Boks 2 PEMBENTUKAN HARGA, STRUKTUR PASAR DAN JALUR DISTRIBUSI KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI DI KOTA KENDARI

dokumen-dokumen yang mirip
BOKS 1 PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SULAWESI TENGGARA

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

Boks 2. KARAKTERISTIK KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI KOTA JAMBI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN NOPEMBER 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI OKTOBER 2014 INFLASI 0,51 PERSEN

Grafik 1. Perkembangan Inflasi Secara Bulanan di Pekanbaru dan Nasional. Nasional (data mulai tahun 2005)

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/DEFLASI

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Analisis Pola Pembentukan Harga Barang Kebutuhan Pokok Penyumbang Inflasi Pasar Tradisional di Kota Dumai ANY WIDAYATSARI HJ.

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN DESEMBER 2016

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JULI 2014 INFLASI 0,24 PERSEN

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI APRIL TAHUN 2017 INFLASI 0,38 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TOBOALI (KABUPATEN BANGKA SELATAN) BULAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,28 PERSEN

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI FEBRUARI TAHUN 2017 INFLASI 0,70 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI MEI TAHUN 2017 INFLASI 0,50 PERSEN

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI OKTOBER 2014 INFLASI 0,32 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JUNI 2015

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI APRIL 2016 DEFLASI 0,61 PERSEN

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG APRIL 2016 DEFLASI 0.52 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Boks 1. PEMETAAN KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI KOTA JAMBI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN. No. 45/09/63/Th. XV, 1 NOVEMBER 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI APRIL 2016 DEFLASI 0,45 PERSEN

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

Bab. I Pendahuluan INDEKS HARGA KONSUMEN DAN LAJU INFLASI TAHUN 2013

BERITA RESMI STATISTIK

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2016

LAPORAN PERKEMBANGAN HARGA : JANUARI 2008

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN


PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG NOVEMBER 2015 INFLASI 0,05 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JULI 2016 INFLASI 0,43 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Transkripsi:

Boks 2 PEMBENTUKAN HARGA, STRUKTUR PASAR DAN JALUR DISTRIBUSI KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI DI KOTA KENDARI Perekonomian Sulawesi Tenggara terus dihadapkan pada inflasi yang cukup tinggi dan selalu berada diatas inflasi nasional. Inflasi yang tinggi tersebut berdampak negatif terhadap kinerja perekonomian karena akan mengurangi daya beli masyarakat. Lebih lanjut, inflasi yang tinggi juga menjadi disinsentif bagi upaya percepatan kinerja perekonominan yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengendalian inflasi di Sulawesi Tenggara. Pengendalian harga komoditas menuntut adanya pemahaman tentang jalur dan perilaku distribusi dari komoditasnya serta struktur pasar dalam memperdagangkannya agar secara cepat dapat dilakukan suatu bentuk pengendalian harga untuk mencegah tidak terjadi peningkatan harga yang cukup tinggi yang mampu memperlambat laju perekonomian daerah. Berdasarkan hasil penelitian Bank Indonesia Kendari diketahui bahwa faktor utama yang menyebabkan kenaikan harga komoditas pada tingkat pedagang pengecer karena terjadinya peningkatan biaya dalam mendatangkan komoditas tersebut dan faktor cuaca/musim, serta masalah pasokan komoditas. Pada umumnya ada tiga mekanisme pedagang pengecer dalam menentukan harga jual, yaitu dengan memperhitungkan unit cost komoditas ditambah dengan tingkat keuntungan yang diinginkan, dan unit cost komoditas ditambah dengan persentase keuntungan, dan dengan cara menentukan harga berdasarkan harga tertinggi yang berlaku di pasaran. Harga pembelian komoditas pedagang pengecer ditentukan terutama oleh kekuatan penjual yaitu oleh pedagang besar, distributor atau sumber pembelian. Proses pembentukan harga untuk beberapa komoditas yang diteliti adalah : 1. Komoditas hasil perikanan (ikan cakalang, kembung, dan bawal) Pembentukan harga pada pedagang pengecer cenderung adanya interaksi antara pedagang dan pembeli. Kekuatan interaksi tersebut tergantung pada keadaan musim. Ketika musim terang bulan maka harga cenderung naik sehingga posisi tawar pedagang menjadi lebih kuat mengingat pasokan ikan yang relatif lebih sedikit dan sebaliknya. Oleh karena itu, struktur pasar ikan cakalang, kembung dan bawal cenderung perfectly competitive. 2. Komoditas ayam ras dan ayam kampung Kekuatan pedagang ayam kampung lebih dominan dalam menentukan harga jual karena umumnya konsumen yang membeli ayam kampung mempunyai tujuan tertentu dan peluang lebih besar untuk tetap membeli sehingga posisi tawar pedagang menjadi lebih kuat. Pada ayam ras kekuatan konsumen dan pedagang dalam menentukan harga dapat dikatakan berimbang satu

dengan yang lain. Dengan demikian, struktur pasar ayam kampung cenderung quasi-competitive dan pada ayam ras cenderung perfectly competitive. 3. Beras Beras yang ada di Kota Kendari semuanya didatangkan dari luar Kendari, yaitu dari daerah lain di Sultra dan Sulsel. Proses pembentukan harga beras dapat dikatakan dilakukan secara sepihak oleh pedagang dan sulit ada transaksi tawar menawar.. Oleh karena itu, pasar beras lebih ke kekuatan oligopoli dengan kecenderungan ke arah quasi competitive. Pada komoditas nasi harga yang terbentuk mutlak ditentukan oleh pemilik warung atau restoran sehingga tidak ada kekuatan konsumen dalam menentukan harga nasi. Oleh karena itu, pasar nasi cenderung menuju kekuatan oligopoli. 4. Komoditas bawang merah Bawang merah merupakan komoditas yang didatangkan dari luar Sultra. Pembentukan harga komoditas ini lebih banyak ditentukan oleh pedagang dan tidak ada kekuatan konsumen dalam mempengaruhi harga. Harga komoditas bawang merah mudah mengalami guncangan. Pasokan komoditas yang kurang menjadi penyebab utama kenaikan harga. Sehingga pasar bawang merah cenderung kekuatan oligopoli. 5. Komoditas tomat, kelapa dan pisang Penetapan harga komodits tersebut merupakan interaksi antara konsumen dan pedagang, dimana posisi tawar kedua pihak hampir dapat dikatakan berimbang sehingga proses pembentukan harganya tergantung kekuatan antara permintaan konsumen dan penawaran pedagang. Dengan demikian, struktur pasar tomat, kelapa dan pisang adalah perfectly competitive. 6. Tempe dan Mie basah Pembentukan harganya merupakan interaksi antara pedagang dan konsumen dengan posisi tawar pedagang lebih kuat sehingga strukturnya pasarnya dapat dikategorikan mengarah pada quasicompetitive. 7. Rokok dan gula pasir Pembentukan harga sangat tergantung pada besaran keuntungan yang diinginkan oleh pedagang, dimana penentuan harga beli pengecer sangat didominasi oleh distributor. Gula pasir merupakan komoditas yang secara rutin dikonsumsi oleh masyarakat maka permintaannya pun relatif stabil. Pasar rokok dan gula pasir cenderung menuju persaingan monopolistik. 8. Komoditas semen dan seng Komoditas semen terkadang langka dijumpai di pasaran sehingga memicu gejolak kenaikan harga dan pada situasi ini maka konsumen tidak mempunyai pilihan dalam bertransaksi kecuali menerima harga yang ada. Oleh karena itu, pasar semen cenderung menuju kekuatan oligopoli. Pasar komoditas seng bisa dikatakan lebih kompetitif dibandingkan pasar semen. Oleh karena itu,

struktur pasar komoditas seng adalah perfectly competitive. 9. Gas elpiji Komoditas ini didatangkan dari Makassar sehingga ketergantungan pada jumlah pasokan dan kelancaran jalur distribusi menjadi penentu harga yang terbentuk di Kendari. Keterbatasan distributor gas di Kendari sangat mungkin melemahkan posisi konsumen dalam bertransaksi. Oleh karena itu, struktur pasar gas elpiji dapat dikatakan oligopoli, kalaupun tidak dapat dikategorikan dalam monopoli. Komoditas bawang, tempe, beras dan rokok menunjukkan elastisitas transmisi harga terbesar dimana besarannya berturut-turut 2,08; 1,89; 1,77 dan 1,12, dengan demikian transmisi harganya adalah elastis. Komoditas lainnya mempunyai transmisi harga yang inelastis, artinya besaran trasmisi harga di bawah satu yaitu gula (0,96), mie basah (0,94), bawal (0,92) dan tomat (0,66). Komoditas yang mempunyai transmisi harga terkecil adalah semen (0,09). Mekanisme penetapan harga jual komoditas oleh pedagang besar/ distributor di Sultra terutama berdasarkan pertimbangan dimana harga ditetapkan berdasarkan biaya produksi per unit ditambah dengan persentase keuntungan, dan harga ditetapkan dengan memperhitungkan total biaya produksi per unit ditambah dengan tingkat keuntungan. Perkembangan produk yang diperjualbelikan oleh pedagang distributor di Sulawesi Tenggara dalam satu tahun terakhir sangat kondusif karena umumnya mengalami peningkatan (38,89%) sedangkan yang menurun hanya sebagian kecil (6,67%). Secara umum jalur pemasaran komoditas yang diteliti di Kota Kendari terdiri dari dua dan tiga jalur, yang melibatkan beberapa lembaga pemasaran seperti produsen, distributor, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Komoditas yang menggunakan dua jalur yakni komoditas pasir, seng, semen, gula pasir, gas elpiji, bawang merah, mie basah, ayam kampung, ayam ras, dan pisang. Sedangkan komoditas selain yang disebut di atas mempunyai tiga jalur pemasaran. Dari hasil analisis maka dapat diberikan beberapa saran rekomendasi yang patut menjadi bahan pertimbangan dalam upaya pengendalian inflasi dari sisi suplai, yaitu : 1. Komoditas yang jalur distribusinya panjang karena didatangkan dari luar Sultra perlu mendapat penanganan dalam jalur distribusinya. Oleh karena itu, sarana angkutan komoditas seperti armada truk yang mengangkut bawang merah, gas elpiji, telur ayam ras perlu mendapat prioritas dalam jalur penyeberangan Bajoe-Kolaka, sehingga arus distribusi tidak terhambat yang dapat memicu inflasi karena terhambatnya pasokan komoditas. 2. Infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang menghubungkan Sultra dan Sulsel merupakan urat nadi penting dalam menunjang arus distribusi barang dari luar Sultra. Oleh karena itu, kebijakan dalam tekanan gandar pembangunan ruas jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Sultra dan Sulsel perlu mendapat prioritas dalam penyelesaian dan pemeliharaannya. 3. Selisih harga jual gas elpiji antara Makassar dan Kendari seyogyanya mendapat perhatian dari pihak

terkait. Langkah yang dapat ditempuh adalah kiranya Pemerintah daerah bekerjasama dengan pihak terkait (seperti PERTAMINA) merancang suatu kebijakan guna menetapkan semacara harga eceran tertinggi gas elpiji yang diterima oleh konsumen. Selain itu rencana pendirian stasiun pengisian gas elpiji di Kota Kendari guna melayani konsumen di Sultra perlu mendapat perhatian yang lebih seksama sehingga dapat terealisasi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa gas elpiji pada saat ini termasuk komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat secara meluas dan adanya anjuran penggunaan gas elpiji sebagai bahan bakar kebutuhan rumah tangga. 4. Dengan kuantitas pembelian dan harga ayam ras yang cenderung meningkat karena meningkatnya permintaan dan dengan wilayah yang masih sangat potensial untuk pengembangan ternak ayam ras maka pemerintah seyogyanya memberikan peluang besar kepada peternak ayam ras melalui skema kredit murah dan mudah, bimbingan teknis dan pendampingan peternakan, dan proses pembelajaran melalui magang ke daerah yang telah berhasil mengembangkan ayam ras dengan baik. 5. Pada umumnya struktur pasar komoditas yang diteliti adalah pasar persaingan (competitive market) dan oligopoli yang mengarah ke quasi-competitive, dimana dalam proses pembentukan harga kekuatan pedagang dan konsumen relatif seimbang. Sedangkan kekuatan pembentukan harga pembelian pengecer masih didominasi oleh distributor/pedagang besar. Oleh karena itu, pemerintah daerah lebih merespon keingian pedagang besar/distributor yaitu memberikan kermudahan pedagang mengurus izin yang berkenaan dengan usaha yang dijalankannya dan modal untuk pengembangan usaha dengan bunga rendah. 6. Komoditas bawang merah menunjukkan elastisitas transmisi harga terbesar dengan besaran 2,08; artinya perilaku distributor/pedagang besar dalam menentukan harga komoditas akan ditransmisikan ke pedagang pengecer dengan nilai yang lebih besar, atau dengan kata lain kelangkaan bawang di sumber dan gangguan dalam arus distribusi akan mempunyai dampak yang lebih besar terhadap pembentukan harga di tingkat konsumen. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu membuat kajian dalam rangka merumuskan kebijakan dalam menata tataniaga bawang merah sehingga memungkinkan komoditas ini mengalir ke Sultra tanpa disertai high cost economy.