KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I ALIRAN MELEWATI AMBANG ( AMBANG LEBAR DAN AMBANG TAJAM )

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

ANALISIS TINGGI DAN PANJANG LONCAT AIR PADA BANGUNAN UKUR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

PENGARUH ARAH SAYAP PELIMPAH SAMPING DAN KEDALAMAN ALIRAN TERHADAP KOEFISIEN DEBIT

MENURUNKAN ENERGI AIR DARI SPILLWAY

Perencanaan Bangunan Air. 1. Umum

PENDAHULUAN. Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidrolika 1

3.10 ALIRAN MELALUI PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI

BAB III LANDASAN TEORI

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

FENOMENA HIDROLIS PADA PINTU SORONG. ABSTRACT

KAJIAN PERILAKU DEBIT ALAT UKUR AMBANG LEBAR TERHADAP PROFIL ALIRAN

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM)

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK. Dwi Kurniani *) Kirno **)

BAB II STUDI PUSTAKA

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PERILAKU ALIRAN MELALUI ALAT UKUR DEBIT MERCU BULAT TERHADAP TINGGI MUKA AIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

TUGAS AKHIR. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

PENGARUH VARIASI PANJANG JARI-JARI (R) TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE BUSUR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1.

Bab III Metodologi Analisis Kajian

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE VLUGHTER DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami kegunaan Energi Spesifik.

PEMBERIAN SILL (Z) PADA AWAL SALURAN TRANSISI PELIMPAH SAMPING STUDI KASUS PADA PELIMPAH BENDUNGAN BAYANG-BAYANG KABUPATEN BULUKUMBA

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM)

BAB 1 KATA PENGANTAR

I Putu Gustave Suryantara Pariartha

THE EFFECT OF STEPPED SPILLWAY ( AKAR TERPOTONG TYPE) TO THE LENGTH OF HIDRAULIC JUMP AND ENERGY LOSS IN STILLING BASSIN

PRINSIP DASAR HIDROLIKA

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

3. PRINSIP ENERGI DAN MOMENTUM DALAM ALIRAN SALURAN TERBUKA

DAMPAK PENYEMPITAN PENAMPANG SUNGAI TERHADAP KONDISI ALIRAN (Studi Kasus Pada Sungai Krueng Pase)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA UJI MODEL FISIK PELIMPAH BENDUNGAN SUKAHURIP DI KABUPATEN PANGANDARAN JAWA BARAT

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE BAK TENGGELAM (CEKUNG) DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2013/199 Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126: Telp

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

PERANCANGAN ULANG BENDUNG TIRTOREJO YOGYAKARTA (ANALISIS HIDRAULIKA) (181A)

MODUL V PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

ANALISIS DAN PERENCANAAN PENGAMAN DASAR SUNGAI DIHILIR BENDUNG CIPAMINGKIS JAWA BARAT

Hidrolika Saluran. Kuliah 6

OPTIMASI PEREDAM ENERGI TIPE BUCKET PADA BENDUNG MERCU BULAT. Tesis Magister. Oleh: DEDDI YAN ANDI AMRA

Pengukuran debit pada saluran terbuka menggunakan bangunan ukur tipe pelimpah atas

Aliran berubah lambat laun. surut di muara saluran atau. air atau pasang surut air laut. berpengaruh sampai ke hulu dan atau ke hilir.

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

4.6 Perhitungan Debit Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4.

Tata cara desain hidraulik tubuh bendung tetap dengan peredam energi tipe MDL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Mekanika Fluida II. Aliran Berubah Lambat

ANALISIS PENGARUH KEMIRINGAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN DAN DEBIT ALIRAN PADA VARIASI AMBANG LEBAR

BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG

DAFTAR ISI. Percobaan 1 Karakteristik Aliran di Atas Ambang Tajam Berbentuk Segi Empat Tujuan Alat yang Dipergunakan...

PENGARUH VARIASI TIPE PEREDAM ENERGI TERHADAP KARAKTERISTIK HIDROLIKA SALURAN PELIMPAH BENDUNGAN STUDI KASUS UJI MODEL PELIMPAH BENDUNGAN JEHEM BALI

BAB 3 ANALISA DENGAN UJI MODEL FISIK

(2) Dimana : = berat jenis ( N/m 3 ) g = percepatan gravitasi (m/dt 2 ) Rapat relatif (s) adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat ( ) dan

BAB III LANDASAN TEORI

3.5 Teori kesebangunan Prinsip penskalaan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Studi awal (studi pustaka) Studi lapangan

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

PENDAHULUAN. Abstrak. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

Studi Ketelitiaan Bukaan Pintu Air dan Efisiensi Aliran pada Daerah Irigasi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DIMENSI HIDROLIS BANGUNAN AIR BENDUNG PADA SUNGAI MANAU JAMBI

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH SAMPING (SIDE CHANNEL SPILLWAY) BENDUNGAN BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU TENGAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Transkripsi:

KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA Alex Binilang Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Gambaran tentang karakteristik suatu aliran yang melewati bangunan-bangunan air seperti pelimpah pada bendung, saluran irigasi ataupun bangunan air lainnya menjadi sangat diperlukan untuk kebutuhan perencanaan. Setiap kondisi aliran dibagian hilir bangunan memiliki karakteristik yang berbeda antara kondisi aliran loncat, peralihan, dan tenggelam. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran karakteristik aliran melalui beberapa parameter hidrolis, juga hubungan pengaruh antar parameter sebagai berikut: 1. Sifat aliran air di atas ambang dan pada bagian hilir ambang adalah Super Kritis ( F > 1 ) untuk kondisi air loncat, sedangkan aliran pada kondisi tenggelam menjadi sama dengan aliran sebelum ambang atau bagian hulu yang bersifat subkritis ( F < 1 ). 2. Besarnya bilangan Froude aliran pada ambang bulat mencapai angka terbesar rata-rata berkisar s/d 3,4 lebih besar dibandingkan dengan type ambang setengah lingkaran. 3. Setiap kenaikan debit aliran (Q) diikuti dengan kenaikan tinggi muka air sebelah hulu ambang dan kenaikan kecepatan aliran dan koefisien debit. 4. Perobahan tinggi muka air sebelah hilir ambang terhadap tinggi muka air sebelah hulu ambang relatif tidak terjadi, kecuali pada saat kondisi aliran mencapai kondisi tenggelam. Penelitian lebih lanjut tentang karakteristi pada kondisi ai loncat menjadi penting pada bangunan dengan tambahan kolam olak dan lantai muka Kata kunci: debit, sub-kritis/superkritis, profil aliran, ambang saluran PENDAHULUAN Latar Belakang Karakteristik aliran yang melewati pelimpah akan tergantung kepada bentuk dan sifat pelimpah itu sendiri. Untuk kepentingan perencanaan bangunan-bangunan air seperti bendungan, atau bangunan air yang lain maka perihal karakteristik sebagaimana tersebut di atas menjadi sangat penting. Hal ini akan menentukan type bangunan yang akan dipilih sesuai kebutuhannnya. Pengkajian tentang hal dimaksud dapat dilakukan melalui suatu penelitian terhadap aliran melalui saluran terbuka berukuran kecil yang melewati suatu pelimpah, dalam hal ini dilakukan melalui dua model bangunan pelimpah yakni bulat dan setanga lingkaran. Melalui hasil penelitian tentang fenomena aliran, maka menjadi suatu langkah awal untuk mengembangkannya secara lebih lanjut terhadap bangunan-bangunan yang bersifat prototype yang dapat merupakan langkah aktual bagi upaya perencanaan, dimana parameter-parameter yang digunakan dalam penelitian tersebut dapat diterapkan dalam perencanaan di lapangan. Hal ini tentunga membutuhkan upaya yang detail dan ditunjang dengan peralatan yang cukup Perumusan masalah Sifat suatu aliran yang melewati (sebelum, sedang, dan sesudah) bangunan pelimpah memiliki kecenderungan tersendiri sesuai jenis dan bentuk bangunan pelimpah itu sendiri. Perbedaan-perbedaan yang terjadi tentu saja membutuhkan pengkajian untuk mendapatkan pemahaman terhadap antara lain hubungan antara masing-masing parameter, serta sifat dari profil aliran, agar tidak terjadi kesalahan dalam perencanaan. Dalam penelitian ini hanya akan dibatasi pada aliran yang melalui suatu ambang bulat dan setengah lingkaran yang menggambarkan suatu kecenderungan karakteristik aliran melalui bendungan. 55

Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah mengkaji: 1. Mengkaji sifat aliran sebelum dan sesudah melewati ambang, serta perbedaannya akibat bentuk ambang. 2. Mengkaji profil aliran sebelum, sedang, dan sesudah melewati ambang 3. Mengkaji hubungan parameter Debit (Q), Kecepatan (V), dan Koefisien debit (Cd). 4. Mengkaji karakteristik energy aliran melalui ambang. Manfaat Penelitian Manfaat Umum: Hasil yang diperoleh dari penelitian ini akan dijadikan sebagai suatu acuan dalam mengembangkan perencanaan dan pengujian terhadap bangunan air antara lain suatu bendung untuk keperluan sistem irigasi ataupun pengendalian banjir. Manfaat Khusus: Akan diperoleh informasi yang bersifat pengetahuan guna peningkatan kompetensi di bidang ilmu Irigasi dan banguan Air bagi mahasiswa Progran Studi Teknik Sipil S1, yang implikasinya diharapkan adanya jumlah kelulusan dan mutu indeks prestasi kumulatif yang meningkat pula. TINJAUAN UMUM TEORITIS ALIRAN MELALUI SEKAT/AMBANG Bangunan jenis sekat/ambang banyak digunakan dalam saluran terbuka berfungsi untuk mengendalikan tinggi muka air di hulu serta mengukur debit aliran. Untuk kepentikan kedua hal tersebut di atas, maka sekat/ambang bertindak sebagai rintangan yang membantu menciptakan kondisi energi minimum dalam suatu aliran lambat. Pada saat banjir sekat/ambang yang berada dalam suatu saluran berhenti berfungsi sebagai bangunan pengendali, dimana muka air sebelah hilir meninggi dan menenggelamkan ambang/sekat tersebut. Perubahan geometri aliran yang menyebabkan tidak dicapainya kondisi energi minimum dinyatakan melalui perbandingan antara kedalaman di hilir dan di hulu. Pada Gambar 1 digambarkan suatu profil ambang bermercu lebar, yang ujung hulunya melengkung. Bila suatu ambang bermercu lebar bekerja sebagai suatu pengendali maka debit aliran dapat diperkirakan melalui rumus 1 (dengan asumsi bahwa aliran paralel, tidak kental, dan melalui saluran 4-persegi panjang) sebagai: H W E min 3 2 y C 2 3 Q 2 2 gb dimana : y c = kedalaman kristis aliran g = kecepatan gravitasi b = lebar saluran Q = Debit aliran 1 3...(1) Dalam praktek asumsi aliran adalah paralel dan distribusi tekanan hidrostatis di atas bendung lebar tidak berlaku. Kedalaman tidak sama dengan kedalaman kritis walaupun terjadi kondisi energi minimum, karena semua batasan aliran di sebelah hilir telah dihilangkan. Perbedaan-perbedaan lainnya timbul akibat kehilangan energi yang terjadi akibat tegangan kekentalan serta akibat E min diganti oleh h w. Semua perbedaan ini dikumpulkan dalam suatu koefisien C w,yakni: C W 2 Q / 3 2 g bh 3...(2) C w adalah fungsi dari H w, bentuk ujung hulu bendung, dan kekasaran puncak bendung. Untuk sekat/ambang prototype, maka C w berkisar antara 0,95 < C w = 1, bilamana: 0,2 < H w / L < 0,6. Debit aliran (Q), dihitung dari hasil penangkapan sejumlah volume air pada selang waktu tertentu untuk memdapatkan Q rata-rata pada setiap bukaan pelepas aliran. Aliran Melalui Pelimpah Bendung Bangunan pelimpah adalah bangunan untuk melimpaskan air dari bendung ke permukaan air yang lebih rendah dan untuk menyediakan kapasitas yang dibutuhkan, biasanya banjir rancangan pelimpah (spillway design flood) pada elevasi tertentu dari suatu bendung. Aliran melalui pelimpah merupakan aliran tidak W 3 2 56

seragam (non uniform flow) dengan perubahan aliran terjadi pada jarak yang pendek sehingga disebut sebagai aliran berubah cepat. Aliran sebelum sampai pada pelimpah juga mengalami perubahan aliran, tetapi terjadi pada jarak yang panjang sehingga disebut sebagai aliran berubah beraturan. Aliran tidak seragam dapat dibedakan dalam dua kelompok berikut ini : a. Aliran berubah beraturan (gradually varied flow), dimana parameter hidrolis (kecepatan, tampang basah) berubah secara progresif dari satu tampang ke ampang yang lain. Kecepatan aliran disepanjang saluran dapat dipercepat atau diperlambat yang tergantung pada kondisi saluran. Apabila di ujung hilir saluran terdapat bendung maka akan terjadi profil muka air pembendungan dimana kecepatan aliran akan berkurang (diperlambat). Sedang apabila terdapat terjunan maka profil aliran akan menurun dan kecepatan akan bertambah (dipercepat). Aliran di dalam sungai biasanya termasuk dalam tipe ini. b. Aliran berubah cepat (rapidly varied flow), dimana parameter hidrolis berubah secara mendadak dan kadang-kadang juga tidak kontinyu (discontinue). Contoh dari aliran ini adalah perubahan tampang mendadak (saluran transisi), loncat air, terjunan, aliran melalui bangunan pelimpah dan pintu air dan sebagainya. Kehilangan tenaga karena gesekan adalah kecil (jarak pendek) dibanding dengan kehilangan tenaga karena turbulensi. Gambar 2. Skema peluapan air melalui pelimpah Pelimpah harus dapat mengalirkan debit banjir yang direncanakan, mengingat fungsi dari pelimpah adalah sebagai bangunan kontrol muka air pada suatu bendung. Berikut adalah rumus-rumus yang digunakan untuk menganalisis aliran air melalui pelimpah bendung: a. Debit pelimpah (Q): Q = Cd. Be. H 1.5 dengan : Q = debit banjir rencana (m 3 /det) Cd = koefisien debit Be = lebar efektif pelimpah (m) H 1 = total tinggi tekan (m) b. Kecepatan diatas mercu pelimpah (v): v = Q/Ho.Be dengan : v = kecepatan aliran diatas mercu pelimpah (m/det) Q = debit banjir rencana (m 3 /det) Be = lebar efektif pelimpah (m) Ho = kedalaman aliran (m) d. Dalam pengaliran dengan muka air bebas, penentuan kondisi aliran didasarkan pada nilai angka Froude (Fr) Fr = dengan : Fr = bilangan Froude V = kecepatan aliran (m/det) g = percepatan gravitasi (m/det 2 ) H = kedalaman aliran (m) Aliran dikatakan subkritis apabila mempunyai nilai Fr < 1, kritis apabila Fr = 1 dan superkritis apabila Fr > 1. ALIRAN DI ATAS SEKAT MERCU BULAT Mercu bulat adalah bentuk mercu yang banyak dan lazim digunakan di Indonesia, karena banyak memberikan keuntungan. Bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir, dan harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung streamline dan tegangan negatif pada mercu. Keuntungan lainnya antara lain: a. bentuk sederhana sehingga mudah dalam perencanaan. b. mempunyai bentuk mercu yang besar, sehingga tahan terhadap benturan batu gelundung, bongkahan dan sebagainya. c. tahan akibat goresan atau abrasi, karena mercu bendung diperkuat dengan batu candi atau beton bertulang. Mercu bendung tipe bulat untuk bendung pelimpah dapat di lihat pada Gambar 3 berikut ini : 57

V (m/dt) Cd (m 1/2 /dt) H u1 (m) Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.1, Maret 2014 (55-61) ISSN: 2087-9334 METODOLOGI Tempat dan waktu : Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Hidrolika Fakultas Teknik Unsrat, selama 6 (enam) bulan. Bahan dan alat : Saluran terbuka ukuran kecil, dilengkapi pompa air, bak penampng, dan venturi meter Perangkat ambang/pelimpah (lebar, bulat, dan setengah lingkaran) Meteran taraf Mistar pengukur jarak/posisi Gelas ukur (pengukur volume air) Stopwatch (pengukur waktu) Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa eksperimental, yang meliputi pengamatan/pengukuran alliran pada saluran kecil, seperti : 1. Debit aliran, melalui pengukuran volume air selang waktu tertentu. 2. Tinggi muka air sebelah hilir dan udik ambang/sekat. 3. Tinggi muka air diatas ambang/sekat. 4. Profil aliran air arah memanjang saluran Pengamatan/pengukuran dilakukan pada 3(tiga) jenis ambang/pelimpah, yakni ambang dengan mercu lebar, ambang dengan mercu bulat dan ambang dengan mercu setengah lingkaran, masing-masing dengan 5(lima) variasi debit aliran. Sedangkan untuk profil aliran selain dilakukan untuk 5(lima) debit aliran, juga untuk setiap ambang dengan variasi 5 perubahan tinggi muka air dibagian hilir ambang untuk menciptakan kondisi air loncat (L1, L3, L3), kondisi Transisi/peralihan (P1, P2), dan kondisi tenggelam (T1, T2, T3). Parameter penelitian : Adapun parameter-parameter yang dianalisa dalam penelitian ini terdiri dari : a. Debit aliran (Q=m 3 /dt) b. Penampang saluran (A=m 2 ) c. Kecepatan aliran (V=m/dt) d. Tinggi muka air sebelah hulu (h u1 =m), dan hilir(h u2 =m) e. Koefisien debit (C=m 1/2 /dt) f. Bilangan Froude (F) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menggambarkan hubungan antar parameter aliran yang menggambarkan hubungan pengaruh antar parameter debit, kedalaman aliran, kecepatan aliran, dan koefisien debit, serta hubungan pengaruh antara keda;laman aliran di sebelah hilir dan hulu ambang dengan variasi bentuk mercu ambang (lebar, bulat dan setangah lingkaran). Hubungan antar parameter aliran melalui ambang mercu bulat 8 7 6 5 4 3 2 1 0 00 01 01 02 02 03 03 04 04 Gambar 3. Grafik hubungan debit aliran dan kedalam air di hulu 3,20 3,00 2,80 2,60 2,40 2,20 y = 26x + 2,1322 0 010 020 030 040 Gambar 4. Grafik hubungan debit aliran dan koefisien debit aliran ambang bulat (Q vs H u1 ) 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 5 0 000 010 020 030 040 Gambar 5. Grafik hubungan debit dan kecepatan aliran melalui ambang mercu bulat (Q vs V) 58

V (m/dt) H u1 (m) Y 1 (m) Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.1, Maret 2014 (55-61) ISSN: 2087-9334 0,177 0,176 0,176 0,175 0,175 0,174 0,174 0,173 0,173 00 50 0,100 0,150 Y 2 (m) Gambar 6. Grafik hubungan tinggi air di hulu dan hilir ambang mercu bulat (H u2 vs H u1 ) Profil Aliran arah memanjang melalui ambang dengan mercu bulat 2 1 1 1 Gambar 7. Profil Aliran Air Melalui Ambang Mercu Bulat Q = 038 m 3 /det 2 1 1 1-50 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Gambar 8. Profil Aliran Air Melalui Ambang Mercu Bulat Q = 033 m 3 /det 1 1 1 Gambar 9. Profil Aliran Air Melalui Ambang Mercu Bulat Q = 025 m 3 /det 1 1 1 Jarak Aliran (cm) Gambar 10. Profil Aliran Air Melalui Ambang Mercu Bulat Q = 021 m 3 /det 1 1 Jarak Aliran (cm) Gambar 11. Profil Aliran Air Melalui Ambang Mercu Bulat Q = 014 m 3 /det Hubungan antar parameter aliran melalui ambang dengan mercu setengah lingkaran 80 70 60 50 40 30 20 10 00 000 010 020 030 040 Gambar 12. Grafik hub. debit aliran & kedalaman air di hulu ambang mercu setengah lingkaran ( Q vs V ) 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 50 00 000 010 020 030 040 Gambar 13. Grafik hub. debit & kecepatan aliran mel. ambang mercu setengah lingkaran ( Q vs V ) 59

Axis Title Y 1 (m) Cd(m1/2 /dt) Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.1, Maret 2014 (55-61) ISSN: 2087-9334 3,00 2,50 0 1,50 1,00 0,50 0 0100 0150 0200 0250 0300 0350 Gambar.14 Grafik hub. debit dan koef. debit aliran melalui ambang mercu setengah lingkaran (Q vs C d ) 0,1780 0,1760 0,1740 0,1720 0,1700 0,1680 0,1660 000 500 0,1000 0,1500 0,2000 Y 2 (m) Gambar 15. Grafik hubungan tinggi air di hulu dan hilir ambang mercu setengah lingkaran (Y2 vs Y1) Profil Aliran Melalui Ambang Mercu Setengah Lingkaran 2 1 1 1 Jarak Aliran (cm) Gambar 16. Profil aliran air melalui ambang mercu setengah lingkaran 2 1 1 1 Gambar 17. Profil aliran air melalui ambang mercu setengah lingkaran debit Q=028 m 3 /dt 1 1 1-50 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Gambar 18. Profil aliran air melalui ambang mercu setengah lingkaran debit Q=021 m 3 /dt 1 1 1-50 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Gambar 19. Profil aliran air melalui ambang mercu setengah lingkaran debit Q=017 m 3 /dt 1 1 1 Jarak aliran (m) Gambar 20. Profil aliran air melalui ambang mercu setengah lingkaran debit Q=013 m 3 /dt PEMBAHASAN HASIL Analisa Karakteristik/Sifat Aliran Dari hasil analisa parameter aliran terhadap bilangan Froude (F) bahwa sifat aliran air di atas ambang dan pada bagian hilir ambang adalah Super Kritis (F > 1) untuk kondisi air loncat, sedangkan aliran pada kondisi tenggelam menjadi sama dengan aliran sebelum ambang atau sebelah hulu yang bersifat subkritis (F < 1). 1. Pada ambang dengan mercu bulat, nilai bilangan Froude di sebelah hilir ambang untuk kondisi air loncat adalah berkisar antara: s/d 3,4., sedangkan pada kondisi air tenggelam adalah berkisar antara: 0,13 s/d 0,34 60

2. Pada ambang dengan mercu setengah lingkaran, nilai bilangan Froude di sebelah hilir ambang untuk kondisi air loncat adalah berkisar antara: 1,5 s/d 2,9., sedangkan pada kondisi air tenggelam adalah berkisar antara: 0,14 s/d 0,25 Hubungan antar Parameter Aliran 1. Dari grafik hubungan Debit dan kedalama air di hulu ambang dapat dipahami bahwa setiap penambahan debit aliran (Q) diikuti oleh kenaikan tinggi muka air dibagian hulu ambang 2. Hubungan antara parameter debit (Q) dengan kecepatan (V) adalah linier atau berbanding lurus. Terlihat pula bahwa setiap kenaikan debit aliran berakibat pada terjadinya kenaikan kecepatan aliran 3. Sifat aliran berupa hubungan linier antar parameter pula terjadi pada parameter debit (Q) dan koefisien debit (C d ), dimana variasi bentuk mercu relatif tidak berpengaruh 4. Pengaruh perubahan kedalaman air di sebelah hilir ambang terhadap kedalaman air di sebelah hulu ambang relatif tidak ada pada kondisi aliran Loncat dan peralihan. Pengaruh perubahan kedalaman terjadi saat kondisi aliran dimana ambang tenggelam Profil Aliran Memanjang Saluran. Dari gambar profil aliran memperlihatkan terjadinya perubahan karakteristik energi pada aliran yang melalui kedua model mercu ambang (bulat, dan setengah lingkaran). Posisi Loncatan air yang terjadi relatif sama untuk suatu debit tertentu pada masing-masing kondisi aliran (loncat, peraliran, tenggelam). Bentuk mercu ambang relative tidak memberi pengaruh pada posisi loncatan. Sebagaimana hasil pembahasan terlihat bahwa pengaruh perubahan tinggi muka air sebelah hilir ambang terhadap tinggi muka air sebelah hulu ambang terjadi pada saat kondisi air tenggelam. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil pembahasan terhadap analisa karakteristik parameter aliran air (sebelum, dan sesudah ambang), dapat disimpulkan: 1. Sifat aliran air di atas ambang dan pada bagian hilir ambang adalah Super Kritis (F > 1) untuk kondisi air loncat, sedangkan aliran pada kondisi tenggelam menjadi sama dengan aliran sebelum ambang atau bagian hulu yang bersifat subkritis (F < 1). 2. Besarnya bilangan Froude aliran pada ambang bulat mencapai angka terbesar rata-rata berkisar s/d 3,4 lebih besar dibandingkan dengan type ambang setengah lingkaran yakni: 1,5 s/d 2,9. 3. Pada kondisi air tenggelam, maka besar bilangan Froude untuk type bulat yakni antara 0,13 s/d 0,34, sedangkan untuk type setengah lingkaran yakni sebesar: 0,14 s/d 0,25. 4. Setiap kenaikan debit aliran (Q) diikuti dengan kenaikan tinggi muka air sebelah hulu ambang dan kenaikan kecepatan aliran dan koefisien debit. 5. Perobahan tinggi muka air sebelah hilir ambang terhadap tinggi muka air sebelah hulu ambang relatif tidak terjadi, kecuali pada saat kondisi aliran mencapai kondisi tenggelam. Saran Penelitian lanjut pada bentuk pelimpah untuk bentuk dan ukuran bangunan prototype menjadi sangat penting, untuk lebih mengakomodir parameter langsung di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Jain, A.K. 1976, Fluid Mechanics. A Textbook for Engineering Students. Khana Publisher. Dehli. Martodiputro, M., 1979. Penyelidikan hidrolis bendung dengan model sistimatik pada saluran kaca 2 dimensi. Kerjasama Puslitbang Air Dep. PU dan Lapi ITB Bandung. Sukarno, dkk. 1992. Koefisien dan respons aliran pada saluran terbuka ukuran kecil yang melalui pintu sorong dan ambang. Laboratorium Hidraulik Fak. Teknik Unsrat. Sumarauw, J.,dkk. 1993. Visualisasi Aliran di atas ambang setengah lingkaran dan tajam. Laboratorium Hidraulik Fak. Teknik Unsrat. ---------------- Instruction Manual For Glass Side Tilting Flume S5. Armfield Technical Education CO.LTD., England. 61