K I M I A A I R. A N A L I S I S K I M I A Asiditas dan Alkalinitas

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN BIOSIDA PENGOKSIDASI TERHADAP KANDUNGAN KLORIN UNTUK PENGENDALIAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA AIR PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS DIYAH ERLINA LESTARI, SETYO BUDI UTOMO, SUNARKO, VIRKYANOV Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310, Banten Telp. 021.7560908, Faks. 7560573 Abstrak PENGARUH PENAMBAHAN BIOSIDA PENGOKSIDASI TERHADAP KANDUNGAN KLORIN UNTUK PENGENDALIAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA AIR PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS. Pertumbuhan Mikroorganisme merupakan salah satu permasalahan yang timbul pada sistem air pendingin resirkulasi terbuka. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pada sistem pendingin sekunder RSG-GAS ditambahkan bahan kimia biosida pengoksidasi. Bahan kimia ini akan merusak sel mikroorganisme dengan daya oksidasinya, sehingga mengakibatkan kematian mikroorganisme. Untuk mengetahui pengaruh penambahan biosida pengoksidasi dilakukan pengukuran kandungan klorin dalam air pendingin sekunder sebelum dan sesudah penambahan biosida pengoksidasi. Pengukuran kandungan klorin dilakukan dengan metode DPD (N,N-dietil-p-fenilendiamin). Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa kandungan klorin dalam air pendingin sekunder meningkat setelah penambahan biosida pengoksidasi, tetapi kemudian turun sebagai indikasi adanya klorin yang bereaksi dengan mikroorganisme dan secara aktif menghilangkan mikroorganisme tersebut. Kata kunci: biosida pengoksidasi, klorin, mikroorganisme Abstract ADDITIONAL EFFECT OF OXIDIZING BIOXIDES TO CHLORINE CONTENTS FOR GROWTH CONTROL OF MICROOGANISM AT SECONDARY COOLING WATER IN RSG-GAS. The growth of microorganism constitute is one of the various existing problems in the open recirculation cooling water system. To conquer this problems, it is necessary to add oxidizing biocides chemical into secondary cooling system of RSG-GAS. This chemicals addition will distroy the microorganism cell through oxidizing reaction,and than to stop their life. To recognize the effect the oxidizing biocides growth, the measurement of chlorine contents in secondary cooling water after and before addition of the oxidizing biocides has been carried out using DPD (N,N-diethyl-p-phenilendiamine) methode. The measurement result shown that chlorine contents in secondary cooling water increase after oxidizing biocides addition, and than decrease by the reaction of chlorine with microorganism consequently. Keywords: oxidizing biocides, chlorine, microorganism PENDAHULUAN Sistem pendingin sekunder adalah tempat pembuangan panas yang terakhir dari reaktor. Panas yang terbentuk pada sistem pendingin primer dipindahkan ke sistem sekunder melalui alat penukar panas dan akhirnya dibuang ke atmosfir melalui menara pendingin. Sistem Pendingin sekunder Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy (RSG-GAS) merupakan sistem air pendingin resirkulasi terbuka. Salah satu permasalahan yang timbul pada sistem air pendingin resirkulasi terbuka adalah pertumbuhan mikroorganisme. Keberadaan 561

mikroorganisme dalam air serta dalam jaringan pipa distribusi akan menimbulkan lendir yang merupakan sekresi dari mikroorganisme. Lendir ini akan mengikat padatan yang tersuspensi dan terakumulasi pada persimpangan pipa distribusi sehingga akan mengurangi debit air dalam sistem pendingin. Disamping itu adanya mikroorganisme dengan tingkat kelekatan yang tinggi pada pipa akan menimbulkan korosi dan kerak pada pipa sistem pendingin Hal ini akan mempengaruhi kinerja sistem pendingin sekunder Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy. Di RSG-GAS untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dilakukan dengan penambahan inhibitor biosida pengoksidasi dan biosida bukan pengoksidasi. Biosida pengoksidasi yang digunakan adalah mengandung klorin (natrium hypochloride (NaOCl), yang akan bekerja secara langsung membunuh mikroorganisme sedangkan komposisi non-biosida pengoksidasi adalah 5- Chloro-2-Methyl-4-Isothiazolin-3-One dan 2- Methyl-4-Isothiazolin-3-One yang berperan menekan pertumbuhan mikroorganisme dalam sistem pendingin sekunder [1]. Klorin merupakan oksidator kuat yang akan membunuh bakeri secara langsung. Klorin merupakan zat aktif yang mampu menghilangkan mikroorganisme dalam air melalui reaksi klorinasi. Penambahan biosida pengoksidasi pada sistem pendingin sekunder dilakukan dua hari sekali pada saat sistem pendingin sekunder beroperasi. Untuk mengetahui pengaruh penambahan inhibitor biosida pengoksidasi maka dilakukan analisis kandungan klorin sebelum dan setelah penambahan inhibitor biosida pengoksidasi. Penentuan kandungan klorin dalam air pendingin sekunder ditentukan dengan metode DPD (N,N-dietil-p-fenilendiamin) dan menggunakan Spektrophotometer DR/2400 merk Hach. TEORI Biosida pengoksidasi merupakan bahan kimia bersifat oksidator yang berfungsi untuk menghilangkan pertumbuhan mikroorganisme. Bahan kimia ini akan membunuh mikroorganisme dengan daya oksidasinya [2,3] Sebagai bahan kimia yang biasa digunakan sebagai biosida pengoksidasi adalah senyawa klor atau klorin hal ini disebabkan oleh klorin merupakan bahan kimia yang murah dan disamping itu masih mempunyai daya desinfeksi sampai beberapa jam setelah penambahannya. Senyawa klor atau klorin yang berfungsi sebagai biosida pengoksidasi dapat berasal dari gas Cl 2, atau dari garam-garam NaOCl dan Ca(OCl) 2 (kaporit )[2,4,5]. Jika klor sebagai gas Cl 2 dilarutkan dalam air, maka akan terjadi reaksi hidrolisa yang cepat, sebagai berikut: + Cl 2 + H 2 O H + Cl + HOCl klorida asam hipoklorit (1) Asam hipoklorit akan terurai sesuai reaksi berikut: + + HOCl OCl H (2) hipoklorit Ion klorida (Cl - )merupakan ion yang tidak aktif, sedangkan Cl 2, HOCl, dan OCl - dianggap sebagai bahan yang aktif. Asam hipoklorit (HOCl ) yang tidak terurai adalah zat pembasmi yang paling efisien bagi bakteri. Kesetimbangan antara molekul dan ion ini dijelaskan pada grafik berikut, Gambar 1. Kesetimbangan Antara Cl 2, HOCl, dan OCl - dan Hubungannya dengan Nilai ph Pada T=25 o C.[4] Dari Gambar 1, terlihat bahwa proses desinfeksi lebih efisien pada suasana netral atau 562

bersifat asam lemah. Namun, tetap dianggap bahwa klor tersedia bebas yaitu [Cl 2 ], [OCl - ], dan [HOCl]. Kaporit dan NaOCl akan bereaksi sama seperti Cl 2 yang dilarutkan dalam air, yaitu seperti reaksi berikut. ( OCl 2 ) H 2 O 2HOCl Ca( OH) 2 Ca + + (3) (kaporit) + + HOCl H OCl (4) NaOCl + H 2 O HOCl + NaOH (hipoklorit) + + HOCl H OCl (5) Zat amoniak (NH 3 ) dalam air akan akan bereaksi dengan klor atau asam hipoklorik dan membentuk monokloramin, dikloramin atau trikloramin tergantung dari ph, perbandingan konsentrasi pereaksi dan suhu. Reaksi-reaksi tersebut adalah sebagai berikut. NH 3 + HOCl NH 2Cl + H 2O ph 7 (7) (monokloramin) NH 2Cl + HOCl NH 2Cl + H 2O 4 ph 6 (8) (dikloramin) NH 2 Cl + HOCl NCl3 + H 2O ph < 3 (9) (trikloramin) Bila ph larutan 7, terbentuk monokloramin (reaksi 7), dan sekaligus sedikit dikloramin. Antara 4 ph 6 akan terbentuk dikloramin (reaksi 8). Kloramin juga terbentuk sebagai hasil reaksi antara klor dan salah satu jenis amin organis (-NH 2 ) seperti protein. Reaksi (7) berlangsung cepat sedangkan reaksi-reaksi lainnya agak lambat sehingga faktor waktu kontak menjadi penting. Semua klor yang tersedia dalam air sebagai kloramin disebut klor tersedia terikat, sedangkan Cl 2, OCl - dan HOCl disebut klor tersedia bebas. Klor tersedia terikat juga mempunyai daya disinfeksi, walaupun tidak seefesien klor tersedia bebas. Biosida pengoksidasi seperti klorin, hipoklorit, dan senyawa organoklorin lainnya, akan mematikan seluruh organisme dalam sistem secara cepat, jika klorin bebas melakukan kontak langsung dengan organisme dengan cukup lama dan dengan dosis yang cukup kuat. Klorin juga mampu menjaga keefektifan kerjanya, karena klorin merupakan zat aktif yang mampu menghilangkan mikroorganisme dalam air melalui reaksi klorinasi. Pengendalian Pertumbuhan Mikroorganisme pada Sistem Pendingin Sekunder RSG-GAS [6] Untuk mengendalikan pertumbuhan Mikroorganisme pada Sistem Pendingin Sekunder reaktor G.A Siwabessy digunakan bahan kimia inhibitor biosida pengoksidasi dan biosida bukan pengoksidasi. Biosida pengoksidasi yang digunakan adalah natrium hypochloride (NaOCl), yang akan bekerja secara langsung membunuh mikroorganisme sedangkan komposisi biosida bukan pengoksidasi adalah 5-Chloro-2-Methyl-4- Isothiazolin-3-One dan 2-Methyl-4- Isothiazolin-3-One yang berperan menekan pertumbuhan mikroorganisme [1]. Disamping itu ditambahan biodispersant yang digunakan untuk membersihkan bakteri yang telah mati. Penambahan inhibitor biosida pengoksidasi dilakukan dua hari sekali sedangkan penambahan inhibitor biosida bukan pengoksidasi dilakukan pada awal dan akhir pengoperasian sistem pendingin sekunder. Sebagai parameter kontrol penambahan inhibitor biosida pengoksidasi dilakukan pengukuran kandungan klorine dalam air pendingin sekunder. Adanya mikroorganisme pada sistem pendingin sekunder dapat dilihat pada penentuan total bakterinya dengan menggunakan dipslide test. Jika total bakterinya kurang dari 10 3 bakteri/ml maka pada sistem pendingin sekunder frekuensi tumbuhnya mikroorganisme/lumut rendah, jika total bakteri besar dari 10 6 bakteri/ml akan mempercepat tumbuhnya mikroorganisme/lumut. METODE Bahan Bahan yang diginakan dalam penelitian ini adalah sampel air pendingin sekunder sebelum dan sesudah penambahan inhibitor 563

biosida pengoksidasi, Hach Permachem reagents DPD Free Chlorine Reagent For 25 ml (Cat 14070-99), Hach Permachem reagents DPD Total Chlorine Reagent For 25 ml (Cat 14064-99), dan tisu Alat Alat yang diunakan adalah Spektrophotometer DR/2400 merk Hach, eelenmeyer 500 ml, dan Erlenmeyer 50 ml Cara Kerja Penentuan Kandungan Klorin Aktif [7] 1. Dicantumkan nomor program untuk Chlorine, yaitu program 80 Chlor F&T 2. Diisi sample cell dengan 25 ml larutan cuplikan sebagai blanko 3. Diisi 25 ml larutan cuplikan ke dalam sample cell yang lain kemudian ditambahkan sebuah DPD Total Chlorine Powder Pillow 4. Dilakukan pengocokkan hingga warna larutan berubah dari bening menjadi merah muda dan ditunggu hingga 3 menit 5. Dimasukkan blanko ke dalam cell holder dan ditutup penahannya 6. Kemudian ditekan tombol ZERO hingga menunjukkan WAIT yang kemudian menunjukkan 0 mg/l Cl 2 7. Setelah 0 mg/l tertampil kemudian blanko dikeluarkan dari cell holder dan diganti dengan sample cell larutan cuplikan. Ditekan READ/ENTER hingga menunjukkan WAIT yang kemudian akan menunjukkan mg/l Cl 2 dari larutan cuplikan 8. Dicatat hasil pengukuran sebagai data pengamatan Penentuan Kandungan Klorin bebas [7] : 1. Dicantumkan nomor program untuk Chlorine yaitu program 88 Chlor F&T 2. Diisi sample cell dengan 25 ml larutan cuplikan sebagai blanko 3. Diisi 25 ml larutan cuplikan ke dalam sample cell yang lain kemudian ditambahkan sebuah DPD Free Chlorine Powder Pillow. 4. Dilakukan pengocokkan hingga warna lautan berubah dari bening menjadi merah muda 5. Dimasukkan blanko ke dalam cell holder dan ditutup penahannya 6. Kemudian ditekan tombol ZERO hingga menunjukkan WAIT yang kemudian menunjukkan 0 mg/l Cl 2 7. Setelah 0 mg/l tertampil kemudian blanko dikeluarkan dari cell holder dan diganti dengan sample cell larutan cuplikan. Ditekan tombol READ/ENTER hingga menunjukkan WAIT yang kemudian akan menunjukkan mg/l Cl 2 dari larutan cuplikan 8. Dicatat hasil pengukuran sebagai data pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran kandungan klorin dalam air pendingin sekunder sebelum dan sesudah sistem pendingin dilakukan penambahan inhibitor biosida pengoksidasi ditampilkan pada Tabel 1 dan Gambar 4. Kandungan klorin yang ditentukan meliputi kandungan klorin aktif, klorine tersedia bebas dan klorin terikat. Klorin aktif merupakan sejumlah klorin yang tersedia untuk membasmi mikroorganisme yang mungkin hadir dalam air pendingin setelah selang waktu tertentu setelah penambahan. Klorin aktif adalah semua bentuk klorin yang terdapat dalam sistem, yaitu klorin tersedia bebas dan klorin tersedia terikat, seperti monokloramin, dikloramin, trikloramin. Klorin bebas berasal dari OCl - dan HOCl. 564

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kandungan Klorin Dalam Air Pendingin Sekunder Sebelum dan Sesudah Sistem Pendingin Ditambah Inhibitor Biosida Pengoksidasi Waktu Klorin Aktif Klorin Bebas Klorin Terikat Keterangan (hari) (ppm) (ppm) (ppm) 27-Jan-08 0.04 0.015 0.025 Sebelum penambahan biosida pengoksidasi 28-Jan-08 0.223 0.06 0.163 Penambahan biosida pengoksidasi 29-Jan-08 0.042 0.023 0.018 Sehari setelah penambahan biosida engoksidasi 30-Jan-08 0.033 0.015 0.017 Sebelum penambahan biosida pengoksidasi 1-Feb-08 0.146 0.022 0.123 Penambahan biosida pengoksidasi 3-Feb-08 0.048 0.019 0.029 Sebelum penambahan biosida pengoksidasi 4-Feb-08 0.141 0.032 0.109 Penambahan biosida pengoksidasi 5-Feb-08 0.05 0.027 0.023 Sehari setelah penambahan ioksidapengoksidasi 6-Feb-08 0.046 0.023 0.022 Dua hari setelah penambahan biosida pengoksidasi 7-Feb-08 0.042 0.022 0.02 Sebelum penambahan biosida pengoksidasi 8-Feb-08 0.182 0.034 0.148 Penambahan biosida pengoksidasi 10-Feb-08 0.04 0.012 0.028 Sebelum penambahan biosida pengoksidasi 11-Feb-08 0.201 0.04 0.161 Penambahan biosida pengoksidasi 12-Feb-08 0.074 0.024 0.05 Sehari setelah penambahan biosida pengoksidasi 17-Feb-08 0.071 0.018 0.053 Sebelum penambahan biosida pengoksidasi 18-Feb-08 0.211 0.036 0.175 Penambahan biosida pengoksidasi Sebelum penambahan biosida pengoksidasi 19-Feb-08 0.077 0.023 0.054 20-Feb-08 0.177 0.038 0.139 Penambahan biosida pengoksidasi 21-Feb-08 0.07 0.032 0.038 Pengamatan setelah penambahan biosida pengoksidasi Dari Tabel 1 terlihat bahwa penambahan biosida pengoksidasi dilakukan pada tanggal 28 januari, 1 februari, 4 februari, 8 februari, 11 februari, 18 februari, dan 20 februari 2008, Pada data tanggal 1 januari dan 4 januari 2008 kandungan klorin setelah penambahan biosida pengoksidasi lebih kecil dibandingkan dengan data yang lain, hal ini disebabkan oleh penambahan biosida pengoksidasi dilakukan di titik berbeda, sedangkan pengambilan sampel dilakukan di tempat yang sama. Denah pengambilan sampel dan tempat penambahan biosida pengoksidasi ditunjukan pada Gambar 2 dan 3. Pada tanggal tanggal 1 dan 4 januari2008 penambahan dilakukan di titik 2, artinya biosida pengoksidasi langsung dialirkan menuju pipa, sedangkan pengambilan sampel langsung di kolam. Pada data yang lain, penambahan biosida pengoksidasi dilakukan di titik 1 yaitu dilakukan di kolam, dan pengambilan sampel tetap di kolam, sehingga data analisis kadar klorin pada titik 1 lebih besar dibandingkan pada titik 2. Gambar 2. Sistem Pendingin Sekunder (Tampak Atas) Keterangan: 1 : Titik dekat kolam 2 : Titik dekat pipa : Blower pada sistem sebanyak 7 buah (tampak atas) Gambar 3. Sistem Pendingin Sekunder 565

Oleh karena itu biosida pengoksidasi membutuhkan pelengkap untuk meningkatkan keefektifan kerjanya, yang dapat diperoleh dari biosida bukan pengoksidasi. Biosida bukan pengoksidasi ini ditambahkan pula dalam sistem pendingin sekunder yang dapat mengurangi kotoran atau lumpur, menghambat pertumbuhan organisme yang ada di permukaan, dan mengontrol organisme dalam sistem yang terkontaminasi NH3 dan senyawa pereduksi lainnya. Gambar 4. Grafik Kandungan Klorin Dalam Air Pendingin Sekunder Terhadap Waktu Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa setelah penambahan biosida pengoksidasi kandungan klorin dalam air pendingin sekunder baik dalam bentuk klorin aktif, klorin bebas maupun klorin terikat meningkat sangat tajam. Hal ini disebabkan oleh biosida pengoksidasi merupakan sumber klorin untuk membunuh mikroorganisme dalam sistem pendingin sekunder RSG-GAS. Kemudian menurun pada hari berikutnya. Ini mengindikasikan adanya klorin yang berikatan dengan mikroorganisme dan secara aktif menghilangkan mikroorganisme tersebut. Mekanismenya, karena daya oksidasinya penambahan klorin dalam air akan merusak struktur sel organisme, sehingga mikroorganisme akan mati. Namun demikian proses tersebut hanya akan berlangsung bila klorin mengalami kontak langsung dengan organisme tersebut dan dengan dosis yang cukup. Jika air mengandung lumpur, mikroorganisme dapat bersembunyi di dalam lumpur tersebut dan tidak dapat melakukan kontak dengan klorin. Klorin membutuhkan waktu untuk membunuh semua organisme Biosida pengoksidasi dalam hal ini klorin, akan mematikan seluruh organisme dalam sistem secara cepat. Namun, biosida pengoksidasi juga bereaksi dengan kontaminan seperti NH3, lignin, dan molekul organik lainnya dalam air. Hal ini akan mengakibatkan penurunan jumlah klorin yang tersedia sebagai efek biosida dan ketidakmampuan menghilangkan kotoran (lumpur) yang berasal dari senyawa organik serta tidak mampu menghilangkan mikroba. KESIMPULAN Dari dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa setelah penambahan biosida pengoksidasi, kandungan klorin dalam air pendingin sekunder meningkat, kemudian menurun pada hari berikutnya yang mengindikasikan adanya klorin yang bereaksi dengan mikroorganisme dan secara aktif menghilangkan mikroorganisme tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. NALCO, Material Safety Data Sheet, Product Nalco 2593, Ondeo Nalco Company 2. Anonimous, Kurita Handbook of Water Treatment, Cooling tower. 3. CHATTORAJ, MITA., STONECIPHER, DAVID., BORCHARDT, SCOTT., Demand-Based, Real Time Control of Microbial Growth in Air-Conditioning Cooling Water Systems, Volume 109, Part 1, American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers, inc., USA 2003 4. ALAERTS, G., SANTIKA, SRI SUMESTRi, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya 1987 5. KEMMER, F.N, The Nalco Water HandBook, Mc.Grow Hill Book Company 1985. 6. DIYAH ERLINA LESTARI, Kimia Air Pelatihan Penyegaran Operator dan Supervisor Reaktor, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pusat Reaktor Serba Guna Batan, Serpong 2006 7. Anonimous,HACH, 2002, Standard Methods of Hach DR/2400, Hach Company, USA. 566