PROSEDUR PERIZINAN USAHA BURSA BERJANGKA/LEMBAGA KLIRING BERJANGKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSEDUR PERIZINAN USAHA BURSA BERJANGKA/LEMBAGA KLIRING BERJANGKA"

Transkripsi

1

2 PROSEDUR PERIZINAN USAHA BURSA BERJANGKA/LEMBAGA KLIRING BERJANGKA NO. KETERANGAN 1 2 Pemohon mengajukan permohonan Izin Usaha Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka ke Bappebti melalui Sekretariat/TU setelah lengkap sesuai Keputusan Kepala Bappebti Nomor : 01/BAPPEBTI/KP/X/1999 tentang Perizinan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, dengan menggunakan Formulir Nomor II BB. 1 dan dilengkapi dokumen-dokumen sebagaimana dipersyaratkan dalam Formulir Nomor II. BB. 2. Selanjutnya : (1) Kepala Bappebti menerima dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Biro Perniagaan (Karonia); (1 hari) (2) Karonia menerima, meneliti dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Bagian Pembinaan Usaha (Kabag PU); (1 hari) (3) Kabag PU, Kasubbag Pembinaan Usaha Pelaku Pasar (PUPP) dan Pelaksana menerima, meneliti kelengkapan dan persyaratan dokumen; (8 hari) (4) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Penolakan Pemberian Izin Usaha Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka apabila permohonan tidak memenuhi persyaratan karena pengurus : Masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT); Masuk Daftar Hitam (Black List) dari Bank Indonesia; Sedang dalam Proses Hukum. (1 hari) Atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen, apabila dokumen tidak lengkap dan tidak memenuhi persyaratan; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Undangan Wawancara Uji Kelayakan dan Kepatutan Calon Pengurus dan Surat Undangan Pembahasan Peraturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka, apabila dokumen telah lengkap dan memenuhi persyaratan; (1 hari) 1

3 1 2 (5) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Penolakan Pemberian Izin Usaha Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka atau Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen atau Surat Undangan Wawancara Uji Kelayakan dan Kepatutan Calon Pengurus dan Surat Undangan Pembahasan PTT Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka, bila telah sesuai, menandatangani salah satu konsep surat dimaksud, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon dan Tim Penguji/Pemeriksa; (1 hari) (6) A. Tim Penguji melakukan Wawancara Uji Kelayakan dan Kepatutan kepada Calon Pengurus Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka dan merekomendasikan hasil wawancara tersebut kepada Karonia; (5 hari) atau B. Tim Pemeriksa melakukan Pembahasan PTT Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka dan merekomendasikan hasil pembahasan tersebut kepada Karonia; (6 hari) (7) A. Karonia menerima dan memutuskan hasil rekomendasi Tim Penguji Wawancara Uji Kelayakan dan Kepatutan kepada Calon Pengurus Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka, kemudian mendisposisikan hasil keputusan tersebut kepada Kabag PU; (1 hari), atau B. Karonia menerima dan memutuskan hasil rekomendasi Tim Pemeriksa PTT Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka kemudian mendisposisikan hasil keputusan tersebut kepada Kabag PU; (1 hari) (8) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Penggantian Pengurus apabila Karonia memutuskan Tidak Lulus bagi calon Pengurus; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Perbaikan PTT apabila Karonia memutuskan Tidak Sesuai untuk PTT yang diajukan; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta Surat Tugas Tim Pemeriksa apabila Karonia memutuskan Lulus bagi calon Pengurus dan sesuai bagi PTT yang diajukan; (1 hari) 2

4 1 2 (9) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Permintaan Penggantian Pengurus dan/atau Surat Permintaan Perbaikan PTT atau Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta Surat Tugas, bila telah sesuai, menandatangani salah satu konsep surat dimaksud, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon dan Tim Pemeriksa; (1 hari) (10) Tim Pemeriksa melakukan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta merekomendasikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Karonia; (3 hari) (11) Karonia menerima dan memutuskan hasil rekomendasi hasil Tim Pemeriksa, kemudian mendisposisikan hasil keputusan tersebut kepada Kabag PU; (1 hari) (12) Kabag PU membuat dan memaraf konsep Surat Permintaan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor apabila Karonia memutuskan tidak layak untuk kelengkapan prasarana dan sarana fisik kantor yang diperiksa;(1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf konsep SK. Kepala Bappebti tentang Izin Usaha Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka apabila Karonia memutuskan layak untuk kelengkapan prasarana dan sarana fisik kantor yang diperiksa; (1 hari) (13) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Permintaan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor atau SK. Kepala Bappebti tentang Izin Usaha Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka, bila telah sesuai, menandatangani konsep surat atau memaraf konsep SK tersebut, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon atau konsep SK tersebut ke Kepala Bappebti; (1 hari) (14) Kepala Bappebti menerima dan meneliti Konsep SK. Kepala Bappebti tentang Izin Usaha Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka, bila telah sesuai, menandatangani SK tersebut. (2 hari) Pemohon mengambil SK. Kepala Bappebti tentang Izin Usaha Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka ke Bagian Pembinaan Usaha (PU) setelah membayar sebesar Rp ,- (lima belas juta rupiah) melalui Rekening Bendahara PNBP dengan menyampaikan bukti setor. 3

5 CATATAN : Perhitungan hari pemrosesan Permohonan Izin Usaha Bursa Berjangka/Lembaga Kliring Berjangka yang disampaikan ke BAPPEBTI dimulai sejak dokumen permohonan dinyatakan lengkap dan akan selesai diproses paling lama 32 hari kerja sejak (tidak termasuk wawancara uji kelayakan dan kepatutan, pembahasan PTT serta pemeriksaan prasarana dan sarana fisik kantor bila pemohon belum siap). 4

6 PROSEDUR PERIZINAN USAHA PIALANG BERJANGKA NO. KETERANGAN 1 2 Pemohon mengajukan permohonan Izin Usaha Pialang Berjangka ke Bappebti melalui Sekretariat/TU setelah lengkap sesuai Keputusan Kepala Bappebti Nomor : 56/BAPPEBTI/KP/9/2005 tentang Izin Usaha Pialang Berjangka, dengan menggunakan Formulir Nomor III PRO. 27 dan dilengkapi dokumen-dokumen sebagaimana dipersyaratkan dalam Formulir Nomor III. PRO. 27 A s.d Formulir Nomor III. PRO. 27 G. Selanjutnya : (1) Kepala Bappebti menerima dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Biro Perniagaan (Karonia); (1 hari) (2) Karonia menerima, meneliti dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Bagian Pembinaan Usaha (Kabag PU); (1 hari) (3) Kabag PU, Kasubbag Pembinaan Usaha Pelaku Pasar (PUPP) dan Pelaksana menerima, meneliti kelengkapan dan persyaratan dokumen; (8 hari) (4) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Penolakan Pemberian Izin Usaha Pialang Berjangka apabila permohonan tidak memenuhi persyaratan karena pengurus : Masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT); Masuk Daftar Hitam (Black List) dari Bank Indonesia; Sedang dalam Proses Hukum. (1 hari) Atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen apabila dokumen tidak lengkap dan tidak memenuhi persyaratan; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Undangan Wawancara Uji Kelayakan dan Kepatutan Calon Pengurus Pialang Berjangka, apabila dokumen telah lengkap dan memenuhi persyaratan; (1 hari) 1

7 1 2 (5) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Penolakan Izin Usaha atau Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen atau Undangan Wawancara, bila telah sesuai, menandatangani salah satu konsep surat dimaksud, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon dan Tim Penguji; (1 hari) (6) Tim Penguji melakukan Wawancara Uji Kelayakan dan Kepatutan kepada Calon Pengurus Pialang Berjangka dan merekomendasikan hasil wawancara tersebut kepada Karonia; (5 hari) (7) Karonia menerima dan memutuskan hasil rekomendasi Tim Penguji kemudian mendisposisikan hasil keputusan tersebut kepada Kabag PU; (1 hari) (8) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Penggantian Pengurus apabila Karonia memutuskan tidak Lulus bagi calon Pengurus; (1 hari) Atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta Surat Tugas Tim Pemeriksa apabila Karonia memutuskan Lulus bagi calon pengurus; (1 hari) (9) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Permintaan Penggantian Pengurus atau Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta Surat Tugas, bila telah sesuai, menandatangani salah satu konsep surat dimaksud, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon dan Tim Pemeriksa; (1 hari) (10) Tim Pemeriksa melakukan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta merekomendasikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Karonia; (7 hari) (11) Karonia menerima dan memutuskan hasil rekomendasi Tim Pemeriksa kemudian mendisposisikan hasil keputusan tersebut kepada Kabag PU; (1 hari) (12) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor apabila Karonia memutuskan tidak layak untuk kelengkapan prasarana dan sarana fisik kantor yang diperiksa; (1 hari) Atau 2

8 1 2 Kabag PU membuat dan memaraf Konsep SK Izin Usaha Pialang Berjangka apabila Karonia memutuskan layak untuk kelengkapan prasarana dan sarana fisik kantor yang diperiksa; (1 hari) (13) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Permintaan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor atau SK. Kepala Bappebti tentang Izin Usaha Pialang Berjangka, bila telah sesuai, menandatangani konsep surat atau memaraf Konsep SK tersebut, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon atau Konsep SK tersebut ke Kepala Bappebti; (1 hari) (14) Kepala Bappebti menerima dan meneliti Konsep SK. Kepala Bappebti tentang Izin Usaha Pialang Berjangka, bila telah sesuai, menandatangani SK tersebut; (2 hari) Pemohon mengambil SK. Kepala Bappebti tentang Izin Usaha Pialang Berjangka ke Bagian Pembinaan Usaha (PU) setelah membayar sebesar Rp ,- (enam juta rupiah) melalui Rekening Bendahara PNBP dengan menyampaikan bukti setor. CATATAN : Perhitungan hari pemrosesan permohonan Izin Usaha Pialang Berjangka yang disampaikan ke BAPPEBTI dimulai sejak dokumen permohonan dinyatakan lengkap dan akan selesai diproses paling lama 32 hari kerja (tidak termasuk wawancara uji kelayakan dan kepatutan serta pemeriksaan prasarana dan sarana fisik kantor bila Pemohon belum siap). 3

9 PROSEDUR PERIZINAN SEBAGAI WAKIL PIALANG BERJANGKA NO. KETERANGAN 1 2 Pemohon mengajukan permohonan Izin Wakil Pialang Berjangka (WPB) ke Bappebti melalui Sekretariat/TU setelah lengkap sesuai Keputusan Kepala Bappebti Nomor: 57/BAPPEBTI/KP/9/2005 tentang Izin Wakil Pialang Berjangka, dengan menggunakan Formulir Nomor III PRO. 39 dan dilengkapi dokumen-dokumen sebagaimana dipersyaratkan dalam Formulir Nomor III. PRO. 39 A s.d Formulir Nomor III. PRO. 39 C. Selanjutnya : (1) Kepala Bappebti menerima dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Biro Perniagaan (Karonia); (1 hari) (2) Karonia menerima, meneliti dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Bagian Pembinaan Usaha (Kabag PU); (1 hari) (3) Kabag PU, Kasubbag Pembinaan Usaha Pelaku Pasar (PUPP) dan Pelaksana menerima, meneliti kelengkapan dan persyaratan dokumen; (4 hari) (4) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Penolakan Pemberian Izin sebagai Wakil Pialang Berjangka apabila permohonan tidak memenuhi persyaratan, karena Calon Wakil Pialang Berjangka; Masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT); Masuk Daftar Hitam (Black List) dari Bank Indonesia; Sedang dalam Proses Hukum. (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen apabila Dokumen tidak lengkap dan tidak memenuhi persyaratan; (1 hari) atau 1

10 1 2 Kabag PU membuat dan memaraf Konsep SK Kepala Bappebti dan Sertifikat Izin Wakil Pialang Berjangka, apabila Dokumen telah lengkap dan memenuhi persyaratan; (1 hari) (5) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Penolakan Izin Wakil Pialang Berjangka atau Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen, bila telah sesuai, menandatangani salah satu konsep surat dimaksud; (1 hari) atau Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Keputusan Kepala Bappebti dan Sertifikat Izin Wakil Pialang Berjangka, bila telah sesuai, menandatangani SK dan Sertifikat tersebut atas nama Kepala Bappebti; (2 hari) Pemohon mengambil SK Kepala Bappebti dan Sertifikat Izin Wakil Pialang Berjangka ke Bagian Pembinaan Usaha (PU) setelah membayar sebesar Rp ,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) melalui rekening Bendahara PNBP dengan menyampaikan bukti setor. CATATAN : Perhitungan hari pemrosesan permohonan Izin Wakil Pialang Berjangka yang disampaikan ke BAPPEBTI dimulai sejak dokumen permohonan dinyatakan lengkap dan akan selesai diproses paling lama 9 hari kerja. 2

11 PROSEDUR PEMBERIAN PERSETUJUAN SEBAGAI PENYELENGGARA SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF (SPA) NO. KETERANGAN 1 2 Pemohon mengajukan permohonan Persetujuan Sebagai Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) ke Bappebti melalui Sekretariat/TU setelah lengkap sesuai Keputusan Kepala Bappebti Nomor : 58/BAPPEBTI/KP/I/2005 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Bappebti Nomor 55/BAPPEBTI/KP/I/2005 tentang Sistem Perdagangan Alternatif, dengan menggunakan Formulir Nomor III PRO. 24.A dan dilengkapi dokumen-dokumen sebagaimana dipersyaratkan dalam Formulir Nomor III. PRO.25.Selanjutnya : (1) Kepala Bappebti menerima dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Biro Perniagaan (Karonia); (1 hari) (2) Karonia menerima, meneliti dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Bagian Pembinaan Usaha (Kabag PU); (1 hari) (3) Kabag PU, Kasubbag Pembinaan Usaha Pelaku Pasar (PUPP) dan Pelaksana menerima, meneliti kelengkapan dan persyaratan dokumen; (8 hari) (4) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Penolakan Persetujuan Sebagai Penyelenggara SPA apabila permohonan tidak memenuhi persyaratan karena Pemohon: Tidak memenuhi kecukupan modal; Sedang dalam Proses Hukum. (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen, apabila dokumen tidak lengkap dan tidak memenuhi persyaratan; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta 1

12 Surat Tugas Tim Pemeriksa apabila dokumen telah lengkap dan memenuhi persyaratan; (1 hari) 1 2 (5) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Penolakan Persetujuan Sebagai Penyelenggara SPA atau Konsep Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen atau Konsep Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta Surat Tugas, bila telah sesuai, menandatangani salah satu konsep surat dimaksud, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon dan Tim Pemeriksa; (1 hari) (6) Tim Pemeriksa melakukan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta merekomendasikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Karonia; (5 hari) (7) Karonia menerima dan memutuskan hasil rekomendasi Tim Pemeriksa kemudian mendisposisikan hasil keputusan tersebut kepada Kabag PU; (1 hari) (8) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor apabila Karonia memutuskan tidak layak untuk kelengkapan prasarana dan sarana fisik kantor yang diperiksa; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf konsep SK Persetujuan sebagai Penyelenggara SPA apabila Karonia memutuskan layak untuk kelengkapan prasarana dan sarana fisik kantor yang diperiksa; (1 hari) (9) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Permintaan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor atau SK Kepala Bappebti tentang Persetujuan sebagai Penyelenggara SPA, bila telah sesuai, menandatangani konsep surat atau memaraf konsep SK tersebut, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon atau konsep SK tersebut ke Kepala Bappebti; (1 hari). (10) Kepala Bappebti menerima dan meneliti Konsep SK. Kepala Bappebti tentang Persetujuan sebagai Penyelenggara SPA, bila telah sesuai, menandatangani SK tersebut.; (2 hari) Pemohon mengambil SK. Kepala Bappebti tentang Persetujuan Sebagai Penyelenggara SPA ke Bagian Pembinaan Usaha (PU) setelah membayar sebesar Rp ,- (enam juta rupiah) melalui Rekening Bendahara PNBP dengan menyampaikan 2

13 bukti setor. CATATAN : Perhitungan hari pemrosesan permohonan Persetujuan sebagai Penyelenggara SPA yang disampaikan ke BAPPEBTI dimulai sejak dokumen permohonan dinyatakan lengkap dan akan selesai diproses paling lama 22 hari kerja (tidak termasuk pemeriksaan prasarana dan sarana fisik kantor bila Pemohon belum siap). 3

14 NO. PROSEDUR PEMBERIAN PERSETUJUAN PENETAPAN SEBAGAI KANTOR CABANG PIALANG BERJANGKA KETERANGAN 1 2 Pemohon mengajukan permohonan Pembukaan Kantor Cabang Pialang Berjangka ke Bappebti melalui Sekretariat/TU Bappebti setelah lengkap sesuai Peraturan Kepala Bappebti Nomor : 73/BAPPEBTI/Per/9/2009 dengan menggunakan Formulir Nomor III PRO. 50 dan dilengkapi dokumen-dokumen sebagaimana dipersyaratkan dalam Formulir Nomor III. PRO.50 A s.d PRO. 50 G. Selanjutnya : (1) Kepala Bappebti menerima dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Biro Perniagaan (Karonia); (1 hari) (2) Karonia menerima, meneliti dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Bagian Pembinaan Usaha (Kabag PU); (1 hari) (3) Kabag PU, Kasubbag Pembinaan Usaha Pelaku Pasar (PUPP) dan Pelaksana meneliti kelengkapan dan persyaratan dokumen; (4) (8 hari) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Penolakan Penetapan Kantor Cabang Pialang Berjangka apabila permohonan tidak memenuhi persyaratan karena pengurus : Masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT); Masuk Daftar Hitam (Black List) dari Bank Indonesia; Sedang dalam Proses Hukum. (1 hari) Atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen apabila dokumen tidak lengkap dan tidak memenuhi persyaratan; (1 hari) atau 1

15 1 2 Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor dan Pialang Berjangka serta Surat Tugas, apabila dokumen telah lengkap dan memenuhi persyaratan; (1 hari) (5) Karonia menerima dan meneliti, Konsep Surat Penolakan Penetapan Kantor Cabang Pialang Berjangka atau Konsep Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen atau Konsep Surat Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta Surat Tugas, bila telah sesuai, menandatangani salah satu konsep surat dimaksud, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon dan Tim Pemeriksa; (1 hari) (6) Tim Pemeriksa melakukan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik, kemudian merekomendasikan hasil pemeriksaan dan wawancara tersebut kepada Karonia; (5 hari) (7) Karonia menerima dan memutuskan hasil rekomendasi Tim Pemeriksa kemudian mendisposisikan hasil keputusan tersebut kepada Kabag PU; (1 hari) (8) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor, apabila Karonia memutuskan tidak layak untuk kelengkapan prasarana dan sarana fisik kantor yang diperiksa; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Penetapan Kantor Cabang Pialang Berjangka, apabila Karonia memutuskan layak untuk kelengkapan prasarana dan sarana fisik yang diperiksa; (2 hari) (9) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Permintaan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor, bila telah sesuai, menandatangani konsep surat dimaksud dan menyampaikan kepada Pemohon; (1 hari) atau Karonia menerima dan meneliti Surat Penetapan Kantor Cabang Pialang Berjangka, bila telah sesuai, menandatangani Surat Penetapan tersebut atas nama Kepala Bappebti ; (2 hari) Pemohon mengambil Surat Penetapan Kantor Cabang Pialang Berjangka ke Bagian Pembinaan Usaha (PU) setelah membayar sebesar Rp ,- (enam juta rupiah) melalui Rekening Bendahara PNBP dengan menyampaikan bukti setor. 2

16 CATATAN : Perhitungan hari pemrosesan Permohonan Penetapan Kantor Cabang Pialang Berjangka yang disampaikan ke BAPPEBTI dimulai sejak permohonan dinyatakan lengkap dan akan selesai diproses paling lama 22 hari kerja (tidak termasuk wawancara uji kelayakan dan kepatutan serta pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor bila Pemohon belum siap). 3

17 PROSEDUR PEMBERIAN PERSETUJUAN SEBAGAI BANK PENYIMPANAN MARGIN, DANA KOMPENSASI DAN DANA JAMINAN NO. KETERANGAN 1 2 Pemohon mengajukan permohonan Persetujuan Bank Penyimpanan Margin, Dana Kompensasi dan Dana Jaminan ke Bappebti melalui Sekretariat/TU setelah lengkap sesuai Keputusan Kepala Bappebti Nomor : 17/BAPPEBTI/KP/V/2000 tentang Persetujuan Bank Penyimpanan Margin, Dana Kompensasi dan Dana Jaminan, dengan menggunakan Formulir Nomor VII. BP.1 dan Nomor VII. BP.2 dan dilengkapi dokumen-dokumen sebagaimana dipersyaratkan. Selanjutnya : (1) Kepala Bappebti menerima dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Biro Perniagaan (Karonia); (1 hari) (2) Karonia menerima, meneliti dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Bagian Pembinaan Usaha (Kabag PU); (1 hari) (3) Kabag PU, Kasubbag Pembinaan Usaha Kelembagaan dan Pelaku Penunjang (PUKPP) dan Pelaksana menerima, meneliti kelengkapan dan persyaratan dokumen; (8 hari) (4) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Penolakan Persetujuan Bank Penyimpanan Margin, Dana Kompensasi dan Dana Jaminan apabila permohonan tidak memenuhi persyaratan karena pengurus : Masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT); Masuk Daftar Hitam (Black List) dari Bank Indonesia; Sedang dalam Proses Hukum. (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen apabila dokumen tidak lengkap dan tidak memenuhi persyaratan; (1 hari) atau 1

18 1 2 Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Undangan Presentasi SOP Penyimpanan Margin pada Rekening Terpisah apabila dokumen telah lengkap dan memenuhi persyaratan; (1 hari) (5) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Penolakan Izin Usaha atau Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen atau Undangan Presentasi SOP, bila telah sesuai, menandatangani salah satu konsep surat dimaksud, kemudian menyampaikan surat tersebut ke pemohon dan Tim Penguji; (1 hari) (6) Tim Penguji melakukan evaluasi Presentasi SOP Penyimpanan Margin pada Rekening Terpisah dan merekomendasikan hasil Evaluasi Presentasi tersebut kepada Karonia; (5 hari) (7) Karonia menerima dan memutuskan hasil rekomendasi Evaluasi Presentasi SOP kemudian mendisposisikan hasil keputusan tersebut kepada Kabag PU; (1 hari) (8) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Perbaikan SOP Penyimpanan Margin pada Rekening Terpisah apabila Karonia memutuskan SOP dimaksud tidak sesuai; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Pemberitahuan Uji Sistem Rekening Terpisah serta Surat Tugas, apabila Karonia memutuskan SOP dimaksud telah Sesuai; (1 hari) (9) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Permintaan Perbaikan SOP atau Pemberitahuan Uji Sistem serta Surat Tugas, bila telah sesuai, menandatangani salah satu konsep surat dimaksud, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon dan Tim Penguji; (1 hari) (10) Tim Penguji melakukan Pengujian Sistem Rekening Terpisah dan merekomendasikan hasil Uji Sistem tersebut kepada Karonia; (7 hari) 2

19 1 2 (11) Karonia menerima dan memutuskan hasil rekomendasi Tim Penguji Sistem kemudian mendisposisikan hasil keputusan tersebut kepada Kabag PU. (1 hari) (12) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Pemberitahuan Perbaikan Sistem, apabila Karonia memutuskan tidak layak untuk Sistem yang diperiksa; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep SK Kepala Bappebti tentang Persetujuan sebagai Bank Penyimpanan Margin, Dana Kompensasi dan Dana Jaminan apabila Karonia memutuskan layak untuk Sistem yang diperiksa. (1 hari) (13) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Pemberitahuan Perbaikan Sistem atau SK. Kepala Bappebti tentang Persetujuan sebagai Bank Penyimpanan Margin, Dana Kompensasi dan Dana Jaminan, bila telah sesuai, menandatangani konsep surat atau memaraf konsep SK tersebut, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon atau konsep SK. tersebut ke Kepala Bappebti; (1 hari) atau (14) Kepala Bappebti menerima dan meneliti Konsep SK. Kepala Bappebti tentang Persetujuan sebagai Bank Penyimpanan Margin, Dana Kompensasi dan Dana Jaminan, bila telah sesuai, menandatangani SK tersebut; (2 hari) Pemohon mengambil SK. Kepala Bappebti tentang Persetujuan sebagai Bank Penyimpanan Margin, Dana Kompensasi dan Dana Jaminan sebesar Rp ,- (satu juta rupiah) ke Bagian Pembinaan Usaha (PU) melalui Rekening Bendahara PNBP dengan menyampaikan bukti setor. CATATAN : Perhitungan hari pemrosesan Permohonan persetujuan sebagai Bank Penyimpanan Margin, Dana Kompensasi dan Dana Jaminan yang disampaikan ke BAPPEBTI dimulai sejak dokumen permohonan dinyatakan lengkap dan akan selesai diproses paling lama 32 hari kerja (tidak termasuk presentasi SOP dan Uji Sistem bila Pemohon belum siap). 3

20 PROSEDUR PEMBERIAN PERSETUJUAN SEBAGAI PESERTA SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF (SPA) NO. KETERANGAN 1 2 Pemohon mengajukan permohonan Persetujuan Sebagai Peserta Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) ke Bappebti melalui Sekretariat/TU setelah lengkap sesuai Keputusan Kepala Bappebti Nomor : 58/BAPPEBTI/KP/I/2005 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Bappebti Nomor 55/BAPPEBTI/KP/I/2005 tentang Sistem Perdagangan Alternatif, dengan menggunakan Formulir Nomor III PRO. 45 dan dilengkapi dokumen-dokumen sebagaimana dipersyaratkan dalam Formulir Nomor III. PRO.46. Selanjutnya : (1) Kepala Bappebti menerima dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Biro Perniagaan (Karonia); (1 hari) (2) Karonia menerima, meneliti dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Bagian Pembinaan Usaha (Kabag PU); (1 hari) (3) Kabag PU, Kasubbag Pembinaan Usaha Pelaku Pasar (PUPP) dan Pelaksana menerima, meneliti kelengkapan dan (4) persyaratan dokumen; (8 hari) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Penolakan Persetujuan Sebagai Peserta SPA apabila permohonan tidak memenuhi persyaratan karena Pemohon: Tidak memenuhi kecukupan modal; Sedang dalam Proses Hukum. (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen, apabila dokumen tidak lengkap dan tidak memenuhi persyaratan; (1 hari) atau 1

21 1 2 Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta Surat Tugas Tim Pemeriksa apabila dokumen telah lengkap dan memenuhi persyaratan; (1 hari) (5) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Penolakan Persetujuan Sebagai Peserta SPA atau Konsep Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen atau Konsep Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta Surat Tugas, bila telah sesuai, menandatangani salah satu konsep surat dimaksud, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon dan Tim Pemeriksa; (1 hari) (6) Tim Pemeriksa melakukan Pemeriksaan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor serta merekomendasikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Karonia; (5 hari) (7) Karonia menerima dan memutuskan hasil rekomendasi Tim Pemeriksa kemudian mendisposisikan hasil keputusan tersebut kepada Kabag PU; (1 hari) (8) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor apabila Karonia memutuskan tidak layak untuk kelengkapan prasarana dan sarana fisik kantor yang diperiksa; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf konsep SK Persetujuan sebagai Peserta SPA apabila Karonia memutuskan layak untuk kelengkapan prasarana dan sarana fisik kantor yang diperiksa; (1 hari) (9) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Permintaan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Fisik Kantor atau SK Kepala Bappebti tentang Persetujuan sebagai Peserta SPA, bila telah sesuai, menandatangani konsep surat atau memaraf konsep SK tersebut, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon atau konsep SK tersebut ke Kepala Bappebti; (1 hari). (10) Kepala Bappebti menerima dan meneliti Konsep SK. Kepala Bappebti tentang Persetujuan sebagai Peserta SPA, bila telah sesuai, menandatangani SK tersebut; (2 hari) 2

22 1 2 Pemohon mengambil SK. Kepala Bappebti tentang Persetujuan Sebagai Peserta SPA ke Bagian Pembinaan Usaha (PU) setelah membayar sebesar Rp ,- (enam juta rupiah) melalui Rekening Bendahara PNBP dengan menyampaikan bukti setor. CATATAN : Perhitungan hari pemrosesan permohonan Persetujuan sebagai Peserta SPA yang disampaikan ke BAPPEBTI dimulai sejak dokumen permohonan dinyatakan lengkap dan akan selesai diproses paling lama 22 hari kerja (tidak termasuk pemeriksaan prasarana dan sarana fisik kantor bila Pemohon belum siap). 3

23 PROSEDUR PEMBERIAN SERTIFIKAT PENDAFTARAN SEBAGAI PEDAGANG BERJANGKA NO. KETERANGAN 1 2 Pemohon mengajukan permohonan Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka ke Bappebti melalui Sekretariat/TU setelah lengkap sesuai Peraturan Kepala Bappebti Nomor : 62/BAPPEBTI/Per/3/2008 tentang Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka, dengan menggunakan Formulir nomor III PRO. 50 dan dilengkapi dokumen-dokumen sebagaimana dipersyaratkan dalam Formulir Nomor III. PRO. 50 A s/d Formulir Nomor III. PRO. 50 H. dan Peraturan Kepala Bappebti Nomor : 75/BAPPEBTI/Per/12/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Bappebti Nomor :62/BAPPEBTI/Per/3/2008 Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka. Selanjutnya : (1) Kepala Bappebti menerima dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Biro Perniagaan (Karonia); (1 hari) (2) Karonia menerima, meneliti dokumen dan mendisposisikan permohonan kepada Kepala Bagian Pembinaan Usaha (Kabag PU); (1 hari) (3) Kabag PU, Kasubbag Pembinaan Usaha Pelaku Pasar (PUPP), dan Pelaksana menerima, meneliti kelengkapan dan persyaratan dokumen; (8 hari) (4) Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Penolakan Pemberian Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka apabila permohonan tidak memenuhi persyaratan karena pengurus : Masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT); Masuk Daftar Hitam (Black List) dari Bank Indonesia; Sedang dalam Proses Hukum. (1 hari) atau 1

24 1 2 Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen apabila dokumen tidak lengkap dan tidak memenuhi persyaratan; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep Surat Undangan Wawancara Uji Kelayakan dan Kepatutan Calon Pengurus Pedagang Berjangka, apabila dokumen telah lengkap dan memenuhi persyaratan; (1 hari) (5) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Penolakan Pemberian Sertifikat Pendaftaran atau Permintaan Kelengkapan dan Persyaratan Dokumen atau Undangan Wawancara, bila telah sesuai, menandatangani salah satu konsep surat dimaksud, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon dan Tim Penguji; (1 hari) (6) Tim Penguji melakukan Wawancara Uji Kelayakan dan Kepatutan kepada Calon Pengurus Pedagang Berjangka dan merekomendasikan hasil wawancara tersebut kepada Karonia; (5 hari) (7) Karonia menerima dan memutuskan hasil rekomendasi Tim Penguji kemudian mendisposisikan hasil keputusan tersebut kepada Kabag PU; (1 hari) (8) Kabag PU membuat dan memaraf konsep Surat Permintaan Penggantian Pengurus apabila Karonia memutuskan tidak Lulus bagi calon Pengurus; (1 hari) atau Kabag PU membuat dan memaraf Konsep SK Kepala Bappebti tentang Sertifikat Pendaftaran sebagai Pedagang Berjangka apabila Karonia memutuskan Lulus bagi Calon Pengurus; (1 hari) (9) Karonia menerima dan meneliti Konsep Surat Permintaan Penggantian Pengurus atau SK. Kepala Bappebti tentang Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka, bila telah sesuai, menandatangani konsep surat atau memaraf Konsep SK. Kepala Bappebti tentang Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka, kemudian menyampaikan surat tersebut ke Pemohon atau Konsep SK. tersebut ke Kepala Bappebti;(1 hari) 2

25 1 2 (10) Kepala Bappebti menerima dan meneliti Konsep SK. Kepala Bappebti tentang Sertifikat Pendaftaran sebagai Pedagang Berjangka, bila telah sesuai, menandatangani SK tersebut; (2 hari) Pemohon mengambil SK. Kepala Bappebti tentang Sertifikat Pendaftaran sebagai Pedagang Berjangka ke Bagian Pembinaan Usaha (PU) setelah membayar sebesar Rp ,- (satu juta rupiah) melalui Rekening Bendahara PNBP dengan menyampaikan bukti setor. CATATAN : Perhitungan hari pemrosesan permohonan Sertifikat Pendaftaran sebagai Pedagang Berjangka yang disampaikan ke BAPPEBTI dimulai sejak dokumen permohonan dinyatakan lengkap dan akan selesai diproses paling lama 22 hari kerja (tidak termasuk wawancara uji kelayakan dan kepatutan bila Pemohon belum siap). 3

(dibuat di atas kertas kop perusahaan)

(dibuat di atas kertas kop perusahaan) (dibuat di atas kertas kop perusahaan) FORMULIR NOMOR III.PRO.59 Nomor :...,... 20... Lampiran : Hal : Permohonan Persetujuan sebagai Pialang Berjangka yang menyalurkan Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI. Peraturan Kepala Badan Pengawas MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI. Pasal

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 117/BAPPEBTI/PER/03/2015

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 117/BAPPEBTI/PER/03/2015 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/10/2012;

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N :

M E M U T U S K A N : 7. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor : 101/BAPPEBTI/PER/01/2013

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor : 101/BAPPEBTI/PER/01/2013 6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah

Lebih terperinci

NOMOR : 73/BAPPEBTI/Per/9/2009 TANGGAL : 28 SEPTEMBER 2009

NOMOR : 73/BAPPEBTI/Per/9/2009 TANGGAL : 28 SEPTEMBER 2009 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG PEMBUKAAN KANTOR CABANG PIALANG BERJANGKA PESERTA SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF DAN PERSYARATAN KERJASAMA ANTARA PENYELENGGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERSETUJUAN SEBAGAI PENYELENGGARA PASAR LELANG KOMODITAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PASAR LELANG

Lebih terperinci

2017, No Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5232);

2017, No Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5232); BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1453, 2017 BAPPEPTI. Direktur Kepatuhan. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan (dibuat diatas kertas kop perusahaan) FORMULIR NOMOR III.PRO.24.A Nomor :, Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan Kepada Yth, sebagai Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif. Kepala Badan Pengawas

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI. 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M- DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERSYARATAN, TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN DIREKTUR KEPATUHAN PIALANG BERJANGKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENCALONAN ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI LEMBAGA KLIRING BERJANGKA

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENCALONAN ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI LEMBAGA KLIRING BERJANGKA PERSYARATAN DAN TATA CARA PENCALONAN ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI LEMBAGA KLIRING BERJANGKA I. Persyaratan dan Tata Cara Pencalonan Anggota Dewan Komisaris Lembaga Kliring Berjangka 1. Ketentuan

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N :

M E M U T U S K A N : Peraturan Kepala Badan Pengawas 5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720); 7. Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Perdagangan. Berjangka. Komoditi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5548) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

5. Keputusan Presiden Nomor 6/M Tahun 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan;

5. Keputusan Presiden Nomor 6/M Tahun 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan; Peraturan Kepala Badan Pengawas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4735); 4. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN. (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari :

BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN. (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari : BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN 200. Keanggotaan dan Persyaratan (1) Keanggotaan Penjaminan terdiri dari : (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari : (i) Perorangan adalah setiap orang perseorangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 71 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR PERMOHONAN IZIN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR PERMOHONAN IZIN PRAKTIK KERJA LAPANGAN : 1 dari 7 LEMBAR PENGESAHAN DIBUAT OLEH MENYETUJUI MENGETAHUI Penyusun SOP.. Kabag Tata Usaha. Pembantu Dekan I 3 Januari 2012 5 Januari 2012 5 Januari 2012 1 J : 2 dari 7 DAFTAR ISI Lembar Pengesahan...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERSETUJUAN LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN PASAR LELANG DENGAN PENYERAHAN KEMUDIAN (FORWARD) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan. BAB III BURSA BERJANGKA DAN LEMBAGA KLIRING BERJANGKA Bagian Kesatu Bursa Berjangka Paragraf I Tujuan Pasal 10 Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 119/BAPPEBTI/PER/03/2015

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 119/BAPPEBTI/PER/03/2015 Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 119/BAPPEBTI/PER/03/2015 5. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR: 101/BAPPEBTI/PER/01/2013 TENTANG IZIN WAKIL PIALANG BERJANGKA

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR: 101/BAPPEBTI/PER/01/2013 TENTANG IZIN WAKIL PIALANG BERJANGKA LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR: 101/BAPPEBTI/PER/01/2013 TENTANG IZIN WAKIL PIALANG BERJANGKA FORMULIR NOMOR III.PRO.69 : Permohonan Izin Sebagai Wakil Pialang

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 199

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 199 No.1530, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPEPTI. Lembaga Kliring. Penjaminan Pasar Lelang. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERSETUJUAN

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA.

M E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA. 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 60/M Tahun 2008 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Perdagangan; 7. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI KEMENTERIA PER DAGAN REPUBLIK INDONESI INISTRY OF TRAD BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI Gedung Bappebti Lantai 3-5 JI. Kramat Raya No. 172 Jakarta 10430 Telephone: (021) 31924744 Faxsimile

Lebih terperinci

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49 BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pasal 49 1. Setiap Pihak dilarang melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka, kecuali kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

-16- Formulir Nomor: I.DK.1 Nomor :..., Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan

-16- Formulir Nomor: I.DK.1 Nomor :..., Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan -16- LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERSYARATAN, TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN DIREKTUR KEPATUHAN PIALANG BERJANGKA Formulir Nomor:

Lebih terperinci

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. PP No. 45/1995 BAB 1 BURSA EFEK Pasal 1 Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. Pasal 2 Modal disetor Bursa Efek sekurang-kurangnya berjumlah Rp7.500.000.000,00 (tujuh

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3617) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka. Pasal 102

BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka. Pasal 102 BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka Pasal 102 Pialang Berjangka wajib mempertahankan Modal Bersih Disesuaikan sebagaimana ditetapkan oleh Bappebti.

Lebih terperinci

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Perihal : Permohonan Penetapan sebagai Pialang Berjangka yang melaksanakan kegiatan penerimaan Nasabah secara

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Perihal : Permohonan Penetapan sebagai Pialang Berjangka yang melaksanakan kegiatan penerimaan Nasabah secara FORMULIR NOMOR III.PRO.65 (dibuat diatas kertas kop perusahaan) Nomor :, Lampiran : Perihal : Permohonan Penetapan sebagai Pialang Berjangka yang melaksanakan kegiatan penerimaan Nasabah secara elektronik

Lebih terperinci

BIRO ADMINISTRASI UMUM No. Dokumen : - Revisi : 0 PROSEDUR PERMOHONAN IZIN Tanggal Berlaku : 1 Januari 2012 Halaman : 1 Dari 7 LEMBAR PENGESAHAN

BIRO ADMINISTRASI UMUM No. Dokumen : - Revisi : 0 PROSEDUR PERMOHONAN IZIN Tanggal Berlaku : 1 Januari 2012 Halaman : 1 Dari 7 LEMBAR PENGESAHAN Halaman : 1 Dari 7 LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR PERMOHONAN IZIN DIBUAT OLEH MENYETUJUI MENGETAHUI Penyusun SOP Kabag Tata Usaha Pembantu Dekan I 3 Januari 2012 5 Januari 2012 5 Januari 2012 Halaman : 2 Dari

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N :

M E M U T U S K A N : 7. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri

Lebih terperinci

402. PERSYARATAN KEANGGOTAAN BURSA BERDASARKAN KATEGORI

402. PERSYARATAN KEANGGOTAAN BURSA BERDASARKAN KATEGORI BAB IV KEANGGOTAAN BURSA 400. UMUM 1. Setiap Pihak dapat mengajukan permohonan keanggotaan Bursa dengan mengisi formulir pendaftaran, dan memenuhi persyaratan keanggotaan, persyaratan keuangan, serta persyaratan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 02/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 02/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 02/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010 TENTANG PERSETUJUAN LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN PASAR LELANG DENGAN PENYERAHAN KEMUDIAN (FORWARD) KEPALA

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Implementasi Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kemendag: Mendag

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UMUM Untuk mewujudkan terlaksananya kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR III-H: TENTANG PELELANGAN DAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM BURSA

PERATURAN NOMOR III-H: TENTANG PELELANGAN DAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM BURSA LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-00016/BEI/04-2012 Tanggal ditetapkan : 2 April 2012 Tanggal diberlakukan : 1 Mei 2012 PERATURAN NOMOR III-H: TENTANG PELELANGAN DAN PEMBELIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI EKONOMI. Perdagangan. Berjangka. Komoditi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 143) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /POJK.04/2016 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undangundang Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JENIS PERIZINAN DALAM SISTEM RESI GUDANG, PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (STANDARD OPERATING PROCEDURE) DAN TINGKAT

Lebih terperinci

Diubah dengan PBI No. 3/4/PBI/2001 tanggal 12 Maret 2001 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/13/PBI/2000 TENTANG

Diubah dengan PBI No. 3/4/PBI/2001 tanggal 12 Maret 2001 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/13/PBI/2000 TENTANG Diubah dengan PBI No. 3/4/PBI/2001 tanggal 12 Maret 2001 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/13/PBI/2000 TENTANG JAMINAN PEMBIAYAAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 BURSA EFEK. Pasal 1. Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. Pasal 2

BAB 1 BURSA EFEK. Pasal 1. Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. Pasal 2 BAB 1 BURSA EFEK Pasal 1 Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. Pasal 2 Modal disetor Bursa Efek sekurang-kurangnya berjumlah Rp7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima

Lebih terperinci

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87 BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN Pasal 87 1. Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib membuat, menyimpan, dan memelihara

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU SELEKSI BEASISWA MELALUI BANK DATA BEASISWA

PROSEDUR MUTU SELEKSI BEASISWA MELALUI BANK DATA BEASISWA 7.5.1 1 Juli 010 1. O 1/ Tujuan Prosedur ini memberikan pedoman untuk pelaksanaan penyeleksian beasiswa melalui bank data beasiswa mahasiswa Politeknik Negeri Semarang.. Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku

Lebih terperinci

(Kertas Kop Surat) FORMULIR NOMOR: II.PRO.9

(Kertas Kop Surat) FORMULIR NOMOR: II.PRO.9 Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pengawas (Kertas Kop Surat) FORMULIR NOMOR: II.PRO.9 Nomor : Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan Penyelenggaraan Pasar Fisik Minyak Sawit Mentah (CPO) di Bursa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN RI. Nomor : 01/M-DAG/PER/3/2005. Tentang TUPOKSI DAN STRUKTUR ORGANISASI BAPPEBTI, DEPDAG BAB IX

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN RI. Nomor : 01/M-DAG/PER/3/2005. Tentang TUPOKSI DAN STRUKTUR ORGANISASI BAPPEBTI, DEPDAG BAB IX PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN RI Nomor : 01/M-DAG/PER/3/2005 Tentang TUPOKSI DAN STRUKTUR ORGANISASI BAPPEBTI, DEPDAG BAB IX BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI Bagian Pertama Tugas dan Fungsi

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA

Lebih terperinci

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF 1400. KETENTUAN UMUM Tanpa mengesampingkan pengertian yang tercantum dalam Bab 1 Peraturan dan Tata Tertib Lembaga Kliring, maka setiap istilah yang tercantum dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2014 SERI A.5...

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2014 SERI A.5... 1 SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2014 SERI A.5... PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN BANTUAN PROGRAM DAN BANTUAN APARATUR PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2009

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2009 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2009 TENTANG TARIF PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/ 1/PBI/2002 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR BANK BERDASARKAN PRINSIP

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN KEANGGOTAAN PT. BURSA KOMODITI DERIVATIF INDONESIA INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE (ICDX)

FORMULIR PERMOHONAN KEANGGOTAAN PT. BURSA KOMODITI DERIVATIF INDONESIA INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE (ICDX) FORMULIR PERMOHONAN KEANGGOTAAN PT. BURSA KOMODITI DERIVATIF INDONESIA INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE (ICDX) Pemohon Calon Anggota Pialang Calon Anggota Pedagang a) Perusahaan b) Perorangan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 01/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 01/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 01/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010 TENTANG PERSETUJUAN PENYELENGGARA PASAR LELANG DENGAN PENYERAHAN KEMUDIAN (FORWARD) KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

Nomor :..., Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan Calon Direktur Kepatuhan Pialang Berjangka

Nomor :..., Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan Calon Direktur Kepatuhan Pialang Berjangka Formulir Nomor: III.PRO.51 Nomor :...., Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan Calon Direktur Kepatuhan Pialang Berjangka Kepada Yth, Kepala Badan Pengawas Departemen Perdagangan di JAKARTA Sesuai

Lebih terperinci

BAB 6 PROSEDUR KLIRING

BAB 6 PROSEDUR KLIRING BAB 6 PROSEDUR KLIRING 600. PENYERAHAN KONTRAK UNTUK PENDAFTARAN Melalui jaringan sistem ATP, seluruh volume dan spesifikasi Kontrak Berjangka yang terjadi akan disampaikan kepada Lembaga Kliring oleh

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 20 /PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 20 /PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 20 /PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TARIF ATAS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DARI BIAYA IZIN PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN DENGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-598/BL/2012 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PENGAKUAN SERTIFIKAT KEAHLIAN WAKIL PERUSAHAAN EFEK OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN KHUSUS

Lebih terperinci

7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 MEMUTUSKAN:

7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 MEMUTUSKAN: Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 120/BAPPEBTI/PER/03/2015 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan

Lebih terperinci

Wakil Kepala Dinas. Kepala Bidang Transportasi Laut dan Udara. Angkutan Perairan Dan Keselamatan Pelayaran

Wakil Kepala Dinas. Kepala Bidang Transportasi Laut dan Udara. Angkutan Perairan Dan Keselamatan Pelayaran MEKANISME PELAYANAN PERIZINAN USAHA PADA BIDANG TRANSPORTASI LAUT DAN UDARA Pemohon 1 9 Sekretariat 3 7 2 Wakil Kepala Dinas 3 7 9 8 Kepala Bidang Transportasi Laut 6 dan Udara Kepala Dinas 4 6 5 Kepala

Lebih terperinci

PERATURANDANTATATERTI

PERATURANDANTATATERTI PERATURANDANTATATERTI B PT. BURSAKOMODI TIDANDERI VATI FI NDONESI A 300709 DAFTAR ISI PERATURAN DAN TATA TERTIB PT. BURSA KOMODITI & DERIVATIF INDONESIA INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE ( ICDX

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, PEMROSESAN, DAN PENERBITAN IZIN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN TANDA DAFTAR PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 99/BAPPEBTI/PER/11/2012

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 99/BAPPEBTI/PER/11/2012 Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan; 5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 107/BAPPEBTI/PER/11/2013

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 107/BAPPEBTI/PER/11/2013 8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan

Lebih terperinci

109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka

109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka BAB 1 KETENTUAN UMUM 100 Kepatuhan Terhadap Undang-Undang 101 Perubahan Peraturan 102 Kewajiban Anggota Kliring 103 Batasan Tanggung Jawab 104 Larangan terhadap Pejabat atau Pegawai 105 Larangan Penyalahgunaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KPPBC TIPE MADYA PABEAN B KUALA NAMU

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KPPBC TIPE MADYA PABEAN B KUALA NAMU KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KPPBC TIPE MADYA PABEAN B KUALA NAMU STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PELAYANAN PENGEMBALIAN BEA MASUK, BEA KELUAR, SANKSI ADMINISTRASI

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-35/PM/1996 TENTANG PERIZINAN BIRO ADMINISTRASI EFEK KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-35/PM/1996 TENTANG PERIZINAN BIRO ADMINISTRASI EFEK KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-35/PM/1996 TENTANG Peraturan Nomor VI.B.1 PERIZINAN BIRO ADMINISTRASI EFEK KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

REKAPITULASI DATA SSP NTPN

REKAPITULASI DATA SSP NTPN LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-81/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PENELITIAN SURAT SETORAN PAJAK

Lebih terperinci

Nomor SOP Tanggal Pembuatan. Tanggal Revisi Tanggal Efektif Disahkan oleh Nama SOP

Nomor SOP Tanggal Pembuatan. Tanggal Revisi Tanggal Efektif Disahkan oleh Nama SOP LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR NOMOR 049 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Nomor SOP

Lebih terperinci

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN Yth. Direksi Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /SEOJK.04/2017 TENTANG

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM, PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERUSAHAAN EFEK DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM, PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERUSAHAAN EFEK DI INDONESIA No. 7/31/DPM Jakarta, 25 Juli 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM, PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERUSAHAAN EFEK DI INDONESIA Perihal: Tata Cara Persetujuan dan Pencabutan

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor : 19/BAPPEBTI/PER-SRG/01/2015

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor : 19/BAPPEBTI/PER-SRG/01/2015 Peraturan Kepala Badan Pengawas 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha

Lebih terperinci

BAB 1 DEFINISI 100. DEFINISI

BAB 1 DEFINISI 100. DEFINISI BAB 1 DEFINISI 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dengan huruf awal kapital dalam peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:

Lebih terperinci