PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI.

dokumen-dokumen yang mirip
Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 117/BAPPEBTI/PER/03/2015

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 99/BAPPEBTI/PER/11/2012

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI.

(dibuat di atas kertas kop perusahaan)

BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka. Pasal 102

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor : 101/BAPPEBTI/PER/01/2013

M E M U T U S K A N :

M E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87

M E M U T U S K A N :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 119/BAPPEBTI/PER/03/2015

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Perihal : Permohonan Penetapan sebagai Pialang Berjangka yang melaksanakan kegiatan penerimaan Nasabah secara

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 107/BAPPEBTI/PER/11/2013

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB 6 PROSEDUR KLIRING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 02/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

M E M U T U S K A N :

BAB III PERJANJIAN INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA. A. Dasar Hukum Untuk Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Investasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

2017, No undangan mengenai pencegahan dan pemberatasan tindak pidana pencucian uang dan wajib melakukan pemblokiran sebagaimana dimaksud dalam

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP- 47 /PM/2004 TENTANG DANA JAMINAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

5. Keputusan Presiden Nomor 6/M Tahun 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan;

PROSEDUR PERIZINAN USAHA BURSA BERJANGKA/LEMBAGA KLIRING BERJANGKA

2017, No Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5232);

BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL

DAFTAR ISI PERATURAN DAN TATA TERTIB PT. BURSA KOMODITI & DERIVATIF INDONESIA INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE ( ICDX )

PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 01/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010 TENTANG

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Pe

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

ANGGOTA KLIRING YANG MENDAPATKAN JASA LAYANAN KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA DAN OPSI

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

BAB 23 KONTRAK BERJANGKA OLEINTR

BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN. (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari :

BAB 6 TATA CARA PEDAGANGAN ELEKTRONIS SERTA PERSYARATAN DAN PRAKTEK PERDAGANGAN

2017, No Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi tentang Pedoman Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan T

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA

BAB 2 KETENTUAN UMUM

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING. 300 Struktur Organisasi. 301 Pengurus. 302 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

PERJANJIAN MITRA PEMASAR

PANDUAN APLIKASI PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK ONLINE

(Dibuat di atas kop surat perusahaan)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 TATA CARA KLIRING DAN PENYELESAIAN

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

2017, No dan Kontrak Berjangka Luar Negeri dalam rangka Penyaluran Amanat Nasabah Ke Bursa Luar Negeri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I KETENTUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

No. 14/ 1 /DPM Jakarta, 4 Januari Maret SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA

402. PERSYARATAN KEANGGOTAAN BURSA BERDASARKAN KATEGORI

PERATURAN TENTANG BIAYA DAN IMBALAN PENYELESAIAN SENGKETA ATAU BEDA PENDAPAT BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI

7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 MEMUTUSKAN:

Transkripsi:

Peraturan Kepala Badan Pengawas MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI. Pasal 1 (1) Penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri hanya dapat dilakukan oleh Pialang Berjangka yang telah menjadi anggota Lembaga Kliring Berjangka dan telah memperoleh persetujuan dari Bappebti. (2) Penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan melalui sistem penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri yang disediakan oleh Bursa Berjangka dalam negeri ke Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka luar negeri yang telah terdaftar dalam Bursa Berjangka dalam negeri. (3) Dalam penyelenggaraan penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bursa Berjangka dalam negeri bertugas: a. menyediakan sistem yang mampu menyalurkan Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri dari Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri ke Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka luar negeri; b. mengadakan kerjasama dengan Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka luar negeri; dan c. membuat daftar Pialang Berjangka luar negeri dalam rangka penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri dan melaporkan daftar tersebut kepada Bappebti. (4) Dalam penyelenggaraan penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri bertugas: a. mengelola Dana Jaminan dan Margin Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri; b. mengadakan kerjasama dengan Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka luar negeri untuk memastikan kecukupan Margin Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri berdasarkan laporan Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka luar negeri; c. menyalurkan kewajiban Margin (netto) Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri ke Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka luar negeri; d. menerima pengembalian Margin Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri dari Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka luar negeri; dan e. membayar kewajiban Pialang Berjangka dalam negeri kepada Nasabah Pialang Berjangka dalam negeri yang tidak bisa atau 2

Peraturan Kepala Badan Pengawas lalai diselesaikan oleh Pialang Berjangka dalam negeri paling banyak sebesar Dana Jaminan yang disetorkan ke Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri. (5) Ketentuan mengenai tata cara penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri diatur lebih lanjut dalam Peraturan dan Tata Tertib Bursa Berjangka dalam negeri dan/atau Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri. Pasal 2 (1) Pialang Berjangka yang menyalurkan Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri wajib mengadakan kerjasama dengan Pialang Berjangka luar negeri yang telah menjadi anggota Lembaga Kliring Berjangka luar negeri. (2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus memuat: a. hak dan kewajiban masing-masing pihak; b. mekanisme penyaluran dan pengelolaan Amanat Nasabah; c. sistem informasi dan pelaporan; d. sistem pengawasan; e. skema perlindungan Nasabah; f. mekanisme penyelesaian perselisihan melalui sarana arbitrase; dan g. mekanisme pembayaran dan penarikan kembali Margin dilakukan melalui Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri. (3) Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) huruf b, Pasal 1 ayat (4) huruf b dan Pasal 2 ayat (1) wajib dibuat paling sedikit dalam 2 (dua) bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dan dalam hal terjadi sengketa yang dipergunakan adalah bahasa Inggris. (4) Pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka dan dituangkan dalam Peraturan dan Tata Tertib. (5) Salinan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) wajib disampaikan kepada Bappebti sebagai persyaratan pemberian persetujuan dalam rangka penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri. (6) Penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri hanya dapat dilakukan ke Bursa Berjangka dan Kontrak Berjangka yang daftarnya ditetapkan oleh Bappebti. 3

Pasal 3 Peraturan Kepala Badan Pengawas (1) Pialang Berjangka yang menyalurkan Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri harus memenuhi persyaratan: a. telah menjadi anggota Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri; b. menyetorkan Dana Jaminan sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) ke Lembaga Kliring Berjangka untuk ditempatkan di dalam rekening terpisah dari rekening Lembaga Kliring Berjangka pada Bank penyimpan yang disetujui oleh Bappebti; c. menggunakan bank Penyimpan Dana Margin yang menyediakan fasilitas penyetoran dan penarikan Margin secara online selama jam perdagangan dengan bank yang dipergunakan oleh Pialang Berjangka anggota Lembaga Kliring Berjangka luar negeri; d. memiliki paling sedikit 1 (satu) Wakil Pialang Berjangka yang menguasai atau mengerti peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka dan Kontrak Berjangka luar negeri yang diperdagangkan; dan e. menggunakan sistem penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri yang disediakan oleh Bursa Berjangka dalam negeri yang terhubung langsung (online) dengan Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri. (2) Sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e harus: a. terhubung secara online dengan sistem yang digunakan oleh Bursa Berjangka luar negeri dan Pialang Berjangka luar negeri; dan b. mampu secara otomatis melakukan registrasi transaksi, pemenuhan pembayaran dan penarikan Margin, serta mampu melakukan hal-hal lain yang diperlukan dalam rangka pengawasan pasar yang dikelola oleh Bursa Berjangka dan/atau Lembaga Kliring Berjangka sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (3) Sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e harus memperoleh persetujuan dari Bappebti. (4) Bursa Berjangka dalam negeri dan Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri wajib membuat, memelihara dan menyimpan catatan yang berkaitan dengan penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 4 Permohonan persetujuan untuk melakukan kegiatan penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri diajukan oleh Pialang Berjangka kepada Bappebti dengan menggunakan Formulir Nomor III.PRO.59, Nomor III. PRO.60 dan Nomor III. PRO.61 dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam formulir tersebut sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan Pengawas ini. 4

Pasal 5 Peraturan Kepala Badan Pengawas (1) Bappebti melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap dokumen yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Bappebti dan/atau pihak ketiga yang ditunjuk oleh Bappebti melakukan pemeriksaan sistem penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dengan menggunakan Formulir Nomor III.PRO.62. (3) Bappebti memberikan persetujuan atau penolakan terhadap permohonan untuk melakukan kegiatan penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri paling lambat 45 (empat puluh lima) hari kerja sejak terpenuhinya penilaian kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (4) Bappebti memberikan persetujuan kepada Pialang Berjangka untuk melakukan kegiatan penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri dengan menggunakan Formulir Nomor III.PRO.63 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan Pengawas ini. (5) Bappebti menyampaikan penolakan permohonan pemberian persetujuan kepada Pialang Berjangka untuk melakukan kegiatan penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri dengan menggunakan Formulir Nomor III.PRO.64 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan Pengawas ini. Pasal 6 Dalam hal Bursa Berjangka luar negeri dan/atau Pialang Berjangka luar negeri menghentikan pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka, Bursa Berjangka dalam negeri wajib segera melaporkan kejadian tersebut kepada Bappebti, Pialang Berjangka dalam negeri dan Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri. Pasal 7 (1) Setiap pihak dilarang menawarkan Kontrak Berjangka luar negeri dan/atau melakukan penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri, kecuali kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan tata cara yang diatur dalam Peraturan Kepala Bappebti ini. (2) Setiap pihak yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas ini, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka Komodiiti yang berlaku. 5