BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seseorang yang terlahir ke dunia pada dasarnya dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara, karena anak-anak yang cerdas sebagai bibit unggul diharapkan kelak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia menurut kodratnya merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / Layanan : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil )

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan individu lain dalam lingkungannya. Untuk itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

FUNGSI PEMBIMBING DALAM BIMBINGAN KELOMPOK MELAKUKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK BAGI SISWA MENGEMBANGKAN PROSES KELOMPOK DI SEKOLAH UNTUK KEPENTINGAN

BAB I PENDAHULUAN. moyang, teman teman, milik, uang dan lain lain. Kalau semuanya bagus, ia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan bahwa banyaknya pelajar yang tidak berpikir sering kita. yang diajarkan oleh guru mereka (Hassoubah, 2004:9).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi. Tuntutan masyarakat semakin. memperoleh ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan.

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang dalam kepemimpinan yang efektif memerlukan

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB V PENUTUP. dijadikan sebagai sumbangan pemikiran yang perlu di pertimbangkan demi

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 1998). yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal.

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah dan menguji penyelesaian masalah secara sistematis. mampu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan penelitian dan analisis hasil penelitian tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

I. PENDAHULUAN. sosial. Interaksi sosial yaitu hubungan antar individu dengan individu lainnya atau

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan golden age yaitu usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Era globalisasi membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan kompetitif. Hal ini berkaitan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau mengembangkan karakter individu. Karakter yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. berkawan sehingga dia disebut social animal. Hal terpenting di dalam

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. tradisional. Pendidikan formal, informal dan non-formal merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah elemen yang sangat penting

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. siswa SMA N 1 Sewon Bantul. Hal tersebut disinyalir karena siswa kurang

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Jangankan seseorang yang lahir dari rahim yang sama, mereka yang mempunyai kembaran identik saja masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang dibawanya. Keragaman atas keunikan yang dimiliki manusia tersebut menjadi dasar bagi perlunya optimalisasi potensi personal, sehingga terarah pada jalur yang benar, normatif, sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat dimana dirinya berada. Kajian terhadap keunikan manusia mendorong munculnya pendidikan dalam arti luas yang diarahkan untuk memfasilitasi tumbuh-kembangnya karakterkarakter unik yang positif secara optimal. Dalam arti sempit, pendidikan yang diselenggarakan di sekolah seyogianya menyediakan ruang bagi keunikan individu (siswa) untuk berkembang optimal sehingga mampu bersosialisasi dengan baik. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Sosialisasi merupakan suatu proses pembelajaran atau pewarisan nilainilai di dalam suatu kelompok untuk menyiapkan setiap anggota kelompok melaksanakan perannya sesuai dengan kedudukannya di dalam kelompok, sehingga berperilaku dan dapat melaksanakan kegiatannya demi tercapainya tujuan kelompok (Yusnadi, 2013:136). Dengan adanya sosialisasi anak dapat menempatkan dirinya di dalam masyarakatnya. Baik itu kebiasaan-kebiasaan, 1

2 perangai-perangai, ide-ide, sikap, dan nilai sesuai norma yang berlaku di dalam masyarakat. Kelompok bermain dan sekolah adalah aspek yang menjadi agen utama siswa dalam bersosialisasi ketika siswa berada di jenjang pendidikan dalam Sunarto (2013:26-28). Di sini anak akan mempelajari kemampuan dan pengalaman baru. Anak akan mulai belajar nilai-nilai keadilan dan berinteraksi dengan baik. Karena manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat. Seseorang mengetahui perannya sebagai anggota masyarakat baik di sekolah dan di rumah tergantung bagaimana anak bersosialisasi. Ketika anak berada di bangku sekolah hal yang harus ia lakukan adalah berinteraksi dengan masyarakat sekolah, baik itu teman sebaya, dengan guru, dan lain-lain. Dengan begitu anak akan mengetahui perannya sebagai siswa. Akan tetapi ketika anak tidak memiliki kepercayaan diri dalam bersosialisasi, peran-peran tersebut tidak akan terlaksana dengan baik. Anak tidak dapat berinteraksi dengan masyarakat sekolah. Kepercayaan diri sangat dibutuhkan dalam kehidupan anak sebagai bekal mengatasi setiap tantangan serta problematika hidup (Rahayu, 2013:58). Jika anak terlihat optimis dan percaya diri maka ia berpotensi menjadi seorang yang mandiri. Namun, anak yang pendiam, mudah menyerah, berfikir negatif dan pemalu di lingkungan sekolah atau di rumah dan sering depresi, perilaku tersebut tidak dapat dianggap masalah kecil karena jika kepercayaan diri anak tidak tumbuh dengan baik akan mengakibatkan anak itu tidak dapat mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya.

3 Hampir setiap orang mengalami krisis kepercayaan diri dalam kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga usia lanjut. Beberapa anak memang ada yang terlahir kepercayaan diri alami. Contohnya tidak grogi, selalu mencoba hal-hal baru, dan bersemangat dalam menghadapi tantangan. Namun, beberapa anak yang lain merasa grogi ketika berbicara dengan temannya, pemalu, pendiam, kurang bisa bergaul dan mempunyai sikap yang plinplan. Sehingga dengan karakter anak yang kurang bergaul, pemalu dan pendiam mengakibatkan anak tidak percaya diri dalam bersosialisasi. Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak percaya diri dalam bersosialisasi. Beberapa di antaranya adalah karena gambaran tubuh yang tidak ideal yang diimpikannya, karena pengaruh lingkungan keluarga, karena pengalaman pahit, karena kalah perbandingan dengan orang lain dalam hal kecakapan, kemampuan, atau penampilan fisik, dan karena merasa tidak mampu memenuhi cita-cita masyarakat tentang gambaran manusia ideal. Karena tidak adanya rasa percaya diri yang tinggi siswa akan mengalami hambatan dalam bersosialisasi. Karena proses bersosialisasilah yang membuat seseorang yang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Melalui sosialisasi, seseorang secara berangsur-angsur mengenal persyaratan-persyaratan dan tuntutan-tuntutan hidup di lingkungan budayanya. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan masih banyak siswa yang tidak memiliki kepercayaan diri dalam bersosialisasi. Berdasarkan hal tersebut, membuat peneliti untuk turut meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam bersosialisasi melalui sebuah layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama.

4 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal peneliti di SMA Negeri 1 Siabu, masih banyak siswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah dalam bersosialisasi. Jumlah siswa terdiri dari 35 siswa/kelas. Tetapi hanya 15 orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Sumber, guru wali kelas dan guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Siabu). Dari penjelasan di atas maka peneliti menggunakan strategi yang dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam bersosialisasi dan menerapkannya. Salah satu strategi yang akan diterapkan adalah layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. Menurut Willis (dalam Lubis, 2013:182) teknik sosiodrama yaitu sandiwara singkat yang menjelaskan masalah-masalah di kehidupan sosial. Diharapkan teknik sosiodrama ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri dalam bersosialisasi. Berdasarkan pertimbangan di atas peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama. Dengan teknik sosiodrama ini, siswa diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dirinya terutama dalam bersosialisasi dan menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata dalam lingkungan masyarakat. Untuk dapat mengetahui keberhasilan dan hambatan serta pengaruhnya, teknik sosiodrama dapat dilakukan dengan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Adapun Judul Penelitian Tindakan kelas ini adalah MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM BERSOSIALISASI MELALUI PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK

5 SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 SIABU TA. 2013/2014. I.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah : a. Masih ada siswa yang kurang memiliki kepercayaan diri dalam bersosialisasi. b. Sosialisasi merupakan hal yang sulit menurut beberapa siswa. c. Belum maksimal dilaksanakannya layanan bimbingan dan kelompok teknik sosiodrama untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam bersosialisasi. I.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu Meningkatkan Kepercayaan Diri dalam Bersosialisasi melalui Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Siabu TA. 2013/2014. I.4. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas pada latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut Apakah penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama dapat meningkatkan

6 kepercayaan diri siswa dalam bersosialisasi Kelas XI di SMA Negeri 1 Siabu TA. 2013/2014. I.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Kepercayaan Diri dalam Bersosialisasi melalui Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Siabu TA. 2013/2014. I.6. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas diharapkan hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut : a. Bagi siswa: Meningkatnya kepercayaan diri siswa dalam bersosialisasi. b. Bagi guru: Bahan masukan bagi guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam bersosialisasi dengan penerapan layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama. c. Bagi peneliti: Sebagai bahan masukan untuk menjadi calon pendidik dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri dalam bersosialisasi yang ada di SMA dan sebagai bahan rujukan untuk peneliti lanjutan, dalam merancang pemberian layanan. d. Bagi sekolah: Sebagai bahan masukan untuk memprogramkan layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama kepada siswa yang memiliki masalah kurang percaya diri dalam bersosialisasi.