ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN

dokumen-dokumen yang mirip
Keputusan Kongres Nomor: 01/Kongres-VIII/AJI/2011 tentang Pemilihan Pimpinan Sidang Kongres VIII Aliansi Jurnalis Independen

HASIL KONGRES IX ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN

ANGGARAN DASAR ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN. Pasal 2

MATERI KONGRES IX ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA (IJTI)

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 15

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW

ISMKMI Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia Association Indonesian Of Public Health Student Organization

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

K O M I S I I N F O R M A S I

UNDANG-UNDANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR : 001/UU/BPMFEUI/VI/2012

ANGGARAN DASAR INDONESIAN ASSOCIATION FOR PUBLIC ADMINISTRATION (IAPA) BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAN WAKTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Pasal 4 Kewajiban anggota : 1. Setiap anggota HMTI UGM wajib menaati segala ketentuan yang tercantum dalam AD/ART HMTI UGM. 2. Setiap anggota HMTI UGM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PERIODE 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ASOSIASI AHLI MANAJEMEN ASURANSI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SURVEYOR INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1. Pasal 2. Pasal 3

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANALIS KEBIJAKAN INDONESIA - AAKI (ASSOCIATION OF INDONESIAN POLICY ANALYSTS - AIPA) BAB I KETENTUAN UMUM

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG KOMITE DAERAH PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA (IJTI)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

ISMKMI Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia Indonesian Public Health Student Executive Board Association

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM. Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN KOORDINASI KEGIATAN MAHASISWA TEKNIK KIMIA INDONESIA BAB I STATUS DAN KEANGGOTAAN PASAL 1

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

ANGGARAN DASAR (AD) AMAN Ditetapkan oleh Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke-Empat (KMAN IV) Tobelo, 24 April 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

ANGGARAN DASAR IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA (IJTI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA)

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KURATOR DAN PENGURUS INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM BAB I KEANGGOTAAN BAGIAN I ANGGOTA. Pasal 1 Anggota Muda

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA

ANGGARAN DASAR ALIANSI MASYARAKAT ADAT NUSANTARA (AMAN) Ditetapkan oleh Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke-Lima (KMAN V) Deli Serdang, 19 Maret 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR : 001/UU/BPMFEBUI/II/2015

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII

ATURAN DASAR IKM FMIPA UI

MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI)

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL RAPAT PLENO PENGURUS PUSAT YANG DIPERLUAS BANTEN 30 MEI 2015

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

PERATURAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGELOLA PELATIHAN TENAGA KERJA INDONESIA LUAR NEGERI

DEWAN KEHORMATAN DAN PROSEDUR OPERASIONAL KODE ETIK GURU INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) ANGGARAN RUMAH TANGGA PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA)

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman

ATURAN DASAR IKM FMIPA UI BAB I PENGERTIAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA K N P I

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1. Pengertian

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI LEIDEN (Indonesian Students Association in Leiden)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA SIJUNJUNG

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD)

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN ALUMNI SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR BAB 1 KEANGGOTAAN. Pasal 1 Anggota

ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA

IKATAN ALUMNI CEDS UI

DPN APPEKNAS ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AD/ART PPI UT Pokjar Kuala Lumpur

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5/KEP/DPRD/2006 TENTANG

Transkripsi:

1 ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN Pasal 1 1. Anggota AJI adalah jurnalis yang telah memenuhi syarat profesional dan independen yang bekerja untuk media massa cetak, radio, televisi, dan online. 2. Yang dimaksud jurnalis adalah orang yang menjalani profesi yang berhubungan dengan kegiatan jurnalistik, atau yang terlibat dalam proses pembuatan berita hingga penyebarluasannya kepada publik. 3. Profesi sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) adalah reporter, editor, periset, kolumnis; pewarta foto; juru kamera; ilustrator; karikaturis; perancang grafis, dan pengecek fakta. Pasal 2 Syarat menjadi anggota AJI 1. Jurnalis Indonesia yang bekerja di Indonesia maupun di luar negeri. 2. Bekerja, baik terikat maupun tidak terikat pada usaha media massa cetak, radio, televisi dan on line. 3. Memiliki sejumlah karya jurnalistik yang pernah dipublikasikan Memiliki sejumlah karya jurnalistik yang pernah dipublikasikan secara teratur dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. 4. Jurnalis yang menjadi pegawai negeri sipil tidak bisa menjadi anggota, kecuali bekerja untuk lembaga penyiaran publik. 5. Tidak bekerja pada bidang yang bertentangan dengan martabat sebagai jurnalis, maupun bertentangan dengan AD/ART dan Deklarasi Sirnagalih 6. Mendapat rekomendasi, sekurang-kurangnya dari tiga anggota AJI dan lolos verifikasi keanggotaan. 7. Bukan anggota organisasi profesi sejenis yang diakui Dewan Pers, bukan pengurus partai politik serta bukan anggota dan atau pengurus organisasi lain yang bertentangan dengan prinsip-prinsip AJI. Pasal 3 Anggota kehormatan 1. Status anggota kehormatan dapat diberikan kepada orang-orang yang berjasa bagi kebebasan pers dan penegakan demokrasi. 2. Anggota kehormatan diusulkan oleh pengurus AJI dan ditetapkan dalam Kongres AJI. Pasal 4 Untuk menjadi anggota AJI, seorang jurnalis harus: a. Mendaftarkan diri secara tertulis kepada Pengurus AJI kota. b. Menyertakan contoh karya jurnalistik. c. Membayar biaya pendaftaran. Pasal 5 Kepindahan tempat domisili kerja anggota a. Anggota AJI yang pindah kerja ke kota lain secara permanen minimal lebih dari 1 tahun, status keanggotannya berpindah ke AJI kota tujuan. b. Pengurus AJI Kota yang anggotanya pindah sebagai mana dimaksud dalam ayat (a) wajib memberitahukan secara tertulis kepindahan anggotanya kepada pengurus AJI Kota tujuan, selambat-lambatnya tiga bulan sejak kepindahannya. Pasal 6 Keanggotaan berhenti karena : a. Meninggal dunia. b. Mengundurkan diri. c. Memilih berhenti dari profesi jurnalis. d. Tidak menjalankan profesi jurnalistik selama satu tahun, kecuali yang mendapatkan penugasan menjadi anggota Dewan Pers, Komisi Penyiaran Indonesia, dan Komisi Informasi. e. Dipecat dari keanggotaan. Pasal 7 Pemecatan terhadap anggota dapat dilakukan apabila : a. Melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, atau Kode Etik

2 b. Melakukan perbuatan yang mencemarkan, merugikan atau merendahkan nama baik, serta harkat martabat junalis dan organisasi c. Menyalahgunakan nama organisasi untuk kepentingan pribadi d. Tidak memenuhi kewajiban organisasi dan telah mendapatkan peringatan keras dari pengurus AJI Kota. Pasal 8 Jenis pelanggaran organisasi dan sanksi a. Pelanggaran aturan organisasi terdiri dari pelanggaran berat dan pelanggaran ringan. b. Pengaturan penjatuhan sanksi terhadap anggota AJI diatur dalam Peraturan Organisasi. Pasal 9 Mekanisme pemberian sanksi a. Anggota yang melakukan pelanggaran berat dapat dikenai sanksi pemecatan oleh pengurus AJI Kota. b. Untuk pelanggaran ringan, pengurus AJI Kota dapat mengeluarkan teguran hingga Surat Peringatan pertama. c. Aturan lebih lanjut mengenai pelanggaran dan pemecatan anggota akan diatur dalam peraturan organisasi secara terpisah. d. Anggota yang mendapatkan sanksi pemecatan dapat mengajukan banding ke Majelis Etik di tingkat pusat. e. AJI Indonesia dapat mengambil alih penanganan kasus etik yang tidak diselesaikan di tingkat AJI Kota. Pasal 10 Rehabilitasi Terhadap anggota yang bandingnya diterima oleh Majelis Etik tingkat pusat, pengurus AJI wajib merehabilitasi status keanggotaannya. BAB II AJI KOTA dan KOMITE PERSIAPAN AJI KOTA Pasal 11 1. AJI Kota dan Komite Persiapan AJI Kota berada di bawah koordinasi AJI Indonesia. 2. AJI Kota bisa dibentuk apabila memiliki sedikitnya 15 anggota. 3. Komite persiapan AJI Kota dibentuk jika minimal terdapat 8 anggota atas rekomendasi AJI Kota terdekat melalui penetapan oleh AJI Indonesia. 4. Apabila AJI kota terdekat tidak dapat memberikan rekomendasi maka AJI Indonesia berhak melakukan langkah-langkah yang di anggap perlu. Pasal 12 AJI Kota memiliki otonomi dalam hal: a. Penentuan penerimaan anggota, b. Pemilihan pengurus dan perangkat organisasi lainnya, c. Pembuatan dan pelaksanaan program. d. Pencarian sumber dana untuk pelaksanaan program. e. Pemberian sanksi anggota BAB III KONGRES Pasal 13 Pelaksanaan a. Kongres merupakan kekuasaan tertinggi organisasi AJI dan diselenggarakan setiap tiga tahun. b. Materi-materi kongres disiapkan oleh Pengurus AJI Indonesia. c. Kepanitiaan, lokasi dan anggaran kongres ditetapkan oleh Pengurus AJI Indonesia, selambat-lambatnya enam bulan sebelum pelaksanaan kongres. Persyaratan Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Pasal 14

3 1) Pasangan Calon Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dipilih di antara Anggota Biasa yang komitmen, dedikasi, dan loyalitasnya kepada organisasi sudah teruji, serta aktif menjalankan profesi jurnalis. 2) Pasangan Calon Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal tidak diperkenankan menjadi pengurus organisasi jurnalis lain yang ada di Indonesia. 3) Pasangan Calon Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal tidak diperkenankan menjadi pengurus partai politik dan atau organisasi massa. 4) Pasangan Calon Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal tidak bekerja pada usaha media yang menjadi milik partai politik dan atau organisasi massa. 5) Pasangan Calon Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal hadir dalam kongres. Pasal 15 Tata tertib Kongres a. Peserta Kongres terdiri atas delegasi AJI Kota, Pengurus AJI Indonesia, Badan Pengawas Keuangan, Badan Pertimbangan Organisasi, Majelis Etik, dan Peninjau yang diundang panitia atau mendaftarkan diri b. Peserta Kongres harus sudah menerima bahan-bahan kongres yangterdiri dari LPJ, draft tata tertib, draft AD/ART, Draft Kode Etik dan usulan pokok-pokok program kerja paling lambat satu bulan sebelum kongres dilaksanakan. c. Kongres dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari separuh delegasi AJI kota d. Delegasi AJI Kota memiliki hak suara, hak bicara, hak dipilih, dan memilih. e. Peserta Peninjau hanya mempunyai hak bicara f. Jumlah suara yang dimiliki setiap delegasi AJI Kota ditentukan sebagai berikut : Selanjutnya perhitungan suara dihitung dengan rumus: N + (N x 25%), dimana N adalah batas akhir jumlah anggota. g. Keputusan dilakukan dengan mufakat dan atau suara terbanyak melalui pemungutan suara. h. Peraturan kongres lainnya dibuat oleh panitia kongres dengan persetujuan peserta kongres. Pasal 16 Kongres Luar Biasa 1. Kongres Luar Biasa dapat dilakukan apabila Ketua Umum dan atau Sekretaris Jenderal AJI melanggar AD/ART dan atau tidak dapat menjalankan tugas organisasi. 2. Kongres Luar Biasa dilakukan atas usul sedikitnya 2/3 AJI Kota. BAB IV KONFERENSI AJI KOTA Pasal 17 1. Konferensi AJI Kota merupakan kekuasaan tertinggi AJI Kota dan diselenggarakan setiap tiga tahun sekali. 2. Konferensi AJI Kota mengundang seluruh anggota sebagai peserta dan perwakilan pengurus AJI Indonesia. 3. Konferensi AJI Kota dilaksanakan oleh panitia yang dibentuk oleh Pengurus AJI Kota. 4. Pengambilan keputusan dalam Konferensi AJI Kota dilakukan berdasar mufakat dan atau suara terbanyak melalui pemungutan suara. Pasal 18 Draf materi dan tata tertib konferensi dibuat oleh pengurus AJI Kota atau tim yang dibentuknya. BAB V PENGURUS Pasal 19 1. Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal terpilih harus melengkapi susunan pengurusnya, yang sekurangkurangnya terdiri dari Divisi Pengembangan Organisasi, Divisi Serikat Pekerja, Divisi Dana Usaha, Divisi Advokasi, Divisi Perempuan, dan Divisi Etik dan Profesi. 2. Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal harus membentuk koordinator wilayah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi-maluku, Papua, Bali-dan Nusa tenggara.

4 3. Susunan lengkap pengurus AJI Indonesia harus sudah terbentuk selambat-lambatnya satu bulan setelah kongres, dan diinformasikan secara tertulis kepada pengurus AJI kota. 4. Ketua dan Sekretaris AJI Kota harus melengkapi susunan pengurusnya dengan sekurang-kurangnya terdiri dari, Divisi Pengembangan Organisasi, Divisi Serikat Pekerja, Divisi Dana Usaha, Divisi Advokasi, dan Divisi Perempuan, serta Divsi etik dan profesi. 5. Susunan lengkap pengurus AJI kota sudah terbentuk selambat-lambatnya satu bulan setelah konfrensi kota dan diumumkan kepada anggota. 6. PengurusAJI Indonesia wajib mengadakan Rakernas selambat-lambatnya 3 bulan setelah kongres, dan menyampaikan hasilnya kepada seluruh AJI Kota. 7. Pengurus tidak diperkenankan menjadi pengurus dan atau anggota organisasi profesi sejenis, partai politik serta organisasi lain yang bertentangan dengan prinsip-prinsip AJI. Pasal 20 Pelimpahan Wewenang 1. Dalam hal Ketua Umum dan atau Sekretaris Jenderal berhalangan tetap, pengurus AJI Indonesia akan menunjuk pejabat sementara Ketua dan atau Sekretaris Jenderal dengan meminta pertimbangan Badan Pertimbangan Organisasi sampai kongres berikutnya. 2. Dalam hal Ketua dan atau Sekretaris AJI Kota berhalangan tetap, pengurus AJI Kota mengangkat pejabat sementara Ketua dan atau Sekretaris AJI Kota dan diberitahukan kepada AJI Indonesia. Pasal 21 Tugas dan Kewajiban Pengurus 1. Pengurus AJI bertugas dan berkewajiban melaksanakan Pokok-pokok Program Kerja dan hasil-hasil kongres lainnya. 2. Pengurus AJI Kota bertugas dan berkewajiban melaksanakan Pokok-pokok Program Kerja hasil-hasil konferensi AJI Kota. 3. Ketua dan Sekjen AJI berhak mewakili Organisasi dalam berhubungan dengan pihak luar. 4. Pengurus AJI berhak mengangkat dan memberhentikan pengelola sekretariat AJI. 5. Pengurus AJI menyusun dan menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan. 6. Pengurus AJI dapat membuat peraturan organisasi di bawah Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Ketetapan Kongres. 7. Pengurus AJI dapat membentuk panitia atau komisi khusus untuk menangani masalah tertentu. BAB VI BADAN PERTIMBANGAN ORGANISASI Pasal 22 1. Badan Pertimbangan Organisasi terdiri dari tiga orang berdasarkan kompetensi yang berkaitan dengan bidang jurnalisme, bidang pengembangan organisasi, dan bidang strategi pengembangan program yang dipilih oleh Kongres AJI. 2. Masa jabatan keanggotaan Badan Pertimbangan Organisasi mengikuti masa waktu Kongres AJI. Pasal 23 Fungsi BPO Badan Pertimbangan Organisasi aktif memberikan pertimbangan kebijakan-kebijakan organisasi, termasuk pelaksanaan program yang dilakukan oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal. Pasal 24 Sidang BPO 1. Sidang Badan Pertimbangan Organisasi dilaksanakan sekurang-kurangnya setahun sekali, yang anggaran dan penyelenggaraannya disiapkan oleh pengurus AJI, bersamaan dengan penyelenggaraan Rakernas. 2. Sidang Badan Pertimbangan Organisasi dipimpin oleh Ketua dan Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota

5 3. Hasil-hasil dan rekomendasi Sidang Badan Pertimbangan Organisasi disampaikan kepada pengurus AJI yang berkewajiban menginformasikan secara tertulis kepada pengurus AJI kota. BAB VII BADAN PENGAWAS KEUANGAN Pasal 25 1. Badan Pengawas Keuangan terdiri atas seorang koordinator dan dua orang anggota. 2. Koordinator dan Anggota Badan Pengawas Keuangan dipilih dan ditetapkan oleh Kongres. 3. Dalam hal koordinator dan atau anggota Badan Pengawas Keuangan berhalangan tetap, maka Pengurus AJI menetapkan penggantinya berdasarkan urutan nama berikutnya seperti yang diusulkan dalam kongres. Pasal 26 Kewenangan BPK 1. Badan Pengawas Keuangan memeriksa keuangan organisasi dalam satu periode kepengurusan dan hasil pemeriksaannya dilaporkan pada kongres. 2. Badan Pengawas Keuangan memberikan saran dan rekomendasi terhadap masalah pengelolaan dan pencarian aset dan dana organisasi. 3. Badan Pengawas Keuangan berhak menyetujui atau tidak menyetujui laporan keuangan pengurus, serta dapat memberikan pendapatnya secara tertulis. 4. Badan Pengawas Keuangan mendapat anggaran dan bantuan administrasi dari AJI Indonesia. BAB VIII MAJELIS ETIK Pasal 27 1. Majelis Etik terdiri atas satu orang koordinator dan empat orang anggota yang ditetapkan oleh Ketua Umum berdasarkan daftar calon yang diusulkan oleh Kongres untuk masa kerja tiga tahun 2. Jika anggota Majelis Etik berhalangan tetap maka Ketua Umum menunjuk penggantinya untuk masa jabatan yang tersisa berdasarkan daftar calon yang diusulkan di kongres 3. Majelis Etik dipimpin oleh koordinator yang dipilih dari dan oleh anggota Majelis. 4. Dalam hal Majelis Etik berhalangan tetap atau dianggap melakukan pelanggaran organisasi maka, pengurus menunjuk penggantinya untuk masa jabatan yang tersisa berdasarkan daftar calonnya yang di usulkan di kongres. Pasal 28 Tugas Majelis Etik 1. Majelis Etik bertugas melakukan pengawasan dalam pelaksanan kode etik jurnalistik, 2. Majelis Etik berkewajiban melaksanakan pemeriksaan dan penelitian yang berkait dengan masalah pelanggaran kode etik jurnalistik yang dilakukan oleh anggota. 3. Majelis Etik mempunyai kewajiban a. Memanggil anggota yang diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik b. Memberikan putusan benar tidaknya telah terjadi pelanggaran Kode Etik Jurnalistik c. Memberikan rekomendasi kepada pengurus untuk menjatuhkan sanksi atau rehabilitasi nama baik. 4. Majelis Etik dapat memberikan usul, masukan dan pertimbangan dalam penyusunan atau perubahan kode etik jurnalistik. 5. Majelis etik melakukan review paling sedikit 6 bulan sekali. Pasal 29 Majelis Etik mendapat fasilitas dan bantuan administrasi dari AJI dan AJI Kota dalam menjalankan tugastugasnya. BAB IX

6 RAPAT-RAPAT Pasal 30 Rapat dalam Organisasi AJI: a. Rapat Pengurus b. Sidang Badan Pertimbangan Organisasi c. Rapat Badan Pengawas Keuangan d. Rapat Majelis Etik. Rapat Pengurus AJI: a. Rapat Kerja Nasional b. Rapat Pleno Pengurus c. Rapat Harian d. Rapat Divisi e. Rapat Kepanitiaan atau Tim. Pasal 31 Pasal 32 Pengaturan dan wewenang masing-masing rapat diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi. BAB X KEUANGAN Pasal 33 Besaran uang pendaftaran dan iuran anggota ditentukan oleh masing-masing AJI Kota. Pasal 34 1. Pengurus AJI Indonesia bertanggung jawab menguatkan kapasitas AJI Kota dalam mencari sumber dana untuk mendorong kemajuan AJI Kota. 2. Pengurus AJI Indonesia wajib mengusahakan dana bagi program-program nasional sebagaimana ditentukan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan. 3. Tata cara penyaluran dana yang diusahakan oleh Pengurus AJI Indonesia dan tata cara pelaporan penggunaan dana tersebut dalam ayat (1) dan (2), ditentukan dalam aturan organisasi tersendiri. Pasal 35 1. Pengurus AJI Indonesia dan AJI Kota dibenarkan untuk mencari dana yang sah dari sumber-sumber yang tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga 2. Pencarian dana oleh AJI Kota diluar wilayahnya dikoordinasikan dengan AJI Indonesia. Pasal 36 Kriteria sumber dana yang diperbolehkan: 1. Tidak mengurangi independensi AJI. 2. Sumber dana perorangan yang tidak sedang dan terindikasi terlibat kasus pidana. 3. Sumber dana lembaga tidak sedang dan terindikasi terlibat kejahatan ekonomi, lingkungan, HAM korupsi dan ketenagakerjaan. 4. AJI tidak menerima dana dari APBN maupun APBD. Kriteria lebih lanjut ditetapkan dalam peraturan Organisasi. BAB XI TRANSPARANSI dan AKUNTABILITAS PENGGUNAAN DANA Pasal 37 a) Pengawasan atas pengelolaan penggunaan dana dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan b) Pengurus AJI Indonesia wajib mebuat laporan keuangan terbuka yang disetujui dan ditandatangani oleh Badan Pengawas Keuangan, dan dinformasikan kepada Pengurus AJI Kota satu tahun sekali.

7 c) Pengurus AJI Kota wajib mebuat laporan keuangan terbuka yang disetujui dan ditandatangani oleh Badan Pengawas Keuangan, dan dinformasikan kepada anggota AJI Kota dengan tembusan Pengurus AJI Indonesia satu tahun sekali. d) Dalam hal laporan keuangan yang tidak disetujui, Badan Pengawas Keuangan dapat memberikan laporan dan atau pendapatnya secara tertulis yang diinformasikan bersama-sama dengan laporan keuangan pengurus dimaksud. e) Badan Pengawas Keuangan dapat meminta keterangan dan penjelasan kepada Pengurus berkenaan dengan masalah dana organisasi. BAB XII PEMBEKUAN PENGURUS DAN ATAU ORGANISASI AJI KOTA Pasal 38 1. Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dapat memutuskan pembekuan sementara suatu kepengurusan AJI Kota, apabila kepengurusan AJI Kota terbukti melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dan atau tidak mampu menjalankan seluruh fungsi organisasi. 2. Pengurus AJI Indonesia dapat mengangkat pelaksana tugas Ketua AJI Kota yang bertugas mempersiapan Konferensi Kota Luar Biasa selambat-lambatnya dua bulan setelah pembekuan. 3. Pembekuan sementara organisasi AJI Kota harus disampaikan dan dipertanggungjawabkan kepada Kongres. BAB XIII PERUBAHAN DAN ATURAN TAMBAHAN Pasal 39 Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan dan ditetapkan oleh Kongres. Pasal 40 Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dalam peraturan organisasi dan peraturan lainnya.